Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2007/08/01 |
|
Rabu, 1 Agustus 2007
|
|
Judul: Jangan pilih kasih Warga gereja terdiri dari berbagai ras, tingkat ekonomi dan pendidikan. Dalam keragaman itu, adakah kesetaraan sebagai sesama milik Kristus terwujud dalam kehidupan bergereja kita? Yakobus menegur kecenderungan "memandang muka" di dalam kehidupan bergereja (1). Saling menilai berdasarkan kekayaan, merupakan penyangkalan terhadap prinsip iman Kristen. Tuhan Yesus yang mulia (1) telah rela menjadi hina dan mati dalam aib demi menyelamatkan manusia. Dalam hidup dan karya penyelamatan Yesus Kristus, nilai manusia diubah dari hal-hal yang kasat mata ke nilai baru yang menusia peroleh hanya di dalam kasih dan penyelamatan-Nya. Kemuliaan manusia bukan terletak pada harta milik atau penampilan lahiriah (2-3), tetapi pada status barunya di dalam Kristus. Maka menerapkan standar lain dalam kehidupan bergereja adalah hal yang jahat di mata Allah (4). Hal itu dianggap salah juga karena, pertama, Allah justru memilih yang miskin untuk Dia jadikan kaya dalam iman, bahkan sebagai pewaris kerajaan-Nya (5). Kedua, Yakobus merujuk pada fakta zaman itu (kemungkinan besar sampai zaman ini) bahwa orang kaya dan berkuasa sering melawan Allah dan menindas orang papa (7). Bukan maksud Yakobus mengajar untuk menolak orang kaya. Ia hanya mengingatkan agar orang tidak pilih kasih dalam hidup berjemaat. Dengan alasan inilah maka orang Kristen harus bersikap adil dalam hidup dan pelayanan, termasuk juga dalam sikap terhadap orang lain. Kesetaraan harus terpancar baik dalam ibadah maupun dalam pelayanan sosial. Firman Tuhan mengajar kita untuk konsisten menjadikan iman sebagai norma pergaulan di tengah kehidupan masyarakat yang beragam. Tidak boleh pilih kasih atau \'hanya untuk kalangan sendiri.\' Pengamalan iman harus berdampak luas hingga cita rasa Kristus dapat dicicipi semua kalangan. Kita, sebagai gereja, harus mampu menjadi inisiator dalam tindakan kebaikan sebelum didahului orang lain.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |