Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/07/30 |
|
![]() |
|
Rabu, 30 Juli 2025 (Minggu ke-7 sesudah Pentakosta)
|
|
Tongkat bukan sekadar alat bantu untuk berjalan, melainkan simbol wibawa. Seorang suci membawa tongkat yang melambangkan penguasaan atas ilmu dan pengetahuan. Seorang Uskup atau Paus memiliki tongkat yang menunjukkan otoritas rohani sebagai gembala umat. Ketika tongkat ada di tangan, wibawa pun melekat di sana. Bacaan hari ini menarik karena Tuhan Yesus melarang para murid untuk membawa tongkat (3). Padahal, mereka mendapatkan tugas pengutusan yang sangat penting, yaitu mewartakan Kerajaan Allah (2). Sepertinya ada hal yang diputarbalikkan oleh Tuhan Yesus. Ketika Ia memanggil kedua belas murid, Ia jelas-jelas memberi mereka kuasa (1). Anehnya, tongkat sebagai simbol kuasa tidak boleh dibawa. Bahkan, membawa bekal, roti, uang, hingga dua helai baju saja tidak diperkenankan. Rupanya dalam rangka memberitakan Kerajaan Allah, Tuhan Yesus memilih jalan yang kebalikan dari jalan pada umumnya. Para murid benar-benar diperhadapkan pada jalan hidup yang dijungkirbalikkan. Kerajaan Allah mesti diwartakan dengan segala kerendahhatian. Sebab, kuasa yang disimbolkan dengan tongkat bisa melahirkan kesombongan tanpa batas, dan kepongahan tidak berlaku di dalam Kerajaan Allah. Kuasa para murid akan tampak bukan dari apa yang mereka bawa, melainkan dari sikap mereka yang ugahari (sederhana). Dari keugaharian yang ditunjukkan dengan tiadanya pamor kekuasaan, para murid justru menjadi berwibawa. Saat mereka berserah diri, ada cahaya wibawa yang cemerlang, yang layak dipersembahkan kepada Tuhan Sang Pengutus. Dari sikap ini pula para murid bisa menguji bahwa kuasa yang dianugerahkan kepada mereka benar-benar bekerja secara efektif. Di berbagai tempat di mana pun mereka diterima, Injil diberitakan dan orang-orang sakit disembuhkan. Nyatalah, kesederhanaan dan kerendahhatian adalah jalan terbaik bagi pemberita Injil. Hendaklah kita menjaga sikap kita tetap sederhana dan makin rendah hati, supaya makin banyak orang mengalami kuasa Ilahi. [SET]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |