Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/07/17

Kamis, 17 Juli 2025 (Minggu ke-5 sesudah Pentakosta)

Kisah Para Rasul 26:24-32
"Aku!", Bukan "Kamu!"

Pertengkaran antara dua orang sering kali menjadi makin panas oleh pernyataan yang dimulai dengan kata "kamu". Sepasang suami istri, misalnya, saling menuduh dengan kalimat, "Kamu itu tidak peka!" dan "Kamu terlalu sensitif!" Karena itu, dianjurkan agar kita menggunakan ucapan yang dimulai dengan "aku".

Begitulah cara Paulus menjawab tuduhan kasar dari gubernur dan raja di dalam persidangannya. Ketika Festus menuduhnya dengan suara keras, "Engkau gila, Paulus!", ia tidak membiarkan emosinya terpancing. Sebaliknya, ia menjawab dengan sikap hormat, "Aku tidak gila, Festus yang mulia!" (24-25). Pun ketika Agripa mengolok-oloknya karena ia mencoba meyakinkan raja akan Injil, ia menjawab bahwa ia mau berdoa kepada Allah bagi sang raja dan semua orang lain (28-29). Jawaban bijak Paulus membuat mereka akhirnya berpihak kepadanya (31-32).

Ketika kita beraudiensi dengan seorang penguasa atau pembesar, di satu sisi kita dituntut untuk menjaga sikap dan ucapan kita, di sisi lain kita bisa dihina atau direndahkan. Respons yang terbaik dalam situasi demikian adalah memilih ucapan yang lebih berfokus pada diri kita dan apa yang kita pegang sebagai kebenaran. Lalu, seperti Paulus, kita dapat menawarkan doa kita kepada Allah bagi mereka.

Tuhan Yesus berpesan, "berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat. 5:44). Ini bukan anjuran atau saran, melainkan perintah. Walaupun kita sedang dituduh yang tidak-tidak atau diolok-olok, kita diperintahkan Tuhan untuk membalas kejahatan dengan kebaikan, kita dipanggil untuk menyadarkan orang jahat dari kejahatannya dan memanggil mereka kepada kebenaran.

Karena itu, kendalikanlah lidah Anda dalam segala situasi. Jangan biarkan cuaca panas, rasa kesal, dan ketegangan suasana membuat Anda berteriak, "Dasar kamu ...!" Sebaliknya, tunjukkanlah bahwa kita ini pengikut Kristus dengan merespons: "Aku mau berdoa bagimu." Marilah kita menjaga perkataan kita tetap bijak dan memberanikan diri untuk berkata, "Maaf, aku tidak peka, " dan "Aku mau berdoa bagi kita." [PHM]

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org