Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2000/07/17 |
|
Senin, 17 Juli 2000 (Minggu ke-5 sesudah Pentakosta)
|
|
Gereja penggerak utama pembaharuan. Di dalam salah satu episode `Membangun Indonesia Baru', seorang sosiolog menyatakan bahwa untuk menegakkan supremasi hukum di Indonesia sangat sulit, sebab sudah melibatkan banyak institusi. Jadi apakah mungkin pembaharuan di segala bidang dapat dilaksanakan di Indonesia? Demikian pula situasi yang dihadapi Yosia. Rentetan aksi-aksi Yosia yang berjumlah lebih dari 17 mengungkapkan betapa bobroknya masyarakat Yehuda. Namun Yosia bertekad bulat dan tidak gentar menentang arus. Hal ini terungkap ketika ia berani mengadakan pembersihan berbagai berhala, bukit pengorbanan, hingga membunuh imam-imam bukit pengorbanan justru pada saat seluruh rakyat Yehuda sudah terjerumus ke dalam penyembahan berhala (20). Ia tidak hanya memberikan instruksi namun terlibat langsung dengan melakukan sendiri tindakan yang benar. Ia sendiri sebagai contoh hidup hasil pembaharuan bagi rakyatnya. Ia mengumpulkan, membacakan, memberhentikan, merobohkan, menajiskan, memecahkan, menebang, hingga menyembelih. Pembaharuan juga harus melanda seluruh lapisan masyarakat mulai dari pemimpin agama, pemimpin masyarakat, hingga rakyat jelata; mulai dari orang dewasa hingga anak-anak (2). Ini berarti pembaharuan tidak hanya dalam urusan kenegaraan, namun juga dalam kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Dan yang paling penting adalah bahwa pembaharuan harus dilandaskan firman Allah yang hidup. Renungkan: Pembaharuan dapat dilaksanakan di bumi Indonesia asalkan gereja mau dan berani berperan secara langsung. Walaupun gereja, karena kedudukannya sebagai minoritas, bukanlah lembaga penggerak utama reformasi bangsa kita, namun gereja mempunyai firman hidup yang akan memampukannya untuk menjadi contoh-hidup masyarakat yang sudah diperbaharui. Karena itu gereja harus menyerukan kepada seluruh jemaatnya mulai dari anak-anak Sekolah Minggu, remaja, pemuda, dewasa, hingga manula untuk menjadi contoh-hidup bagi tingkah laku yang sudah diperbaharui. Mulailah dari yang paling sederhana yaitu membayar pajak sesuai undang-undang, mentaati peraturan berlalu-lintas, tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan segala sumber alam seperti listrik, air, bensin, dan gas secara bijak. Kapan kita akan mulai, jika tidak sekarang?
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |