Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/07/15 |
|
![]() |
|
Selasa, 15 Juli 2025 (Minggu ke-5 sesudah Pentakosta)
|
|
Mendominasi percakapan adalah kebiasaan buruk yang kerap tidak disadari oleh banyak orang. Secara psikologis, hal itu disebabkan oleh perasaan tidak aman (insecure) yang dipicu oleh rasa tidak percaya diri. Paulus jelas tidak seperti itu. Ia menahan diri sampai kesempatan untuk berbicara diberikan kepadanya (1). Ia tidak mencemaskan hilangnya kesempatan baginya untuk mendominasi percakapan sejak awal. Namun, lihatlah, betapa percaya dirinya Paulus dalam menarik perhatian dan menyampaikan pembelaannya. Dengan tegas, ia memberi klaim bahwa jalan hidupnya yang lurus telah diketahui oleh semua orang Yahudi dan dapat disaksikan oleh para pendakwanya sendiri (4-5). Kini, dengan teguh ia menyatakan bahwa apa yang ia lakukan adalah mengharapkan janji Allah yang diberikan kepada nenek moyang mereka dan yang dinantikan oleh semua orang Yahudi tentang kebangkitan orang mati (6-8). Bahkan, dengan jujur, ia mengakui bahwa ia sendiri pernah memiliki sangkaan dan kemarahan yang sama seperti mereka (9-11). Pembelaan diri Paulus di hadapan Agripa membuktikan betapa berkuasanya perkataan bila disertai hidup benar dan pengenalan akan Allah. Berkali-kali para pendakwa berebut bicara menuduh Paulus dan menuntut hukuman mati. Namun, itu tak ada artinya karena Paulus tanpa harus terburu-buru angkat bicara pun dapat membuktikan ketidakbersalahannya. Keyakinan doktrinal yang telah dijalani dan disaksikan oleh banyak orang sukar dibantah oleh siapa pun. Maka, berapa pun usia, apa pun status dan gelar lawan bicara kita, tidak lagi kita merasa perlu mendominasi percakapan. Dengan mengingat firman Tuhan: "siapa yang menahan bibirnya, ia berakal budi" (Ams. 10:19b), kita belajar menahan diri untuk berbicara pada giliran kita. Beri kesempatan kepada orang lain untuk mengutarakan pendapatnya, dengarkan dia baik-baik, lalu siap sedialah untuk mencurahkan hikmat secara sopan dan rendah hati. Berdoalah agar kita dilepaskan dari rasa insecure dan diberi ketenangan untuk berbicara ketika dipersilakan. [PHM]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |