Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/07/13 |
|
Sabtu, 13 Juli 2013
|
|
Judul: Ibadah Lalu, bagaimana dengan kandil? Jika meja roti sajian merepresentasikan kebutuhan jasmani yang diberikan Tuhan kepada orang Israel, maka "kandil" merepresentasikan kebutuhan rohani mereka di hadapan Tuhan. Kemah suci, tabut perjanjian, serta tutup pendamaian menyatakan kehadiran Allah dan takhta-Nya di tengah-tengah umat-Nya. Sedangkan ketujuh lampu api yang menyala di depan takhta itu mewakili ketujuh Roh Allah (Why. 4:5), yaitu kehadiran Roh Allah beserta kemuliaan-Nya yang menerangi kehidupan umat. Ini sesuai dengan apa yang terjadi di atas gunung Tuhan, yaitu ketika 'tampak kemuliaan Tuhan sebagai api yang menghanguskan di puncak gunung Sinai pada pemandangan orang Israel' (Kel. 24:17). Allah hadir dalam kebutuhan manusia untuk menerangi kegelapan hati. Bacaan kita ditutup dengan pernyataan Allah yang telah memberi contoh kepada Musa untuk semua yang akan dibuatnya (40). Maksudnya jelas, pembangunan Kemah Suci dan perabotannya harus dapat merepresentasikan keberadaan Allah di takhta-Nya di surga. Allah hadir dengan segala kemuliaan-Nya di tengah-tengah umat-Nya, sama seperti Dia ada di surga. Maka segala ibadah, termasuk segala permohonan akan pemenuhan kebutuhan hidup, dipusatkan kepada Dia. Umat dipanggil untuk hidup berpusat kepada-Nya. Hanya saat kita memberlakukan hal itu, kemuliaan Allah semakin nyata dan kesaksian akan kemuliaan Allah terpancar dalam hidup kita. Apakah ibadah kita kepada-Nya telah senyata ibadah Israel di Kemah Suci-Nya? Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |