Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/07/05

Sabtu, 5 Juli 2025 (Minggu ke-3 sesudah Pentakosta)

Orang yang fanatik memang sangat mudah terprovokasi. Sering kali tanpa melakukan crosscheck terlebih dahulu, mereka sudah bertindak anarkis.

Tindakan anarkis yang dialami Rasul Paulus bermula dari hasutan (27-28). Orang-orang terprovokasi hanya karena kesalahpahaman. Mereka berpikir bahwa Trofimus, rekan Paulus yang berasal dari Efesus, ikut masuk ke dalam Bait Allah (29). Akibatnya, Paulus dianiaya. Dia ditangkap, diseret, dipukul habis-habisan, dan diikat rantai (30-33).

Umat yang fanatik itu cepat untuk bertindak anarkis dengan dalih bahwa mereka membela Allah. Padahal, mereka sendiri tidak tahu secara pasti apa yang dilakukan Paulus (34).

Sebelum menjadi korban fanatisme, Paulus juga adalah salah satu pelakunya. Dahulu dia adalah orang yang paling gencar dalam menganiaya orang Kristen. Pada saat itu, dia berpikir bahwa dia sedang berbakti bagi Allah, tetapi sebenarnya dia menganiaya Tuhan Yesus (lih. Kis. 9:4-5).

Dari hal ini kita dapat melihat dua wajah umat. Pertama, umat berwajah garang. Mereka memperlihatkan perlakuan yang bengis, kejam, dan tidak

manusiawi. Mereka tidak segan-segan melakukan kekerasan dengan membawa nama Tuhan. Umat seperti inilah yang justru melanggar Hukum Taurat dan menajiskan kekudusan Allah.

Kedua, umat berwajah teduh. Sikap mereka adalah sikap yang penuh kasih. Mereka tidak akan melakukan kekerasan, karena pada pasalnya mereka menyadari bahwa Allah adalah kasih. Bahkan, sebagaimana Allah menyatakan kasih yang penuh anugerah dengan mengorbankan anak-Nya untuk menebus manusia, demikian pula umat ini memperlihatkan kasih kepada orang-orang.

Upaya kita dalam beragama sangat mungkin menjadikan kita fanatik, apalagi jika kita menganggap ibadah sebagai tempat persaingan kesalehan, bukan tempat di mana kita menerima anugerah. Sebetulnya, bila kita percaya penuh kepada Allah dan pimpinan-Nya, kita akan disadarkan akan kasih-Nya dan dituntun kepada keteduhan, bukan keributan. Wajah seperti apakah yang kita pilih? [YGM]


Baca Gali Alkitab 1

Kisah Para Rasul 21:27-36

Di dunia media sosial masa kini, ada banyak cerita yang dengan sengaja dibuat dan disebarkan untuk memancing emosi orang-orang. Cerita seperti ini disebut sebagai ragebait. Biasanya suatu foto atau video dari seorang figur publik diedit sedemikian rupa sehingga figur itu seolah-olah mengatakan sesuatu yang sangat ofensif. Dan akibatnya, meledaklah kemarahan orang-orang dan terjadilah keributan besar.

Situasi serupa sesungguhnya sudah pernah terjadi pada masa Perjanjian Baru di Bait Allah di Yerusalem.

Apa saja yang Anda baca?
1. Siapa yang dilihat orang-orang Yahudi dari Asia, lalu apa yang mereka lakukan? (27-28)
2. Apa sangkaan yang muncul tentang Paulus, lalu bagaimana reaksi orang banyak? (29-30)
3. Siapa yang mendengar kabar tentang kegemparan itu, dan apa yang dia lakukan? (31-33)
4. Apa yang diteriakkan oleh orang banyak? (34-36)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Seberapa besar dampak buruk yang dapat diakibatkan oleh suatu hasutan?
2. Apa yang perlu kita miliki agar kita tidak mudah terprovokasi oleh hasutan sehingga salah sangka dan salah bertindak?
3. Apa yang dapat kita lakukan untuk mencari tahu kebenaran dan meluruskan hasutan yang beredar?

Apa respons Anda?
1. Sikap dan perilaku seperti apa yang ingin kita tunjukkan ketika kita mendengar cerita yang dapat menaikkan emosi kita?
2. Ketika dunia media sosial lagi-lagi diramaikan oleh suatu hasutan, apa yang dapat kita lakukan?

Pokok Doa:
Memohon agar Tuhan memberi kita hikmat untuk bersabar dan bertekun dalam kebenaran.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org