Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/05/28 |
|
![]() |
|
Rabu, 28 Mei 2025 (Minggu ke-6 sesudah Paskah)
|
|
Manusia tercipta dengan beragam kehendak di dalam dirinya. Kehendak itu mungkin terkait dengan harapan, impian, hasrat, atau bayangan-bayangan tertentu akan masa depan. Hal tersebut tidaklah salah, tetapi sebagai umat Allah kita harus mengingat perintah-Nya untuk menyelaraskan tujuan tujuan kita dengan kehendak Nya. Bagaimanapun, sebagai ciptaan, kita tetap harus tunduk kepada kehendak-Nya dan tidak memaksakan hasrat serta kehendak kita kepada Allah. Balak dalam kisah kita kali ini mencerminkan sikap dasar manusia yang sering kali begitu keras hati dan hanya berpikir untuk mengejar serta memenuhi hasrat-Nya. Pada Bilangan 23, dikisahkan Balak sang pemimpin Moab itu meminta bantuan Bileam, seorang pelihat untuk mengutuk Israel. Meskipun Bileam sempat tidak ingin datang menemui Balak, tetapi malaikat Tuhan tetap memerintahkan Bileam untuk datang dengan syarat hanya mengatakan apa yang dikatakan serta dikehendaki oleh Tuhan. Bileam mempersembahkan kurban kepada TUHAN dan setelah itu TUHAN menghendaki Bileam memberkati Israel. Dalam sanjak yang diperdengarkan Bileam kepada Balak serta pemimpin-pemimpin Moab, terlihat jelas kata kata berkat bagi Israel. Balak geram atas peristiwa itu. Balak bersikukuh agar Israel dikutuk hingga Bileam dibawa ke tempat lain untuk melihat Israel supaya ia tergerak mengutuk. Mengapa harus pindah tempat? Mungkin, Balak berpikir tempat berbeda dapat mengubah hasil kesimpulan pengamatan Bileam. Mungkin juga, Balak menganggap bahwa tiap daerah, terutama tempat tinggi, punya ilahnya masing masing yang mungkin berbeda keputusannya satu dengan yang lain. Namun, tetap saja Allah menghendaki Bileam memberkati Israel dan itulah yang dikatakan kepada Balak. Bila Allah sudah berketetapan, kita harus rendah hati menerimanya. Pemaksaan kehendak pada Allah bukan hanya tidak realistis, melainkan juga berdampak buruk pada diri sendiri. Belajarlah untuk menyerahkan kehidupan seutuhnya kepada Allah, maka niscaya kita akan merasakan kedamaian hidup. [WDN]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |