Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/03/21 |
|
Rabu, 21 Maret 2012
|
|
Judul: Karena kita adalah hamba Yesus meminta para murid untuk berjaga-jaga, bagaikan seorang hamba yang ditinggal pergi tuannya. Ia memberi perintah: "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah" (33, 35, 37). Perintah ini menggemakan rangkaian perintah serupa yang mewarnai pasal 13, mulai dari ayat 5 ("Waspadalah"), ayat 7 ("Janganlah gelisah"), ayat 9 ("Hati-hatilah"), ayat 11 ("Janganlah kuatir"), ayat 18 ("Berdoalah"), dan ayat 23 ("Hati-hatilah"). Perintah-perintah ini mengarahkan para murid untuk tidak terlena, tetapi mawas diri dan waspada di dalam doa dan iman. Semua itu dilakukan karena para murid adalah hamba-hamba yang mesti bersiaga di tengah malam menunggui kalau tuan mereka tiba-tiba datang. Mereka tidak tahu kapan persisnya sang tuan datang. Yang mereka tahu: berjaga dan berhati-hati. Bagi kita, ini berarti tak boleh membiarkan diri dibius oleh ajaran yang secara eksklusif menekankan hak-hak orang percaya. Kita tak boleh mengabaikan tanggung jawab panggilan kita sebagai respons syukur atas berkat keselamatan yang kita terima. Mengapa semua itu kita lakukan? Karena kita tak lebih dari sekumpulan hamba Kristus, yang hidupnya tak lagi diperintah oleh diri sendiri, melainkan yang mau "menyangkal dirinya, memikul salib, dan mengikut Aku" (Mrk. 8:34). Dalam konteks panggilan ini, salah satu arti berhati-hati dan berjaga-jaga adalah tidak meninggalkan persekutuan dengan Allah dalam perenungan firman, doa, persekutuan jemaat. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |