Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/03/20 |
|
Senin, 20 Maret 2023 (Minggu Pra-Paskah 4)
|
|
Memang hal yang manusiawi jika manusia ingin keberadaan dirinya diterima dan diakui. Tetapi, hal ini akan menjadi toxic ketika keinginan tersebut membuat seseorang menjadi mudah merasa terancam dan tersaingi oleh kehadiran orang lain. Akibatnya, orang itu dapat menjatuhkan sesamanya, termasuk dengan cara yang halus, agar reputasinya tetap terjaga. Orang-orang Farisi bertanya tentang Torah (hukum Taurat) untuk menemukan celah dari ajaran Yesus agar mereka dapat menyalahkan-Nya (34-35). Hasrat untuk meneguhkan kekuasaan membuat mereka buta akan inti Torah, yaitu kasih. Sekalipun mereka tahu bahwa Torah mengajarkan kasih, perbuatan mereka jauh darinya. Tidak ada kasih di sana. Mereka berusaha menggunakan firman Tuhan untuk mencelakakan orang lain, meneguhkan posisi diri sendiri, dan melayani hasrat kekuasaan yang toxic. Sebagai tokoh agama, sangat mungkin mereka berbicara "atas nama Tuhan", padahal mereka mempunyai agenda tersembunyi. Hal ini sangat mendukakan hati Yesus, maka Ia mendengungkan lagi V'ahavta, perintah yang sangat penting bagi orang Yahudi, yaitu perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi (37-38). Perintah ini disandingkan dengan hukum yang sama (bukan nomor dua, lebih rendah, ataupun kurang penting), yaitu perintah untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri (39). Orang yang mengasihi Allah pastilah juga mengasihi sesama. Jika seseorang tidak mengasihi sesama, itu artinya ia tidak mengasihi Allah. Kedua perintah ini adalah inti dari seluruh hukum Allah (40). Kebutuhan untuk dicintai yang dapat dipuaskan dengan penerimaan dan pengakuan orang lain adalah hal yang normal. Tetapi, janganlah hal ini membawa kita kepada hasrat kekuasaan yang toxic, apalagi membuat kita mengatasnamakan Tuhan untuk berbuat jahat terhadap sesama. Sejatinya, kasih yang Alkitab ajarkan tidak bersifat hierarkis melainkan holistik dan integratif antara mengasihi Allah, diri sendiri, dan sesama. Mari terus belajar mengasihi Allah, diri, dan sesama dengan benar. [JHN]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |