Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/03/19 |
|
Kamis, 19 Maret 2015
|
|
Judul: Manipulasi kuasa Dalil ini tercermin pada sikap Sanhedrin selaku petinggi keagamaan Yahudi. Atas nama agama, Sanhedrin merasa dirinya berhak menentukan norma dan ajaran mana yang benar dan tidak benar. Atas nama Allah, Sanhedrin dapat menjatuhkan hukuman apa saja kepada rakyat Yahudi. Hal ini jelas terlihat dalam kasus Yesus. Apa yang Yesus lakukan di Bait Allah sudah menimbulkan kegaduhan dan perpecahan di kalangan para elite agama Yahudi. Untuk mengatasi hal itu, Sanhedrin berusaha mencari cara menjebak Yesus. Kali ini, mereka memancing Yesus masuk pada perdebatan tentang sumber kuasa mana dan otoritas siapa yang Yesus gunakan (19:42-20:2). Yesus tidak menjawab, melainkan melemparkan pertanyaan kepada mereka (3-8). Setelah itu, Yesus memakai cerita tentang penggarap-penggarap kebun anggur untuk menyindir para Sanhedrin. Dalam cerita itu, pemilik kebun anggur adalah Bapa Surgawi; penggarap kebun anggur adalah imam, nabi, ahli kitab, pemimpin agama, dan tetua adat; para hamba yang disuruh menagih adalah utusan Allah; ahli waris adalah Yesus (9-17). Cerita Yesus ini bagaikan sebuah tamparan keras di hati para Sanhedrin. Mereka menduga bahwa Yesus dengan sengaja menyindir dan membongkar kebobrokan mereka. Cerita ini dengan jelas menunjukkan bahwa para petinggi agama telah memakai kewenangan Allah dengan semena-mena (18-19). Kekuasaan itu sifatnya netral. Manusia yang membuatnya menjadi negatif dan destruktif. Kuasa yang kita miliki, hendaknya digunakan untuk memuliakan Allah dan memperluas Injil Yesus Kristus. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |