Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/03/11 |
|
Sabtu, 11 Maret 2023 (Minggu Pra-Paskah 2)
|
|
Kematian adalah akibat dosa. Karena itu, kefanaan hidup manusia sering menjadi keluhan dari tokoh Alkitab, seperti Musa (Mzm. 90), Pengkhotbah, dan, dalam nas hari ini, Ayub. Hidup manusia begitu singkat; seperti bunga ia berkembang lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap (1-2). Karena itu, Ayub meminta Allah untuk berbelas kasihan dan tidak menghadapkan manusia untuk diadili, supaya ia dapat menikmati hidupnya (3-6). Tidak seperti pohon yang setelah ditebang dapat bertunas kembali, manusia yang mati tidak akan bangun kembali (7-12). Walau demikian, Ayub berharap bahwa ia akan diingat, dipanggil, dan dihidupkan kembali oleh Allah serta kesalahannya ditutupi (13-17). Sebab, tanpa harapan itu, hidup manusia adalah sia-sia (18-22). Ayub melihat betapa fana dan rapuhnya hidup manusia. Jika Allah terus memerhatikan manusia untuk diadili, manusia tidak mungkin dapat menikmati hidupnya. Ayub menyesali hidup manusia yang tidak seperti pohon, yang walaupun ditebang dapat bersemi kembali. Ayub mengharapkan ada kehidupan setelah kematian, tetapi sepertinya ia belum yakin. Karena itu, ia melihat bahwa hidup ini penuh dengan penderitaan dan dukacita (22). Ayub bergumul tentang apa yang terjadi setelah kematian. Nantinya, pada pasal 19:25-27, Ayub meyakini adanya penebus yang akan membelanya dan adanya kehidupan setelah kematian. Namun, untuk sementara ini ia mengeluh tentang kefanaan hidup manusia dan meminta Allah untuk berbelas kasihan. Ayub mengerti sekali jika tidak ada kehidupan kekal, maka sesungguhnya yang ada bagi manusia hanyalah penderitaan tanpa harapan. Memang jika kita hanya melihat kehidupan di bumi, maka yang ada hanyalah kekecewaan dan dukacita. Tetapi, hari ini kita dapat bersyukur karena ada harapan setelah kematian bagi orang yang percaya kepada Kristus. Hanya dengan harapan ini kita dapat menjalani hidup yang fana di bumi yang penuh penderitaan ini dengan sukacita. Mari kita berterima kasih kepada Bapa atas janji-Nya akan hidup yang kekal. [INT] Baca Gali Alkitab 2 Ayub mengungkapkan betapa fananya hidup manusia (1-2). Kefanaan yang diungkapkan Ayub ditegaskan kembali oleh pemazmur dan Yakobus (4:14) pada ribuan tahun setelah masa hidup Ayub. Ayub juga mencoba untuk berdebat dengan Allah atas apa yang Allah perbuat atas dirinya sebagai manusia yang fana. Bagi Ayub, tidak seharusnya Allah memperlakukannya seperti yang sedang dialami olehnya. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |