Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/02/11 |
|
Sabtu, 11 Februari 2023 (Minggu ke-5 sesudah Epifani)
|
|
Identitas diri adalah dokumen yang sangat penting dimiliki oleh seseorang karena dokumen itu menjadi petunjuk keberadaan pribadi tersebut di dunia ini. Tetapi, bagaimana jika identitas itu menjadi rancu? Perikop kita berbicara tentang orang-orang Samaria yang dipindahkan untuk menempati daerah orang Israel. Mereka menolak untuk mengikuti pola penyembahan kepada Tuhan Allah. Raja Asyur membuang orang-orang Israel dari Kerajaan Utara ke daerah orang Madai (5-6). Daerah orang Israel kemudian diisi oleh bangsa-bangsa dari daerah Babel dan sekitarnya (24). Sekalipun orang-orang ini diam di daerah Israel, mereka menolak menyembah Tuhan Allah. Mereka mempertahankan ilah-ilah mereka sendiri dan bahkan melakukan persembahan kurban anak manusia (29-32). Tindakan ini memengaruhi sisa-sisa orang Israel yang masih ada di sana untuk ikut menyembah ilah baru itu sambil tetap menyembah Tuhan! (33-34). Dengan sengaja mereka mengingkari perjanjian mereka dengan Tuhan Allah, dan mereka mengajarkan pola pikir dan pola hidup sinkretis ini kepada anak cucu cicit mereka (35-41). Mengapa mereka mengalami krisis identitas yang sedemikian parah? Karena mereka mengikuti bangsa-bangsa yang ada di sekitar mereka (15). Mereka memandang rendah keberadaan Tuhan Allah dan dengan sengaja mereka melupakan riwayat penyertaan Tuhan atas mereka. Mereka juga mengabaikan hukum-hukum Allah dan menggantinya dengan keinginan hati mereka sendiri. Sebagai akibatnya, nilai moral mereka tergerus menjadi tidak lebih baik daripada bangsa sekitar, dan mereka tidak lagi mengalami kuasa karya Allah dalam hidup mereka. Manusia ada karena Allah yang menciptakan. Oleh karena itu, hakikat kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan di dalam Allah Sang Pencipta (Mzm. 16). Ketika manusia berupaya melarikan diri dan menjauh dari Allah, serta melupakan identitasnya yang sejati sebagai anak-anak Allah, maka mereka akan mendapat kegelisahan dan kehausan rohani. Adakah kita memiliki persekutuan yang hidup dengan Tuhan Yesus, Air Hidup yang kekal? [IBS] Baca Gali Alkitab 6 Hidup ini adalah pilihan, dan tiap-tiap orang diberi kemampuan untuk memilih dan menghidupi apa yang dia pilih. Kita mungkin pernah mendengar ada anak yang hidup takut Tuhan, berkelakukan baik, bertumbuh dalam kerohanian yang baik pula, walaupun ternyata orang tuanya atau keluarganya bukanlah seorang Kristen yang baik, atau mungkin justru bukan orang yang mengenal dan percaya kepada Kristus. Sebaliknya, ada juga individu yang berasal dari keluarga yang sangat rohani, namun ia sendiri hidup jauh dari Tuhan. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena masing-masing orang bebas memilih jalannya sendiri jauh dari latar belakang keluarganya. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |