Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/02/04 |
|
Sabtu, 4 Februari 2023 (Minggu ke-4 sesudah Epifani)
|
|
Ingatkah Anda kapan terakhir kali Anda datang memohon pengampunan kepada Tuhan? Nas hari ini memperlihatkan alasan yang umum ketika orang memohon pengampunan Tuhan, yaitu karena tidak tahan menanggung hukuman Allah. Ketika Yoahas tidak menjauhi penyembahan berhala, Allah menyerahkan Israel ke tangan raja Aram (2-3). Israel tidak berdaya melawan Aram (7). Karena itu, Yoahas memohon belas kasihan Tuhan (4). Allah pun menyelamatkan mereka. Tetapi, kelepasan dari Allah itu tidak mengubah sikap Yoahas (dan bangsa Israel) kepada Allah. Mereka tidak menjauh dari dosa, bahkan terus hidup di dalamnya (5-6). Inilah sikap penyesalan tanpa pertobatan. Sikap ini sering juga ditemukan pada orang Kristen. Penyesalan tanpa pertobatan terjadi ketika kita lebih takut kepada konsekuensi dosa ketimbang kepada dosa itu sendiri. Penyesalan timbul hanya setelah hukuman Allah dialami. Jika belum, tak ada penyesalan. Sikap ini juga terlihat dalam mempraktikkan ritual penyesalan-menangis, berkabung, menundukkan kepala-sebagai pertunjukan di hadapan Allah bahwa kita pantas diampuni. Kita berharap bahwa sikap itu menenangkan hati Allah sehingga menghenti-kan hukuman-Nya. Ya, seakan-akan kita bisa menyuap Tuhan. Dampaknya, tidak ada transformasi hidup. Seperti orang Israel, kita "tidak menjauh dari dosa-dosa", melainkan "terus hidup dalam dosa itu" (6). Ini adalah praktik pertobatan yang salah. Allah tidak menghendakinya. Allah menghendaki pertobatan batiniah, yaitu perubahan sikap hati. Hal ini berarti mengasihi Allah karena siapa Dia, bukan karena berkat atau hukuman-Nya. Kita menempatkan Allah sebagai pusat dan arah kasih kita-tempat yang memang seharusnya adalah takhta-Nya. Oleh kasih kepada Allah, kita membenci dosa dan menolak godaan si jahat yang merebut takhta Allah itu. Mari kembali ke pertanyaan pada bagian awal. Kiranya penyesalan dengan pertobatan menjadi jawaban kita. Kiranya anugerah pengampunan Allah menuntun kita kepada transformasi hidup. [JMH] Baca Gali Alkitab 5 Tidak ada kematian yang sia-sia dari orang yang melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Jika semasa hidupnya, ia setia mengerjakan kehendak Tuhan, menyatakan kebenaran, dan mewujudkan kebaikan di antara manusia, maka di dalam matinya pun akan terpancar kemuliaan Tuhan. Nabi Elisa yang telah hidup berjuang menyatakan kebenaran di tengah-tengah umat Israel sedang menghadapi kematiannya. Tetapi, bahkan di akhir hayatnya pun, Tuhan tetap memakai dia untuk memberitakan kebenaran kehendak Tuhan. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |