Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/01/23 |
|
Sabtu, 23 Januari 2010
|
|
Judul: Allah sumber Pengharapan Jawaban berikut mungkin akan sangat mengejutkan kita. Justru di dalam zaman yang sangat sulit, pengharapan boleh tumbuh dengan subur dan kokoh. Ambil contoh Abraham. Dalam sorotan Paulus, justru ketika tidak mungkin lagi untuk berharap mendapatkan anak, Abraham berharap; Berharap yang melawan kemungkinan untuk berharap (Rm. 4:18). Di tengah-tengah menanggung derita aniaya, justru orang percaya menjadi tekun, teruji dan tumbuh dalam pengharapan (Rm. 5:3-5). Surat rasul yang dikenali bertemakan pengharapan, justru ditujukan oleh Petrus kepada jemaat-jemaat yang sedang tersebar karena penganiayaan. Tidak heran pula bahwa dari era kancah peperangan yang melibatkan seluruh dunia (PD II), muncul juga seorang teolog besar (Moltmann) yang dikenal dengan teologi pengharapannya. Bagaimana persisnya proses kejadiannya sampai kesulitan besar justru menjadi lahan bagi tumbuhnya pengharapan? Kesulitan hidup berarti tumbangnya semua pegangan dan andalan da-lam hidup. Dan ini memaksa akar-akar hidup kita masuk dalam mencari sumber pengharapan sejati dan terpercaya, yaitu Allah sendiri. Inilah alasan mengapa kepada jemaat yang berada di sarang perancang aniaya (Roma), Paulus mengirimkan berkat demikian indah: "Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan."
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |