Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2008/01/31

Kamis, 31 Januari 2008

Bacaan   : Lukas 5:1-11
Setahun : Imamat 1-3
Nas       : Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun sujud di depan Yesus dan berkata, "Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa" (Lukas 5:8)

"GETAR" TUHAN

Pernah tersetrum listrik? Bagaimana rasanya? Maukah Anda mengulangi? Tidak bukan? Itu wajar. Namun, bagaimana bila yang Anda alami adalah "tersetrum" Tuhan?

Seusai mengajar dari atas perahu, Yesus menyuruh Simon bertolak ke tempat yang lebih dalam dan menangkap ikan. Seketika nelayan kawakan ini memprotes, tetapi akhirnya ia patuh. Hasilnya? Mukjizat. Perahunya penuh ikan hingga hampir tenggelam. Lalu ada satu hal menarik yang terjadi dalam diri Simon. Ia menyadari ketidaklayakannya untuk mengalami rahmat itu.

Mengalami mukjizat justru membuat Simon mengakui keadaannya sebagai orang berdosa. Biasanya jika seseorang mengalami mukjizat, ia merasa senang bahkan sangat bangga. Namun, Simon justru gentar. Pengalaman dengan Yesus sungguh membuatnya terpesona sekaligus takut. Katanya, "Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa" (ayat 8). Pergikah Yesus? Tidak. Yesus justru mengundang Simon untuk lebih dekat kepada-Nya. Bahkan sangat dekat. Yesus ingin mengubahkan Simon -- yang menyadari bahwa dirinya tidak layak -- menjadi Petrus yang akan "menjala" manusia-manusia lain dengan "jala" rahmat Tuhan.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda pernah tergetar karena karya Tuhan? Mungkin pernah, bahkan sering. Permasalahannya, apa yang menjadi buah dari getaran itu? Rasa bangga dan pongah rohani sembari membanding-bandingkannya dengan pengalaman orang lain? Atau, justru sebaliknya: kerendahan hati yang menebarkan rahmat Tuhan bagi semua orang? Mari temukan mana yang sepantasnya kita rayakan -- DKL

AMBILLAH WAKTU UNTUK MENEMUKAN RASA DAMAI,
DAYA ILAHI, DAN RASA CINTA -- Phil Bosman

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org