Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/1998/10/24 |
|
Sabtu, 24 Oktober 1998 Bacaan : Kisah 21:1-14 Setahun : Markus 11-13 Nas : Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata: "Jadilah kehendak Tuhan!" (Kisah 21:14)
|
|
Pada awal tahun 1940-an, pimpinan dari Dallas Seminary, Lewis Sperry Chafer, menyampaikan sebuah pidato singkat pada suatu perjamuan. Setelah melewati serangkaian acara yang panjang, ia pun menyampaikan topik yang ia bawakan: "Alasan-alasan Bagi Penyerahan Hidup Sepenuhnya Kepada Allah." Lalu, karena waktu sudah larut malam, ia hanya menyampaikan tiga alasan dalam pidatonya. ALASAN 1: Allah adalah Mahabijaksana dan mengetahui apa yang terbaik bagi hidup saya, lebih dari siapa pun. ALASAN 2: Dia Mahakuasa dan memiliki kuasa untuk memberikan apa yang terbaik bagi saya. ALASAN 3: Allah mengasihi saya lebih dari siapa pun. Chafer menyimpulkan, "Maka hal paling logis yang dapat saya lakukan adalah menyerahkan hidup saya kepada Allah. Anda pasti setuju dengan hal ini. Karena itu, tak ada lagi yang dapat saya katakan. Tak ada lagi yang perlu saya utarakan." Rasul Paulus memiliki keyakinan yang sama. Ia tahu bahwa penjara dan kesulitan menantinya di Yerusalem, tetapi ia juga tahu bahwa Allah menginginkan agar ia pergi (Kisah 20:22-23). Bahkan teman-temannya yang berduka dengan bijaksana menyimpulkan, "Jadilah kehendak Tuhan!" (21:14). Mereka tahu bahwa Paulus benar. Apa pun yang terjadi, asal kita melakukan kehendak Allah, berarti kita berada di tempat yang teraman di dunia. Tuhan itu Mahabijaksana, Mahakuasa, dan Mahakasih. Bukankah masuk akal jika Anda menyerahkan hidup kepada-Nya? HVL
MENYERAH BERARTI MENANG
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |