Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/1997/07/22 |
|
Selasa, 22 Juli 1997 Bacaan : Yeremia 2:29-37 Setahun : Pengkhotbah 4-6 Nas : Sia-sia Aku telah memukuli anak-anakmu, hajaran tidaklah mereka terima (Yeremia 2:30)
|
|
Bangsa Israel berkali-kali mengabaikan didikan Allah (Yeremia 2:30). Tuhan merasa sedih karena bangsa Israel tidak mau mengakui kesalahan dan mengubah cara hidup mereka. Saya pernah bertemu dengan para orangtua yang patah hati melihat perilaku anak-anak mereka. Karena itu, sungguh melegakan mendengar seorang pendeta muda yang pada upacara pemakaman ayahnya mengungkapkan ucapan syukur dan hormat atas koreksi-koreksi kesalahan yang pernah dilakukan orangtuanya. Pendeta muda itu menceritakan bahwa ketika masih remaja, ia pernah ditangkap polisi karena melempar batu ke sebuah tempat yang dapat mencelakakan dirinya sendiri. Polisi itu memberitahu ayahnya jika ia mampu mendisiplinkan anaknya, maka anak itu tidak perlu dimasukkan ke lembaga pengawasan anak nakal. Pendeta muda itu masih ingat, dari wajah sang ayah tersirat bahwa ia lebih suka menyerahkan anaknya ke lembaga itu. Namun ia tahu bahwa ayahnya sungguh-sungguh mencintainya. Ketika semakin dewasa, pendeta muda itu tetap membutuhkan disiplin. Namun karena ia menghormati ayahnya dan segera mengaku salah, ia menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Tidak jadi masalah apakah koreksi itu berasal dari Tuhan, orangtua yang baik, atau dari pihak lain, hasilnya ditentukan oleh respon kita. Ingatlah, "Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi" (Amsal 15:32) [HVL]
TERIMALAH KOREKSI --
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |