Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2003/06/20 |
|
Jumat, 20 Juni 2003 Bacaan : Amsal 3:13-26 Setahun : Mazmur 79-81 Nas : Berbahagialah orang yang mendapat hikmat .... Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya (Amsal 3:13,18)
|
|
Seorang filsuf memberi komentar pedas terhadap seorang filsuf lain, bahwa ia adalah "pemikir terhebat, tetapi orang yang paling picik". Kita memang mengagumi orang-orang yang kemampuan otaknya sangat pandai, tetapi kita pasti tidak ingin pernyataan tersebut ditujukan kepada kita. Lebih baik menjadi orang yang biasa saja, tetapi oleh kasih karunia Allah dapat mencerminkan sifat Kristus. Akan jauh lebih baik bila kita tidak menjadi orang yang sangat pandai tetapi picik secara rohani. Kepandaian dan pengetahuan adalah karunia yang berasal dari Allah, dan kita dapat mengaguminya. Namun, kita harus tetap ingat bahwa kebaikan hati dan kesalehan lebih diperlukan daripada kepandaian otak, dan kasih merupakan karunia yang paling pantas mendapat pujian (1Korintus 13:13). Meskipun kita menghargai teman-teman yang diberkati dengan pikiran yang tajam, kita tahu bahwa kebijaksanaan dari Tuhanlah yang sesungguhnya kita butuhkan. Dalam Amsal 2-3, kita diminta untuk mencari hikmat seperti mencari harta terpendam, dan me-nyadari bahwa hal ini lebih berharga daripada perak, emas, atau permata (2:4, 3:14,15). Hikmat disebut "pohon kehidupan", yang merupakan simbol dari berkat yang diberikan bagi setiap orang yang memiliki hubungan yang benar dengan Allah (3:18). Orang yang bijaksana dapat menempuh hidupnya dengan penuh keyakinan, karena dijamin oleh perkenan Allah (ayat 26). Hikmat. Inilah yang sebenarnya paling kita butuhkan -- Vernon Grounds ANDA DAPAT MENCARI SENDIRI PENGETAHUAN
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |