Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/170

e-Reformed edisi 170 (27-11-2015)

Yohanes Pembaptis sebagai Saksi

______________________Milis Publikasi e-Reformed______________________

e-Reformed -- Yohanes Pembaptis sebagai Saksi
Edisi 170/November 2015

DAFTAR ISI:
ARTIKEL: PERSAHABATAN-PERSAHABATAN CALVIN
STOP PRESS: PUBLIKASI BIO-KRISTI
               

Dear e-Reformed Netters,

Yohanes Pembaptis dikenal sebagai nabi terakhir Perjanjian Lama. Ia 
memiliki tugas khusus menjadi seorang utusan/saksi. Yohanes Pembaptis 
dipersiapkan untuk datang mendahului Kristus dan mempersiapkan jalan 
bagi-Nya, ini adalah sebuah tugas dan kehormatan yang besar bagi 
seorang manusia yang secara langsung menyaksikan kedatangan Sang Juru 
Selamat dunia. Dalam edisi ini, kita akan bersama-sama belajar 
mengenal sosok Rasul Yohanes. Ia secara konsisten dilukiskan sebagai 
saksi (Yoh. 1:6-8,15,19,32,34, 3:27-36, 5:32,36, 10:40-42). Yohanes 
adalah saksi Kristus sejati yang membawa pesan Injil sebagai pusat 
kesaksiannya.

Artikel ini merupakan bagian dari suatu pembahasan topik teologi yang 
berjudul "Kepemimpinan Yohanes Pembaptis", tetapi kita hanya akan 
menyoroti beberapa bagian saja, khususnya yang terkait dengan 
kehidupan Yohanes sebagai saksi Kristus. Pertama, mengenai sumber 
otoritas Yohanes Pembaptis sebagai seorang utusan. Kedua, apa isi 
kesaksian yang ia beritakan sebagai seorang utusan. Ketiga, kepada 
siapa kesaksian Yohanes Pembaptis ditujukan. Kiranya kita boleh 
diberkati melalui artikel ini dan semakin mengenal kehidupan yang 
bersaksi. Soli Deo Gloria.

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Ayub
< ayub(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >


               ARTIKEL: YOHANES PEMBAPTIS SEBAGAI SAKSI

Apakah sumber otoritas Yohanes Pembaptis?

Pelayanan Yohanes Pembaptis sebagai saksi ditegaskan bersumber dari 
Allah. Ia diutus ke dalam dunia untuk bersaksi bagi Mesias yang akan 
datang dan sudah datang. Ia terlibat dalam pelayanan kesaksian bukan 
karena keinginan atau keputusan dirinya sendiri, juga tidak ada sebuah 
institusi yang menugaskannya sebagai saksi. Ia tidak pernah menawarkan 
diri sebagai saksi. Tugas dan misinya sebagai saksi bersumber dari 
Allah. Ia harus bersaksi karena diutus Allah (Yoh. 1:6). Ia dipanggil 
dan diutus dengan otoritas untuk suatu tugas ilahi, bukan untuk 
menjadi tokoh reformasi agama dan masyarakat Yahudi.

Sebagai saksi, tentu saja isi kesaksiannya tidak berpusat kepada 
dirinya. Dengan perkataan lain, dirinya atau ide-ide teologisnya 
bukanlah merupakan berita yang harus ia sampaikan. Ia hanya seorang 
saksi yang harus menyampaikan kepada orang lain apa yang ditugaskan 
Allah untuk disaksikan. Jadi, isi kesaksiannya bersumber dari Allah. 
Ia tidak dapat mengarang, menambah, atau mengurangi isi kesaksiannya. 
Sebagaimana Allah menugaskan dan memberinya isi kesaksian, demikianlah 
ia harus menyampaikannya. Tidak lebih dan tidak kurang.

Apakah ini berarti Yohanes Pembaptis tidak perlu mempersiapkan diri 
untuk tugas mulia ini? Pemahamannya tentang Kitab Suci cukup mendalam. 
Dalam diskusinya dengan pemimpin-pemimpin agama Yahudi, ia mengutip 
kitab Yesaya 1:23. Ia bahkan menafsirkan kitab tersebut secara 
kristologis. Penafsiran seperti ini tentu saja agak asing bagi telinga 
para pemimpin agama Yahudi ketika itu. Akan tetapi, hal ini setidaknya 
memperlihatkan pemahamannya yang mendalam akan Kitab Suci. Ada lagi 
bukti lain mengenai dalamnya pemahamannya akan kitab suci. Ia 
memproklamirkan Yesus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa 
dunia. Memang tidak mudah untuk mendeteksi latar belakang frasa ini 
sehingga para pakar kitab ini berusaha keras menjelaskannya, tetapi 
hasilnya tetap tidak memuaskan.

Yohanes Pembaptis tentu saja paham akan fungsi domba dalam sistem 
ritual agama Yahudi. Terhadap fungsi domba ini, ia menambahkan tiga 
dimensi baru, yakni domba tersebut dari Allah, domba tersebut untuk 
menghapus dosa, dan domba tersebut tidak hanya terbatas di bait suci 
orang Yahudi, melainkan untuk dunia. Hal ini dapat dilakukannya karena 
ia memiliki pemahaman yang mendalam terhadap Kitab Suci. Ia tidak 
ragu-ragu mempersonalisasi sistem korban dalam diri Yesus. Agaknya, 
inilah alasan mengapa murid-muridnya kemudian meninggalkannya karena 
mereka ingin memahami lebih dalam makna frasa ini (Yoh. 1:37). Tidak 
diragukan lagi bahwa peran penting firman Allah dan penafsiran 
kristologis terhadapnya terjalin erat di dalam pemikiran dan pelayanan 
Yohanes Pembaptis.

Dalam Yoh. 3:27-36, ia kembali menegaskan bahwa dirinya adalah saksi 
yang diutus Allah. Allah adalah sumber otoritas pelayanan kesaksian 
yang ia lakukan. Namun, di bagian ini, ia memperluasnya dengan 
mengatakan bahwa segala sesuatu bersumber dari Allah, sedangkan 
manusia sebaliknya, tidak memiliki apa pun di dalam dunia ini, kecuali 
yang telah diberikan kepadanya. Manusia ketika datang ke dalam dunia 
ini tidak membawa dan memiliki apa pun, dan kalaupun ia memiliki 
sesuatu, sesuatu itu sebenarnya bukan bersumber dari dirinya sendiri 
melainkan dari Allah. Segala sesuatu yang ada pada Yohanes Pembaptis 
adalah pemberian Allah. Dengan demikian, ia mengakui Allah sebagai 
Pemilik dan Pemberi segala-galanya. Tidak perlu baginya untuk 
mengklaim diri sebagai Mesias atau nabi atau jabatan lainnya karena 
Allah tidak menugaskannya untuk itu. Ia tidak perlu merasa bahwa 
"kepemilikan" murid-murid sebagai hal yang harus dipertahankan. Allah 
memberinya tugas hanya sebagai saksi dan segala sesuatu yang ia terima 
berkaitan dengan tugasnya sebagai saksi. Semuanya ini bersumber dari 
Allah.

Fungsi Yohanes Pembaptis sebagai saksi ditegaskan oleh Yesus dalam 
Yoh. 5:33. Jadi, tidak hanya narator ataupun Yohanes Pembaptis yang 
menegaskan fungsi saksi. Yesus menyatakannya sebagai saksi, dan di 
dalam perbincangan antara Yesus dan pemimpin-pemimpin agama, Ia 
mengingatkan mereka akan kesaksian Yohanes Pembaptis yang telah mereka 
dengar. Yesus tidak hanya mengakui peran Yohanes Pembaptis sebagai 
saksi, tetapi bahkan menegaskannya. Orang banyak juga memersepsikan 
Yohanes Pembaptis sebagai saksi (Yoh. 10:41). Mereka melihat hidup dan 
perkataan Yohanes Pembaptis menunjuk pada Yesus, dan akibatnya orang 
banyak percaya kepada Yesus (Yoh. 10:42).

Yohanes Pembaptis adalah saksi yang diutus Allah. Ia menyadari dirinya 
sendiri sebagai saksi. Narator, Yesus, dan orang banyak 
memersepsikannya sebagai saksi. Otoritasnya sebagai saksi bersumber 
dari Allah sehingga tidaklah salah jika dikatakan bahwa Yohanes 
Pembaptis merupakan akronim dari Yohanes Penyaksi.

Apakah isi kesaksian Yohanes Pembaptis?

Dalam prolog ditegaskan bahwa Yohanes Pembaptis harus bersaksi tentang 
terang (Yoh. 1:7). Di dalam injil, Yohanes terang tidak menunjuk 
kepada suatu iluminasi di dalam, atau penyataan kepada, diri manusia. 
Simbol terang di dalam Injil Yohanes secara konsisten menunjuk kepada 
Yesus (Yoh. 12:46). Istilah terang dalam Yoh. 1:7-8 digunakan sebanyak 
3 kali seolah ingin menegaskan bahwa tidak ada berita lain yang 
disaksikan Yohanes Pembaptis kecuali mengenai Yesus terang dunia. 
Keharusan memberitakan Kristus kepada semua orang ditegaskan dengan 
istilah "Kekragen" (kekragen, Yoh. 1:15). Kata kerja "kekragen" yang 
dapat diterjemahkan "berseru", atau "berteriak", hal ini tidak hanya 
menegaskan kembali otoritas dan wewenangnya sebagai saksi yang diutus 
Allah, melainkan juga urgensi beritanya. Berita itu begitu mendesak 
dan penting untuk didengar sehingga ia harus berteriak. Sentralitas 
berita pada Kristus sejak awal narasi telah ditegaskan. Hidup, 
perkataan, dan perbuatannya semuanya berpusat pada Kristus dan 
menunjuk pada Kristus.

Ketika delegasi dari Yerusalem mempertanyakan otoritasnya, ia dengan 
tegas mengatakan bahwa dirinya bukanlah Mesias, ia bukan Elia, dan ia 
juga bukan nabi yang akan datang. Sebaliknya, ia menegaskan fungsinya 
sebagai saksi dengan mengidentifikasikan diri sebagai suara yang 
berseru-seru. Dari Yoh. 1:19-36 tercetus empat hal dari kesaksiannya. 
Pertama, Yesus membaptis dengan Roh Kudus. Baptisan dengan Roh Kudus 
jelas menunjukkan kedatangan Sang Mesias seperti yang dijanjikan dalam 
PL (Yes. 11:2, 61:1). Kedua, Yesus dan Roh Kudus tidak dapat terpisah. 
Ketika Yohanes Pembaptis melihat Roh Kudus tinggal pada Yesus, ia 
tidak ragu-ragu lagi bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan itu, 
dan akibatnya, ia pun tidak ragu memproklamirkan bahwa Yesus adalah 
Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Ketiga, Yohanes Pembaptis 
mengarakterisasikan Yesus sebagai Anak Domba dengan tugas universal, 
yakni menghapus dosa dunia. Akhirnya, sebagai klimaks, ia menyaksikan 
bahwa Yesus adalah Anak Allah. Kesaksiannya ini sejalan dengan tujuan 
penulisan Injil Yohanes yang dirumuskan dalam Yoh. 20:31.

Sentralitas dan keutamaan Yesus dalam pemikiran dan pelayanan Yohanes 
Pembaptis kembali kita temukan dalam Yoh. 3:27-36, tetapi dalam bentuk 
yang lebih diperluas dan mendalam. Ia memperluas uraiannya tentang 
objek iman orang percaya, di mana Yesus adalah objek iman. Ia 
melukiskan kekekalan Yesus. Kasih sebagai karakteristik relasi antara 
Yesus dan Allah Bapa juga diungkapkan dengan jelas. Yesus datang dari 
sorga, diutus oleh Allah ke dalam dunia untuk menyampaikan firman-Nya 
dengan kuasa Roh Kudus (Yoh. 3:34). Tujuannya ialah agar manusia 
percaya kepada-Nya (Yoh. 3:33,36) meskipun tidak sedikit juga yang 
menolak untuk percaya kepada-Nya (Yoh. 3:32,36). Kesaksian Yohanes 
Pembaptis sedemikian kuatnya, tetapi tidak terlihat respons murid-
muridnya apakah mereka percaya atau tetap bertahan mengikutinya.

Isi kesaksiannya adalah kebenaran (Yoh. 5:33), tetapi ini bukan hanya 
berarti bahwa segala sesuatu yang ia katakan adalah benar adanya. Di 
sini, nuansa personalisasi kebenaran agak terasa. Ia bersaksi bahwa 
Yesus adalah kebenaran dan orang banyak membenarkan bahwa yang 
dikatakannya tentang Yesus adalah benar (Yoh. 10:41).

Kepada siapa Yohanes Pembaptis bersaksi?

Di dalam prolog tidak diungkapkan secara jelas kepada siapa saja 
Yohanes Pembaptis harus bersaksi. Hanya secara samar-samar narator 
mengungkapkannya dengan memakai istilah "pantes" (pantes, Yohanes 
1:7). Istilah ini dipakai dalam bentuk jamak maskulin dan dapat 
diterjemahkan sebagai "semua orang". Namun, ini tidak berarti ia 
bersaksi secara eksklusif kepada pria atau suatu golongan masyarakat 
saja. Terminologi "pantes" bersifat inklusif. Hal ini secara gradual 
akan semakin jelas dalam Injil Yohanes. Untuk lebih jelasnya akan kita 
uraikan satu per satu. Pertama, Yohanes Pembaptis bersaksi tentang 
Mesias kepada pemimpin-pemimpin agama Yahudi (Yoh. 1:19-28). Para 
pakar Injil Yohanes umumnya berpendapat bahwa yang mengutus delegasi 
kepada Yohanes Pembaptis adalah pemimpin-pemimpin agama Yahudi. 
Beberapa imam, orang-orang Lewi dan Farisi diutus oleh mahkamah agama 
Yahudi di Yerusalem untuk menginterogasi Yohanes Pembaptis. Ketika 
berhadapan dengan pemimpin agama, ia mengutip PL yang secara tidak 
langsung menegaskan fungsinya sebagai saksi dan juga tema sentral PL 
tentang datangnya Mesias.

Kedua, Yohanes Pembaptis bersaksi kepada masyarakat Yahudi. Mengapa ia 
membaptis orang banyak? Tujuan baptisan bukanlah untuk membentuk suatu 
kelompok pengikut yang militan dan setia padanya. Ia dengan tegas 
mengatakan bahwa tujuan baptisan yang dilakukannya terhadap orang 
banyak adalah untuk mempersiapkan jalan bagi Mesias, dan dengan 
demikian menyaksikan bahwa Kristus telah datang di dunia.

Ketiga, Yohanes Pembaptis bersaksi kepada murid-muridnya. Ia tahu 
bahwa tujuannya bukanlah untuk membentuk suatu komunitas yang militan 
dan setia kepadanya selamanya. Meski memiliki murid-murid, tetapi 
tanpa ragu ia mengarahkan mereka untuk mengikut Yesus. Berulang kali 
ia memberi kesaksian tentang Yesus kepada mereka dan hasilnya, 
beberapa di antara murid-muridnya kemudian mengikut Yesus.

Kepada murid-murid yang masih bertahan mengikutnya, ia kembali 
mendorong agar mereka mengikut Yesus (Yoh. 3:27-36). Ia menggambarkan 
orang percaya sebagai orang yang menerima kesaksian Yesus (Yoh. 3:33) 
dan percaya kepada Anak (Yoh. 3:36). Dengan menerima kesaksian Yesus, 
orang tersebut meneguhkan bahwa Allah adalah benar dan ia memperoleh 
hidup kekal. Sebaliknya, orang yang tidak percaya adalah orang yang 
tidak taat kepada Anak (Yoh. 3:36). Ketidaktaatan meneguhkan murka 
Allah tetap dalam dirinya. Dengan tajam, Yohanes Pembaptis membedakan 
antara orang percaya dan orang yang menolak Yesus. Kontras ini dibuat 
agar murid-muridnya mengerti arti dan konsekuensi mengikut Yesus 
sehingga mereka terdorong untuk percaya kepada Yesus.

Keempat, Yohanes Pembaptis bersaksi kepada orang Samaria, tetapi tidak 
begitu jelas apakah "Ainon dekat Salim" (Yoh. 3:23) berada di wilayah 
Samaria. Jika ya, berarti ia bersaksi juga kepada orang Samaria. 
Mengingat perseteruan antara orang Yahudi dan Samaria cukup mendalam 
saat itu, maka kesaksiannya kepada orang Samaria tentu hanya bisa 
dijelaskan sebagai perluasan dan penjelasan istilah "semua orang" 
dalam prolog (Yoh. 1:7). Kesaksiannya menembus batas-batas rasial dan 
wilayah. Ia mengerti bahwa berita Yesus adalah Mesias tidak boleh 
terbatas pada satu wilayah etnis saja karena Yesus datang untuk 
menghapus dosa dunia. Pemahaman inilah yang mungkin membawanya hingga 
ke Samaria. Kesaksiannya kepada orang Samaria bisa dikatakan sebagai 
wujud nyata kesadarannya akan universalitas Injil.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Veritas, Jurnal Teologi dan Pelayanan Volume 3
Judul bab: Kepemimpinan Yohanes Pembaptis
Judul artikel: Yohanes Pembaptis Sebagai Saksi
Penulis: Armand Barus
Penerbit: SAAT, Malang 2002
Halaman: 75 -- 78


    STOP PRESS: E-WANITA: PUBLIKASI BAGI WANITA KRISTEN INDONESIA

Kembangkan wawasan dan kehidupan rohani Anda dengan bahan-bahan yang 
lengkap dan alkitabiah seputar dunia wanita dalam publikasi e-Wanita 
yang diterbitkan oleh Yayasan Lembaga SABDA.

Anda dapat berlangganan e-Wanita untuk mendapatkan artikel, tips, 
kesaksian, kisah tokoh-tokoh wanita Kristen, dan informasi-informasi 
lain seputar wanita Kristen secara GRATIS! Caranya sangat mudah. Anda 
hanya perlu mengirimkan email Anda ke: < subscribe-i-kan-
wanita(at)hub.xc.org > atau < wanita(at)sabda.org >

Dapatkan juga arsip e-Wanita sejak tahun 2008 di halaman: < 
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip/ >.

Mari, kembangkan dan perluas wawasan Anda bersama e-Wanita!


Kontak: reformed(at)sabda.org
Redaksi: Ayub, Yulia Oeniyati, dan N. Risanti
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org