Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/155

e-Reformed edisi 155 (28-8-2014)

MAZMUR 8

______________________Milis Publikasi e-Reformed______________________

e-Reformed -- MAZMUR 8
Edisi 155/Agustus 2014

DAFTAR ISI
ARTIKEL: MAZMUR 8
STOP PRESS: PUBLIKASI BIO-KRISTI

Dear e-Reformed Netters,

Pemahaman kita sebagai orang percaya dibangun atas dasar pengenalan 
kita akan Allah melalui relasi yang karib dengan Dia. Seseorang tidak 
dapat menyelami pekerjaan Allah secara benar tanpa membangun cara 
berpikir yang sesuai dengan pemikiran Allah. Oleh karena itu, kita 
harus membangun pola pikir yang sesuai dengan kebenaran Allah. Hal ini 
memang tidak mudah, dan merupakan pergumulan yang berat bagi orang 
percaya untuk memahami karya-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Lalu, 
bagaimana kita seharusnya memahami dan menyikapi setiap hal yang 
terjadi dalam perjalanan kehidupan kita bersama Allah?

Edisi e-Reformed bulan ini, yang mengangkat topik "Mazmur 8", kiranya 
dapat memberikan wacana kepada kita untuk melihat kemuliaan Allah dan 
menolong kita untuk melihat seperti apakah Tuhan itu, serta bagaimana 
seharusnya kita menghormati Tuhan. Dan berikutnya, kita dapat semakin 
mengenal-Nya dan hidup berpusat pada kehendak-Nya. Segala kemuliaan 
hanya bagi Tuhan Yesus!

Tuhan memberkati.

Staf Redaksi e-Reformed,
Ryan
< http://reformed.sabda.org >


                        ARTIKEL: MAZMUR 8

Mazmur ini adalah Mazmur pertama yang merupakan mazmur pujian (hymn of 
praise). Di sinilah, kita sekali lagi melihat kekayaan kitab ini, yang 
memiliki nuansa yang beraneka ragam. Mazmur ini dimulai dengan satu 
pujian karena kemuliaan dan keagungan Tuhan yang mengatasi ciptaan-
Nya. Dan, jikalau kita mau mengerti, sesungguhnya ini merupakan suatu 
berkat yang besar! Tidak setiap orang memiliki mata rohani untuk 
menyaksikan kemuliaan Tuhan. Ada orang yang hidupnya selalu bertanya-
tanya: mengapa Allah mengizinkan ini dan itu, mengapa Allah tidak 
mencegah, mengapa Dia berdiam diri, dan seterusnya. Orang-orang 
seperti ini sedang mencurigai Allah, seolah mereka tahu yang lebih 
baik daripada Allah, mereka tidak melihat kemuliaan dan keagungan 
Allah, yang mereka lihat adalah kejahatan dan kebusukan semata-mata. 
Seperti yang pernah dikatakan oleh Nietzsche, "... keretakan pada 
tembok, itulah Allah!"

Bukankah memang benar, bahwa mereka yang tidak mampu melihat dan 
menyaksikan kemuliaan Allah cenderung akan menghujat nama-Nya, entah 
dengan lantang atau diam-diam? Itulah sebabnya, pada ayat yang ketiga 
dikatakan "Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah 
Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh 
dan pendendam." Bukan di dalam pengertian bahwa kelak bayi-bayi serta 
anak-anak itu akan mengalahkan para musuh mereka, melainkan bahwa 
bahkan bayi-bayi pun tahu bagaimana memberitakan kemuliaan Tuhan dan 
memuji Dia, sementara orang yang terus mencurigai Tuhan akan 
dibungkam. Tuhan akan terus menyatakan diri dalam segala kemuliaan-
Nya, berbahagialah mereka yang melihat serta mengagumi-Nya.

Ketika pemazmur melihat keindahan ciptaan Tuhan yang begitu dahsyat, 
kemahabesaran Tuhan dalam ciptaan-Nya, ia dibawa masuk ke dalam 
kesadaran keterbatasan manusia -- betapa kecilnya manusia, 
dibandingkan dengan ciptaan yang lain. Secara ukuran, manusia memang 
seperti sebutir debu yang menghiasi kerumitan alam semesta. Pemazmur 
mengetahui keterbatasan dirinya, kerentanannya, kefanaannya, 
ketidakberartian dirinya jika dibandingkan dengan ciptaan Tuhan yang 
sangat luas. Kemuliaan Tuhan dalam ciptaan seharusnya membawa manusia 
untuk mengenal diri dengan benar.

Namun, pemazmur tidak berhenti di situ. Ia tidak menjadi putus asa, 
kecewa, dan kemudian mengutuki Allah, melainkan justru pada titik ini, 
ia mendapati bahwa sesungguhnya manusia diciptakan secara khusus dan 
dengan keunikan yang tiada taranya karena Allah telah membuatnya 
hampir sama seperti diri-Nya sendiri. Dalam hal ini, ia bukan hanya 
mengenal keterbatasan dirinya, melainkan juga mengetahui keunikan dan 
kehormatan yang dimilikinya. Apakah perbedaan pernyataan pemazmur di 
sini dengan seseorang yang memegahkan kebolehan dirinya, kehebatannya, 
mungkin kepandaiannya, mungkin segala bakat yang dimiliki, kuasa, 
pengaruh, dan lain sebagainya? Perbedaannya adalah, tidak seperti 
pemazmur, orang ini tidak pernah mengenal keterbatasan dirinya, dan 
karena itu, tidak mungkin pula ia melihat kebesaran dan kemuliaan 
Allah yang dikaruniakan-Nya kepada dirinya. Yang dilihatnya adalah 
kemuliaan dirinya sendiri! Inilah paradoks yang ada dalam hidup 
manusia yang sangat singkat itu. Alangkah indahnya jika kita diberikan 
mata yang mampu melihat, melihat apa yang Allah lihat, bukan apa yang 
mau kita lihat.

Pengertian itulah yang membuat pemazmur mengenali tempat dan posisinya 
dalam alam semesta. Pada ayat 7, kita membaca bahwa manusia, sekalipun 
terbatas dan kecil, diberi kuasa atas ciptaan yang lain, bahkan 
segala-galanya telah diletakkan Tuhan di bawah kakinya. Kemuliaan 
serta kehormatan yang ada pada diri manusia ditandai dengan penguasaan 
manusia atas alam semesta. Alangkah hinanya ketika kita menyaksikan 
manusia justru dikuasai oleh ciptaan yang lebih rendah, entah itu 
uang, emas, minyak, atau bahkan dikuasai oleh kekuasaan itu sendiri! 
Sekali lagi, manusia memang makhluk yang paradoks. Sesungguhnya, Tuhan 
sendiri telah memberikan kuasa itu dalam diri manusia, tetapi manusia 
justru jatuh untuk memperebutkan kekuasaan, seolah-olah itu merupakan 
sesuatu yang ada di luar diri manusia. Mengapa terjadi kebingungan 
(confusion) kekuasaan? Mazmur ini mengatakan bahwa itu karena manusia 
tidak melihat kemuliaan dan keagungan Allah yang mengatasi seluruh 
ciptaan. Dengan kata lain, manusia tidak melihat kekuasaan dan 
pemerintahan Allah atas segala ciptaan, termasuk atas hidup manusia 
itu sendiri.

Kuasa yang diberikan kepada manusia hanya bisa dijalankan dengan benar 
ketika manusia menundukkan diri di bawah pemerintahan Allah yang 
berdaulat. Kejatuhan manusia ke dalam dosa sudah diselesaikan oleh 
Yesus Kristus, yang memulihkan ketaatan manusia di bawah pemerintahan 
kehendak Allah yang di surga. Yesus Kristus tidak hanya menjadi 
teladan, sosok seorang manusia yang menundukkan diri di bawah 
kekuasaan Allah, melainkan Dia sendiri adalah satu-satunya jalan 
menuju kepada ketaatan yang sejati sehingga barangsiapa percaya dalam 
nama-Nya akan beroleh keselamatan. Keselamatan yang mencakup 
pengampunan dosa, kehidupan yang kekal, pemulihan pengenalan diri yang 
benar, posisi manusia dalam ciptaan, menjalankan kuasa yang ada dalam 
diri manusia, dan pada akhirnya, bagaimana manusia semakin jelas 
melihat kemuliaan nama Tuhan di seluruh bumi.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Ajarlah Kami Bergumul
Judul bab: Mazmur 8
Penulis: Billy Kristanto
Penerbit: Momentum, Surabaya 2010
Halaman: 11 -- 14


               STOP PRESS: PUBLIKASI BIO-KRISTI

Sumber-sumber apa saja yang sudah Anda miliki untuk mengakses 
informasi mengenai tokoh-tokoh Alkitab maupun tokoh-tokoh Kristen di 
dunia? Apakah salah satunya adalah Publikasi Bio-Kristi?

Jika Anda belum memiliki Publikasi Bio-Kristi, mari, bergabunglah 
sekarang juga. Dengan berlangganan Publikasi Bio-Kristi, Anda akan 
menerima informasi berharga, khususnya tentang riwayat dan karya yang 
ditinggalkan oleh para tokoh yang berjasa di dunia Kristen dan di 
dunia pada umumnya. Bio-Kristi diterbitkan oleh Yayasan Lembaga SABDA 
< http://ylsa.org > setiap hari Kamis minggu kedua.

Apakah Anda berminat? Caranya sangat mudah dan GRATIS! Hanya dengan 
mengirimkan alamat email Anda ke < biografi(at)sabda.org >, maka Anda 
akan menerima Publikasi Bio-Kristi setiap satu bulan sekali di kotak 
masuk e-mail Anda. Tunggu apa lagi? Bergabunglah sekarang juga!

Informasi lebih lengkap: http://biokristi.sabda.org/


Kontak: reformed(at)sabda.org
Redaksi: Teddy Wirawan, Yulia Oeniyati, dan Ryan
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org