Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/47

e-Reformed edisi 47 (20-1-2004)

Jemaat-jemaat Kristus di Asia Melintasi Abad ke-21 (Bagian 2)

           JEMAAT-JEMAAT KRISTUS DI ASIA MELINTASI ABAD KE-21
                              (Bagian 2)


III. PERLENGKAPAN YANG DIBUTUHKAN DALAM PENGGEMBALAAN DI GEREJA-GEREJA
      ASEAN

Selama 40 tahun lebih, oleh anugerah Tuhan, penulis menjadi pengajar
di seminari, mengadakan penginjilan, membuka ladang baru, mendirikan
gereja dan sekolah Kristen. Semuanya itu dilakukan penulis selaku
hamba kecil yang menaati dan melakukan kehendak-Nya. Dengan pemahaman
yang dangkal, melalui kesempatan ini penulis mencoba memberikan
beberapa saran, kiranya pembaca yang terhormat berkenan memberi
petunjuk dan koreksi.

1. Dosen seminari dan pemimpin gereja perlu membentuk kelompok
    pemahaman Alkitab untuk menyelidiki seluruh doktrin Alkitab,
    kebenaran Alkitab yang tak pernah berubah itu, untuk mengevaluasi
    doktrin-doktrin yang telah menjadi tradisi denominasi-denominasi
    gereja Barat, yang selama ini disebut sebagai kepercayaan ortodoks,
    namun tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Memisahkan kebenaran
    Alkitab yang tidak berubah itu dengan kebudayaan barat, agar orang
    Asean dengan jelas mengenal garis pemisah antara kebenaran agama
    Kristen dan kebudayaan Barat, untuk mengurangi sikap menentang
    kebudayaan Barat sebagai alasan menentang kebenaran Kristen.

2. Dosen seminari dan pemimpin gereja perlu membentuk kelompok kecil
    untuk mempelajari rencana pembangunan nasional. Berdasarkan
    kebenaran Alkitab, dengan sikap positif meresponinya, serta
    mendorong orang Kristen turut berperan serta di berbagai sektor
    pembangunan nasional. Yusuf, Ester, Mordekai, Daniel dan juga tidak
    sedikit orang Kristen yang saleh yang mempunyai kontribusi dalam
    politik negara. Alangkah baiknya jika dapat mengundang politikus
    Kristen untuk hadir dalam pertemuan-pertemuan kelompok kecil ini.

3. Dosen seminari perlu menyelidiki baik buruknya pemikiran, motivasi,
    langkah-langkah, dan penafsiran. Menjadualkan pengadaan seminar,
    dengan mengundang Gembala atau hamba Tuhan dan orang Kristen yang
    berpendidikan tinggi, bersama-sama meneliti dan diskusi, kemudian
    menjelaskan kembali hasilnya kepada jemaat. Hal ini dapat
    menghindari agama menyalahgunakan nama kekristenan untuk menentang
    kebenaran Alkitab, yang berdampak negatif bagi citra gereja, juga
    dapat mencegah orang Kristen menerima teori yang nampak benar
    tetapi sesungguhnya salah, dan menggantikannya dengan slogan rohani
    yang muluk-muluk, dengan sembrono mengikutinya demi keuntungan
    material.

4. Perlu adanya kerja sama antara seminari dan gereja setempat untuk
    membentuk pendidikan teologi kaum awam, di mana dosen teologi dan
    orang Kristen awam dapat berinteraksi secara langsung selaku guru
    dan sahabat. Kebenaran yang murni itu disampaikan dengan rinci,
    konkret, praktis, aplikatif, dan universal. Pendidikan teologi kaum
    awam dapat menjadi tempat di mana dari tangan pertama seorang dosen
    teologi mendapatkan persoalan-persoalan yang berkaitan langsung
    dengan kehidupan orang Kristen di tengah-tengah masyarakat dunia,
    dan orang Kristen memperoleh jawaban yang berbobot yang sesuai
    dengan kebenaran Alkitab. Gembala Sidang setempat sebaiknya juga
    menjabat sebagai dosen pendidikan teologi kaum awam, sehingga dalam
    proses belajar mengajar yang cukup panjang itu, gembala sidang
    memacu jemaat untuk menyelidiki kebenaran Alkitab dengan saksama.

5. Gereja harus memberikan kesempatan secara berkala bagi gembala
    sidang atau hamba Tuhan untuk mengikuti pendidikan teologi
    lanjutan. Konsep tentang seorang hamba Tuhan cukup berbekalkan
    pendidikan teologi selama 4 tahun dan kemudian melayani seumur
    hidup harus diubah. Pada era informatika dan meledaknya pengetahuan
    kini, jika setiap minggu seorang gembala sidang atau hamba Tuhan
    tidak secara intensif membaca 1-2 buah buku ilmiah atau yang
    berbobot, 5-7 tahun kemudian tidak mengikuti 1-2 tahun pendidikan
    lanjut, maka dengan kerutinan setiap minggu yang harus membuat 2-3
    naskah khotbah itu, ia akan terasa begitu sulit dan kering. Setiap
    kali ia akan merasa letih lesu, kecewa dan putus asa, dengan
    langkah yang berat dan tidak bersemangat menuju mimbar. Sekalipun
    jemaat datang beribadah dengan hati yang hormat dan takut kepada
    Tuhan, rindu untuk memperoleh makanan rohani yang dibutuhkan
    sebagai pedoman dalam kehidupannya, tetapi kenyataannya ialah:
    "kata-kata usang atau kata klise belaka, yang tak bermakna", yang
    tidak dapat memenuhi kebutuhan rohani mereka. Yang lebih fatal,
    karena pengkhotbah merasa begitu tertekan, seringkali tanpa sadar
    mengeluarkan kata-kata omelan, sindiran di mimbar, menjadikan
    jemaat sebagai tempat pelampiasan amarah, akibatnya hubungan antara
    gembala dengan jemaat akan semakin memburuk. Ini adalah bencana
    bagi gereja, bahkan bencana yang besar! Jika secara berkala gembala
    atau hamba Tuhan itu mengikuti pendidikan lanjut, lebih meneliti
    dan mendalami Alkitab, maka Firman Tuhan akan disampaikannya dengan
    penuh keyakinan dan suara yang mantap. Ditambah dengan doa serta
    kuasa Roh Kudus, maka akan seperti air sungai yang mengalir dengan
    lancar, bersemangat dan mendatangkan berkat bagi yang mendengarkan.
    Pelayanan mimbar merupakan kesempatan di mana seorang hamba Tuhan
    bekerja sama dengan Tuhan, juga merupakan suatu kenikmatan rohani.
    Hal ini merupakan kunci bagi pertumbuhan rohani orang Kristen dan
    vitalitas gereja.

6. Setiap minggu gembala sidang atau hamba Tuhan harus berusaha untuk
    menulis artikel-artikel yang bersifat penelitian dan sistematis,
    atau mengundang orang Kristen yang pandai dalam kesusasteraan untuk
    menulisnya. Kemudian dimuat dalam buletin gereja. Di samping
    melatih diri sendiri agar semakin maju dalam membuat naskah
    khotbah. (Karena untuk diterbitkan, sudah tentu akan lebih teliti
    memikirkan secara rinci, dan akan berusaha untuk menggunakan materi
    yang lebih tepat.) Juga melatih diri melakukan pelayanan literatur.
    Jikalau dalam satu tahun memiliki 52 naskah khotbah yang ringkas,
    pada akhir tahun dapat diterbitkan sebagai sebuah buku, baik untuk
    dijual kepada orang Kristen, atau sebagai kenang-kenangan di hari
    Natal kepada sanak saudara dan sahabat. Dalam anugerah Tuhan,
    selama pelayanan 50 tahun, ia akan memiliki 50 buah buku kumpulan
    khotbah, dengan demikian ia telah menjadi gembala yang mengarang.
    Yang lebih berharga ialah ketika ia kembali ke pangkuan Bapa, hasil
    karya ini dapat menjadi kesaksian untuk orang banyak. Pelayanan
    yang tahan lama ini, juga melatih gembala atau hamba Tuhan untuk
    memiliki kehidupan yang teratur, ulet dan mau berupaya untuk maju.
    Selain Gembala sidang atau hamba Tuhan harus memiliki tekad ini,
    gereja juga harus memberi dukungan kepada mereka. Contoh: John
    Wesley (abad-18), Charles Spurgeon (abad-19), Harun Hadiwijono, R.
    Sudarmo, J. L. Ch. Abeneno (abad-20).

IV. STRATEGI YANG DIKEMUKAKAN KRISTUS BAGI GEREJA DALAM MENGHADAPI
     PERUBAHAN SEJARAH

Kristus belum datang kembali, namun gereja telah memasuki abad ke-21.
Beberapa pemimpin gereja mengamati sejarah 100 tahun yang lalu, di
mana gereja di Eropa dan Amerika semakin melemah dan mundur,
sebaliknya agama-agama lain bangkit, bertumbuh, dengan gigih maju
mendobrak semua penghalang, menembus masuk ke dalam basis gereja di
Eropa dan Amerika. Walaupun di negara-negara Asia memberikan
keleluasaan bagi kekristenan, tetapi ketika memperkenalkan anugerah
keselamatan Kristus kepada yang lain, seringkali dihalangi karena
alasan "kerukunan dan ketenteraman". Sehingga tidak sedikit yang
peduli akan masa depan penggembalaan gereja menjadi cemas, dan umumnya
bersikap membalas, bahkan untuk menunaikan Amanat Agung sampai ke
seluruh dunia, mereka siap membayar harga "lebih baik mati berkalang
tanah, daripada hidup bercermin bangkai." Berdasarkan kebenaran
Alkitab, kita akan melihat bagaimana Kristus menangani strategi gereja
menghadapi perubahan sejarah.

1. Dasar Gereja Kristus
-----------------------
Tuhan Yesus Kristus sendiri adalah dasar bagi gereja (Mat. 16:18-20;
lKor. 3:11; Ef. 2:20). Dasar ini bukan bersifat materi, bukan
organisasi manusia yang kelihatan, bukan orang banyak yang kenyang
karena makan roti, terlebih bukan teologi dari teolog timur dan barat,
atau pencerahan khusus para penafsir. Dasar ini adalah: Yesus Kristus,
Firman yang telah menjadi manusia, diam di antara manusia, taat
sepenuhnya kepada kehendak Bapa, dengan darah-Nya yang kudus oleh Roh
yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sebagai korban bagi
penebusan dosa umat manusia, yang telah bangkit dari kematian, dan
yang telah menang atas segala kuasa. Ia adalah kekal, hidup
selama-lamanya, menjadi Pemimpin semua raja-raja di dunia. Dia adalah
Raja yang telah diurapi Allah Bapa sejak kekekalan (Mzm. 2:7; Ibr.
1:8-13; Why. 5:9-14, 6:16, 19:11-16; dan sebagainya).

Dengan hidup yang kekal Kristus telah mempersembahkan korban yang
kekal. Hidup yang diberikan-Nya adalah hidup dari Allah, dan gereja
didirikan oleh-Nya dan merupakan kumpulan orang-orang yang oleh-Nya
telah beroleh hidup. (Yoh. 1:12-13, 10:10-11, 17-18, 17:3, 20:31; Ibr.
9:11-14, 10:10-18 dan sebagainya). Oleh sebab itu, gereja Kristus itu
adalah hidup dan rohaniah, yang adalah milik Allah yang esa dan benar.
Karena gereja didirikan di atas darah tubuh Kristus yang kekal, maka
gereja bersifat kekal dan kokoh.

2. Ujian Gereja Kristus
-----------------------
Tuhan Yesus berkata kepada Petrus: "Di atas batu karang ini Aku akan
mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." (Mat.
16:18). Hal ini menyatakan: Ketika mendirikan jemaat (gereja), ada
kekuatan yang menolak dan merusakkannya, tetapi tidak akan dapat
menguasainya.

Sejarah gereja juga memberitahukan kepada kita, ketika Kristus
memberitakan Injil Kerajaan Surga di bumi ini, untuk menyelamatkan
semua bangsa, pemimpin-pemimpin Yahudi menolak-Nya, menyerang-Nya
bahkan bersiasat untuk membunuh-Nya (bandingkan Yoh. 5:16, 7:1, 30,
8:59, 34, 11:53, 57, 19:6-7, 15; dan sebagainya). Gereja pada zaman
para Rasul juga menderita penganiayaan dari golongan Yudaisme.
Orang-orang Yahudi berupaya keras untuk memusnahkan orang Kristen
(bandingkan Kis. 4:1-3, 5-7, 17-18, 5:17-40, 6:9-14, 7:54-59, 8:1-3,
9:1-2, 13:50, 14:1-6, 19, 17:1-9, 18:12-17, 21:27-36, 23:12-15 dan
sebagainya). Sesudah itu, pada masa Kekaisaran Romawi berkuasa pada
tahun 60-12 TM, sepuluh kali gereja menderita penganiayaan besar. Pada
abad-7, sebuah agama baru muncul di Timur Tengah dan menghancurkan
gereja-gereja di Arab, Mesir, Afrika Utara dan Spanyol, serta membunuh
ratusan ribu orang Kristen. Pada abad-14 dan 15, agama Timur Tengah di
Turki memusnahkan hampir seluruh umat Kristen di negara itu. Pada
abad-20, ketika Partai Komunis berkuasa di Rusia, juga hampir
memusnahkan Gereja Ortodoks Yunani, Roma Katolik di Eropa Timur Rusia
dan Agama Kristen di Tiongkok. Namun selama 2.000 tahun, gereja yang
berakar dalam Kristus yang telah bangkit dan hidup selama-lamanya itu,
tetap bereksistensi, bahkan seturut kehendak Allah masuk ke dalam
semua lapisan masyarakat, bersaksi kepada penganiaya-penganiaya itu.
Seperti yang dikatakan dalam surat Wahyu "Kuasa kegelapan berupaya
dengan berbagai cara ingin menyerang dan menelan gereja, bagaikan naga
merah yang besar itu menelan anak yang dilahirkan perempuan itu,
tetapi Allah sendiri menyediakan tempat bagi perempuan dan anaknya di
padang belantara, memeliharanya, sehingga tidak ditelan oleh naga
merah besar itu" (Why. 12:1-6, 13-17).

3. Perkembangan Gereja Kristus
------------------------------
Gereja yang ditebus dan didirikan oleh darah Kristus adalah gereja
yang hidup dan bersifat rohani. Karena hidup, maka akan terus
berkembang biak; karena bersifat rohani, maka tidak dibatasi oleh
dunia materi. Kristus pernah memakai perumpamaan benih untuk
melukiskan firman yang hidup dan rohani. Ia berkata, "Sesungguhnya
jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu
biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."
(Yoh. 12:24). Seorang Kristen yang memiliki hidup dibunuh, berarti
sebuah benih yang hidup jatuh ke tanah dan mati. Tidak lama kemudian
akan menghasilkan banyak buah. Oleh sebab itu, darah kaum martir
adalah benih-benih Injil yang jatuh dan mati. Di mana ada seorang
martir Kristen, benih Injil tersebut akan melampaui ruang dan waktu,
di situ ia akan menghasilkan banyak buah yaitu orang-orang Kristen
yang memiliki hidup Kristus, orang-orang Kristen dari berbagai bangsa
dan negara. Contoh: Martir Stefanus (Kis. 7), benih yang mati dan
menghasilkan buah yaitu Paulus yang menjadi rasul untuk bangsa bukan
Yahudi (Kis. 9).

Selama 2.000 tahun ini sejarah gereja memberitahukan kepada kita:
Eksistensi dan misi gereja yang ditebus dan diselamatkan oleh darah
Kristus, di tempat, bangsa, budaya dan zaman yang berbeda, selalu
ditentang, didesak, difitnah, dilarang, bahkan diancam untuk dibunuh,
namun karena Kepala gereja adalah Kristus yang telah bangkit, yang
telah menang atas kematian dan maut, yang hidup untuk selama-lamanya
selalu menyertai gereja-Nya, menderita bersama-sama dengan gereja-Nya.
Dengan cara yang ajaib, Ia memelihara semua orang Kristen yang
mengasihi-Nya, yang taat memberitakan Injil-Nya di seluruh bumi,
sehingga Injil dapat diberitakan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Gereja berkembang dan menyebar dari satu bangsa ke bangsa yang lain,
keselamatan oleh darah Kristus diteruskan dari satu generasi ke
generasi yang berikut, Alkitab diterjemahkan dari satu bahasa ke
bahasa yang lain. Penyebaran gereja bagaikan sebuah perahu yang
berlayar, mengarungi lautan, menerpa badai dan ombak, dengan gagah
maju terus, untuk menggenapkan amanat pemberitaan Injil yang telah
ditetapkan Allah dalam kekekalan, agar semua bangsa menjadi murid
Kristus.

4. Kesaksian Gereja Kristus
---------------------------
Alkitab Perjanjian Baru secara konkret menjelaskan isi iman Kristen,
amanat orang Kristen dalam kehidupan dan karir sehari-hari, baik atau
tidak baik waktunya, harus memberitakan keselamatan dalam Kristus.
2.000 tahun silam, kepercayaan Kristen tak putus-putusnya mengalami
penolakan dan penyerangan dari kekuatan pikiran filsafat manusia dan
arus kejahatan yang ada dalam budaya sekular, agar moral orang Kristen
yang bersih dan murni itu dinodai, serta menurunkan standar yang
ditetapkan Alkitab. Namun, Kristus yang bangkit, oleh darah-Nya yang
tetap berkhasiat, dan kuasa Roh Kudus, senantiasa menyucikan,
memelihara kekudusan gereja dan orang Kristen (bandingkan 1Yoh.
1:5-2:2; Why. 7:14; dan sebagainya). Membangun yang gagal, menopang
yang lemah, memanggil yang bertekad meneladani Kristus, menyangkal
diri, memikul salib-Nya (bandingkan Luk. 22:31-34, 60-62; Yoh.
10:28-29; 1Tes. 5:23-24; Yud. 24-25 dan sebagainya). Roh Kudus seturut
kehendak-Nya mengaruniakan berbagai karunia rohani kepada setiap orang
Kristen di posisi masing-masing: berkata-kata dengan hikmat,
pengetahuan, iman, kasih, mengajar, menasihati, memimpin, membedakan
bermacam-macam roh, memberitakan Injil, menggembala-kan jemaat,
menafsirkan kebenaran Alkitab dan sebagainya, agar saling melengkapi,
membangun kerohanian orang Kristen, di tiap zaman, tiap tempat, tiap
bangsa, tiap lapisan masyarakat (bandingkan Rm. 12:6-8; Ef. 4:11;
1Kor. 12:8-10, 28-29; lPtr. 4:10-11 dan sebagainya).

Selama 2.000 tahun, dalam kondisi seperti inilah gereja Kristus
bereksistensi, bertumbuh dan menyebar sampai ke semua bangsa. Sebelum
kedatangan Kristus yang kedua kalinya, gereja dan orang Kristen akan
tetap menghadapi tantangan dan penganiayaan, serangan dan kebejatan
moral, ketidaktenteraman di dalam dan agresi dari luar, sekalipun
secara bentuk dan kualitas berbeda, tetapi satu motivasi yaitu untuk
menentang dan memusnahkan gereja. Namun, bagaimanapun dahsyatnya
penolakan dan pukulan itu, gereja tetap bereksistensi dan berkembang.
Seturut kehendak Kristus, gereja terus maju dan berani bersaksi kepada
orang-orang yang tidak percaya, di zaman yang jahat dan kacau balau
ini.

Jikalau gembala sidang, hamba Tuhan dan orang Kristen tidak mengerti
bahwa penderitaan dan penganiayaan yang dialami itu adalah kesempatan
bersaksi yang Tuhan berikan, dan di bawah pengontrolan Kristus, maka
ketika orang-orang yang mengasihi Tuhan ini menghadapi
ketidaktenteraman di dalam dan agresi dari luar, akan menjadi kecewa
dan putus asa, merasa sendiri dan tak berdaya untuk menunaikan amanat
beritakan Injil ke seluruh bumi. Bahkan ada sebagian gembala sidang
dan hamba Tuhan yang pasif, ketika menghadapi kegarangan tantangan dan
serangan iblis, akan menyerah, berkhianat menyangkal Tuhan, menjual
saudara seiman, juga menjual diri sendiri.

Perjalanan sejarah gereja selama 2.000 tahun ini membuktikan bahwa
Kristus senantiasa beserta dengan gereja-Nya dalam penderitaan,
menderita dan menang bersama-sama. Gereja telah melewati milenium
ke-2, 20 abad, yakinlah bahwa sebelum Kristus datang lagi, gereja-Nya
tetap akan sanggup dan tenang melewati milenium ke-3, abad-21, bahkan
memiliki kekuatan bersaksi pada setiap zaman, kepada setiap umat
manusia yang kosong hatinya, yang hidup tanpa berpengharapan dan tanpa
tujuan yang pasti.

Gembala sidang gereja-gereja di Indonesia yang mengerti dengan baik
strategi Kristus yang diwahyukan dalam Alkitab, baiklah bersandar pada
bimbingan dan pertolongan Roh Kudus untuk memanfaatkannya. Barulah
dapat bersama-sama dengan gembala-gembala sidang yang ada pada setiap
zaman menggenapkan amanat misi di seluruh bumi, serta mengalami
kemenangan dalam Kristus.

[Catatan: Artikel ini diterjemahkan (dari bahasa Chinese ke bahasa
Indonesia) oleh Ev. Amy Kho, Sm. Th.]

Sumber:
Judul Buku: Hamba Tuhan dan Jemaat Kristus yang Melintasi Zaman
Pengarang : Dr. Peter Wongso
Penerbit  : Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT)
Tahun     : 1997/2002
Halaman   : 7 - 23

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org