Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/50

e-Reformed edisi 50 (24-5-2004)

Postmodernis Cilik

                           POSTMODERNIS CILIK

Anak saya Isaac, sewaktu berusia 23 bulan dan masih terlalu kecil
untuk memahami hari-hari dalam seminggu, telah mulai menyadari suatu
pola di sekitarnya: panekuk berarti hari Sabtu, bunyi jam weker David
berarti hari sekolah, bila setiap orang berpakaian bagus berarti
perjalanan menuju tempat penitipan anak di gereja, yang tidak
disukainya.

Hari itu hari Minggu. Kami telah berganti pakaian dan siap ke gereja.
Saya sedang menghirup kopi dan membaca koran bagian rubrik olahraga di
meja makan ketika Isaac bertanya, "Yah, sekarang hari apa?"

"Isaac," jawab saya dari balik koran, "Sekarang Minggu pagi. Hari ini
kita akan pergi ke gereja." Saya menghirup kopi sekali lagi.

"Minggu itu apa?" tanyanya.

"Minggu adalah hari pertama dalam sepekan, dan itulah hari Tuhan."

"Kemarin hari apa?"

"Hmm ... Isaac, kemarin hari Sabtu, akhir pekan, hari Sabat orang
Yahudi."

"Hari ini hari apa?" ulang Isaac.

"Hari ini harinya Tuhan, Isaac. Hari yang kita rayakan untuk
memperingati kebangkitan Tuhan, hari saat Dia bangkit dengan penuh
kemenangan atas maut dan kubur. Inilah hari Sabat orang kristiani."
Saya meliriknya dari balik koran. Saya bangga bisa memberikan jawaban
ini sambil membaca berita tentang kemenangan kelompok Wildcat atas
Georgia.

Sebaliknya, Isaac malah mengernyitkan alis dan merenung, kemudian
menghela napas panjang, pertanda ia sangat tidak puas dengan jawaban
saya. Ia menyilangkan kedua lengannya yang montok dan mencondongkan
tubuhnya ke arah saya, sampai sikunya menggilas Cheerios. "Bukan,
Ayah," sanggahnya, "sekarang bukan hari Minggu."

"Maaf, Isaac, kenyataannya sekarang hari Minggu," sahut saya seraya
membalik halaman koran.

Namun, Isaac telah membuat suatu keputusan. "Ini hari Kamis," ia
mengumumkan.

Saya meletakkan koran yang saya baca, lalu saya tatap matanya. Saya
memutuskan untuk menyisihkan aspek teologi dan segera menangani pokok
persoalannya. "Isaac, sekarang hari Minggu dan kau harus ke gereja."

"Tidaaaaak!" katanya mempertahankan pendapat. "Sekarang hari Kamis."

"Isaac, sekarang hari Minggu."

"Kamis!"

"Minggu!" kata saya tidak mau kalah.

Leeann (istri saya) meletakkan selembar roti panggang di piring saya
dan mengingatkan bahwa saya sedang berdebat dengan seorang anak
berumur dua tahun. "Ingat," katanya sambil tersenyum, "berdebat dengan
seorang anak berumur dua tahun tidak mungkin menang."

"Ayah," kata Isaac ngotot, "sekarang bukan hari Minggu ... karena ini
hari Kamis -- bagiku."

Tiba-tiba terbersitlah kesadaran yang membuat saya melihat bahwa ini
bukan diskusi tentang hari-hari dalam sepekan -- dan bukan sekadar
tentang tempat penitipan anak. Ini merupakan diskusi tentang pandangan
mengenai dunia. Selagi saya menatap matanya yang tak berkedip (saya
juga tidak berkedip), semuanya jadi jelas: saya sedang berbicara
dengan seorang postmodernis cilik!
[Catatan: Postmodernis ialah orang yang berfaham menentang segala
dogma dan aturan yang diyakini oleh orang lain karena menganggap ia
bebas bertindak atau berpendapat apa saja.]

Bagaimana Pandangan Anda Tentang Dunia?
---------------------------------------

Hari Minggu benar-benar jadi hari Kamis! Isaac jelas-jelas telah
menolak cerita saya tentang hari Minggu yang merupakan suatu
metanarasi yang menindas, yakni suatu unjuk kekuatan yang dirancang
untuk memaksanya tinggal di tempat penitipan anak yang tidak
disukainya. Isaac, di usianya yang masih sangat muda, telah menolak
atau tepatnya, memandang rendah segala realisme yang kritis! Pikiran
saya melayang ke awang-awang.

"Halo, Michel Foucault? ... Ya, saya menelepon hanya untuk memberi
tahu bahwa saya lihat anak laki-laki saya telah memakai kebebasan
individunya untuk mendapatkan kesenangan sepuas-puasnya, padahal saya
dan ibunya telah bersekongkol untuk melumpuhkan hasratnya dalam
mengekspresikan keinginan .... Tidak, astaga, tidak, tidak begitu ya,
ia menggunakan yogurt .... Hm-em, ya... ya... kelihatannya ia setuju
dengan penilaian Beiner bahwa hukum adalah sama dengan penindasan, dan
pembebasan dari tuduhan kriminal sama dengan kebebasan .... Tidak,
kami tidak akan hadir di acara Pesta Dansa Amal Para Anarkis .... Ia
harus dititipkan ke tempat penitipan anak -- ia baru berumur dua
tahun, dan kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menetapkan satu
metanarasi padanya .... Terima kasih .... baiklah, ya ... tidak jadi
masalah. Sampai jumpa."

Sewaktu saya mengamati pengungkapan relativistis Isaac yang ia
nyatakan dengan mengusapkan yogurt rasberi dan Cheerios bergantian di
atas kepalanya, saya terus bertanya-tanya kesalahan apa yang telah
Leeann dan saya lakukan. Apakah Isaac telah mulai menganut nihilisme
[penolakan total atas semua organisasi sosial, politik, dan agama
traditional serta nilai-nilai moral] karena kesalahan orangtua dalam
mengasuhnya? Saya hampir tak dapat memahaminya.

Akan tetapi, mungkin, cuma mungkin, saya dan Leeann tidak salah.
Mungkin, para realitivis bingung sekarang hari apa dan merekalah yang
bertingkah laku seperti Isaac, dan bukan Isaac yang meniru mereka.
Apakah mereka sedang melakukan pemberontakan kanak-kanak terhadap
Allah? Mungkin mereka telah merancang suatu argumentasi untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan, bukan untuk memperoleh
kebenaran.

Pandangan Dunia Berdasarkan Stiker Mobil
----------------------------------------

Dalam bukunya "The Universe Next Door", Jim Sire menuliskan, "Hanya
sedikit orang yang melakukan pendekatan filsafat yang jelas, paling
tidak seperti dicontohkan para filsuf besar. Bahkan saya kira lebih
sedikit lagi orang yang memiliki pandangan teologi yang terkonstruksi
dengan hati-hati. Namun, setiap orang memiliki pandangan dunia dalam
benaknya." Bahkan anak-anak pun punya! Namun, ada masalah terbesar:
dalam dunia nyata, kebanyakan orang menjalankan pandangan dunia yang
belum teruji. Demikian pula saya. Saya seolah membentuk pandangan saya
sendiri tentang dunia berdasarkan kata-kata klise dan slogan-slogan
yang biasanya tertulis pada stiker mobil. Saya cenderung menyomot dan
memilih kata-kata klise yang kedengarannya paling baik di antara
berbagai pandangan dunia yang berlaku atau bahkan yang bertentangan.
Saya memegang faham teisme ketika menghadiri pemakaman, faham
eksistensialisme saat mencari sosok pahlawan, dan naturalisme ketika
ke dokter. Kalau dicampur jadi satu, "isme-isme" ini menjadi sebuah
pandangan dunia yang benar-benar baru, yang saya sebut pandangan dunia
berdasarkan stiker mobil (disingkat pandangan dunia SM). Inilah
prinsip dasar pandangan SM: segala sesuatu itu relatif, dan tak ada
kebenaran mutlak, baik atau buruk: Anda memegang kebenaran Anda, dan
saya memegang kebenaran saya. Namun, Anda salah kalau memercayai
kemutlakan. Tidak baik menjadi seorang moralis atau orang yang suka
menghakimi -- Alkitab pun berkata demikian. Terlalu fanatik pada
ajaran agama juga tidak baik. Sebuah pandangan SM membenci orang-orang
yang membenarkan diri sendiri -- mereka itu bodoh. (Ingat, Anda tak
perlu mengkhawatirkan kontradiksi dalam pandangan SM.)

Pandangan SM meyakini bahwa ilmu pengetahuan adalah untuk dunia nyata
sedangkan agama untuk dunia rohani, jadi jangan mencampuradukkan
keduanya. Ilmu pengetahuan menyanggah Alkitab dan tentu saja Alkitab
tidak mungkin membantah ilmu pengetahuan; Alkitab adalah untuk orang-
orang yang "beriman". (Jadi, pastilah ilmu pengetahuan tidak
membutuhkan iman!) Bagaimana pun, proses evolusi telah menghasilkan
dunia yang menakjubkan. Kita merupakan perwujudan dari apa kita makan,
kita dilahirkan untuk berbelanja, dan jajak pendapat merupakan satu-
satunya sumber kebenaran dan moral karena hal itu ilmiah.

Menurut pandangan dunia SM kita telah sangat maju, bahkan melampaui
orang-orang zaman dahulu karena kita tahu banyak hal yang tidak mereka
ketahui. Alkitab juga ditulis dalam konteks bertahun-tahun yang lalu.
Jadi tidak masalah kalau ada sedikit pemikiran keagamaan atau filosofi
baru yang berharga. Meski ada hal-hal yang bertentangan, yang jelas
segalanya menjadi lebih baik. Sebuah jajak pendapat telah membuktikan
hal itu.

Pandangan dunia SM mengakui Yesus sebagai seorang guru besar moral,
kecuali ajaran moral-Nya tentang uang, perceraian, orang miskin, dan
bagaimana memperlakukan sesama. Orang Yahudi, Muslim, dan Kristiani,
semuanya mengimani hal yang sama -- mereka hanya perlu saling bersikap
baik dan menyadari bahwa semua agama hanya menempuh jalan yang
berbeda, tetapi menuju puncak yang sama. Tidak masalah bila ada
perbedaan-perbedaan ajaran agama mengenai surga, neraka, sejarah,
dosa, kenyataan utama, dan bagaimana cara untuk sampai kepada Allah.
Karena Allah yang baik tidak boleh, tidak dapat, dan tidak akan
mengirimkan orang baik ke neraka, kita semua pasti akan masuk surga!
Kecuali Hitler dan Stalin, tentu saja ... dan orang yang memotong
jalan Anda minggu lalu. (Ingatlah selalu pada beberapa perkecualian
itu). Selain orang-orang seperti itu, kita semua secara unik cukup
baik ... unik seperti setiap orang lain. Dan karena kita semua baik,
kita tidak butuh pengampunan -- rasa bersalah kita lah yang buruk,
bukan kita. Lagi pula, kita kan cuma manusia. Jadi lakukanlah dan
jadilah yang terbaik. Jangan pusingkan orang lain yang benar-benar
menjadi seorang yang rasis, atau pemerkosa, dan yang lain ahli dalam
penipuan pajak. (Mungkin itulah kebenaran menurut mereka; paling tidak
itulah yang dikatakan Michael Foucault). Namun, jangan khawatir; Allah
itu pengampun. Itu memang tugas-Nya. Dosa yang lain merupakan
kesalahan orangtua Anda. Alangkah hebatnya sistem itu!

Ada masalah yang mengganjal dalam pikiran saya apabila saya menganut
pandangan SM seperti di atas. Saya berpikir bahwa mungkin percampuran
hal-hal klise yang membingungkan ini, hanyalah slogan. Mungkin ada
Allah yang selalu mengamati dosa saya. Mungkin Dia membenci
kesombongan dan kecongkakan saya yang tersembunyi. Mungkin Dia muak
dengan kebiasaan saya yang suka membenarkan diri sendiri dan merasa
paling benar. Mungkin Dia tidak menanggungkan dosa leluhur kepada saya
sampai tibanya Hari Penghakiman. Pada hari itu, saya akan segera
dibebaskan dari pengadilan. Dan hari itu merupakan hari yang disebut-
sebut Yesus dengan penuh keyakinan, hari yang pasti akan datang karena
hasil jajak pendapat terakhir membenarkan hal tersebut: setiap orang
pasti mati. Hei, mungkin sekarang memang hari Minggu, dan bukan hari
Kamis seperti yang dipercayai oleh pandangan SM!

Mengakhiri Pandangan Dunia Berdasarkan Stiker Mobil
---------------------------------------------------

Yesus selalu berbicara dengan memakai pengertian yang mendalam. Maka
jika kita hanya puas dengan pandangan dunia yang semata-mata merupakan
gabungan kata-kata klise dan kepalsuan sebagai suatu filosofi, itu
berbahaya. Pandangan itu merupakan suatu sistem terselubung yang
terpusat pada diri sendiri untuk membenarkan tindakan sesuatu yang
diimpikan oleh anak berumur dua tahun.

Pandangan dunia SM sangat berbahaya bagi orang-orang kristiani --
orang-orang kristiani yang bermaksud baik, yang berhati baik -- karena
tanpa sadar, kita bisa terjebak dan hidup dalam pandangan dunia SM
yang tidak sesuai dengan Kitab Suci. Kita menjadi buta terhadap
kenyataan rohani dalam dunia di sekitar kita. Yesus berkata,
    "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu
    berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila
    kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas
    terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa
    bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat
    menilai zaman ini?" (Lukas 12:54-56).

Saya suka stiker mobil yang berbunyi, "Kita ini cukup muda; tapi
apakah kita cukup cerdas?" Camkanlah ini: kalau kita boleh memilih,
kita tidak ingin diberitahu mana yang benar dan mana yang salah, tidak
beda jauh dengan Isaac yang enggan ke penitipan anak atau saya yang
enggan membayar pajak. Semua ciptaan memberontak terhadap Allah. Tak
seorang pun baik kecuali Allah. Menyerahkan hidup kita kepada Kristus
berarti menyerahkan pikiran kita juga.

Saya ingin mengajukan sebuah permintaan. Pertama kepada Isaac,
kemudian kepada siapa saja yang mau mendengarkan. Jauhilah semua kata
klise yang pada mulanya terdengar bijak. Periksalah kata-kata tersebut
dalam terang Kitab Suci. Perangilah pandangan dunia SM. Jadikan Injil
sebagai pandangan dunia Anda: kenalilah, pelajarilah, dan hiduplah di
dalamnya. Tenggelamkan diri Anda dalam pesan Injil Kristus, karena
Injil Kristus dapat mengusir pandangan dunia yang membawa konflik dan
pandangan dunia yang penuh persaingan dengan terang-Nya.

Kenyataannya, hari itu memang benar-benar hari Minggu, bahkan bagi
Isaac. Tempat penitipan anak yang penuh dengan mainan dan kehadiran
anak-anak lain telah meyakinkannya. Kita yang terlalu terikat dengan
pandangan dunia kita sendiri akan lebih sulit berubah. Jangan salah:
ada kalanya sukar membangun pandangan berdasarkan Injil, seperti yang
ditulis G. K. Chesterton,
    "Bukan karena kekristenan telah dicoba dan ternyata di situ
    terdapat kekurangan, tetapi karena kekristenan terbukti sukar
    untuk dipraktikkan, karenanya tak pernah dicoba."
Namun, pada akhirnya kekristenan memberikan pencerahan. Tak perlu lagi
jajak pendapat.

======================================================================
Bahan di atas dikutip dari sumber:
----------------------------------
Judul Buku   : 17 Hal yang Diajarkan Anakku Tentang Allah
Judul Artikel: Postmodernis Cilik
Penulis      : J. Mack Stiles
Penerbit     : Gloria Graffa, Yogyakarta
Tahun        : 2004
Halaman      : 27-34



 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org