Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/49

e-Reformed edisi 49 (7-4-2004)

Yang Sangat Penting ..... Kristus Telah Mati

            "YANG SANGAT PENTING ..... KRISTUS TELAH MATI"


"Yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu," kata Paulus dalam
Surat Pertama kepada Gereja Korintus, "yaitu apa yang telah kuterima
sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai
dengan Kitab Suci," [Lihat 1Kor. 15:3] Pembaca yang teliti akan
memperhatikan dari konteksnya, bahwa ini adalah pokok dari amanat
Rasul Paulus, inti dari ajarannya, satu-satunya injilnya. Paulus
mengatakan, bahwa dia menerimanya tidaklah terutama dan hanya dari
anggota-anggota jemaat asli, tetapi langsung melalui wahyu (Gal. 1:15-
19). Maka jemaat itu, dan Rasul Paulus sendiri, percaya, bahwa
kebenaran pertama dan azasi dari iman Kristen adalah kematian Kristus
karena dosa-dosa kita. Dan Rasul Paulus menerima dan mengajarkan
kebenaran ini dalam waktu tujuh tahun setelah Kristus mati -- menurut
penanggalan lain bahkan dalam waktu yang lebih pendek.

Kata Yunani yang diterjemahkan dengan "yang sangat penting" dapat juga
diartikan "yang pertama-tama" atau paling depan dari segala kebenaran.
Kematian Kristus disalib bagi Rasul Paulus adalah yang paling penting
dan pasal yang berpengaruh dalam kepercayaannya. Ini adalah
fundamental. Ini adalah rukun syarat dari batu pertama, batu pojok
dari kuil kebenaran. Bahwa ini benar nampak jelas dari tempat yang
diambil tentang kematian Kristus dalam Alkitab, dalam amanat
kerasulan, dalam liturgi-liturgi dari kedua sakramen yang
diselenggarakan oleh semua cabang Gereja dan dalam perbendaharaan
nyanyian-nyanyian Kristus yang pertama-tama, maupun yang terakhir.
Bukti itu bertambah-tambah dan melimpah. Salib itu bukan hanya
merupakan lambang universil dari kekristenan; itu adalah amanatnya
yang universal dan yang tak dapat disangsikan. Itu adalah pokok dari
Injil -- firman yang "hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang
bermata dua."[Lihat Ibr. 4:12] Sebab tidak ada yang menimbulkan
kesadaran akan dosa seperti salib.

Salib Kristus adalah lampu sorot Allah. Dia memperlihatkan kasih Allah
dan dosa manusia, kekuasaan Allah dan kedaifan manusia, kesucian Allah
dan kekotoran manusia. Bila mezbah dan korban penebusan adalah "yang
pertama-tama" dalam Perjanjian Lama, maka salib dan perdamaian adalah
"yang terutama" dalam Perjanjian Baru. Maka doktrin keselamatan
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan segala sesuatu yang
dicakupnya mengenai hati baru dan masyarakat baru, sorga baru dan
dunia baru, dalam garis yang lurus menuju kembali ke arah pusat
segala-galanya - "Anak Domba yang telah disembelih."[Lihat Wah. 13:8]

1. Perhatikanlah tempat ditulisnya cerita mengenai penyaliban dalam
Perjanjian Baru. Dia disebut dalam tiap buku kecuali dalam tiga surat-
surat pendek, Filemon dan Yohanes 2 dan 3. Matius, Markus, dan Lukas
memberikan tempat yang lebih banyak padanya daripada untuk aspek
manapun dari hidup dan ajaran Kristus. Matius menceritakan tragedi ini
dalam dua pasal dengan seratus empatpuluh satu ayat. Markus menulis
seratus sembilan belas ayat mengenai cerita itu, dua pasal yang
merupakan yang terpanjang dari enam belas pasal. Lukas menyediakan dua
pasal panjang untuk melukiskan penangkapan dan penyaliban itu. Hampir
separo dari Injil Yohanes mengisahkan minggu kesengsaraan Kristus.

Dalam Kisah Para Rasul-rasul semua ajaran berpusat pada kematian dan
kebangkitan. Inilah "Berita Baik." "Ia menunjukkan diri-Nya setelah
penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa
Ia hidup." Puncak dari kotbah Rasul Petrus pada Pentakosta adalah
mengenai Yesus "yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya
....... disalibkan dan dibunuh oleh tangan orang-orang kafir". "Allah
telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan
Kristus."[Lihat Kis. 1:3, 2:23, 36]

Amanat itu diulangi lagi oleh Rasul Petrus dalam Bait Allah: "Kamu
telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang
pembunuh." "Dengan jalan demikian," Petrus kemukakan, "Allah telah
menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan
nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Kristus yang diutus-Nya harus menderita,"
tetapi "Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu,
supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali
dari segala kejahatanmu." Esok harinya dia kembali lagi pada tema
"Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan." Dalam doa
upacara pertama dari Gereja Mula-mula kita diingatkan kembali pada
penderitaan dan kematian dari "Yesus Hamba-Mu yang kudus." Hasil dari
amanat demikian dinyatakan dalam kata-kata yang isinya tidak
meragukan: "Kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu
hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami." Tetapi rasul-rasul
menjawab, "Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh
....... telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya
menjadi Pemimpin dan Juruselamat."[Lihat Kis. 3:14, 18, 26, 4:10, 27,
5:28, 30-31]

Stefanus menjadikan kematian Yesus Kristus sebagai tema pembelaannya
yang disusul cepat dengan kesyahidannya sendiri (Kis. 7:51-54).
Filipus mulai berbicara dan bertolak dari nas itu saat ia memberitakan
Injil Yesus kepada sida-sida Ethiopia (Kis. 8:26-40). Kornelius
menerima amanat yang sama mengenai Dia: "Mereka telah membunuh Dia dan
menggantungkan Dia pada kayu salib. Yesus itu telah dibangkitkan Allah
pada hari yang ketiga."[Lihat Kis. 10:39-40]

Di Antiokia Rasul Paulus bercerita tentang Kristus: "Mereka telah
meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh ......... mereka menurunkan
Dia dari kayu salib, lalu membaringkan-Nya di dalam kubur. Tetapi
Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati." Selama tiga sabat
Rasul Paulus memberi uraian dari Perjanjian Lama di Tesalonika, "bahwa
Kristus harus menderita dan bangkit dari antara orang mati." Di
Anthena dia berkhotbah tentang kematian Yesus Kristus, di Korintus dia
hanya mau tahu tentang Yesus Kristus dan bahwa Dia disalibkan. Sebagai
kata yang searti dengan Injil dia pakai "pemberitaan tentang salib"
atau "berita pendamaian." Festus melukiskan amanat Rasul Paulus
sebagai sesuatu yang bersangkutan dengan "seorang yang bernama Yesus,
yang sudah mati, sedangkan Paulus katakan dengan pasti, bahwa Ia
hidup." Dalam pembelaannya di depan Festus, Rasul Paulus mengatakan,
bahwa dia tidak mempunyai amanat lain "kepada orang-orang kecil dan
orang-orang besar. Dan apa yang kuberitakan itu tidak lain daripada
yang sebelumnya yang telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh
Musa, yaitu bahwa Kristus harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah
yang Pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia
akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada orang-orang
kafir."[Lihat Kis. 13:28-30, 17:3 1Kor. 1:18; 2Kor. 5:19; Kis. 25:19,
26:22-23]

Dalam surat-surat Rasul Paulus kita sungguh kagum melihat jumlah yang
berlimpah-limpah dari bukti-bukti, bahwa satu-satunya amanatnya adalah
salib dan pendamaian. Dia telah memberitakan kabar baik ini selama
limabelas tahun sebelum sepucukpun dari surat-suratnya dia tulis. Kita
tidak dapat menemukan adanya perbedaan dalam tekanan antara surat-
suratnya yang pertama dan yang terakhir dalam hal ini. Itulah yang
menjadi pokok dari amanatnya kepada orang-orang Roma dan orang-orang
Tesalonika. Kepada jemaat Galatia ia mengatakan dalam kata
pendahuluannya bahwa Kristus Yesus "telah menyelamatkan diri-Nya
karena dosa-dosa kita," dan (sesudah beberapa kalimat) dia meletus
dengan perasaan berang: "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat
dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda
dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah
dia."[Lihat Gal. 1:4, 8]

Bahwa Golgota yang menjadi pusat dari Injil Paulus, adalah jelas dari
semua suratnya. Inkarnasi itu ada agar penebusan itu mungkin. Salib
itu adalah luhur dan menentukan bagi Allah, bagi manusia dan bagi alam
semesta. "Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa."
"Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesuskah, yang telah
mati?" "Kami memberitakan Kristus yang disalibkan ........ sebab yang
bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia, dan yang
lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia," "Jemaat Allah yang
diperoleh-Nya dengan darah-Nya sendiri." Semua orang Kristen, apabila
mereka minum dari Cawan itu "memberitakan kematian Tuhan sampai Ia
datang." "Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan
kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan
aku bagi dunia." Kristus adalah "kekasih-Nya" yang "oleh darah-Nya
kita beroleh penebusan. "Ini adalah rahasia dari abad-abad pelbagai
ragam hikmat Allah yang dibukakan bagi kerajaan-kerajaan dan
kekuasaan-kekuasaan melalui Gereja. Mereka yang merupakan "seteru
salib Kristus," Rasul Paulus menceritakan kepada kita dengan airmata,
bermegah dalam keaibannya dan mereka akan binasa. Kristus "yang lebih
utama dalam segala sesuatu ........ dan oleh Dialah Allah
memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya ........ sesudah Ia
mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus." Salib itu adalah
pusat dari alam semesta dan dari sejarah. Dia masih akan melihat
pendamaian segala sesuatu baik yang ada di bumi maupun yang ada di
sorga melalui darah-Nya."[Lihat Rom. 5:8, 8:33-34; 1Kor. 1:23, 25;
Kis. 20:28; 1Kor. 11:26; Gal. 6:14; Ef. 1:6-7; Fil. 3:18; Kol. 1:18-
20]

Dalam surat kepada orang-orang Ibrani, kematian Kristus (Dia sendiri
sebagai imam, korban, dan mezbah) begitu menonjol sehingga kita tidak
perlu menunjukkannya lagi. Kristus adalah Imam Besar yang Agung, yang
"menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh
korban-Nya." Darah Yesus Kristus adalah darah perjanjian. Kristus
adalah yang mengadakan dan menyempurnakan iman kita karena Dia telah
"memikul salib." Darah-Nya yang dipercikkan "berbicara lebih kuat dari
pada darah Habel" -- itu adalah "darah perjanjian yang kekal"
ditumpahkan oleh "Gembala Agung dari segala domba."[Lihat Ibr. 9:26,
12:2, 24, 13:20]

Surat-surat Petrus menggemakan pengajarannya yang paling pertama dan
sangat banyak menyinggung kesengsaraan Kristus yang "sendiri telah
memikul dosa kita dalam tubuh-Nya di kayu salib ........ oleh bilur-
bilur-Nya kamu telah sembuh". Akhirnya dalam surat 1 Yohanes dan dalam
Wahyu salib itu masih tetap merupakan yang utama. Melaluinya Yesus
Kristus merupakan "perdamaian untuk segala dosa kita dan bukan untuk
dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia." "Ia telah
menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa
kita untuk saudara-saudara kita." "Bagi Dia, yang mengasihi kita dan
yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya ........ bagi
Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin." "Lihatlah, Ia
datang dengan awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang
telah menikam Dia."[Lihat 1Pet. 2:24; 1Yoh. 2:2, 3:16; Wah. 1:5-7]

2. Kedua sakramen yang diterima oleh Gereja-gereja Timur dan Barat
langsung menyebutkan kematian Kristus untuk dosa-dosa kita. Ini jelas,
bukan hanya dari penempatan kata-katanya dalam Perjanjian Baru,
melainkan juga dari banyak liturgi-liturgi dalam administrasinya. Di
sini kita dapat katakan lagi bahwa "yang sangat penting" mereka
memberitakan kematian Kristus yang merupakan penebusan kita dari dosa.
Pembaptisan adalah upacara penerimaan dalam Kristus. Dimanapun
Perjanjian Baru tidak ada menyebut orang-orang Kristen yang tidak
dibaptiskan, dan orang-orang percaya yang primitif ini tahu apa yang
dimaksudkan Rasul Paulus ketika ia mengatakan, bahwa semua "yang telah
dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya."
Pengampunan dosa dan pembaptisan berhubungan erat dalam pikiran mereka
dengan air dan darah yang mengalir dari sisi Kristus yang robek itu.
Kedua sakramen itu dimaksud untuk mengantar amanat Injil dalam
perlambangan yang tak dapat disangsikan. Selama sakramen-sakramen itu
mempertahankan tempatnya dalam Gereja, mereka adalah -- dengan adanya
segala yang ditambahkan dengan upacara dan tahyul sekalipun -- saksi
dari arti penyelamatan kematian Kristus, saksi dari sifat
penggantiannya, keharusannya, dan wataknya yang menentukan. Gereja
Mula-mula terus "bertekun dalam ....... memecahkan roti," karena
dengan itu mereka ingin memberitakan kematian Kristus dan pengampunan
dosa melalui darah-Nya. Itu adalah "persekutuan dengan darah Kristus
........ dengan tubuh Kristus," turutnya kita dalam "satu Roh,"
"pengampunan dosa," penyucian "batin kita dari perbuatan-perbuatan
yang sia-sia." Inilah yang membuat pemecahan roti itu begitu berharga
bagi Gereja Mula-mula dan bagi semua Gereja selama duapuluh abad.
[Lihat Rom. 6:3; Kis. 2:42; 1Kor. 10:16, 12:13; Mat. 26:28; Ibr. 9:14]

3. Bila kita beralih dari liturgi pada kumpulan nyanyian gereja, kita
akan mempunyai kesaksian yang sama. Dalam nyanyian-nyanyian Latin dan
Yunani masa-masa pertama, dalam nyanyian Gereja-gereja Kopt dan
Armenia, maupun dalam nyanyian-nyanyian Gereja Reformasi, salib itu
adalah "yang sangat penting", dan kesengsaraaan Tuhan Yesus merupakan
tema. Dalam nyanyian Gereja inilah kita menemukan kesatuan dan
kedalaman teologi yang kadang-kadang tidak terdapat dalam kepercayaan-
kepercayaan sekalipun.

"Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa dan
kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan
puji-pujian!" "Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu." Apapun
yang tercipta turut dalam Paduan Suara Haleluya.[Lihat Wah. 5:12,
7:17]

Anak-anak kecil di berbagai negeri dan bahasa menyanyikan inti dari
Injil itu:

"Yesus mati bagiku. Sorga, buka pintumu! Hutang dosa terhapus, Aku
sudah ditebus."

Betapa besar bagian dari nyanyian-nyanyian dari Gereja itu merupakan
nyanyian kesengsaraan atau tafsiran dari penebusan yang dibuat di atas
salib! Siapakah yang dapat melupakan pelukisan dalam begitu banyak
bahasa dari "O, Haupt voll Blut und Wunden" (O, kepala yang penuh
darah dan luka) atau kepiluan lagunya seperti yang dinyanyikan oleh
orang Kristen Jerman?

  "..... Tidak cukup kuatku: hanya oleh sayang-Mu,
  oleh darah-Mu kudus, dapat aku ditebus."

Andaikata Yesus dari Nasaret hanyalah manusia belaka dan bukan Anak
Allah dan Juruselamat kita, kematian-Nya yang menyedihkan itu akan
merupakan peristiwa yang terbesar juga dalam sejarah manusia.
Banyaknya keterangan-keterangan yang teliti dalam catatan masanya
mengenai kesengsaraaan-Nya dan penyaliban-Nya, segala hal-hal yang
dahsyat yang menyertainya dalam alam; ketujuh kata dari salib,
pengaruhnya terhadap mereka yang melihatnya dan terhadap segala abad
dan bangsa -- semuanya ini jelas menunjukkan kepentingannya. Kita
jangan mengubah tekanannya. Peristiwa yang utama dalam hidup Yesus
Kristus dan bagi Dia sendiri, adalah kematian-Nya di atas salib karena
dosa. Kata-kata dari James Denny tidaklah terlalu keras:
  "Jika penebusan itu, terlepas dari perumusan yang tepat, berarti
  sesuatu bagi jiwa, maka dia adalah segala-galanya. Penebusan itu
  adalah yang paling mendalam dari segala kebenaran dan yang paling
  kreatif. Lebih dari apapun juga dia menentukan konsepsi kita
  mengenai Tuhan, manusia, sejarah dan bahkan mengenai alam. Penebusan
  itu menentukan semuanya ini, karena dengan satu dan lain jalan kita
  harus menyesuaikan semuanya ini dengan pengertian ini. Penebusan itu
  adalah tema dari segala pikiran, yang akhir-akhirnya merupakan kunci
  bagi segala penderitaan. Penebusan manusia dari dosa ini adalah
  suatu kenyataan yang demikian rupa, sehingga dia tak dapat
  berkompromi. Maka bagi jiwa modern, maupun bagi yang kolot, daya
  penarik dan penolakan dari kekristenan itu berpusat pada suatu titik
  yang sama. Salib Kristus adalah satu-satunya kemuliaan manusia atau
  perintangannya yang terakhir."

----------------------------------------------------------------------

Bahan di atas dikutip dari sumber:
----------------------------------
Judul Buku: Kemuliaan Salib
Penulis   : Samuel Zwemer
Penerbit  : Badan Penerbit Kristen untuk OMF
Tahun     : 1970
Halaman   : 9-15

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org