Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/48

e-Reformed edisi 48 (27-2-2004)

Kitab yang Terbuka

                          KITAB YANG TERBUKA
                         Oleh: George Otis Jr.

   "Satu-satunya cara supaya Anda dapat benar-benar mengendalikan
   perilaku Anda adalah dengan terus menerus bersikap jujur."
                                                      (Tom Hanks)

Diskusi mengenai kejujuran terjadi jutaan kali dalam sehari di ribuan
tempat yang berbeda. Ibu-ibu berbincang dengan putrinya mengenai teman-
teman cowoknya yang baru; pemilik toko berbincang dengan pegawainya
mengenai pelanggannya yang tidak jujur; para pria setengah baya
berbincang dengan tukang cukur mengenai tokoh-tokoh politik.
Kebanyakan dari perbincangan ini, khususnya yang menyangkut tokoh
publik atau situasi yang berkembang, diselingi dengan anekdot dan
lelucon sarkastis.

Dua di antara peribahasa yang sering digunakan adalah "Anda tidak
selalu dapat menilai sebuah buku hanya dari sampulnya" dan "Apa yang
Anda lihat itulah yang Anda dapat". Yang pertama bertujuan untuk
mengingatkan para pendengar dengan hikmat agar tidak terburu-buru
memberikan suatu penilaian sedangkan yang kedua menegaskan bahwa
penampilan adalah kenyataan -- kesan pertama merefleksikan dasar
kebenaran. Yang pertama tadi menyamaratakan permasalahan dan objektif
sedangkan yang kedua hampir sepenuhnya tergantung dari kejujuran yang
menyatakannya.

Keterangan-keterangan yang otentik sungguh membantu, sehingga
seringkali kita berusaha keras untuk mendapatkannya. Para wartawan
memeriksa dengan teliti pidato-pidato pembukaan, dan catatan-catatan
pemungutan suara para kandidat politik, para majikan mewawancarai
banyak referensi sebelum menggaji calon karyawan-karyawatinya; para
wanita muda berusaha mengorek keterangan sebanyak mungkin dari cowok
yang baru dikenalnya (terutama mengenai para mantan pacar).
Sayangnya, sekalipun kita telah berhasil mengorek banyak keterangan,
namun keterangan tersebut jarang yang memberikan kita suatu kepastian.
Kebanyakan kita telah belajar dari pengalaman pahit bahwa apa yang
kita lihat hampir tidak pernah kita dapatkan. Untuk lebih amannya kita
mengambil pendekatan yang tidak terburu-buru dan menangguhkan
penilaian.

Salah satu kecenderungan manusia yang kurang menarik ialah adanya
agenda-agenda tersembunyi. Sedemikian terampilnya kita dengan
permainan ini, sehingga kita kadang dijuluki tukang sulap moral.
Tetapi inilah susahnya: Apa yang mampu kita lakukan terhadap orang
lain, mereka juga mampu melakukannya terhadap kita. Memang inilah yang
terus menerus menjadi kekhawatiran kita. Dalam percintaan yang sedang
bersemi, dalam negosiasi bisnis, dalam wawancara media massa, dalam
kemitraan pelayanan, otak kita selalu was-was: Bagaimana jika orang
ini mengkhianati saya? Kita hampir terus menerus bersikap defensif.

"Ada beberapa hal yang menyenangkan di dalam hidup ini," Malcolm
Muggeridge menulis di dalam bukunya 'Chronicle of Waste Time',
"mungkinkah persahabatan didasarkan atas pikiran yang benar-benar
jujur dan transparan". Pertanyaannya adalah, di mana kita dapat
menemukan pikiran-pikiran yang demikian? Jika semua itu bukanlah hal-
hal yang asing di masyarakat kita, pastilah merupakan hal yang langka.

Perjalanan kita menyelusuri pikiran yang benar-benar jujur harus
dimulai, seperti yang berlaku untuk semua kebajikan mutlak, dari Allah
sendiri. Hanya dengan kita datang ke hadirat-Nya tanpa syarat, barulah
kita mampu menanggalkan semua hikmat manusia. Terbebas dari segala
pertimbangan yang membebani pikiran kita, dan mengarahkan kembali
waktu serta tenaga kita untuk menggali karakter ilahi.

Trademark Tuhan yang kedua adalah apa yang saya sebut dengan "kitab
yang terbuka", suatu pernyataan kejujuran dan integritas yang mutlak.
Setiap penelitian terhadap cara-cara-Nya meyakinkan kita bahwa apa
yang kita lihat sesungguhnya adalah apa yang kita dapatkan. Namun juga
sebaliknya dengan apa yang tidak kita lihat. Sebab kedalaman karakter-
Nya tidak terukur -- bukannya seperti jurang maut yang gelap tetapi
sebagai sumber kemuliaan yang tiada habis-habisnya. Meskipun
pencerahan-pencerahan baru muncul setiap hari, tidak ada yang tidak
konsisten dengan apa yang telah kita ketahui mengenai hal-hal pokok
dalam Pribadi Allah. Wahyu-wahyu tersebut merupakan ekstrapolasi
(perluasan data di luar data yang tersedia, tetapi masih mengikuti
kecenderungan pola data yang tersedia - red) bukan penemuan-penemuan
baru. Pewahyuan-pewahyuan tersebut memberi kita alasan untuk meneliti
perkara-perkara ilahi yang belum terungkap bukannya menjadi takut
terhadap hal-hal tersebut.

Allah itu jujur, tetapi Ia tidak seperti sindiran yang ditulis oleh
seorang pujangga abad ke 17, sebuah "bantal duduk yang empuk dan enak
yang di atasnya para bajingan beristirahat dan menjadi gemuk."
(Pelajarilah Pengkhotbah 8:11 dan Zefanya 1:12 mengenai bahaya dari
penundaan hukuman.) Sebaliknya, sebagaimana ditulis oleh C.S. Lewis di
dalam bukunya 'The Lion, the Witch dan the Wardrobe', "[Ia] bagaikan
seekor singa -- Singa, Singa yang besar."

    "Ooh!" kata Susan, "Saya kira ia seorang manusia. Apakah ia -
    benar-benar aman? Saya merasa agak gugup kalau bertemu seekor
    singa."

    "Pasti Anda akan senang melihatnya, sayang, dan tidak salah," kata
    nyonya Beaver, "jika ada orang-orang yang berani tampil di hadapan
    Aslan tanpa gemetaran kakinya, mereka itu pasti lebih berani dari
    orang kebanyakan atau orang bodoh.

    "Jadi, ia tidak aman?" kata Lucy.

    "Aman?" kata tuan Beaver. "Apakah Anda tidak mendengar apa yang
    dikatakan nyonya Beaver kepada Anda? Siapa yang bilang aman? Tentu
    saja tidak aman. Tetapi ia baik. Saya beritahukan kepada Anda, Ia
    adalah Raja."

    "Saya rindu melihatnya," kata Peter, "walaupun saya merasa takut
    ..."

Di dalam buku-bukunya yang lain. Lewis menyebut reaksi ini sebagai
"rasa hormat yang kudus". Hadirat Allah yang sebenarnya merupakan
perasaan yang tidak terdefinisikan, menakutkan sekaligus membanggakan
suatu kemuliaan yang tidak terlukiskan:

   ... Orang-orang Yahudilah yang sepenuhnya mampu mengidentifikasikan
   dengan jelas. Hadirat-Nya yang sangat dahsyat dan menakutkan di
   puncak gunung yang gelap, dengan awan dan guntur yang bergema
   "Tuhan yang adil" yang "mengasihi keadilan" ... (Mazmur 11:7). Ada
   seorang yang lahir di antara orang Yahudi ini yang mengklaim
   sebagai, atau menjadi anak dari, atau menjadi "satu dengan," suatu
   Pribadi yang sangat dahsyat dan menakutkan di alam ini yang memberi
   hukum moral."

Melihat di Balik Sampul
-----------------------
Benar jika dikatakan bahwa sebuah buku yang bagus berisi kekayaan yang
lebih banyak daripada bank yang terkenal. Kekayaannya yang berlimpah
dapat mencakup pengetahuan yang teruji, inspirasi-inspirasi baru dan
kemampuan yang mengagumkan yang dapat mengantar kita ke alam yang
nyata maupun alam khayal. Namun, sebelum kita dapat menambang kekayaan
ini, pertama-tama kita harus menentukan apakah isi buku itu benar-
benar baik.

Sampul, sebagaimana pepatah kuno mengingatkan, hanya sedikit membantu.
Bentuknya yang menarik dan kata-kata sambutannya yang mantap akan
mendorong kita untuk menelaah lebih jauh buku tersebut, atau bahkan
membelinya, tetapi sampul tersebut tidak dapat menjawab mengenai nilai
intrinsiknya. Sampul dirancang untuk menarik perhatian kita, tidak
untuk memberikan kita suatu analisis yang objektif mengenai bab-bab
yang ada di dalamnya.

Tidak mengherankan, sampul buku yang bagus kadang dapat mengecoh kita
karena subjek pembahasannya ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita
cari. Sampul juga dipakai untuk menutupi keterbatasan atau bobotnya
yang di bawah standar. Satu-satunya cara agar kita tidak terkecoh (dan
timbul kekecewaan lagi) adalah buka sampulnya dan membaca semua huruf
cetaknya yang halus.

Hal yang seperti ini dapat kita lakukan dengan berjilid-jilid buku,
tetapi tidak dengan manusia. Manusia lebih rumit dan seringkali segan
membuka pintu masuk bagi orang luar untuk mengetahui keadaan diri
mereka yang sebenarnya. Banyak yang memiliki kelemahan-kelemahan atau
dosa-dosa tersembunyi. Yang lainnya cenderung mempertahankan suatu
persepsi publik yang palsu (dan seringkali membumbung) mengenai
karakter, kemampuan, prestasi atau tujuan-tujuan mereka.

Sedemikian meresapnya kecenderungan membungkus diri dan "bersandiwara"
sehingga orang jadi bertanya-tanya apakah ada pelayanan yang benar-
benar dapat mengetahuinya. Beberapa orang, seperti pujangga abad 18
Susanna Centlivre merasa pesimis. "Dia hanya si jujur yang tidak dapat
kutemukan," ia menulisnya dalam buku 'The Artifice'. Sementara
penilaian ini dihasilkan karena banyaknya perkataan-perkataan sinis,
tanggapan tersebut dapat dipahami mengingat pola perilaku di antara
para pemimpin Kristen dan organisasi-organisasinya yang semakin hari
semakin menggelisahkan.

Banyak "hamba Tuhan" yang bersikap manis dan terbuka sampai ada orang
yang berani melontarkan pertanyaan-pertanyaan "salah", seperti: "Dari
mana Anda memperoleh sumber mengenai kisah tersebut?" atau "Bagaimana
Anda mengimbangi antara pelayanan dan kehidupan berkeluarga?" atau
"Apakah laporan keuangan Anda sudah diperiksa oleh auditor luar?"
Ketika perkataan ini meluncur dari mulut salah seorang jemaat atau
pengerja gereja, segera sikap mereka menjadi gelap bagaikan hujan
badai yang disertai kilat dan petir. Mereka ingin kita hanya melihat
kepada sampul mereka, jangan membukanya.

Barangsiapa yang mengklaim reputasinya dapat dipertanggungjawabkan
tetapi secara diam-diam meremehkan tanggung jawab tersebut, umumnya
memiliki sesuatu yang disembunyikan (atau paling tidak mempunyai
keinginan untuk melakukan hal tersebut). Saya teringat kepada tiga
orang -- diantaranya adalah seorang penginjil televisi, seorang
pemusik Kristen terkenal dan seorang pembicara radio terkenal -- yang
akhir-akhir ini berjuang keras untuk membantah penyelidikan mengenai
gaya hidup mereka yang bermewah-mewah. Saya mengenal seorang gembala
yang masih memimpin suatu gereja besar di Northwest yang secara tidak
sengaja tertangkap dalam foto, ketika baru keluar dari suatu bioskop
XXX khusus untuk orang dewasa. Bukan tujuan saya untuk mempersalahkan
orang-orang tersebut, namun hal ini mengingatkan kita bahwa isi suatu
buku tidak selalu sebanding dengan sampulnya. Mereka seperti wanita
yang merajah dandanannya, sehingga tetap kelihatan sempurna. Selama
orang-orang tetap melihatnya dari kejauhan. Dan selama ia tidak
menjerit, tidak seorangpun yang tahu.

Seorang pengusaha situs pornografi yang sudah bertobat, Steve Lane,
pernah dipancing oleh pemirsa di ruang tanya jawab suatu acara
Kristen. "Steve, apakah Anda mempunyai catatan tentang berapa dari
mereka yang menjadi pelanggan situs tersebut," dengan menyesal Steve
mengatakan "Kira-kira 5 dari 10." Lane percaya bahwa pornografi
merupakan suatu rahasia kecil yang terdapat pada banyak pemimpin
Kristen, terutama pria. "Saya mengenal gereja-gereja di mana semuanya
kelihatan baik: penyembahan, persepuluhan; penutup kursinya yang indah
dan panji-panjinya yang megah -- tetapi tidak seorangpun di gereja
tersebut yang mengetahui bahwa gembala mereka sudah diperbudak oleh
pornografi selama 20 tahun ..." Kejatuhan Lane sendiri ke dalam hawa
nafsu dan kemarahan berawal dari masa kanak-kanaknya, ketika itu
ibunya berselingkuh dengan sang gembala, yang kemudian dinikahinya.
Tidak seorangpun yang mengetahui bahwa si pengkhotbah "api dan
belerang" ini sangat ketagihan pornografi. "Dari luar kelihatannya
seperti rumah tangga Kristen yang sempurna," kenang Lane, "tetapi di
dalamnya kehidupan saya seperti di neraka. "

Hamba yang saleh tidak boleh bermuka dua. Seperti yang dikatakan oleh
Yesus kepada murid-murid-Nya, "[Haruslah] bagi seorang murid menjadi
sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba menjadi sama seperti
tuannya" (Matius 10:25). Hidup kita seharusnya transparan sehingga
kita dapat berkata seperti Kristus, "Barangsiapa telah melihat Aku, ia
telah melihat Bapa" (Yohanes 14:9). Siapapun yang memeriksa catatan
sejarah Anda tidak boleh ada yang menemukan sampul yang lain atau bab
yang hilang. Bila kita tidak menyembunyikan sesuatu, kita tidak perlu
takut akan ada hal-hal yang terbongkar ketika ada yang menyelidiki
kehidupan pribadi kita (lihat Lukas 12:2). Ciri-ciri moral yang
transparan adalah, kita dapat berkata, "Penguasa dunia ini boleh
datang [tetapi] ia tidak akan menemukan apa-apa atas diriku."
(Yohanes 14:30)

Para misionaris dan lembaga-lembaga yang berasal dari Tuhan, tidak
akan pernah menolak penyelidikan terhadap karakter mereka. Memang,
keterbukaan adalah salah satu dari trademark utama mereka. Mereka
mengundang dunia untuk melihat dari dekat, karena mereka ingin
melihat, dan memeluk kejujuran serta integritas yang sejati. Itulah
sebabnya rasul Paulus berani berkata, "[Teladanilah aku], sama seperti
aku juga [meneladani] Kristus" (1 Korintus 11:1; lihat juga Filipi
3:17, 4:9). Seperti yang dijelaskannya kepada jemaat di Korintus,

   Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku
   tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk
   menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. ... Baik perkataanku
   maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang
   meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman
   kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan
   Allah. (1Korintus 2:1, 4-5)

Pendekatan yang terbuka dan rendah hati ini, disokong oleh Ann Kiemel
Anderson, salah satu komunikator Kristen yang paling terkenal. Dalam
bukunya yang segar dan jujur Seduced by Success, Anderson mengakui
bahwa perspektifnya yang baru, adalah hasil dari suatu pernikahan yang
hampir kandas, dan suatu ketergantungan diam-diam kepada pil penahan
sakit. "Saya harus belajar bahwa sebagai seorang penulis buku- buku
terlaris yang selalu dikelilingi dengan sambutan sorak sorai, tepuk
tangan sambil berdiri tidak membuat diri seseorang menjadi utuh
(sempurna)," katanya. "Allahlah yang harus melepaskan saya dari diri
saya sendiri."

Jika Ya, Katakan Ya
-------------------

Orang-orang Kristen yang ingin mempertahankan tujuan dan sumber
pendapatan mereka sekaligus, seringkali terjebak ke dalam tindakan
"melakukan setengah kebenaran" atau agenda-agenda tersembunyi dengan
cara memukul semak-belukar yang padat. Hampir tidak ada di hutan
modern ini yang terlihat apa adanya. Mereka yang memelihara bayang-
bayangnya memanifestasikan khayalan akan kebesaran dan berpura-pura
peduli. Mereka memutar kepalsuan hingga dalam dan merayakan
keberhasilan yang sementara. Rela kehilangan seluruh hikmat,
ketulusan, komitmen dan prestasi yang sejati.

Sebagaimana yang ditulis oleh William Bennet dalam bukunya 'The Book
of Virtues', "Ketidak-jujuran selalu mencari tempat bernaung, sampul,
atau tempat persembunyian. Itu adalah kecondongan hidup di dalam
kegelapan." orang-orang yang tidak jujur adalah orang-orang yang
tinggal di hutan. Mereka memerlukan bayangan-bayangan dan lampu warna-
warni untuk menciptakan khayalan. Mereka "mempercayai dusta",
Muggeridge menulis di dalam bukunya 'The Green Stick', "Bukan karena
mereka diberi penjelasan yang masuk akal, tetapi karena mereka ingin
mempercayainya."

Sebaliknya orang-orang yang jujur dan terbuka, menghindari jalan
penyesatan (penipuan) apapun bentuknya. Mereka menolak untuk melakukan
manipulasi, tindakan yang membesar-besarkan atau bermain dengan agenda-
agenda yang tersembunyi. Kedudukan mereka tidak bergeming. Komitmen-
komitmen mereka tidak ditulis dengan tinta yang tidak kelihatan.
Mereka sangat memperhatikan nasihat Tuhan Yesus, "Jika ya, hendaklah
kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak" (Matius
5:37).

Sayangnya, tulis Tozer, "Banyak dari guru dan pengkhotbah kita yang
terkenal mengembangkan suatu teknik berbicara dengan suara perut agar
suara mereka kelihatan lebih berwibawa dan seolah datang dari berbagai
penjuru angin." John White menambahkan bahwa hal yang sama juga
terjadi di kalangan eksekutif pelayanan; khususnya ketika meminta
bantuan keuangan mereka seringkali menggunakan kata-kata sandi dan
berputar-putar. Untuk memastikan maksud mereka, seringkali kita
terpaksa mengartikan sendiri apa yang tersirat.

Perkataan iman [telah] mendapat suatu pengertian teknis dan [sekarang]
merupakan suatu tanda pengenal rohani yang terhormat. Dewasa ini kita
hampir tidak pernah tersenyum lagi mendengar ketidak-konsistenan dari
suatu program radio Kristen yang menutup siarannya dengan kata-kata,
"Sebagaimana Anda ketahui usaha ini berjalan karena iman. Kami hanya
berharap kepada Allah untuk memenuhi segala kebutuhan kami, dan juga
kepada Anda sebagai umat-Nya yang memberi dengan murah hati untuk
mendukung usaha ini yang akan menjangkau jutaan orang miskin dengan
Injil. Program kami memerlukan biaya $ 50.000,- per minggu. Tulislah
untuk memberikan dorongan kepada kami. Surat Anda sangat berarti bagi
kami ... Kami akan mengirimkan Anda secara gratis sebuah buklet yang
berjudul ...." Dan seterusnya.

Orang-orang Kristen yang dewasa paham bahwa Allah mempunyai andil
dalam keberhasilan setiap pesan dan misi yang telah Ia tetapkan, Ia
dapat diandalkan untuk mempersiapkan jalan bagi hamba-hamba-Nya. Ia
ahli dalam melembutkan hati dari mereka yang terhilang dan
menggerakkan hati para donatur. Para pelayan tidak perlu berkeliling
memukul semak-belukar -- dan mereka yang melakukan hal tersebut
menunjukkan kurangnya keyakinannya dalam panggilan Allah atau
menunjukkan adanya suatu agenda yang tersembunyi.

Fakta-Fakta Ketidakjujuran
--------------------------

Para pendusta senang bergabung dengan para pembual. Keengganan mereka
untuk berpegang teguh pada kebenaran membuatnya mudah bergaul dengan
orang-orang yang suka membual. Sekali fakta-fakta ketidakjujuran
ditolerir, ia akan meningkat menjadi penyesatan yang selektif dan pada
gilirannya mereka akan menjadi terbiasa "mengubah kenyataan".

Para pemimpin dan pengumpul dana Kristen berusaha keras untuk
menyokong kampanye-kampanye besar yang terus terang, terlalu berat
pencobaannya di bidang ini. Setelah mengumbar ,"janji-janji sorga"
kepada para pendukungnya, mereka harus memilih salah satu, yaitu
memberikan yang besar sesuai dengan janji-janji mereka atau kehilangan
kesempatan memperoleh uang banyak tanpa harus bersusah payah.
Masalahnya adalah kebutuhan-kebutuhan dunia yang nyata ini terlalu
besar dan terlalu rumit untuk ditanggulangi oleh satu organisasi saja.
Jalan keluarnya (yang tidak jujur) ialah mereka memperkecil tantangan
yang seharusnya dihadapi; dengan cara membuat program yang bertema
umum-umun saja, agar tidak dapat diklaim, misalnya: Afrika bagi
Kristus, Kampanye Untuk Memenangkan Jutaan Jiwa" dengan data statistik
yang meragukan (biasanya hanya berdasarkan perkiraan kehadiran KKR
atau pendengar siaran yang potensial). Kedua muslihat inilah yang
paling sering digunakan untuk mencapai batas maksimal penghasilan
mereka. Karena terus terang sulit untuk menguji perkiraan dan
efektivitas mereka yang sebenarnya.

Realita yang cenderung dibesar-besarkan ini, lebih terkesan lagi bila
menyangkut data-data dari luar negeri. "Sungguh," Muggeridge menulis
di dalam otobiografinya, "orang-orang terlanjur kagum terhadap berita
yang direkayasa dari suatu tempat pengumpul berita, padahal
sesungguhnya berbeda dengan kebenaran berita yang dikirim." Ditambah
lagi naluri kita yang umumnya cenderung mudah mempercayai hal-hal
berbau misi. Memang, diperlukan waktu dan biaya yang besar untuk
mengecek ulang fakta-fakta di tempat yang jauh, itu sebabnya para
operator yang tidak jujur sangat menyukai program-program
internasional.

John White menceritakan secara panjang lebar contoh sebuah organisasi
Kristen yang melatih para pekerjanya untuk menetapkan kuota
penginjilan dan kemudian mengemas kesaksian-kesaksian dari para
petobat baru sebagai "kisah-kisah perang" untuk dipublikasikan. Namun,
menurut salah seorang pekerja, "Sementara tintanya belum kering di
kertas yang dicetak, kebanyakan dari petobat baru tersebut telah
meninggalkan 'iman' mereka." Hal ini terjadi terus menerus.
Sebagaimana disebutkan oleh White, informasi yang ada di dalam berita
doa tersebut menyesatkan. "Kisah-kisah yang dituliskan dalam berita
bukanlah kisah-kisah yang diceritakan ketika berita tersebut dibaca."

Kisah ini, dan kisah-kisah lainnya yang seperti ini mendorong kita
untuk bertanya beberapa pertanyaan penting. Pertama dan yang paling
jelas, Apakah kemajuan organisasi ini merupakan prioritas yang lebih
tinggi dari pada perluasan Kerajaan Allah? Apakah hal ini membuat para
eksekutif pelayanan berkompromi dengan standar kebenaran yang
alkitabiah? Apakah ini merupakan "keserakahan" yang dimaksud oleh
rasul Petrus, yang akan menyebabkan beberapa pemimpin Kristen berusaha
"mencari untung dari kamu dengan cerita-cerita isapan jempol mereka" (2Petrus 2:3)?

Bisikan Roh Kudus versus Rayuan Manusia
---------------------------------------

Banyak orang percaya merasa sulit untuk membedakan antara bisikan Roh
Kudus dengan rayuan manusia. Kedua pendekatan tersebut merangsang
pikiran dan perasaan. Keduanya mengajak kita untuk mendukung alasan-
alasan yang layak dan bisa dilihat. Namun ada satu perbedaan yang
besar. Bisikan Roh Kudus tidak membuat risih, lembut, sopan dan jujur.
Sedangkan rayuan manusia cenderung vulgar; melihat orang sebagai objek
untuk mendapatkan keuntungan. Yang satu berorientasi kepada hubungan
sedangkan yang lain berorientasi kepada program.

Harus diakui bahwa dalam banyak kasus rayuan manusia ternyata
berhasil. Kenyataannya adalah, seluruh industri telah tumbuh dan
berkembang dengan mempraktekkan hal tersebut. Para penjajag pendapat
menemukan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh orang-orang; para
penerbit menyampaikan hasil-hasilnya ke dalam desktop kita; dan para
konsultan serta pengajar di seminar mengajar kita bagaimana
mendapatkan keuntungan dari apa yang kita ketahui.

Karena banyaknya orang Kristen yang menerapkan pendekatan perhitungan
ini ke dalam pelayanan mereka, mungkin sudah waktunya untuk kita
bertanya-tanya apakah kita ini anak-anak Allah atau anak-anak ilmu
pengetahuan. White mengkhawatirkan bahwa metoda-metoda modern, kalau
kita tidak berhati-hati menyeleksinya dapat merongrong iman di dalam
Roh Kudus. Walaupun iklan dan rayuan secara intrinsik bukanlah
kejahatan, namun hal itu dapat menimbulkan kerugian yang besar "bila
motivasinya adalah keserakahan atau eksploitasi (tidak memperlakukan
umat manusia sebagai manusia, mengabaikan martabat mereka dan
menganggap mereka sebagai objek untuk manipulasi)".

Mampukah kita membuat pernyataan seperti Paulus bahwa "kami menolak
segala perbuatan tersembunyi yang memalukan"? Dapatkah kita berkata
bahwa "kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah"?
Apakah kita bersedia untuk mempraktekkan kebenaran apa adanya untuk
"menyerahkan diri kita untuk dipertimbangkan oleh semua orang di
hadapan Allah" (2Korintus 4:2)?

Meskipun secara psikologis kadang-kadang manipulasi membuahkan hasil-
hasil jangka pendek, hal tersebut tidak sebanding dengan keyakinan
yang datang dari Roh Kudus. Orang-orang Yerusalem tidak memerlukan
panggilan ke depan (altar call) pada akhir khotbah Petrus di hari
Pentakosta. Tidak ada suara serak-serak basah yang mengatakan "Raihlah
waktu yang istimewa ini". Tidak ada pemain organ yang memainkan musik
lembut "Kuserahkan". Sebaliknya, Alkitab menceriterakan kepada kita
bahwa orang banyak tersebut "hatinya sangat terharu" dan mereka
langsung bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah
yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" (Kisah 2:37). Setelah
kejadian itu, gereja bertambah 3.000 jiwa. "Setiap orang" kata Alkitab
"dipenuhi rasa kagum" (ayat 43). Ini bukan untuk meragukan metoda
panggilan ke depan (altar call). Namun untuk mengingatkan bahwa
adakalanya kita harus membiarkan sang Mempelai Pria melayani kita
langsung.

Tata cara yang dilakukan terhadap seseorang yang hendak dilamar
mencerminkan maksud dari pelamarnya -- baik pria maupun wanita. Jika
tujuannya adalah anjungan satu malam (sumbangan yang didasarkan atas
perhitungan untung rugi, suatu sumbangan yang impulsif), maka
manipulasi yang akan menang. Tetapi jika tujuan akhirnya adalah
menghasilkan (seorang murid yang kuat, mitra jangka panjang), maka
kita perlu merayu hati kekasih kita.

Banyak dari kita tidak jujur di hadapan manusia karena kita tidak
jujur di hadapan Allah. Kita membawa ambisi-ambisi pribadi kita dan
dosa-dosa yang tersembunyi -- "apa yang tersembunyi dalam kegelapan"
yang pada suatu hari akan diungkapkan (1Korintus 4:5). Tetapi Allah
menginginkan kebenaran "dalam batin" (Mazmur 51:8), dan Ia membuatnya
menjadi jelas bahwa setiap usaha untuk menyembunyikan dosa tidak akan
beruntung (Amsal 28:13).

Jika kehidupan kita adalah kitab yang terbuka, satu-satunya harapan
yang dapat kita lakukan adalah berteriak seperti Daud, "Selidikilah
aku, ya Allah, dan ketahuilah akan hatiku" (Mazmur 139:23) dan seperti
Ayub, "Apa yang tidak kumengerti, ajarkanlah kepadaku" (Ayub 34:32).
Hanya sebagaimana kita sendiri diuji dan dimurnikan barulah kita mampu
mengenali ketidakjujuran yang ada di dalam diri orang lain.

======================================================================
Judul Buku : Trademark TUHAN
Pengarang  : George Otis Jr.
Penerbit   : Indo Gracia, Jakarta
Halaman    : 41 - 55 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org