Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/39

e-Reformed edisi 39 (28-6-2003)

Pasang Surut Kehidupan Doa

                      PASANG SURUT KEHIDUPAN DOA

Beberapa bulan yang lalu saya berbicara dengan beberapa orang Kristen 
yang merasa malu. Mereka pernah terbiasa hidup berdoa, kata mereka. 
Tapi keadaan berubah. Mereka tidak berdoa lagi seperti dulu sehingga 
mereka merasa malu. Ada yang menggambarkannya begini:

"Waktu saya baru percaya, angan-angan berbicara dengan Allah alam 
semesta dan Allah mendengarkan saya mempedulikan saya, menanggapi 
kepentingan saya angan-angan itu membanjiri pikiran saya sehingga 
hampir saya tidak dapat memahaminya."

"Begitu saya tahu bahwa saya dapat melakukannya, saya mulai berdoa 
sepanjang hari. Saya berdoa waktu bangun. Saya berdoa di meja waktu 
sarapan pagi. Saya berdoa dalam perjalanan ke tempat kerja. Saya 
berdoa di meja saya di kantor, dengan teman-teman melalui telepon, 
waktu makan siang, dengan keluarga waktu makan malam, dengan anak- 
anak waktu mereka hendak tidur malam. Saya berdoa dengan kelompok 
kecil. Saya sangat senang waktu berdoa di gereja.

"Saya berdoa sepanjang waktu, dan itu membuat saya bersukacita. Allah 
menjawab doa-doa saya. Hidup saya berubah. Hidup orang lain berubah. 
Sungguh menyenangkan."

"Apa yang terjadi?" tanya saya.

"Saya tidak tahu," jawab orang itu. "Terus terang, saya tidak tahu. 
Rasanya hidup berdoa saya surut." Kemudian dia berkata dengan sangat 
sedih, "Saya jarang sekali berdoa sekarang."

Musim Tanpa Doa
---------------

Saya tahu masalah mereka. "Hampir setiap pengikut Yesus Kristus pada 
suatu waktu mengalami persis seperti apa yang Anda gambarkan," kata 
saya. "Saya tahu saya juga pernah begitu."

Waktu saya menoleh ke riwayat hidup rohani saya, saya menemukan musim 
tertentu di mana saya sering berdoa dengan penuh semangat. Saya 
dipenuhi sukacita dan harapan akan berkat Allah. Tanda ajaib terjadi 
dalam hidup saya, dalam hidup orang yang saya doakan dan dalam gereja 
saya.                                

Kemudian, tanpa sebab yang jelas, hidup berdoa saya mulai surut sampai 
saya hampir berhenti berdoa. Ya, saya masih berdoa pada waktu makan 
dan pada kegiatan-kegiatan di gereja tapi tidak lebih dari itu. Doa 
nampaknya hambar, membosankan dan tanpa arti. Musim tanpa doa itu bisa 
berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan- bulan.

Lalu tiba-tiba kuat kuasa Allah melimpah lagi dalam hidup saya, 
seperti sebelumnya. Sekali lagi saya merasa senang datang ke hadirat 
Allah. Sekali lagi saya sering berdoa dan berhasil. Sampai kepudaran 
kambuh lagi, seperti selalu terjadi.

Apa yang menyebabkan pasang-surut dalam hidup berdoa kita? Mengapa 
kita kehilangan minat dalam berdoa? Mengapa kita berhenti berdoa?

Satu penyebab kita berhenti berdoa atau membiarkan hidup berdoa kita 
pudar, ialah bahwa kita terlalu senang - puas dengan keadaan. Itu 
sifat dasar manusiawi.

Bila badai mengamuk, topan menderu dan gelombang menimpa geladak, 
setiap orang di atas kapal berdoa seperti orang gila. Bila telepon 
yang menyeramkan datang di tengah malam, bila dokter berkata bahwa 
yang dirawat tidak begitu memberi harapan, atau waktu suami/istri kita 
berkata bahwa ada orang lain yang sangat menarik, doa adalah sifat 
dasar kedua. Dalam situasi yang sukar seperti itu, hampir setiap orang 
berdoa - sungguh-sungguh, berulang-ulang, penuh harapan, bahkan mati-
matian.

Kemudian badai berlalu, laut tenang, angin reda dan Allah sekali lagi 
membuktikan diriNya setia. Sebagian besar motivasi kita untuk berdoa 
turun, dan mulai lagi doa yang sangat memudar.

Melupakan Allah
---------------

Dapat dipahami, hal ini mempengaruhi hati Allah. Ia sedih bila anak- 
anak-Nya bertindak seperti mahasiswa, yang menghubungi orang tua hanya 
kalau uang mereka mulai kurang.

Ada tema sedih dalam Perjanjian Lama. Allah memberkati anak-anak- Nya, 
tapi mereka melupakan-Nya. Ia memberkati mereka lagi, dan mereka 
melupakan-Nya lagi. Mereka mengalami kesukaran besar dan mohon 
pertolongan, dan Allah datang dan menyelamatkan mereka. Tapi mereka 
lagi-lagi melupakan-Nya.

Bacalah, misalnya, litani yang sedih dalam Mzm 78. Walau Allah 
memberikan hukum kepada Israel, dibelah-Nya laut supaya mereka bisa 
menyeberang, memimpin mereka melalui padang gurun, memberikan mereka 
makanan dan air dengan cara ajaib, dan memukul mundur musuh mereka, 
"Berulang kali mereka mencobai Allah; ... Mereka tidak ingat kepada 
kekuasaan-Nya,..." (ay 41-42). Atau dalam Mzm 106:6-13

     Nenek moyang kami di Mesir
        tidak mengerti perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib, 
     tidak ingat besarnya kasih setia-Mu, 
        tetapi mereka memberontak terhadap Yang Mahatinggi di tepi 
        Laut Teberau. 
     Namun diselamatkan-Nya mereka oleh karena nama-Nya, 
        untuk memperkenalkan keperkasaan-Nya. 
     Dihardik-Nya Laut Teberau, sehingga kering, dibawa-Nya mereka 
        berjalan melalui samudra raya seperti melalui padang gurun. 
     Demikian diselamatkan-Nya mereka dari tangan pembenci, 
        ditebus-Nya mereka dari tangan musuh; 
     air menutupi para lawan mereka, 
        seorang pun dari mereka tiada tinggal. 
     Ketika itu percayalah mereka kepada segala firman-Nya, 
        mereka menyanyikan puji-pujian kepada-Nya. 
     Tetapi segera mereka melupakan perbuatan-perbuatan-Nya, 
        dan tidak menantikan nasihat-Nya.

Dengan sedih, kata pemazmur itu: "Kami dan nenek moyang kami telah   
berbuat dosa" (ay 6). Kita tidak ingin melupakan Allah. Kita ingin 
agar hidup berdoa kita konsisten. Bagaimana kita bisa tetap mengingat 
kebaikan Allah? Bagaimana kita ingat untuk berdoa?

Irama Sehari-hari
-----------------

Kita dapat mengingat untuk berdoa sama dengan cara kita mengingat apa 
saja yang menjadi urusan kita dengan memasukkan doa dalam jadwal 
harian kita. Seperti kita lihat, Yesus menganggap bahwa pengikut-Nya 
akan menyediakan waktu untuk berdoa. Kalau kita merasa bahwa kita kian 
jarang berdoa, itu mungkin karena kita tidak pernah menjadikan doa suatu bagian tertentu dari jadwal harian kita.

Ada orang yang menentukan waktu untuk berdoa bahkan sebelum turun dari 
tempat tidur di pagi hari. Yang lain berdoa waktu minum kopi, atau 
waktu makan siang, atau persis sesudah pulang dari tempat kerja atau 
sekolah, atau sesudah makan malam, atau sebelum waktu tidur. Waktu 
yang kita pilih tidak menjadi soal, selama kita menatanya dengan 
setia. Doa perlu menjadi bagian dari irama hidup sehari-hari kita.

Pilihlah satu waktu pada waktu mana Anda biasanya tidak terganggu. 
Anda bisa menutup diri dari dunia dan mendengarkan Allah. Bersamaan 
dengan itu, pilihlah tempat yang dapat menjadi tempat pelarian Anda, 
tempat perlindungan Anda, sementara Anda duduk di hadapan hadirat 
Allah.

Para kenalan saya yang konsisten tiap hari berdoa dengan sungguh- 
sungguh dan penuh sukacita, biasanya telah memilih tempat tertentu 
yang mereka gunakan untuk berdoa setiap hari. Saya mengenal seorang 
yang berdoa sepanjang jalan ke tempat kerja, dalam kereta api lima 
hari seminggu. Itu empat puluh menit kalau mendapat kereta api ekspres 
dan kalau tidak, satu jam. Dia berkata bahwa tempat duduknya di kereta 
adalah tempat suci baginya.

Saya mengenal seorang yang berdoa di meja pojok di restoran sebelum 
bekerja tiap hari. Ada yang berdoa sambil duduk dekat pintu sorong 
dari kaca dengan pemandangan taman di luar. Ada yang menulis doanya 
dalam komputer di kantornya. Tempat apa saja bisa menjadi tempat 
berdoa. Yang penting, kalau kita hendak ingat untuk berdoa, ialah 
menentukan tempat khusus dan waktu khusus untuk bertemu dengan Tuhan.

Dosa Sehari-hari
----------------

Tapi untuk kebanyakan dari kita, masalah tidak setia berdoa bukanlah 
karena tidak ada waktu atau tempat. Kita mempunyai tempat berdoa, dan 
dulu kita pergi ke sana tiap hari. Tanpa sebab tertentu semangat kita 
pergi ke sana sirna. Kita tidak berhasrat lagi untuk berdoa.

Kalau itu yang menggambarkan perasaan kita, kita mungkin menderita 
rasa salah atau malu. Sesuatu yang telah kita perbuat - atau sedang 
perbuat sekarang - telah menjadi rintangan antara kita dan Allah.

Kadang-kadang bila saya mencoba menolong seorang untuk mengerti 
mengapa mereka tidak berdoa lagi, saya berkata, "Mari kita telusuri. 
Apakah Anda tahu kapan Anda mulai merasa seperti ini? Apa lagi yang 
sedang terjadi dalam hidup Anda pada waktu itu?"

Orang yang jujur dan sadar-sendiri sering mengatakan sesuatu seperti 
ini, "Ya, pada waktu itu saya mulai berpesta-pora, banyak mengelana 
dan membiarkan hidup saya sedikit di luar kendali."

Seorang lagi berkata, "Pada waktu itu saya sangat sibuk di tempat 
kerja dan kerakusan memancing saya sehingga mencari uang menjadi 
tenaga pendorong yang merasuki hidup saya."

"Saya kira pada waktu saya menerima konseling, itu pada mulanya 
menolong. Tapi kemudian bukannya mengatasi masalah saya, saya terbenam 
dalam diri sendiri, dan saya kian menjadi pusat dunia saya sendiri. 
Saya mengesampingkan Allah."

"Mungkin itu pada waktu saya pindah sekamar dengan pacar saya."

Saya harus memberitahu orang-orang ini, apa pun rinciannya, dosa 
sehari-hari cukup kuat untuk menciptakan kesenjangan yang kian lebar 
dalam hubungan kita dengan Allah. Kian lebar kesenjangan itu, kian 
jarang kita berdoa. Dan kian jarang kita berdoa, kesenjangan itu 
menjadi kian lebar.

Menghina Nama Allah
-------------------

Saya ingat satu waktu ketika saya tahu saya sedang berbuat dosa. Saya 
kebingungan mengapa doa pagi saya di kantor ternyata sangat kaku dan 
tidak berarti. Saya mempunyai waktu berdoa yang sangat teratur dan 
tempat berdoa yang tetap; tapi saya tidak mau terlibat percakapan 
mendalam dengan Allah.

Kemudian saya membaca firman Allah dalam Kitab Mal 1:6: "... di 
manakah hormat yang kepada-Ku itu? ...firman TUHAN semesta alam kepada 
kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: 
'Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?'" (Mal 1:6).

Banyak cara, kata Allah melalui Maleakhi. Marilah saya sebutkan 
beberapa.

Mereka menipu Allah. Kendati petunjuk Allah jelas untuk 
mempersembahkan hewan yang terbaik sebagai korban kepada Tuhan. Tapi 
orang Israel membawa ternak mereka yang terbaik ke pasar, di mana 
mereka bisa mendapatkan harga mahal untuk ternak itu. Kemudian mereka 
membawa hewan yang tidak berharga - yang buta, yang timpang, yang 
sakit hampir mati - dan membawanya ke mezbah Allah (lih Mal 1:6-8).

Mereka juga telah menipu orang miskin - menindas orang upahan, 
menyulitkan hidup ekonomi para janda dan curang terhadap para orang 
asing pendatang liar (lih Mal 3:5).

Di samping itu, mereka telah menipu keluarganya. Perceraian 
merajalela. "... Kamu menutupi mezbah TUHAN dengan air mata, dengan 
tangisan dan rintihan, tidak lagi berpaling kepada persembahan dan 
tidak berkenan menerimanya dari tanganmu. Dan kamu bertanya: 'Oleh 
karena apa?' Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan 
istri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal 
dialah teman sekutumu dan istri seperjanjianmu" (Mal 2:14-15).

Melalui Maleakhi Allah berseru, "Setelah menipu Aku, orang yang 
tertindas di antara kamu dan bahkan keluargamu sendiri, kamu berani 
meminta berkat-Mu? Kamu terang-terangan berdosa kepada-Ku dan kemudian 
punya nyali untuk meminta kemurahan hati? Kamu memberontak melawan Aku 
dan mengharapkan Aku tidak terpengaruh oleh ketidakpatuhanmu? Aku 
sangat sedih. Dosamu menghancurkan hati-Ku. Itu terasa seperti 
pengkhianatan."

Kalau kita tidak hidup dalam kepatuhan kepada Allah, kita kehilangan 
rasa hangat dan akrab dengan Dia. Kita bisa bernostalgia dengan waktu 
berdoa yang dulu, tapi kita telah mendirikan satu perintang doa yang 
harus dirubuhkan sebelum kita bisa menikmati lagi hubungan kasih 
sayang dengan Dia. Kita tidak mempunyai persekutuan yang erat dan 
langgeng dengan Allah, kecuali kalau kita mematuhi-Nya - mutlak.

Merubuhkan Perintang
--------------------

Hal yang mengherankan ialah bahwa Allah sendiri mau merubuhkan 
perintang yang memisahkan kita.

Alkitab menceritakan kepada kita bahwa Allah terhadap Siapa kita 
berdosa, Allah yang kita acungi tinju kita, merentangkan tangan-Nya 
kepada kita dan berkata, "Pulanglah. Kau tidak ingin hidup dengan cara 
demikian, bukan? Kau tidak mau menempuh jalan itu. Akuilah dosamu 
Anda. Katakanlah kepada-Ku bahwa hidupmu kacau-balau. Bersepakatlah 
dengan Aku bahwa engkau berada di jalan yang salah. Berbaliklah, dan 
kita akan berhubungan akrab kembali. Maka doamu akan kaya dan berarti 
lagi. Kita akan berjalan bersama-sama kembali."

     Marilah, baiklah kita berperkara! - firman TUHAN - Sekalipun 
     dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; 
     sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih 
     seperti bulu domba (Yes 1:18).

Kabar baik ialah bahwa Anda bisa kembali ke dalam persekutuan dengan   
Bapa sekarang juga. Anda boleh mengucapkan doa pertobatan: "Ya Allah, 
saya minta ampun atas --. Ampunilah saya. Saya mau berbalik dari cara 
hidup ini, dan saya mau kembali ke dalam hubungan yang akrab dengan 
Engkau."

Bila Anda mengucapkan doa itu, Allah akan memulihkan Anda. Anda akan 
berdoa dengan cara lain sesudah pemulihan itu. Anda kembali ke jalan 
yang benar.

Apakah Allah Tuli?
------------------

Barangkali Anda menyisipkan ke dalam jadwal harian Anda acara untuk 
berdoa, dan Anda tidak sadar bahwa ada dosa yang memisahkan Anda dari 
Allah. Namun Anda tahu bahwa Anda sudah mulai menjauhi Dia. Anda 
hampir menghentikan doa Anda, karena merasa kecil hati. Kecewa. Atau 
bahkan putus asa.

Anda berdoa sungguh-sungguh agar ayah Anda selamat dalam pembedahan, 
tapi ternyata ia meninggal.

Anda berdoa agar putra Anda dan anak mantu akan rujuk dan tetap utuh, 
tapi mereka bercerai.

Anda berdoa agar bisnis Anda dapat bertahan terhadap satu pesaing baru -
tapi tidak berhasil.

Anda tahu bahwa dosa Anda sudah Anda akui, dan Anda mencoba menempuh 
hidup etis. Permintaan Anda tidak egois. Dan sekarang karena ayah Anda 
sudah meninggal, anak bercerai dan bisnis Anda ditutup, Allah tidak 
mungkin menyuruh Anda menunggu. Sudah terlambat.

Agaknya doa tidak berhasil. Mengapa membuang-buang napas Anda? Kalau 
surga tidak mendengar, kalau Allah tidak peduli, atau kalau Allah 
tidak berkuasa untuk mengubah keadaan, mengapa harus berdoa? Lebih 
baik menghadapi kenyataan dan berhenti membohongi diri sendiri.

Kalau Anda pernah mengalami kekecewaan yang menghancurkan yang tidak 
diatasi oleh doa, dan kalau Anda adalah pengikut Kristus yang jujur, 
Anda tentu pernah bergumul dengan pertanyaan seperti ini. Saya tidak 
mempunyai jawaban yang pasti bagi Anda. Ada hal-hal yang tidak akan 
pernah jelas selama kita hidup di dunia ini. "Hidup kami ini adalah 
hidup berdasarkan iman", kata Rasul Paulus, "bukan berdasarkan apa 
yang kelihatan" (2Kor 5:7).

Tapi saya dapat menceritakan kepada Anda perkataan Yesus kepada para 
rasul ketika mereka kecil hati: "Yesus menyampaikan... kepada mereka 
untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu berdoa tanpa jemu-jemu," 
tulis Lukas. Setelah memberikan perumpamaan untuk menggambarkan maksud-
Nya, Yesus bertanya, "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang 
pilihan-Nya yang siang-malam berseru kepada-Nya? Apakah Ia mengulur-
ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan 
segera membenarkan mereka..." (Luk 18:1, 7-8).

Saya meminta dengan sangat kepada kamu, kata Yesus, jangan kehilangan 
nyali. Berdoa terus. Bapa mendengarkan. Ia mendengarkan setiap doa 
yang kita panjatkan. Ia sungguh mempedulikan segala sesuatu yang 
mempengaruhi kita. Ia memiliki kuat kuasa yang tidak terbatas untuk 
menanggulangi apa saja yang mengganggu kita. Memang Ia tidak menjawab 
setiap doa kita sesuai yang manusia berdosa menghendakinya. Tapi Ia 
menghendaki kita bertahan. Ia suka bersekutu dengan kita. Ia mau 
melakukan apa saja yang terbaik untuk kita.

Saya Terus Berdoa
-----------------
Beberapa tahun yang lalu kami menyelenggarakan baptisan. Banyak orang 
menegaskan di depan umum keputusan mereka untuk mengikuti Kristus. 
Rasanya hati saya akan meledak karena kegirangan. Kemudian, di tangga, 
saya menemukan seorang wanita sedang menangis. Saya tidak dapat 
mengerti mengapa ada orang yang menangis sesudah upacara yang demikian 
menggembirakan, jadi saya berhenti dan bertanya apa yang terjadi 
dengan dia.

"Tidak," katanya, "Saya sedang bergumul. Ibu saya dibaptis hari ini."

Apakah ini menjadi masalah? pikir saya.

"Saya berdoa untuk dia tiap hari selama 20 tahun," katanya, dan 
kemudian menangis kembali.

"Tolong saya agar mengerti soal ini," kata saya.

"Saya menangis," jawabnya, "karena saya nyaris - nyaris sekali - 
menyerah. Maksud saya, setelah 5 tahun terus-menerus berdoa saya 
berkata, 'Siapa yang memerlukan ini? Allah tidak mendengarkan.' 
Setelah 10 tahun terus-menerus berdoa saya berkata, 'Mengapa saya 
harus menghabiskan nafas? Setelah 15 tahun terus-menerus berdoa saya 
berkata, 'Ini tidak masuk akal.' Setelah 19 tahun saya berkata, 'Saya 
ini tolol.' Tapi saya masih berdoa terus, walaupun iman saya lemah. 
Saya berdoa terus, dan Ibu saya menyerahkan hidupnya kepada Kristus, 
dan dia dibaptis hari ini."

Wanita itu berhenti menangis dan menatap ke mata saya. "Saya tidak 
akan pernah meragukan kuat kuasa doa lagi," katanya.

Tanya-jawab untuk Renungan dan Pembahasan
-----------------------------------------
1. Sebagai apa doa itu bagi Anda waktu pertama kalinya Anda sungguh-   
   sungguh tentang berdoa? Pernahkah Anda mengalami periode surut 
   dalam kehidupan berdoa Anda?

2. Bill Hybels berkata, "Satu sebab kita berhenti berdoa atau          
   membiarkan kehidupan berdoa kita hilang, ialah bahwa kita terlalu 
   keenakan." Anda setuju? Pernahkah Anda terlalu keenakan sampai 
   tidak berdoa?

3. Pernahkah Anda terdorong untuk berdoa karena masalah-masalah gawat    
   yang Anda hadapi? Apakah Anda terus berdoa setelah masalah itu 
   terpecahkan?

4. Apakah Anda menentukan waktu dan tempat untuk berdoa dalam jadwal  
   harian Anda? Bilamana dan di mana Anda berdoa?

5. Pernahkah kesalahan mencegah Anda berdoa? Pada waktu itu, apakah    
   Anda menyadari bagaimana dosa Anda berdampak atas waktu Anda 
   bersama Allah?

6. Penipuan apa yang terjadi di zaman Maleakhi? Bagaimana kita menipu
   dalam kategori itu di zaman sekarang?

7. Bagaimana kita dapat meruntuhkan dosa perintang dan memulihkan 
   hubungan kita dengan Allah?

8. Berapa lama kita harus bertahan berdoa untuk hal-hal yang sia-sia?


---------------------------------------------------------------------

Bahan dikutip dari sumber:
Judul Buku       : Terlalu Sibuk? Justru Harus Berdoa
Judul Asli       : Pasang Surut Hidup Berdoa
Penulis          : Bill Hybels
Penerbit         : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1998

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org