Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/162

e-Reformed edisi 162 (12-3-2015)

Himne dalam Gereja Perjanjian Baru (2)

______________________Milis Publikasi e-Reformed______________________

e-Reformed -- Himne dalam Gereja Perjanjian Baru (2)
Edisi 162/Maret 2015

DAFTAR ISI:
ARTIKEL: HIMNE DALAM GEREJA PERJANJIAN BARU (2)
STOP PRESS: PUBLIKASI E-DOA: MELENGKAPI PENDOA KRISTEN


Dear e-Reformed Netters,

Artikel ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya. Setelah kita 
memahami bahwa gereja PB melanjutkan tradisi yang diturunkan oleh 
Alkitab Ibrani dan orang-orang Yahudi pada zaman pascapembuangan, pada 
artikel bagian dua ini kita akan melihat bersama sisi keindahan kitab 
Wahyu yang penuh dengan nyanyian kidung pujian, yang juga sarat dengan 
nuansa kidung kemenangan. Pada akhir artikel ini, terdapat kesimpulan 
dari artikel bagian satu dan dua. Mari kita simak lanjutan artikel 
ini. Soli Deo Gloria!

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Ayub
< ayub(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >


        ARTIKEL: HIMNE DALAM GEREJA PERJANJIAN BARU (BAGIAN 2)

Kitab Wahyu

Dalam Wahyu pun bertebaran kidung puji-pujian yang diunjukkan bagi 
Kristus Pemenang. Wahyu dapat dipahami sebagai Kitab Konflik, Kitab 
Kemenangan, tetapi lebih dari itu Kitab Perayaan. Kitab ini merayakan 
kemenangan Kristus, dengan puji-pujian yang berpusatkan Kristus 
sebagai klimaks karya Allah. Wahyu merekam banyak sekali nyanyian 
ibadah jemaat yang bernuansa kidung kemenangan (mis. 5:9-10, 11:17-18,
12:10-12, 15:3-4, 19:6-8). Perhatikan Wahyu 4:8,

"Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah,
 Yang Mahakuasa, yang sudah ada
           dan yang ada
           dan yang akan datang."

Kata "kudus" yang diulang tiga kali menyatakan penegasan. Dalam ilmu 
tafsir, pengulangan kata menunjukkan penekanan, maka pengulangan kata 
"kudus" hingga tiga kali menyatakan penekanan yang lebih lagi. Para 
ahli menyatakan bahwa Sanctus merupakan teks liturgis tertua yang 
dimiliki oleh gereja. Tak dapat diragukan, teks ini diambil dari 
Yesaya 6:3. Kekudusan Tuhan menarik garis antara Allah sebagai The 
Wholly Other, "Ia yang Sama Sekali Lain," dari ciptaan, dan Allah akan 
bersegera dalam menjalankan penghakiman-Nya. Allah disebut sebagai 
"Yang Mahakuasa" (ho pantokrator -- gelar teknis favorit penulis Wahyu 
bagi Allah), berarti Ia yang memiliki kuasa dan pemerintahan atas 
segala ciptaan. Yang "sudah ada, ada, dan akan datang" (bdk. Wahyu 
1:8) 
menegaskan kekekalan dan kedaulatan mutlak Allah -- bahwa Allah 
saja yang mengendalikan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan 
datang. Menurut Robert H. Mounce, ketiga penunjuk waktu ini 
merentangkan pemahaman mengenai penyataan nama "Yahweh" dalam Keluaran 
3:14, "
AKU ADALAH AKU."

Wahyu 5:9-10,

  Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya:
  "Engkau layak menerima gulungan kitab itu
  dan membuka meterai-meterainya;
         karena Engkau telah disembelih
         dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka
             bagi Allah dari tiap-tiap suku
                  dan bahasa
                  dan kaum
                  dan bangsa.
   Dan Engkau telah membuat mereka
              menjadi suatu kerajaan,
              dan menjadi imam-imam bagi Allah kita,
              dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi."

Ide "nyanyian baru" untuk merayakan kedaulatan dan betapa layaknya 
Allah sering muncul dalam Mazmur, di mana frasa itu mengungkapkan 
ibadah baru yang diilhami oleh kemurahan atau rahmat Allah. Dalam 
Yesaya 42:10, "nyanyian baru" berhubungan dengan eskatologi dan 
penyataan "hamba TUHAN" dan "sesuatu yang baru". Dalam Wahyu 14:3,
"nyanyian baru" dihubungkan dengan kehadiran kerajaan akhir, dan di 
sini nyanyian yang baru merayakan fondasi kerajaan tersebut telah 
diletakkan, yaitu pengurbanan Sang Anak Domba Allah. Penggunaan 
kainos, "baru" di sini, dan bukan neos, "baru" -- kata terakhir tidak 
dipakai dalam Wahyu -- menegaskan sifat kualitatifnya, bukan perihal 
baru secara temporal, jenis atau gaya baru yang tidak kuno. Sifat 
kualitatif juga dipakai untuk "Yerusalem baru" serta "langit baru dan 
bumi baru"; sehingga nyanyian baru tersebut merupakan berita 
antisipatif akan zaman yang baru, yang akan segera datang itu, 
pemerintahan Kristus di dalam Kerajaan-Nya yang sempurna. Komposisi 
nyanyian ini adalah: (1) pernyataan betapa layaknya Sang Anak Domba, 
5:9a; (2) karya keselamatan Sang Anak Domba, 5:9b; dan (3) efek bagi 
para pengikut Sang Anak Domba, 5:10.

Melihat keindahan kitab Wahyu yang penuh kidung pujian, maka tak 
berlebihan bila John Stott menyebut kitab ini sebagai sebuah sursum 
corda, "Angkatlah hatimu!" -- suatu seruan agar gereja bersorak-sorai 
oleh karena mahadaya karya Allah di dalam dan melalui Sang Mesias.

Kesimpulan

Pertama, isi berita nyanyian jemaat di PB merupakan gema crescendo 
dari nyanyian PL. Pusat pemberitaan nyanyian umat Allah adalah karya 
Allah yang mahadahsyat. Gereja memahami jati dirinya sebagai pewaris 
perjanjian Allah, yang sama dengan para leluhur iman di PL, dan karena 
itu, apa yang dinyatakan PB harus dilihat dalam kacamata teologi 
perjanjian. PB tidak akan pernah ada tanpa PL. PB juga tak dapat 
berdiri independen tanpa PL. Karena itu, warta yang terkandung dalam 
nyanyian-nyanyian jemaat di PB, sesungguhnya merupakan karya Allah 
yang sudah dinyatakan dalam PL, yang kini mencapai klimaksnya dalam 
Mesias Yesus dan Roh Kudus yang dicurahkan oleh Bapa serta Sang 
Mesias. Perhatikan Kolose 1:15-20,

15. Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan,
    yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,
16. karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu,
        yang ada di sorga dan yang ada di bumi,
        yang kelihatan dan yang tidak kelihatan,
        baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa;
        segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
17. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu,
    dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
18. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat.
    Ialah yang sulung,
        yang pertama bangkit dari antara orang mati,
        sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
19. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,
20. dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya,
        baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga,
        sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

Kedua, nyanyian jemaat merupakan suatu dialog, semacam percakapan; 
subjek dan objek pembicaraan dalam nyanyian jemaat tidak selalu sama. 
Suatu kali, Allah sebagai subjek berbicara kepada manusia. Di kali 
lain, manusia kepada Allah. Lain kali lagi, manusia kepada manusia 
tentang Allah. Dan, pada kesempatan lain, manusia berbicara kepada 
dirinya sendiri. Oleh sebab itu, nyanyian jemaat tidak dibuat dalam 
bentuk-bentuk esoteris-ekstatis--bahasa-bahasa rahasia yang sulit 
dipahami, tetapi memakai bahasa yang menjadi alat komunikasi jemaat.

Ketiga, nyanyian jemaat memiliki pola atau patron yang khas. Dalam 
puisi Ibrani dikenal adanya sajak, paralelisme, dan majas. Puisi 
disajikan dalam baris baru, teratur dan terikat (tidak bebas), sangat 
memprioritaskan keselarasan bunyi bahasa, baik berupa kesepadanan 
bunyi, kekontrasan, maupun kesamaan. Ma Hopper menegaskan mengenai 
himne di PB, "These texts are set apart by the formal poetic structure 
and their ardor of enthusiasm". Nyanyian jemaat, dengan demikian, 
merupakan karya susastra bermutu tinggi dan dikerjakan dengan sangat 
serius serta melibatkan aspek intelektual. Inilah bukti bahwa Allah 
berkehendak agar umat mengasihi-Nya dengan segenap keberadaan mereka 
(lih. Ulangan 6:5; bdk. Markus 12:30 dan ayat-ayat paralelnya), dan 
adanya aturan untuk beribadah bagi umat Allah (Mazmur 122:4) sehingga 
segala sesuatu berlangsung dengan tertib, sopan, dan teratur 
(1 Korintus 14:33, 40).

Keempat, terdapat ruang yang cukup luas untuk berkreasi. Gubahan-
gubahan kidung baru bertebaran di PB. Contohnya, Carmen Christi, 
"Kidung Kristus" dalam Filipi 2:6-11,

6. [Kristus] yang walaupun dalam rupa Allah,   
       tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
       sebagai milik yang harus dipertahankan,
7. melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri,
       dan mengambil rupa seorang hamba,
       dan menjadi sama dengan manusia.
8. Dan dalam keadaan sebagai manusia,
       Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
       bahkan sampai mati di kayu salib.
9. Itulah sebabnya Allah
       sangat meninggikan Dia
       dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
10. supaya dalam nama Yesus
       bertekuk lutut
       segala yang ada di langit
       dan yang ada di atas bumi
       dan yang ada di bawah bumi,
11. dan segala lidah mengaku:
       "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Ada semacam deviasi dari kaidah standar puisi Ibrani dalam kidung di 
atas: tidak ada paralelisme antarbaris, dalam aturan syair, panjangnya 
serta suku-suku kata yang diberi tekanan. Dapat kita simpulkan, meski 
Allah menghendaki adanya ketertiban dengan adanya aturan dan patron 
yang jelas, Allah juga memberikan kemerdekaan dalam ibadah. Patron dan 
kemerdekaan adalah karakteristik ibadah Kristen yang dipertahankan 
dalam gereja-gereja Reformasi. Demikian pula seharusnya dalam puji-
pujian jemaat.

Diambil dan disunting dari:
Judul jurnal: Jurnal "Veritas" Volume 8 Nomor 2 (Oktober 2007)
Penulis artikel: Nindyo Sasongko
Penerbit: Seminari Alkitab Asia Tenggara
Halaman: 207 -- 215


        STOP PRESS: PUBLIKASI E-DOA: MELENGKAPI PENDOA KRISTEN

Apakah Anda seorang pendoa? Anda membutuhkan sumber-sumber bahan untuk 
melengkapi pelayanan doa Anda?

Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > menerbitkan Publikasi e-Doa 
< http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip/ > untuk memperlengkapi 
pelayanan doa Anda. Dapatkan berbagai renungan, artikel, kesaksian, 
dan inspirasi dari tokoh-tokoh pendoa dalam e-Doa. Publikasi e-Doa 
rindu untuk memperkaya pendoa Kristen Indonesia dalam kehidupan 
rohani, memberikan memberikan inspirasi, dan penguatan iman.

Ingin berlangganan secara GRATIS? Kirimkan alamat e-mail Anda ke: < 
doa(at)sabda.org > atau < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >

Dengan menjadi pelanggan e-DOA, otomatis Anda telah menjadi pelanggan 
untuk pokok-pokok doa dari Open Doors, 40 Hari Doa bagi Bangsa-Bangsa, 
dan Kalender Doa SABDA (KADOS). Bergabunglah sekarang juga!

Kunjungi juga situs Doa di: < http://doa.sabda.org > untuk mendapatkan 
bahan-bahan yang lebih lengkap.


Kontak: reformed(at)sabda.org
Redaksi: Ayub, Yulia Oeniyati, dan N. Risanti
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

______________________________e-Reformed______________________________
Kontak Redaksi: < reformed(a t)sabda.org >
Untuk mendaftar: < subscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Arsip e-Reformed: < http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed >
SOTeRI: < http://soteri.sabda.org/ >
Situs YLSA: < http://www.ylsa.org/ >
Situs SABDA Katalog: < http://katalog.sabda.org/ >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org