Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/117

e-Reformed edisi 117 (30-1-2010)

Percaya Kepada Allah dalam Segala Sesuatu -- (Bagian 1)

______________________Milis Publikasi e-Reformed______________________

Dear e-Reformed Netters,

"Making Life Work: Putting God`s Wisdom into Action" (Downers Grove, 
Illinois: InterVaesity Press, 1998), adalah buku yang ditulis oleh 
Bill Hybels sebagai hasil perenungan ketika dia bercengkerama dengan 
Tuhan melalui kitab Amsal. Menurut Bill Hybels, kitab Amsal berbicara 
tentang bagaimana hidup secara optimal, dan kunci utama untuk kita 
bisa mendapatkan hidup yang seperti itu adalah dengan percaya 
sepenuhnya "pada" dan "di dalam" Allah atas segala sesuatu. Pada bab 
ke-12 dari bukunya tersebut, yaitu artikel yang ada di edisi e-
Reformed kali ini, Bill Hybels menguraikan dengan sangat sederhana 
beberapa jawaban dari pertanyaan reflektif, seperti: Apakah artinya 
"percaya" pada Allah? Mengapa memercayai Allah merupakan satu 
keputusan paling penting untuk memulainya? Mengapa kita senantiasa 
dicobai untuk memercayai penilaian kita sendiri, alih-alih memercayai 
Allah sepenuhnya? Apa sajakah keuntungan memercayai kepemimpinan Allah 
dalam hidup kita? Beranikah kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya 
pada Allah?

Terjemahan dari bab ke-12 dari buku "Making Life Work" ini cukup 
panjang, karena itu kami akan menyajikannya secara berturut-turut 
dalam dua edisi. Bagi Anda yang saat ini sedang mengalami hidup yang 
"biasa-biasa saja" dan melihat hidup hanya sebagai rutinitas belaka, 
maka buku ini akan menolong Anda untuk berani mengambil langkah yang 
akan mengubah hidup Anda selamanya. Bagaimana caranya? Selamat 
menemukan jawabannya di artikel di bawah ini.

In Christ,
Redaksi Tamu e-Reformed
S. Heru Winoto
http://reformed.sabda.org
http://fb.sabda.org/reformed

----------------------------------------------------------------------

             PERCAYA KEPADA ALLAH DALAM SEGALA SESUATU
                             (Bagian 1)

Kitab Amsal dapat diringkas menjadi satu bagian singkat yang mungkin 
dihafal oleh lebih banyak pengikut Kristus daripada kitab lain dalam 
Alkitab. Jika Anda sudah lama hidup bergereja, Anda mungkin bisa 
mengutip dua ayat pendek ini lebih cepat daripada saya menulisnya. 
Ayat-ayat itu adalah Amsal 3:5-6: "Percayalah kepada TUHAN dengan 
segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. 
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." 
Saya menganggap ayat ini sebagai puncak dari semua ayat Amsal bukan 
hanya karena akrab bagi begitu banyak orang, tetapi juga karena 
berpengaruh besar dalam kehidupan saya pribadi.

Segera setelah saya menjadi seorang Kristen, saya melakukan apa yang 
dilakukan oleh kebanyakan orang yang baru percaya: saya diam-diam 
mempertimbangkan sejauh mana keseriusan saya untuk mengikuti iman saya 
yang baru. Saya menyadari bahwa Yesus telah mati untuk saya, dan saya 
ingin menunjukkan rasa terima kasih kepada Tuhan dengan mencoba 
berjalan bersama-Nya. Tetapi, sejauh manakah kesediaan saya untuk 
berjalan bersama-Nya? Setidaknya saya menyadari bahwa saya harus 
membaca Alkitab. Saya harus senantiasa berdoa. Saya juga perlu 
melibatkan diri di dalam gereja saya. Sekali lagi, sejauh mana saya 
bersedia melakukan semua itu?

Saya mengenal beberapa orang yang menjadi sangat bersemangat, benar-
benar setia, dan menjadi orang Kristen yang luar biasa. Tampaknya, 
dalam waktu semalam, iman mereka mampu mengubah segalanya: moralitas, 
hubungan mereka dengan orang lain, pengelolaan keuangan mereka, dan 
pada beberapa kasus karier mereka juga diubahkan. Perubahan ini tampak 
agak ekstrem bagi saya. Saya sangat yakin bahwa saya tidak ingin 
berubah hingga sejauh itu. Namun, sejauh manakah saya ingin 
melakukannya? Sejauh manakah saya memperkenankan iman baru saya 
memengaruhi kehidupan saya sehari-hari?

Ketika itu seorang Kristen yang bijak, yang mengenal saya dengan baik, 
merasakan perjuangan saya. "Bill," katanya, "aku punya tantangan 
untukmu. Mengapa kamu tidak menyerahkan seluruh hidupmu ke dalam 
tangan Tuhan? Mengapa kamu tidak memercayai-Nya sepenuhnya? Mengapa 
kamu tidak menyandarkan hidupmu kepada-Nya? Mengapa tidak kaubiarkan 
Ia memimpin dan membimbingmu di dalam setiap bidang kehidupanmu, 
selama Ia membuktikan diri-Nya dapat dipercaya? Jika suatu saat Ia 
menunjukkan diri-Nya tidak dapat dipercaya, kamu tentu dapat 
membebaskan diri, keluar, meninggalkan-Nya, atau apa saja. Tetapi, 
sebelum itu terjadi, berilah Allah kesempatan untuk memimpin dan 
membimbing hidupmu. Beri Ia kesempatan untuk membuktikan bahwa diri-
Nya dapat dipercaya."

Orang ini sangat mengenal saya, dia mengetahui saya tidak pernah 
mundur selangkah pun dari tantangan yang sulit. Saya merasa dia juga 
mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati saya: bahwa saya tidak 
akan pernah puas jika saya tidak mengambil risiko untuk memercayai 
Allah sepenuhnya. Jika Allah sebagaimana yang Ia katakan, Ia pasti 
mengenal lebih banyak tentang diri saya dan masa depan saya daripada 
saya sendiri. Betapa bodohnya saya jika melewatkan kesempatan untuk 
mendapatkan pengetahuan, wawasan, dan bimbingan-Nya.

Apakah yang Allah kehendaki untuk hidup saya? Ke mana Ia ingin saya 
pergi? Apa yang Ia inginkan untuk saya lakukan, atau Ia menghendaki 
saya menjadi apa? Bagaimana jika Ia mempunyai rencana yang luar biasa 
untuk seorang anak berumur tujuh belas tahun dari Kalamazoo, Michigan? 
Bagaimana jika Ia menyuruh saya untuk bertemu dengan orang-orang yang 
mengagumkan? Bagaimana jika Ia memberikan karir yang berisiko tinggi 
untuk saya? Bagaimana jika Ia telah menyiapkan tantangan dan 
petualangan yang tak terbayangkan sebelumnya, yang telah menunggu 
saya? Bagaimana jika saya melewatkan semua ini karena saya tidak 
memberi-Nya kesempatan membimbing dengan hikmat-Nya?

Benar-benar tidak tampak seperti doa yang bersungguh-sungguh, bukan? 
Itu lebih mirip kenekadan daripada pertaruhan yang bijaksana. Saya 
bertindak sepenuhnya pragmatis dan membayangkan bahwa hanya ada risiko 
yang kecil di dalamnya. Orang itu mengatakan bahwa saya bisa keluar 
kapan saja jika sistemnya tidak bekerja, yaitu saat Allah membuktikan 
diri-Nya tidak dapat dipercaya. Saya setengah berharap itu yang akan 
terjadi, tetapi saya melihat kemungkinan terbaik, dan saya memutuskan 
memilih yang kerugiannya hanya sedikit. Jadi saya berkata, "Oke, 
Tuhan, saya membuat keputusan hari ini. Saya akan memberi Engkau 
kesempatan untuk memimpin. Aku adalah milik-Mu."

Saya menyadari betapa sombong kedengarannya, seorang anak tujuh belas 
tahun memutuskan "memberi Allah kesempatan untuk memimpin," seolah-
olah saya sedang membantu-Nya. Tetapi, begitulah cara saya melihat 
masa muda saya. Betapa saya bersyukur bahwa Allah memandang lebih 
dalam dari sekadar permukaan luar hidup saya, Ia memandang ke dalam 
hati dan jiwa yang sangat membutuhkan-Nya. Betapa saya bersyukur bahwa 
Ia bersedia membalas iman saya yang penuh perhitungan dengan kasih 
karunia dan bimbingan-Nya.

Mengapa saya begitu bersyukur? Karena pada hari saya membuat transaksi 
tersebut dengan Allah, dan Ia bersama saya, itulah yang mengawali 
petualangan terbesar di dalam hidup saya. Saya ngeri membayangkan apa 
yang akan saya lewatkan bila saya membuat pilihan yang berbeda.

Kesempatan yang sama terbuka bagi kita semua. Siapa pun dapat membuat 
keputusan yang sama untuk memercayai Allah, untuk "memberi Allah 
kesempatan untuk memimpin." Ia menerima kita semua di mana pun kita 
berada, beserta semua keraguan dan keengganan kita -- sama seperti Ia 
menerima saya. Kita harus memercayai-Nya hari demi hari. Seperti kata 
teman saya, bahwa kita harus memercayai-Nya hanya selama Ia 
membuktikan diri-Nya layak untuk dipercaya.

Percayalah kepada Tuhan

Mungkin Anda hampir siap membuat keputusan ini, tetapi Anda memiliki 
beberapa pertanyaan. Mungkin Anda menilik bagian pertama Amsal 3:5-6 
("Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu"), dan Anda berpikir 
untuk mencobanya, tetapi Anda tidak cukup meyakini artinya. Bagaimana 
cara untuk mulai memercayai Allah setiap hari?

Kenangan tentang bagaimana Anda berpacaran pada masa lalu mungkin akan 
membantu. Bayangkan kembali laki-laki atau perempuan muda yang membuat 
jantung Anda berdetak kencang. Ingatkah Anda akan hari pertama ketika 
Anda mengumpulkan keberanian untuk mengajak seseorang berkencan? atau 
menerima kencan? Pada momen pertama berinteraksi itu, Anda pasti 
mengamati dengan cermat tanpa ragu untuk menilai apakah fokus baru 
Anda pada keromantisan itu dapat dipercaya. Entah Anda menguji orang 
tersebut secara sadar maupun tidak sadar, Anda sedang mencocokkan 
berbagai unsur yang Anda lihat dalam diri orang tersebut untuk 
menentukan apakah ia benar-benar bisa atau tidak bisa Anda percayai.

Jika orang yang Anda kasihi berkata bahwa dia akan berada di rumah 
Anda pukul 19.00, Anda boleh lega ketika ia datang tepat waktu. Ketika 
ia datang terlambat satu jam tanpa banyak menjelaskan 
keterlambatannya, Anda mungkin akan mengernyitkan dahi, meskipun hanya 
di dalam hati. Ketepatan waktu mungkin tampak sepele, tetapi jauh di 
dalam hati, Anda menyadari bahwa itu menandai kelayakan seseorang 
untuk dipercaya. Bagaimana Anda bisa memercayakan permasalahan yang 
lebih besar menyangkut hidup Anda kepada seseorang yang bahkan tidak 
cukup dapat dipercaya untuk datang tepat waktu?

Tetapi, mari kita asumsikan teman kencan Anda datang tepat waktu dan 
terbukti dapat dipercaya dalam masalah-masalah kecil lainnya yang 
muncul dalam hidup. Langkah selanjutnya untuk membangun kepercayaan 
barangkali dengan melakukan beberapa percakapan berisiko dan 
mendiskusikan beberapa hal dari hati ke hati. Ketika teman Anda itu 
berbicara, dengarkanlah dengan cermat, cobalah untuk mengenali 
kebenaran yang terkandung di dalam kata-katanya. Apakah pikiran, 
gagasan, dan deskripsi pengalaman orang ini tampak masuk akal dan 
dapat dipercaya, atau terlihat dibuat-buat dan sedikit menyimpang dari 
kenyataan?

Dan ketika Anda berbicara jujur dan terbuka, apakah orang itu 
mendengarkan dengan cermat dan merespons dengan tepat? Apakah dia 
memberikan saran yang baik, kasih sayang yang tulus, penegasan yang 
bijak, atau tantangan yang perlu? Natur percakapan itu dan setiap 
percakapan berikutnya dapat meningkatkan atau mengikis kepercayaan 
Anda kepada orang ini.

Jika kepercayaan Anda semakin meningkat sampai ke tahap Anda 
memutuskan untuk berkencan dengan orang ini secara khusus, lanjutkan 
tes kepercayaan ke tingkat yang lebih tinggi. Itu harus dilakukan. 
Semakin besar komitmen yang terjalin dalam suatu hubungan, semakin 
besar tingkat kepercayaan yang diperlukan. Yang mulanya merupakan 
perhatian pada ketepatan waktu pasangan Anda dan kemudian perhatian 
atas kejujuran ucapannya, sekarang telah berkembang menjadi perhatian 
terhadap masalah-masalah yang menyangkut keterandalan, komitmen, dan 
kesetiaan jangka panjang. Semakin komitmen Anda meluas, kepercayaan 
Anda juga perlu semakin dalam. Ini merupakan bagian dari usaha-usaha 
agar berhasil dalam menjalin hubungan. Kita tidak bisa duduk diam 
menunggu kepercayaan itu berkembang. Membangun kepercayaan membutuhkan 
tindakan. Kita perlu mengambil langkah-langkah kecil dan kemudian 
menilai kemajuannya. Kita perlu mengambil risiko-risiko kecil dan 
kemudian mengevaluasi konsekuensi-konsekuensinya.

Setelah terlibat dalam proses tersebut selama berbulan-bulan, bahkan 
mungkin bertahun-tahun, kita sampai pada saat kita dapat berkata, 
"Saya bisa memercayai orang ini sepenuhnya. Saya tidak meragukannya. 
Berkali-kali melalui berbagai pengalaman, saya mendapatkan kesempatan 
untuk diyakinkan bahwa orang tersebut dapat dipercaya. Sejauh yang 
saya perhatikan, bukti itu ada. Orang ini adalah teman yang dapat 
dipercaya!" Atau waktu dan pengalaman bisa memaksa kita untuk 
menyimpulkan bahwa orang itu tidak dapat dipercaya. Kita melihat 
terlalu banyak ketidakkonsistenan karakter pada orang itu dan 
menyaksikan terlalu banyak perilaku yang tidak bertanggung jawab. 
Dalam berhubungan dengannya, kita mengalami terlalu banyak kekecewaan. 
Semua indikator tersebut menunjukkan kepada kita bahwa orang ini 
membawa risiko yang buruk.

Memercayai atau tidak memercayai seseorang. Ini bukanlah keputusan 
kecil atau keputusan yang kita buat dalam satu saat. Saya 
menganggapnya lebih daripada satu keputusan tetapi langkah bertahap 
menuju kesimpulan yang telah diberikan, suatu kesimpulan berdasarkan 
ratusan interaksi pribadi dan perenungan yang mendalam.

Langkah Besar

Hal ini sama seperti hubungan kita dengan Allah. "Percayalah kepada 
TUHAN dengan segenap hatimu," kata penulis ayat ini. Namun ini 
bukanlah pernyataan yang sederhana. Tidak ada jalan pintas untuk 
percaya. Meskipun kita dapat dan harus menemukan alasan untuk percaya 
kepada Tuhan seperti yang kita baca dalam Alkitab mengenai tindakan 
Tuhan yang dapat dipercaya sepanjang sejarah, ada dimensi pribadi 
dalam memercayai Tuhan, yang harus kita kembangkan dengan cara yang 
sama seperti kita mengembangkan kepercayaan terhadap teman, teman 
kencan, atau pasangan hidup: dengan melibatkan diri secara nyata dalam 
situasi hidup sehari-hari selama jangka waktu yang panjang. Itulah 
satu-satunya cara bagi diri kita sendiri untuk memutuskan apakah aman 
dan bijaksana untuk memercayakan hidup kita kepada Tuhan.

Bahkan ketika Anda sedang membaca tulisan ini, Anda mungkin sedang 
memantau alat pengukur kepercayaan Anda. Ketika Anda telah membaca dan 
merenungkan ayat-ayat Alkitab yang saya kutip, cerita-cerita yang saya 
berikan mengenai kehidupan orang lain, dan pengalaman saya, Anda pasti 
menjadi semakin mau atau tidak mau untuk percaya pada Allah. Saya 
harap Anda berada di sisi yang "semakin mau" daripada di sisi yang 
"semakin tidak mau". Jika Anda belum menjadi Kristen, saya berharap 
bahwa Anda akan menjadi semakin lebih percaya bahwa Alkitab itu benar, 
bahwa Allah adalah sama seperti Ia katakan-Nya, dan bahwa Yesus adalah 
Juru Selamat dunia ini.

Anda mungkin sedang mendengar bisikan halus ketika Anda selesai 
membaca. Anda mungkin tidak siap untuk memercayai hal ini, tetapi Roh 
Allah terkenal dalam hal menyampaikan kebenaran dalam keheningan roh 
kita. "Aku ini nyata," Roh Allah mungkin berkata kepada Anda. "Semua 
ini adalah benar. Aku mengasihimu. Jika kamu bersedia sedikit percaya 
saja, Aku akan membuktikan bahwa Aku dapat dipercaya. Bagaimana?"

Di manakah Anda berada dalam perjalanan rohani Anda? Apakah sejauh ini 
Allah telah membuktikan diri-Nya kepada Anda sehingga Anda siap untuk 
menapakkan kaki Anda kepada langkah iman berikutnya? Jika Anda masih 
baru dalam hal ini, langkah berikutnya mungkin adalah langkah yang 
besar, tetapi hubungan Anda dengan Allah tidak akan dapat berkembang 
sampai Anda melakukannya. Yohanes 1:12 mengatakan bahwa "untuk semua 
orang yang menerima-Nya, diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak 
Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya." Cepat atau lambat, 
setiap orang yang sedang menyelidiki kekristenan dan menemukan bahwa 
Tuhan itu dapat dipercaya; mereka harus mengambil langkah besar untuk 
secara pribadi menerima perkataan Kristus dan percaya bahwa Ia adalah 
seperti yang dikatakan-Nya, Anak Allah, yang kehidupan dan kematian-
Nya membuka jalan bagi kita untuk diangkat menjadi keluarga Allah.

Roma 10:13 mengatakan kepada kita bahwa "barangsiapa yang berseru 
kepada nama Tuhan, akan diselamatkan." Kata "barangsiapa" menyatakan 
maksud terdalam dari hati Allah. Tetapi dua kata kunci, "yang 
berseru," mengingatkan bahwa kita harus bertindak -- sebagai suatu 
tanggapan atas kemurahan Allah. Ia menawari kita pengampunan, tetapi 
kita harus mengakui bahwa kita membutuhkannya dan kemudian bersedia 
menerimanya. Ia menawarkan kepemimpinan yang penuh kasih dan hikmat 
atas hidup kita, tetapi kita harus menyatakan kepada-Nya bahwa kita 
menginginkannya. Ia menawarkan anugerah, tetapi kita harus mengulurkan 
tangan kita dan memegangnya.

Banyak orang yang sampai pada tahap mengambil keputusan dan bertanya, 
"Bagaimana bila saya berseru kepada Allah untuk mengampuni dosa-dosa 
saya dan meminta-Nya untuk memimpin hidup saya, tetapi saya menemukan 
tidak ada siapa pun di surga? Bagaimana jika tidak ada yang terjadi? 
Bagaimana jika tidak ada jawaban?" Satu-satunya jawaban yang dapat 
saya berikan adalah bahwa hanya ada satu cara untuk mengetahuinya: 
Lakukanlah hal itu dan lihatlah apakah Allah membuktikan diri-Nya 
dapat dipercaya. Jika yang ada hanya keheningan dari surga, Anda 
mendapatkan jawabannya. Anda sudah mencobanya dan hal tersebut tidak 
berhasil. Rupanya hal itu tidak nyata. Sekarang Anda bebas untuk 
pergi, dan Anda tidak perlu melihat ke belakang.

Hal ini bisa saja terjadi. Anda bisa dengan tulus mencari Allah dan 
menemukan bahwa Ia tidak ada. Walaupun janji-janji Kitab Suci dan 
pengalaman jutaan orang sepanjang sejarah sangat menyarankan hal yang 
sebaliknya dan memberi kita banyak alasan untuk percaya bahwa Allah 
itu ada, mereka tidak memberikan bukti nyata kepada kita. Mengambil 
langkah besar untuk datang kepada Allah selalu melibatkan tindakan 
iman. Namun lihatlah dengan cara ini: hidup yang bernilai adalah hidup 
yang membutuhkan banyak langkah iman.

Pada pengalaman terjun payung pertama saya, saya menoleh ke instruktur 
saya, menepuk parasut saya dan berkata, "Apakah saya dapat mempercayai 
benda ini akan terbuka?" Dia berkata, "Hanya ada satu cara untuk 
mengetahuinya." Lalu ia terkekeh dan menambahkan, "Yang saya dapat 
katakan adalah bahwa parasut saya tidak pernah gagal terbuka." 
Beberapa saat kemudian kami berdua meluncur ke bawah pada tingkat 
kecepatan yang sangat tinggi. Jelas parasut saya terbuka, demikian 
pula parasut miliknya.

Meskipun terjun payung berisiko tinggi -- hidup dan mati bergantung 
pada tali pembuka parasut -- dan sensasinya luar biasa, ini adalah 
pengalaman yang tidak harus kita jalani. Jika tampak terlalu 
menakutkan bagi kita, kita tidak perlu melakukannya. Kecuali jika kita 
terpikat oleh tantangan dan kesenangan dalam terjun payung, tidak ada 
alasan bagi kita untuk melatih iman kita dengan melompat keluar dari 
pesawat yang sedang terbang pada ketinggian 5.000 kaki.

Namun demikian memilih keselamatan yang ditawarkan Kristus merupakan 
suatu hal yang harus kita lakukan. Kekekalan menjadi taruhannya, dan 
kita harus memilih. Kedua-duanya memerlukan iman: memilih untuk 
menempatkan kepercayaan kita di dalam Kristus menuntut iman kepada 
Pencipta dan Pemelihara dan Pengasih dan Juru Selamat yang tidak dapat 
kita lihat atau dengar atau rasakan oleh indera kita. Berpaling dari 
tawaran Kristus juga menuntut iman dari diri kita untuk menghadap 
Allah yang kekal seorang diri, ataupun iman terhadap alam semesta yang 
tidak bertuhan. Ke mana Anda ingin berjalan bersama iman Anda?

Saya bisa menceritakan kepada Anda berbagai kisah orang yang telah 
memilih untuk menempatkan iman mereka kepada Allah dan telah mengalami 
perubahan jiwa yang mendalam. Bagi sebagian orang, hal ini merupakan 
pengalaman emosional, tetapi tidak bagi yang lainnya. Seorang 
pengusaha yang baru saja menerima pengampunan dari Kristus bercerita 
kepada saya, "Rasanya seperti gugatan yang baru saja dibatalkan, 
perasaan dihakimi yang sangat berat di kepala saya selama bertahun-
tahun itu sudah hilang." Orang-orang lain bersaksi tentang rasa damai 
atau ketenangan jiwa yang mendalam, tidak sama seperti perasaan lain 
yang pernah mereka ketahui.

Saya mengalami perubahan tersebut di perkemahan Kristen ketika saya 
berusia tujuh belas tahun. Saya bukan seorang yang mengutamakan 
perasaan, apalagi ketika saya masih seorang remaja. Tetapi, ketika 
saya berseru agar Sang Juru Selamat dunia menyelamatkan saya secara 
pribadi, sesuatu yang benar-benar tidak terduga terjadi dalam tiga 
puluh detik berikutnya. Saya tidak menjadi emosional. Saya tidak 
menangis, menjerit, atau tertawa, seperti yang terjadi pada beberapa 
orang sebagai suatu ekspresi tulus yang keluar karena perubahan di 
dalam diri mereka. Tetapi, saya benar-benar mengalami kasih ilahi yang 
murni, melimpah, dan mendalam, yang membuat saya mengira diri saya 
akan meledak. Saya merasa bahwa saya harus memberitahukan hal ini 
kepada seseorang, sehingga meskipun sudah larut malam, saya 
membangunkan beberapa teman saya, menarik mereka dari tempat tidur dan 
mengatakan kepada mereka apa yang terjadi. "Aku baru saja mengundang 
Kristus ke dalam hidupku, dan aku merasa sangat berbeda di dalam 
diriku. Aku tidak dapat menemukan kata-kata untuk menjelaskan apa yang 
terjadi, tetapi aku tahu itu nyata."

Dalam Lukas 15:10 Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu: Demikian juga 
akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang 
berdosa yang bertobat." Saya tidak tahu apakah malaikat-malaikat pada 
malam itu merayakan pertobatan saya, tetapi yang jelas teman-teman 
saya bergembira. Saya tidak menyadari bahwa banyak dari mereka telah 
lama berdoa agar saya mengambil langkah penting ini. Tidak perlu saya 
katakan lagi, mereka tak henti-hentinya memberikan dukungan, dan 
perayaan kami berlanjut sampai larut malam.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda siap untuk mengambil langkah iman 
yang besar? Anda dapat melakukannya dengan menaikkan doa yang 
sederhana: "Yesus Kristus, saya membutuhkan Juru Selamat. Saya 
memerlukan seseorang untuk mengampuni dosa-dosa saya dan untuk 
memimpin hidup saya. Tolong lakukan itu untuk saya."

Beberapa dari Anda mungkin telah melakukannya sejak lama, tetapi 
kemudian Anda berpaling dari kepemimpinan Allah; karena berbagai 
alasan, Anda kembali mencoba menjalani hidup dengan cara Anda sendiri. 
Tetapi, Anda sekarang sudah siap untuk meminta pengampunan Allah dan 
sekali lagi percaya pada kepemimpinan-Nya. Jika Anda siap melakukan 
itu, tolong jangan menahan diri. Katakan kepada Allah bahwa Anda 
memerlukan bantuan dan bimbingan-Nya dan bahwa Anda mengabdikan diri 
kembali kepada-Nya. Dia menunggu untuk mendengar kata-kata ini.

Sumber:
Judul buku: Making Life Work
Judul artikel: Trust God in Everything (Bab 12)
Penulis: Bill Hybels
Penerbit: InterVarsity Press
Halaman: 192 - 206

______________________________e-Reformed______________________________
Pemimpin Redaksi: Yulia Oenijati

Kontak Redaksi: < reformed(at)sabda.org >
Untuk mendaftar: < subscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Arsip e-Reformed: http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed
Situs SOTeRI: http://soteri.sabda.org
Situs YLSA: http://www.ylsa.org

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Reformed 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org