Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/112

e-Reformed edisi 112 (30-6-2009)

Doktrin Kecukupan Alkitab

 
 Dear e-Reformed Netters, 

 Jika harus menjawab dengan jujur, saat Anda ditanya: "Apakah Anda 
 suka dikritik?" sebagian besar dari Anda pasti menjawab "tidak". 
 Sebagian kecil dari Anda mungkin akan menjawab: "Lihat-lihat dulu apa 
 kritikannya, kalau kritikan itu tidak menyakitkan dan tidak membuat 
 telinga saya merah, bolehlah." Jadi, pada dasarnya orang tidak suka 
 dikritik karena ia takut disakiti atau diusik dari zona nyamannya. 

 Cuplikan kecil dari buku yang berjudul "Our Sufficiency in Christ", 
 yang saya kirimkan berikut ini, penuh dengan kritikan, khususnya bagi 
 para pendeta. Jadi, kalau Anda orang yang tidak suka dikritik, lebih 
 baik jangan membaca artikel di bawah ini. Karena, kalau Anda 
 membacanya dengan serius, saya yakin Anda akan gelisah dan mulai 
 mencari kambing hitam, atau Anda harus mulai berpikir untuk melakukan 
 suatu perubahan yang mendasar. 

 Salah satu contohnya adalah kritikan John MacArthur, Jr., si penulis 
 artikel, terhadap gereja-gereja yang tidak memberikan pengajaran 
 firman Tuhan dengan kuat, tapi memilih menggunakan cara-cara sekuler 
 untuk menumbuhkan gerejanya, misalnya -- yang terlintas di benak 
 saya -- gereja mulai mengundang para selebriti; mengubah ibadah 
 dengan musik-musik masa kini yang lebih memberi hiburan rohani; 
 memberikan pelayanan untuk memuaskan kenyamanan jemaat; memakai 
 strategi pemasaran masa kini untuk menarik lebih banyak orang datang 
 ke gereja, dan lain sebagainya.

 Menurut penulis, dasar gereja adalah Kristus, karena itu gereja harus 
 berpangkal utama pada pengajaran Kristus, yaitu firman yang menjadi 
 daging, karena itu "mereka yang membangun gereja menurut dasar yang 
 lain berarti sedang mendirikan sebuah struktur bangunan yang tidak 
 akan diterima oleh sang Arsitek Agung".

 Dan untuk pendeta-pendeta yang lebih suka membaca buku-buku manajemen 
 sekuler daripada belajar firman Tuhan, John MacArthur, Jr. berkata, 
 "... jika ia mempelajari buku-buku itu karena ia berpikir ia akan 
 menemukan rahasia besar yang sangat diperlukan, yang firman Tuhan 
 tidak ungkapkan tentang bagaimana menyembuhkan jiwa-jiwa yang sakit 
 atau bagaimana memimpin gereja, maka pengetahuannya tentang kecukupan 
 Alkitab sangatlah buruk. Jika ia mendasarkan pelayanannya pada teori-
 teori sekuler, ia mungkin akan merancang sebuah sistem penginjilan, 
 konseling, dan kepemimpinan gereja yang tidak alkitabiah." 

 Nah, jika Anda suka dengan kritikan-kritikan seperti itu, selamat 
 membacanya.

 In Christ, 
 Yulia Oeniyati 
 < http://blog.sabda.org > 
 < http://reformed.sabda.org/ > 
 < yulia(at)in-christ.net >

======================================================================

                      DOKTRIN KECUKUPAN ALKITAB

 Suatu ketika di sebuah konferensi pendeta, seorang rekan pendeta 
 bertanya kepada saya, "Apa sebenarnya yang menjadi rahasia kekuatan 
 dan pertumbuhan gereja yang Anda gembalakan, yaitu Grace Community 
 Church?"

 "Rahasia pertumbuhan gereja adalah memberikan pengajaran firman Tuhan 
 yang jelas dan kuat kepada jemaat," jawab saya.

 Tapi saya sangat terkejut ketika dia membalas, "Jangan main-main! 
 Saya sudah mencobanya dan tidak berhasil. Katakan pada saya yang 
 sebenarnya, apa rahasianya?"

 Saya cukup mengenal rekan pendeta itu dan saya berani berkata bahwa 
 jika Anda bertanya kepadanya apakah ia percaya pada doktrin kecukupan 
 Alkitab (sufficiency of Scripture), maka ia akan menjawab ya. Namun, 
 apa yang ia akui untuk dipercaya tidak sejalan dengan filosofi 
 pelayanannya. Ia beranggapan bahwa untuk membangun gereja yang 
 efektif, diperlukan trik-trik tertentu, sebuah strategi yang berdaya 
 cipta, atau sebuah metodologi yang lebih "up-to-date". Ia mencoba 
 menambah ketidakcukupan firman Tuhan yang ia bayangkan. Mungkin tanpa 
 menyadarinya, ia telah menyimpulkan bahwa Alkitab saja tidaklah cukup 
 untuk menjadi sumber dalam pelayanan, dan ia mencari sesuatu yang 
 lain untuk menutupi ketidakcukupan itu.

 Pemimpin Kristen lain dikutip pernah mengatakan bahwa ia yakin tidak 
 akan pernah ada kebangunan rohani di Amerika kalau kita tidak 
 memiliki orang-orang Kristen di Kongres Amerika. Ia akhirnya 
 meninggalkan kependetaannya dan sekarang bekerja untuk mengusahakan 
 orang-orang Kristen terpilih menjadi anggota Kongres. Ia beranggapan 
 bahwa ia dapat mencapai keberhasilan melalui politik lebih daripada 
 yang bisa ia capai melalui mengajarkan firman Tuhan. Ia mungkin 
 berani mempertaruhkan hidupnya bagi kebenaran firman, namun karena 
 satu dan lain hal, ia tidak percaya bahwa mengajarkan firman Tuhan 
 saja kepada jemaat dapat memberikan pengaruh sebesar melakukan aksi 
 politik. 

 Dapatkah politik mencapai keberhasilan rohani yang tidak dapat 
 dicapai oleh Alkitab? Pada zaman Nehemia, adalah firman Tuhan yang 
 mendorong kebangunan rohani bagi bangsa Israel (Nehemia 8). Apakah 
 firman Tuhan kini kurang efektif dibanding dulu? Jelas bahwa rekan 
 saya tadi secara verbal menegaskan otoritas, potensi, dan kecukupan 
 Alkitab. Tapi pada praktiknya, ia telah menyerah pada pencipta tren 
 yang merasa bahwa kita membutuhkan sesuatu yang lebih.

 Saya lihat tren yang sama semakin banyak memengaruhi gereja, bahkan 
 yang sudah solid. Pendeta beralih mencari pertolongan pada buku-buku 
 teori manajemen sekuler. Mereka justru memandang CEO non-Kristen 
 sebuah perusahaan multinasional sebagai teladan -- seolah-olah model 
 bisnis sekuler memberikan panduan yang lebih penting untuk membangun 
 Kerajaan Allah daripada firman Tuhan. Tapi ingat, dunia bisnis telah 
 dikuasai untuk mencari "image" dan keuntungan, bukan kebenaran. 
 Sayangnya, gereja sudah menyerap prioritas yang salah itu. Para 
 pemimpin Kristen sepertinya terobsesi untuk meningkatkan pertumbuhan 
 gereja dengan akal manusia. Sering kali, mereka lebih familiar dengan 
 teori manajemen yang sekarang ada daripada teologi alkitabiah. 
 Padahal, firman Tuhan berkata bahwa Tuhanlah yang menambah jemaat 
 gereja (Kis. 2:47), bukan manusia. Kristus mengatakan bahwa Ia akan 
 membangun gereja-Nya (Mat. 16:18). Alat yang benar untuk 
 mengembangkan gereja semuanya bersifat supernatural, karena gereja 
 itu supernatural. Mengapa kita harus memakai metodologi manusiawi 
 untuk apa yang Tuhan lakukan bagi pembangunan Gereja-Nya?

 Saya yakin bahwa orang-orang Kristen yang mencari sumber di luar 
 firman Tuhan untuk strategi pelayanan pasti pada akhirnya, secara 
 tidak sadar, bertentangan dengan pekerjaan Kristus. Kita tidak perlu 
 mencari hikmat dunia yang busuk untuk memberikan pencerahan atau 
 jawaban baru bagi masalah-masalah spiritual. Jawaban yang paling 
 dapat dipercaya bagi kita ada di Alkitab. Hal itu benar, tidak hanya 
 dalam bidang konseling saja, namun juga dalam bidang-bidang lain, 
 seperti penginjilan, pertumbuhan rohani, kepemimpinan gereja, dan 
 bidang- bidang lain yang harus dipahami oleh orang Kristen untuk 
 dapat melayani secara efektif. Injil adalah satu-satunya cetak 
 biru/rancangan yang sempurna untuk semua pelayanan yang sejati. 
 Mereka yang membangun gereja menurut dasar yang lain berarti sedang 
 mendirikan sebuah struktur bangunan yang tidak akan diterima oleh 
 sang Arsitek Agung.

 APA LAGI YANG DAPAT DIKATAKAN?

 Apakah berarti saya membuang segala sumber bantuan di luar Alkitab 
 sebagai sesuatu yang sama sekali tidak berguna? Apakah tidak ada 
 pencerahan yang bermanfaat yang bisa didapat dengan melihat 
 pengamatan para sosiolog dan psikolog? Apakah tidak ada prinsip 
 bermanfaat dari para ahli manajemen sekuler yang dapat dipelajari 
 oleh para pemimpin gereja? Apakah tidak ada teknik dari ahli 
 pengamatan empiris yang dapat pendeta terapkan secara sah bagi 
 pertumbuhan gereja? Apakah tidak ada yang dipelajari di luar Alkitab 
 yang dapat berguna bagi gereja?

 Apakah berguna? Mungkin. Apakah harus? Tidak. Jika semua itu memang 
 diperlukan, pasti secara prinsip semua itu sudah ada dalam firman 
 Tuhan. Kalaupun tidak, Tuhan sudah menyediakan cukup untuk apa yang 
 kita butuhkan, yang tidak terpikirkan. Kecerdikan manusia terkadang 
 berseberangan dengan Kebenaran. Bahkan jam yang mati pun, bisa benar 
 dua kali dalam sehari. Namun, performa seperti itu sangat buruk untuk 
 dibandingkan dengan firman Tuhan. Firman Tuhan benar dalam segala 
 penyatan-Nya dan cukup bagi setiap kehidupan dan pertumbuhan gereja. 

 Tentu saja tidak salah jika seorang pendeta membaca buku-buku sekuler 
 tentang teori hubungan/relasi atau manajemen dan menerapkan saran 
 bermanfaat yang mungkin ia temukan dari buku-buku tersebut. Namun, 
 jika ia mempelajari buku-buku itu karena berpikir ia akan menemukan 
 rahasia besar yang sangat diperlukan, yang firman Tuhan tidak 
 ungkapkan tentang bagaimana menyembuhkan jiwa-jiwa yang sakit atau 
 bagaimana memimpin gereja, maka pengetahuannya tentang kecukupan 
 Alkitab sangatlah buruk. Jika ia mendasarkan pelayanannya pada teori-
 teori sekuler, ia mungkin akan merancang sebuah sistem penginjilan, 
 konseling, dan kepemimpinan gereja yang tidak alkitabiah. 

 Demikian juga, seorang pendeta mungkin sah-sah saja mempelajari seni 
 berpidato untuk mengasah keterampilannya dalam berkhotbah; atau 
 pelayan gereja yang mempelajari teknik bernyanyi agar lebih 
 ekspresif. Orang-orang percaya dalam pelayanan tentu saja dapat 
 mengambil hal-hal yang bermanfaat dari cara pembelajaran seperti itu. 
 Namun, setiap pelayan Tuhan yang berpikir bahwa teknik-teknik itu 
 yang lebih baik dan dapat menambah kekuatan dari pesan Alkitab, 
 berarti ia memiliki pemahaman yang tidak cukup akan kecukupan 
 Alkitab.

 Saya bertemu dengan seorang pria yang meninggalkan gereja di mana ia 
 melayani sebagai pemusik dan kemudian terjun dalam bisnis 
 pertunjukan. Ia berkata pada saya, "Saya belajar satu hal: Anda tidak 
 bisa hanya berdiri di sana dan mewartakan Injil. Anda harus memunyai 
 "platform". Anda harus mendapatkan respek dari banyak orang. Jika 
 saya bisa menjadi terkenal dan menggunakan status saya sebagai 
 bintang untuk mewartakan Injil, bayangkan betapa lebih berkuasanya 
 pesan yang akan saya sampaikan!"

 Tanggapan saya adalah pesan itu tidak dapat lebih berkuasa dari apa 
 yang sudah ada di dalamnya, dan kekuatan orang yang mempresentasikan 
 tidak ada hubungannya dengan menjadi selebriti. Firman Tuhan adalah 
 "kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya" (Rom. 
 1:16). 
 Apa maksud perkataan orang yang ingin menjadi selebritis itu? 
 Apakah ia percaya bahwa Injil itu lemah sebelum kita membubuhinya 
 dengan kredibilitas; apakah kita harus melakukannya melalui 
 popularitas dan bukan melalui kebajikan; melalui teknik, bukan 
 melalui kuasa Roh Allah?

 Bagaimana gereja mula-mula dapat berfungsi tanpa "keahlian" yang kita 
 miliki kini? Kenyataannya justru orang-orang Kristen pada waktu 
 itulah yang mengguncangkan dunia (Kis. 17:6), dan mereka melakukan 
 itu tanpa kesaksian selebriti, tanpa teknik modern manajemen, tanpa 
 psikoterapi, tanpa media massa, dan tanpa sebagian besar alat yang 
 dipandang gereja kontemporer sebagai alat yang penting. Yang mereka 
 miliki adalah firman Tuhan dan kuasa Roh Kudus, namun mereka tahu 
 bahwa semua itu sudah cukup. 

 Bagaimana gereja yang murni, sederhana, dan saleh di negeri Tirai 
 Besi bisa sangat berkuasa sepanjang abad ini tanpa strategi pemasaran 
 orang Barat?

 Saya khawatir gereja-gereja dan para pemimpin Kristen di dunia Barat 
 yang berpegang teguh pada kecukupan Alkitab tidak akan banyak lagi. 
 J. I. Packer melihat tren ini bertahun-tahun yang lalu dan menulis,

 Pengamat di luar gereja melihat kita berjalan sempoyongan dari satu 
 tipu muslihat ke tipu mulihat yang lain, dari tantangan satu ke 
 tantangan yang lain, seperti orang mabuk di tengah kabut, tidak tahu 
 ada di mana dan jalan mana yang harus dilalui. Khotbah semakin kabur; 
 para pemimpin kacau balau; hati resah; keraguan semakin kuat; 
 ketidakpastian melumpuhkan tindakan .... Tidak seperti orang Kristen 
 mula-mula yang dalam 3 abad memenangkan dunia Romawi; orang-orang 
 Kristen yang memelopori Reformasi; kebangkitan Puritan dan kebangunan 
 gerakan Injili; serta gerakan misi besar pada abad terakhir."

 Gereja menjadi kurang yakin karena gereja memandang Alkitab dengan 
 cara yang tidak benar. Banyak orang Kristen jelas-jelas tidak lagi 
 percaya bahwa Alkitab adalah buku panduan yang cukup untuk hidup dan 
 kelanjutan gereja.

 APA YANG PENULIS ILAHI KATAKAN

 Untuk melawan tren itu, kita harus memahami apa yang Tuhan sudah 
 nyatakan tentang kecukupan mutlak Alkitab dan membiarkan-Nya 
 menentukan falsafah pelayanan kita. Tidak ada yang dapat menyangkal 
 posisi Allah sebagai Pemerintah tertinggi dalam hidup dan pelayanan 
 kita.

 Paulus menjelaskan kecukupan Alkitab yang lengkap dalam 2 Timotius 
 3:16, 
 yang menunjukkan empat cara yang sudah Tuhan saksikan, bahwa 
 firman-Nya benar-benar cukup untuk setiap kebutuhan rohani:

 ALKITAB MENGAJARKAN KEBENARAN

 Yang pertama adalah Alkitab sangat bermanfaat untuk mengajar. Kata 
 Yunani yang diterjemahkan untuk "mengajar" (didaskalia) terutama 
 ditujukan lebih ke arah isi pengajaran, bukan proses mengajarnya. 
 Yakni, firman adalah panduan operasional kebenaran ilahi yang harus 
 memerintah hidup kita.

 Setiap orang Kristen memiliki kapasitas spiritual untuk menerima dan 
 menanggapi Alkitab. Orang non-Kristen tidak memiliki kapasitas yang 
 cukup untuk menerima kebenaran alkitabiah: "Tetapi manusia duniawi 
 tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu 
 baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab 
 hal itu hanya dapat dinilai secara rohani" (1 Kor. 2:14). Sebaliknya, 
 orang Kristen memiliki "pikiran Kristus" (ay. 6). Roh Kudus 
 memampukannya memahami firman Tuhan dengan ketajaman, hikmat, dan 
 pemahaman rohani. Tidak ada orang Kristen yang tidak memiliki 
 kemampuan itu; masing- masing memiliki Roh Kudus sebagai tempat 
 tinggal Guru kebenaran (1 Yoh. 2:27).

 Dalam praktik, KEKUDUSAN KITA SEPADAN DENGAN PENGETAHUAN DAN 
 KONSEKUENSI KITA UNTUK TAAT PADA FIRMAN TUHAN. Pemazmur mengatakan, 
 "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa 
 terhadap Engkau" (Maz. 119:11). Semakin lengkap pengetahuan kita 
 tentang Alkitab, semakin kita tidak mudah terkena godaan dosa dan 
 kesalahan. Dalam Hosea 4:6, Tuhan mengatakan, "Umat-Ku binasa karena 
 tidak mengenal Allah." Karena menolak pengetahuan yang sejati, mereka 
 tidak mampu hidup sesuai dengan yang Allah kehendaki. Hidup mereka 
 adalah wujud pengabaian firman Tuhan secara sengaja -- namun 
 pengabaian dan kepuasan diri memiliki efek destruktif yang sama.

 Karena itu, cara terbaik untuk menghindari masalah rohani yang serius 
 adalah dengan beriman, bersabar, dan mempelajari Alkitab secara 
 menyeluruh dengan hati yang taat -- "sebab dengan demikian 
 perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yos. 1:7-8)

 ALKITAB MENEGUR DOSA DAN KESALAHAN

 Alkitab juga bermanfaat untuk menyatakan kesalahan (2 Tim. 3:16). 
 Alkitab menantang dan menegur perilaku dan pengajaran yang salah. 
 Menurut Uskup Agung Richard Trench, menyatakan kesalahan adalah 
 "menegur/menasihati seseorang dengan lengan teracung kepada 
 kebenaran, untuk membawanya -- walaupun tidak selalu kepada 
 pertobatan, namun setidaknya agar ia menyadari dosa-dosanya". Firman 
 memengaruhi kita saat kita mempelajarinya dan merasakan kuasa-Nya 
 yang menyadarkan kita. Juga akan menyadarkan orang lain saat kita 
 menunjukkan firman itu pada mereka.

 Alkitab menjelaskan bahwa ada dua aspek pada teguran: teguran untuk 
 perilaku berdosa dan teguran untuk pengajaran yang salah. Paulus 
 meminta Timotius, yang mencoba membersihkan gereja di Efesus, 
 "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, 
 nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah ..." (2 Tim. 
 4:2). 
 Tujuan utama dalam pemikirannya adalah teguran untuk perilaku 
 berdosa. Timotius harus berkhotbah dan menerapkan firman Allah 
 sehingga orang-orang akan berpaling dari dosa dan berjalan dalam 
 kekudusan -- meski akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi 
 menerima ajaran sehat (ay. 3).

 Ibrani 4:12-13 juga menjelaskan mengenai teguran untuk perilaku 
 berdosa. Ayat 12 menggambarkan firman Tuhan sebagai pedang bermata 
 dua yang menusuk amat dalam untuk mengungkapkan dan menghakimi 
 pikiran dan motif yang paling dalam. Ayat 13 mengatakan, "Dan tidak 
 ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala 
 sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita 
 harus memberikan pertanggungan jawab." Tuhan masuk dalam hati kita 
 dengan firman-Nya dan membuka segala isi hati kita.

 Bahasa Yunani untuk "telanjang" di ayat itu digunakan untuk seorang 
 kriminal yang digiring ke pengadilan atau eksekusi. Sering kali, 
 seorang prajurit akan mengacungkan sebuah belati di bawah dagu sang 
 kriminal agar kepalanya tetap tegak sehingga semua orang dapat 
 melihat siapa dia. Mirip dengan pengertian itu, Alkitab mengungkapkan 
 siapa kita sebenarnya dan memaksa kita menghadapi realitas dosa kita.

 Mungkin Anda berkali-kali hanyut dalam kepuasan diri rohani dan 
 senang berada dalam dosa, dan menemukan firman Tuhan menusuk dalam di 
 hati Anda dengan pengakuan yang tak tertahankan. Itu adalah kuasa 
 teguran Alkitab, dan itu merupakan anugerah yang berharga.

 CARA YANG BAIK UNTUK MEMASTIKAN BAHWA GEREJA TIDAK MENJADI TEMPAT 
 BERLINDUNG PARA PENDOSA ADALAH PENDETA HARUS MENGKHOTBAHKAN FIRMAN 
 TUHAN DENGAN PENUH IMAN DAN KETEPATAN. Dengan demikian, orang-orang 
 Kristen akan mengakui dosa-dosanya, dan orang yang tidak percaya akan 
 bertobat atau sebaliknya pergi meninggalkan gereja. Sedikit orang mau 
 memberi diri untuk ditegur oleh firman Tuhan dari minggu ke minggu 
 kecuali mereka merindukan kekudusan. Yesus mengatakan bahwa yang 
 berbuat jahat membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, 
 sehingga perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak (Yoh. 
 3:20). 
 CARA MEMBUAT ORANG YANG TIDAK PERCAYA DAN PARA PENDOSA MERASA 
 NYAMAN DI GEREJA ADALAH DENGAN MEMBERINYA KHOTBAH YANG HALUS, HAMBAR, 
 DAN DANGKAL. Hal itu akan memimpin mereka kepada kenyamanan palsu. 
 Mereka akan senang hadir, berpartisipasi, dan memiliki perasaan 
 religius dan diterima. Tapi hal itu menjadi kepalsuan yang 
 mencelakakan.

 Alkitab, yang merupakan standar untuk menguji semua klaim kebenaran, 
 juga menegur pengajaran yang tidak benar. Rasul Yohanes mengungkapkan 
 kuasa firman sebagai kebenaran saat dia mengatakan bahwa orang-orang 
 percaya dapat mengatasi yang jahat karena "mereka kuat dan firman 
 Allah diam di dalam mereka" (1 Yoh. 2:14). Yang jahat, Iblis, bekerja 
 melalui agama palsu (2 Kor. 11:14), namun cara itu tidak mempan untuk 
 mereka yang kuat dalam firman. Itu sebabnya mengapa agama-agama palsu 
 berusaha untuk menjelek-jelekkan, mengubah, atau mengganti Alkitab 
 dengan tulisan mereka sendiri. Karena Alkitab menunjukkan kesalahan 
 mereka, mereka mengubah maknanya untuk membenarkan diri mereka 
 sendiri. Namun, mereka yang memutarbalikkan firman akan menjadi 
 binasa (2 Pet. 3:16).

 Orang Kristen yang memiliki pengertian yang cermat tentang kebenaran 
 alkitabiah bukanlah seperti bayi yang tidak mampu berpikir dengan 
 tajam. Mereka seperti anak-anak muda yang kuat, yang dapat dengan 
 mudah mengenali pengajaran palsu dan tidak menjadi "anak-anak, yang 
 diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan 
 palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan" (Ef. 4:14).

 ALKITAB MENGOREKSI TINGKAH LAKU 

 Firman juga bermanfaat untuk memperbaiki kelakuan (2 Tim. 3:16). 
 Firman tidak hanya menyatakan perilaku yang berdosa dan pengajaran 
 yang salah, namun juga memperbaikinya. Bahasa Yunani dari perbaikan 
 (epanorthosis) secara literal berarti "meluruskan" atau "mengangkat". 
 Dengan kata lain, firman mengembalikan kita pada postur kerohanian 
 yang benar.

 Saya yakin Anda juga sering mengalami hal ini, bukan? Firman akan 
 menusuk hati dan membawa kita kepada pengakuan, namun kemudian 
 memberikan petunjuk sehingga kita dapat memperbaiki dosa. Firman 
 tidak membiarkan kita kandas secara rohani. Saat kita mengizinkan 
 firman untuk dengan segala kekayaannya tinggal dalam hati kita (Kol. 
 3:16), 
 firman membangun kita (Kis. 20:32) dan mengubah kelemahan kita 
 menjadi kekuatan.

 Ada aspek yang memurnikan dan membersihkan dalam kuasa perbaikan yang 
 Alkitab miliki. Yesus mengatakan, "Kamu memang sudah bersih karena 
 firman yang telah Kukatakan kepadamu" (Yoh. 15:3). Tidak ada metode 
 terapi buatan manusia yang memahami atau program anjuran para ahli 
 sekuler yang memiliki efek memurnikan dan membersihkan seperti itu. 
 Namun, setiap orang Kristen sudah mengalaminya. Ini adalah satu lagi 
 contoh kecukupan sempurna sumber-sumber yang kita miliki dalam 
 Kristus. 

 ALKITAB MENDIDIK ORANG DALAM KEBENARAN

 Mendidik dalam kebenaran (2. Tim. 3:16) adalah proses lain di mana 
 firman Tuhan mentransformasi pemikiran dan tingkah laku kita. 

 Bahasa Yunani untuk mendidik (training) adalah "paidion", yang di 
 tempat lain dalam Alkitab diterjemahkan sebagai "anak" atau "anak-
 anak" (contoh, lihat Matius 2:8, 14:21). Jadi, ayat ini menjelaskan 
 bahwa firman Tuhan mendidik orang-orang percaya seperti orang tua 
 atau guru mendidik anak. Dari bayi rohani sampai dewasa rohani, 
 Alkitab melatih dan mendidik orang-orang percaya dalam hidup yang 
 ilahi.

 Alkitab adalah nutrisi rohani orang-orang Kristen. Dalam 1 Timotius 
 4:6, 
 Paulus memberi instruksi kepada Timotius untuk menjadi "terdidik 
 dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat". Dalam Matius 
 4:4, 
 Yesus mengatakan, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi 
 dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Petrus berkata 
 bahwa kita harus merindukan nutrisi firman Allah sama seperti bayi 
 yang selalu menginginkan air susu (1 Pet. 2:2).

 Yakobus 1:21 mengatakan, "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang 
 kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah 
 lembut Firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa 
 menyelamatkan jiwamu." Terimalah firman Tuhan dengan hati yang murni 
 dan sikap rendah hati, itulah bagian kita. Saat kita melakukannya, 
 pemikiran, sikap, tindakan, dan kata-kata kita akan secara progresif 
 diperbaharui dan diubahkan. Firman mendidik kita dalam kebenaran.

 Perenungan dan pembelajaran firman Tuhan secara saksama dan teratur 
 merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kesehatan dan kemenangan 
 rohani kita. Bahkan bagi mereka yang mengerti Alkitab dengan baik 
 harus terus disegarkan oleh kuasa-Nya dan diingatkan oleh kebenaran-
 Nya. Itulah sebabnya mengapa Petrus mengatakan, 

 "Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya 
 itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam 
 kebenaran yang telah kamu terima. Aku menganggap sebagai kewajibanku 
 untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum 
 menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera 
 menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan 
 kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi aku akan berusaha, 
 supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya 
 itu." (2 Pet. 1:12-15)

 Saat Paulus akan meninggalkan Efesus, dia menuntut para tua-tua di 
 sana untuk tetap berpegang pada satu-satunya sumber kekuatan dan 
 kesehatan rohani: "Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan 
 kepada Firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan 
 menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang 
 yang telah dikuduskan-Nya." (Kis. 20:32)

 Paulus memberikan perspektif yang sama seperti Petrus mengenai 
 pentingnya diingatkan secara terus-menerus tentang apa yang sudah 
 kita ketahui: "Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam 
 Tuhan. Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan 
 memberi kepastian kepadamu" (Fil. 3:1). Kita harus secara sistematis 
 menyegarkan diri kita tidak hanya dengan kebenaran baru, namun juga 
 dengan kebenaran lama yang telah kita kuasai. Penekanan yang kuat 
 pada firman Tuhan akan memastikan kita untuk menjadi "diperlengkapi 
 untuk setiap perbuatan baik" (2 Tim. 3:17). (t/Dian)

======================================================================

 Diterjemahkan dari:
 Judul buku: Our Sufficiency in Christ
 Judul bab: Bible-Believing Doubters
 Penulis: John MacArthur, Jr.
 Penerbit: Word Publishing, Dallas-London-Vancouver-Melbourne 1991
 Halaman: 118 -- 128

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org