Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/105

e-Reformed edisi 105 (24-11-2008)

Dataran Tinggi Doa Syafaat

 
  Dear e-Reformed Netters,
  
  Artikel e-Reformed yang saya kirim kali ini memiliki dua tujuan:
  
  1) Merayakan International Day of Prayers (IDOP).
  
  Artikel ini khusus disajikan dalam rangka "International Day of 
  Prayers" yang diadakan secara serentak di seluruh dunia pada 
  tanggal 9 -- 16 November 2008.
  
  Pada perayaan IDOP ini, gereja-gereja dan umat Kristen di seluruh
  dunia akan berdoa bersama secara serempak bagi gereja-gereja dan
  jemaat Tuhan yang teraniaya demi memertahankan iman mereka dalam
  Kristus Yesus. Saya mengajak Pembaca e-Reformed: para gembala sidang,
  pengajar, pemimpin, kaum muda, pendoa syafaat, dan semua orang
  percaya, bergabung dalam acara doa bersama ini. 
  
  Jika Anda ingin tahu tentang IDOP, silakan menyimak referensi di 
  bawah ini: 
  1. http://misi.sabda.org/sekilas_tentang_idop_international_day
  2. http://misi.sabda.org/international_day_of_prayer_idop 
  3. http://misi.sabda.org/persecuted_church 
  4. http://misi.sabda.org/the_international
  
  2) Mengoreksi pengertian gereja yang salah tentang doa syafaat.
  
  Artikel ini sekaligus diharapkan dapat menolong gereja-gereja 
  melihat konsep yang benar mengenai doa syafaat. Doa syafaat bukanlah 
  doa untuk diri sendiri, atau gereja sendiri, atau anak dan keluarga 
  kita sendiri, atau kegiatan kita sendiri. Artikel ini menjelaskan 
  apa arti doa syafaat yang sesungguhnya bagi jemaat Tuhan.
  
  Harapan saya, jika doa syafaat ini dilakukan dengan benar oleh 
  jemaat, gereja pasti akan mengalami kebangunan rohani karena hati 
  gereja akan diubahkan untuk memiliki hati Tuhan yang mengasihi 
  jiwa-jiwa yang hilang. Kebanyakan gereja-gereja Kristen saat ini 
  sudah kehilangan fungsinya sebagai gereja Tuhan karena lebih banyak 
  berfungsi sebagai gereja manusia, yaitu tempat "christian gathering" 
  (sosialisasi orang-orang Kristen) yang tidak peduli dengan misi 
  Tuhan di dunia. Maka, tidak heran jika ada banyak gereja, yang kalau 
  mau jujur, hanya tinggal papan nama saja, tapi Roh Tuhan sudah tidak 
  ada di sana karena mereka hanya mendahulukan kepentingan manusia, 
  bukan kepentingan Tuhan. Gereja kadang masih dipertahankan, bahkan 
  direnovasi dan dibesarkan bangunannya, tapi sering hanya untuk 
  memertahankan warisan pendiri-pendirinya saja dan menyenangkan 
  kebutuhan jemaat, atau bahkan kalau mau blak-blakan, hanya untuk 
  menyejahterakan hamba-hamba Tuhannya saja. Bagaimana kita tahu 
  apakah gereja kita sudah menyeleweng dari tujuan Tuhan? Mudah, lihat 
  saja dari laporan keuangan gereja, atau dengan kata lain, ke mana 
  uang jemaat pergi. Digunakan untuk apa sebagian besar uang 
  persembahan jemaat itu? - Untuk biaya operasional (administrasi)? - 
  Untuk membangun sarana? - Untuk kegiatan perayaan? - Untuk menggaji 
  hamba Tuhan/staf gereja? - Atau untuk pembinaan rohani jemaat dan 
  penginjilan? Nah, Anda tahu sendiri jawabannya.
  
  Selamat membaca dan selamat berdoa.
  
  Catatan: Jika Anda ingin memberi tanggapan/komentar terhadap artikel
  di atas, silakan berkomentar di situs SOTeRI 
  < http://reformed.sabda.org >.
  
  In Christ, Yulia < yulia(at)in-christ.net > <
  http://reformed.sabda.org >
  
======================================================================
  
                    DATARAN TINGGI DOA SYAFAAT
  
  Seorang hamba Tuhan berkata, "Berbicara dengan manusia atas nama 
  Allah adalah hal yang mulia, tetapi berbicara dengan Allah atas nama 
  manusia adalah lebih mulia." Doa syafaat ialah mengutamakan 
  keperluan orang lain, dan bukan menaikkan permohonan doa bagi diri 
  kita sendiri. Menaikkan doa syafaat tidak mudah. Pada dasarnya, 
  manusia bersifat mementingkan diri dan kurang memerhatikan orang 
  lain. Namun aneh sekali, ini bukanlah sifat orang-orang yang 
  melintasi Dataran Tinggi Doa Syafaat. Menaruh perhatian pada orang 
  lain adalah semboyan bagi mereka yang menempuh jalan yang sepi ini.
  
  Puncak Doa
  
  Kita memerlukan persiapan khusus bila hendak menjadi orang yang
  menaikkan doa syafaat. Kita perlu memertimbangkan beberapa bentuk 
  doa agar lebih banyak mengerti alasan-alasan bagi doa syafaat. 
  Mengerti mengapa doa syafaat adalah bentuk doa yang tertinggi adalah 
  tepat. S.D. Gordon berkata, "Doa adalah kata yang lazim digunakan 
  untuk semua komunikasi dengan Allah. Akan tetapi, hendaknya diingat 
  bahwa kata itu meliputi dan mencakup tiga bentuk komunikasi. Semua 
  doa naik melalui dan selalu diteruskan dalam tiga tingkat." Katanya 
  selanjutnya, 
  
  "(1) Bentuk doa yang pertama ialah persekutuan, yaitu memunyai
  hubungan yang baik dengan Allah. Tidak memohon sesuatu yang khusus;
  tidak meminta, tetapi hanya merasa senang berada di hadapan-Nya,
  mencintai Dia ..., berbicara kepada-Nya tanpa menggunakan kata-kata. 
  
  (2) Bentuk kedua ialah permintaan doa. Permintaan doa adalah
  menyampaikan permintaan tertentu kepada Allah mengenai sesuatu yang
  saya butuhkan. Seluruh hidup manusia bergantung pada uluran tangan
  Allah. 
  
  (3) Bentuk ketiga adalah doa syafaat. Doa yang sungguh-sungguh tak
  pernah berhenti setelah menaikkan permintaan bagi diri sendiri. Doa
  itu untuk menjangkau orang lain. Doa syafaat adalah puncak doa. 
  Kedua bentuk yang pertama itu perlu untuk diri kita sendiri; bentuk 
  yang ketiga adalah untuk orang lain."
  
  Jangkauan Doa Syafaat
  
  David Wilkerson, pendiri Teen Challenge International, adalah contoh
  mutakhir dari orang yang telah belajar menaikkan doa syafaat. Ketika
  berdoa, Allah menggerakkan hatinya untuk mulai memerhatikan 
  muda-mudi yang terlibat dalam kejahatan. Pada suatu hari, ketika 
  sedang berdoa, ia merasa tertarik untuk membaca sebuah majalah 
  nasional yang memuat berita singkat tentang beberapa pemuda di 
  New York yang suka menentang hukum. Mereka terlibat dalam suatu 
  perbuatan kejahatan yang kejam, yang menggemparkan seluruh bangsa 
  Amerika. Tiba-tiba saja hati David Wilkerson tercekam untuk 
  menaikkan doa syafaat, dan lahirlah kasih terhadap kaum muda yang 
  terhilang dan penuh frustrasi itu.
  
  Masa doa syafaat inilah yang merupakan daya pendorong dan memimpin
  Pdt. Wilkerson untuk mendirikan organisasi swasta yang terbesar di
  dunia bagi perawatan dan pengobatan pecandu-pecandu obat bius yang 
  tak tertolong lagi. Dewasa ini, gerakannya itu membantu muda-mudi 
  dari segala lapisan yang menjadi masalah bagi masyarakat.
  
  Teen Challenge, yang sekarang merupakan suatu organisasi yang besar,
  dimulai ketika David Wilkerson dengan rendah hati bersatu dengan 
  Allah dalam doa. Sekarang ini, organisasi tersebut sudah menjangkau
  kebanyakan kota besar di Amerika Serikat dan banyak kota lainnya di
  seluruh dunia. David Wilkerson benar-benar merupakan teladan seorang
  pendoa syafaat.
  
  Belum lama berselang, saya mengunjungi kantor pusat Teen Challenge 
  di New York. Saya tidak akan melupakan saat ketika saya berdiri di 
  tempat itu. Seorang bekas pecandu mengajar saya apa artinya 
  menaikkan doa syafaat. Ia menjelaskan, "Semua jiwa yang dimenangkan 
  di jalan-jalan kota ini lebih dahulu dimenangkan dalam doa!" Hanya 
  sedikit orang yang menyadari kuasa doa syafaat. Seorang penulis 
  mengatakan, "Setiap orang yang bertobat adalah hasil pekerjaan Roh 
  Kudus sebagai jawaban doa orang percaya."
  
  Baru-baru ini, saya mendengar bagaimana doa syafaat telah
  mengakibatkan kemenangan yang luar biasa dalam gereja di kota saya.
  Selama bertahun-tahun, pendeta kami telah berdoa untuk seorang yang
  jahat, yang selalu menentang Allah. Istri orang itu juga menaikkan 
  doa syafaat untuk suaminya. Setiap hari, ia berdoa agar suaminya
  diselamatkan. Akhirnya, tiba saatnya ketika suaminya menerima 
  Kristus. Suatu kemenangan lagi sebagai akibat doa syafaat. Pada 
  dasarnya, doa syafaat adalah doa yang digerakkan oleh kasih. Dalam 
  arti yang sebenarnya, doa syafaat adalah kasih yang berlutut dan 
  berdoa. Apabila kita mengasihi seseorang, kita akan berusaha untuk 
  memberinya yang terbaik. Douglas Steere menulis, "Jika saya berdoa 
  dengan sungguh sungguh, saya benar-benar menyadari kasih yang 
  mengelilingi saya." Kemudian ia menguraikan, "Apabila kita mulai 
  berdoa bagi orang lain, kita mulai mengenal, mengerti, serta lebih 
  menghargainya daripada sebelumnya. Phillips Brooks mengukuhkannya 
  dengan pernyataannya yang terkenal, `Jika ingin mengetahui nilai 
  jiwa manusia, cobalah untuk menyelamatkan seorang jiwa.`"
  
  Bayangkan Saudara sedang duduk di takhta Allah dan melihat seorang
  manusia yang tersesat dan sendirian. Dapatkah kita memberikan anak
  tunggal kita? Apakah kita cukup mengasihi orang lain sehingga 
  bersedia melakukan pengorbanan ini? Doa yang penuh pengorbanan 
  adalah doa syafaat yang benar. Sebenarnya, berdoa bagi orang lain 
  adalah lingkup doa syafaat.
  
  "Agaknya, Tak Seorang Pun yang Memedulikan"
  
  Kita hidup di tengah masyarakat yang amat sibuk dan bergerak cepat.
  Hanya sedikit orang yang memedulikan mereka yang ada di 
  sekelilingnya. Di sebuah kota besar di bagian barat Amerika Serikat, 
  seorang polisi hampir mati diserang oleh segerombolan pemuda yang 
  memberontak. Beratus-ratus orang melewati tempat kejadian itu dan 
  memandang sekilas pada darah yang bercucuran. Tak seorang pun yang 
  berhenti untuk menyelidiki keadaannya. Tak seorang pun yang bersedia 
  menolong! Pemuda-pemuda itu terus saja memukulinya, dan akhirnya 
  meninggalkannya dalam keadaan hampir mati. Darahnya yang menggenang 
  di kaki lima seolah-olah membentuk lima kata yang menakutkan -- tak 
  ada orang yang memedulikan. Lebih menyedihkan lagi ketika iblis 
  menggoda jiwa-jiwa yang tak berdaya sementara orang Kristen bersikap 
  acuh tak acuh. Doa syafaat adalah satu-satunya sarana kita untuk 
  menghalangi usaha iblis, namun hanya sedikit orang saja yang 
  melaksanakan doa ini. Sekiranya Allah mengisi hati kita dengan 
  semangat yang menyala-nyala untuk memanjatkan doa semacam ini!
  
  Ayub yang dilanda kesukaran mendapat pelajaran yang sangat berharga
  mengenai doa syafaat. Mula-mula dalam pengalaman doanya, ia hanya
  memikirkan keadaannya yang menyedihkan. Setiap hari, ia memohon agar
  Allah melenyapkan borok-boroknya yang menjijikkan itu. Pertolongan
  tidak datang ketika ia berdoa bagi dirinya sendiri, tetapi sementara
  itu ia berdoa bagi sahabat-sahabatnya yang sangat menyedihkan 
  hatinya. Pada saat ia memahami pelajaran mengenai doa syafaat, 
  kesehatannya pulih kembali. Ayub merasakan kemenangan setelah ia 
  berdoa bagi orang lain.
  
  Musa betul-betul mengetahui peranan doa syafaat. Pada suatu ketika, 
  ia berdoa dengan sungguh-sungguh untuk umat Allah. Israel sudah
  diperingatkan untuk menghentikan keluhan dan sungutannya. 
  Berkali-kali peringatan datang ketika Yehova mengatakan, "Aku akan 
  memusnahkan mereka." Tetapi perhatikanlah satu kenyataan, Musa 
  memedulikan. Dengan segala kekuatannya, ia berdoa, "Tuhan, ampunilah 
  mereka." Kita dapat membayangkan air mata yang meleleh di pipi Musa 
  pada waktu ia memohon, "Hapuskanlah namaku dari dalam kitab-Mu -- 
  bunuhlah aku jika Tuhan mau -- tetapi ampunilah umat-Mu."
  
  Setiap orang yang berdoa dengan begitu sungguh-sungguh telah
  mengetahui arti doa syafaat. Hal ini mengingatkan kita akan Billy
  Bray, seorang Kristen yang selalu berdoa. Kata orang perawakannya
  kecil, tetapi dalam hal-hal rohani, ia bagaikan seorang raksasa.
  Setiap hari, ketika hendak berangkat bekerja dalam sebuah tambang 
  batu bara yang kotor di Inggris, ia berdoa, "Tuhan, jika hari ini 
  harus ada yang mati di antara kami, biarlah aku saja yang mati; 
  jangan biarkan salah seorang dari pekerja-pekerja ini yang mati 
  karena mereka tidak bahagia, sedangkan aku betul-betul bahagia, dan 
  kalau aku mati hari ini, aku akan masuk surga."
  
  Bray memiliki sikap "aku memedulikan" sepanjang hidupnya. Misalnya
  saja, pada suatu hari, ia tidak memunyai uang karena sudah beberapa
  waktu ia tidak menerima upah. Ia berdoa kepada Tuhan. Ia masih
  memiliki kentang, tetapi tidak ada roti. Ia mendatangi pengurus
  tambang itu dan meminjam sedikit uang. Dalam perjalanan pulang, ia
  menjumpai dua keluarga yang keadaannya lebih parah daripada dirinya.
  Ia membagikan uangnya kepada masing-masing keluarga itu dan pulang
  tanpa satu sen pun. Istrinya putus asa, tetapi Bray meyakinkannya
  bahwa Tuhan tidak melupakan mereka. Tidak lama kemudian, mereka
  menerima dua kali jumlah yang telah dibagikannya. Banyak orang yang
  menyetujui bahwa dunia kekurangan orang-orang seperti itu -- orang
  yang bersedia memanjatkan doa syafaat. Kita harus berdoa agar ada
  orang-orang pada zaman modern ini yang seperti Billy Bray, yaitu 
  yang memikirkan orang lain dalam doanya, orang yang menaruh 
  perhatian.
  
  Setiap Orang yang Seperti Finney Memerlukan Seseorang Seperti Bapak
  Nash
  
  Sepanjang abad-abad yang lalu, kebangunan rohani yang berkuasa telah
  terjadi karena doa syafaat. Kebangunan rohani Finney menggoncangkan
  negara-negara bagian timur Amerika Serikat dalam pertengahan pertama
  abad sembilan belas. Seorang pria yang bernama Father Nash (Bapak
  Nash) akan mendahului Finney ke kota-kota yang dijadwalkan untuk
  kebangunan rohani itu. Tiga atau empat minggu sebelum kebaktian
  kebaktian itu, Bapak Nash pergi ke kota itu. Orang banyak tidak 
  datang berduyun-duyun untuk menyambutnya dan tidak ada barisan musik 
  yang memainkan lagu penyambutan. Dengan diam-diam, Bapak Nash akan
  menemukan suatu tempat untuk berdoa. Selama kebaktian kebangunan
  rohani itu, banyak sekali orang yang dimenangkan untuk Tuhan dan
  berubah hidupnya. Nama Finney segera menjadi terkenal dan khotbah
  khotbahnya benar-benar menginsafkan hati banyak orang.
  
  Akan tetapi, di suatu tempat, Bapak Nash yang tak dikenal orang itu
  berlutut seorang diri dan berdoa. Setelah kebangunan rohani itu,
  dengan diam-diam ia akan meninggalkan kota itu untuk pergi ke tempat
  lainnya dan berjuang atas lututnya bagi keselamatan jiwa-jiwa. Bapak
  Nash mengetahui arti doa syafaat. Ia menaruh perhatian pada orang
  lain, dan sering kali mengorbankan kenikmatan hidup ini. Ia tidak
  memunyai rumah, tidak mendapat dukungan suatu gereja, dan sering 
  kali harus makan di warung yang sederhana. Malam hari dilewatkan 
  tidak di atas tempat tidur, dan pakaiannya menjadi usang. 
  
  Apa yang diterima Nash sebagai imbalan untuk pengorbanannya? Mungkin
  hanya sedikit sekali dalam kehidupan ini, tetapi amat banyak dalam
  kehidupan di akhirat. Ia memunyai saham dalam dua setengah juta 
  orang yang bertobat di bawah pelayanan Finney. Hanya sedikit orang 
  saja yang menyadari berapa banyak jiwa telah menemukan Kristus 
  karena Bapak Nash. Tidak diragukan lagi, waktu akan menunjukkan 
  bahwa di belakang setiap jiwa yang dimenangkan bagi Kristus, 
  terdapat doa syafaat. Sesungguhnya Finney memunyai talenta untuk 
  berkhotbah. Pasti, ia telah dijamah secara khusus oleh Allah. Tetapi 
  perhatikanlah kenyataan ini - setiap Finney memerlukan seorang 
  Bapak Nash! Setiap pengkhotbah memerlukan seseorang yang menaikkan 
  doa syafaat.
  
  Pertimbangkan sejenak tantangan untuk menjadi seseorang yang 
  menaikkan doa syafaat. Doa syafaat sangat diperlukan. 
  Frank C. Laubach mengatakan, "Orang-orang berikut ini perlu disoroti 
  dengan banyak doa: Presiden Amerika Serikat dan Kongres (terutama 
  Senat), Perdana Menteri dan Parlemen Inggris, Perdana Menteri dan 
  para pemimpin Rusia, pemimpin-pemimpin Tiongkok, setiap delegasi 
  konferensi perdamaian, Jepang, Jerman, anggota gereja serta 
  rohaniawan Kristen dan Yahudi, para utusan Injil, tokoh-tokoh dunia 
  perfilman, para penyiar radio, bangsa bangsa yang hidup dalam 
  perbudakan dan penindasan, orang Negro, orang Amerika keturunan 
  Jepang. Kita harus berdoa bagi mereka yang buta huruf, bagi semua 
  guru, ibu dan bapak, untuk adanya saling pengertian antara majikan 
  dan buruh, untuk persaudaraan umat manusia, untuk saling bekerja 
  sama, untuk perluasan pikiran manusia akan visi dunia, untuk 
  anak-anak dan remaja, untuk bacaan yang sehat, untuk korban minuman 
  keras, obat bius dan semua macam kejahatan, untuk para pendidik dan 
  pendidikan yang lebih baik. Kita harus berdoa agar kebencian lenyap 
  dan kasih dapat menguasai dunia; kita harus berdoa supaya lebih 
  banyak orang akan berdoa, sebab doa adalah kuasa pemulihan yang 
  terbesar dalam dunia." Daftar Laubach kelihatannya panjang, tetapi 
  ini pun belum lengkap. Selalu ada keperluan-keperluan yang dapat 
  ditambahkan dalam daftar doa syafaat. Dari hati seseorang yang 
  berdoa syafaat, tak henti-hentinya doa dinaikkan bagi orang lain,
  doa yang mengatakan, "Aku mengasihimu."
  
  Segi-Segi Doa Syafaat
  
  Semua usia, semua bangsa, dan suku bangsa boleh berlutut di puncak 
  doa syafaat. Dokter dari zaman para rasul mengatakan, "Lagipula di 
  situ ada Hana, seorang nabi perempuan ... dan sekarang ia janda dan 
  berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait 
  Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa" 
  (Lukas 2:36-37). Hana seorang wanita lanjut usia yang memiliki lebih 
  banyak ketetapan hati pada masa senja kehidupannya daripada pada 
  masa mudanya. Kata kata Lukas ini memunyai nilai khusus karena 
  menunjukkan bahwa semua orang boleh menghampiri takhta Allah.
  
  Seseorang pernah mengatakan, "Kita mungkin mendapatkan karunia
  berbicara yang indah sehingga perkataan kita mengalir bagai pancaran
  ucapan syukur, permohonan doa, dan pujian seperti Paulus; atau 
  mungkin kita memunyai persekutuan yang tenang, akrab, dan penuh 
  kasih seperti Yohanes. Sarjana yang pandai seperti John Wesley dan 
  tukang sepatu sederhana seperti William Carey, semuanya sama 
  diterima dengan senang hati pada takhta kasih karunia Allah. 
  Pengaruh di surga tidak bergantung pada kelahiran, kepandaian, atau 
  prestasi, tetapi pada ketergantungan mutlak yang rendah hati pada 
  Putra Allah."
  
  Sayang sekali, pendoa syafaat yang sejati jarang sekali berada pada
  jalan doa; Rees Howells adalah orang yang demikian. Ia telah
  mempelajari kuasa dan doa syafaat sementara mendirikan sekolah-
  sekolah Alkitab, rumah yatim piatu, dan gereja-gereja misi di 
  seluruh Afrika. Teman-teman Howells mengatakan bahwa ia adalah 
  seseorang yang selalu berdoa. Pada awal kehidupan Kristennya, Allah 
  menantang dia untuk berdoa syafaat. Pada suatu hari, ketika keluar 
  dari ruang doanya, Howells memberikan keterangan rangkap tiga 
  mengenai doa syafaat. 
  
  "Ada tiga aspek," demikian Howells mengajarkan, "yang tidak terdapat
  dalam doa biasa." Yang pertama-tama ialah penyatuan: hukum yang
  pertama untuk orang yang menaikkan doa syafaat. Kristus merupakan
  teladan yang paling baik mengenai hukum penting ini. Ia dianggap
  sebagai orang berdosa. Ia menjadi Imam Besar yang menjadi perantara
  kita. Kristus datang ke bumi dari istana gading indah, dilahirkan
  dalam sebuah palungan yang sederhana. Putra Allah memasang tendanya 
  didalam perkemahan kita, menjadikan diri-Nya saudara seluruh umat
  manusia. Pencobaan merupakan jerat bagi-Nya, dan bibir-Nya mengecap
  kematian. Ia menderita dengan orang yang menderita, dan menelusuri
  jalan yang berbatu-batu yang kita, manusia fana, harus jalani. Yesus
  melambangkan kasih yang kekal. Kehidupan-Nya yang mengagumkan
  mendefinisikan pendoa syafaat -- seseorang yang menyatukan dirinya
  dengan orang lain.
  
  Kedua, Pdt. Howells mencantumkan penderitaan yang mendalam sebagai
  hukum kedua bagi doa syafaat. "Jika kita hendak berdoa syafaat," 
  Pdt. Howells mengatakan, "kita harus benar-benar seperti Tuhan."
  
  Penulis kitab Ibrani (5:7) mengatakan bahwa Tuhan berdoa dengan "...
  ratap tangis dan keluhan." Rasul Paulus berkata, "... Roh sendiri
  berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak
  terucapkan." (Roma 8:26) 
  
  Yesus telah turun sampai kedalaman yang terdalam dalam lautan
  penderitaan batin; pasti, Getsemani merupakan dasar lautan itu. Di
  tempat itulah Ia mengalami penderitaan yang paling hebat. Di
  Getsemani, hati Tuhan hancur tidak terperikan. Kehidupan-Nya
  mengajarkan kunci doa syafaat -- belajar untuk menderita karena jiwa
  jiwa.
  
  Hukum Howells yang ketiga mengenai wewenang. Ia mengatakan, "Jika
  orang yang berdoa syafaat itu memahami penyatuan dan penderitaan 
  yang mendalam, ia juga memahami wewenang. Orang yang berdoa syafaat 
  dapat menggerakkan hati Tuhan. Ia pun menyebabkan Tuhan mengubah 
  pikiran-Nya." Ress Howells menyatakan bahwa apabila ia menaikkan doa 
  syafaat untuk suatu keperluan, dan percaya bahwa hal itu adalah 
  kehendak Allah, ia akan selalu mendapatkan kemenangan.
  
  Siapa yang Peduli akan Afrika Utara?
  
  Pdt. Howells mengalami kemenangan yang mengherankan setelah seminggu
  penuh berdoa syafaat sementara Perang Dunia II berlangsung. Biasanya
  persekutuan doa tidak dilaksanakan pada Sabtu sore. Akan tetapi, 
  pada suatu Sabtu sore, semua guru dan pelajar sekolah Alkitab 
  diminta untuk mengadakan pertemuan doa pada sore hari, untuk memohon 
  kepada Tuhan mengubah jalannya peperangan di Afrika Utara. Ini 
  merupakan suatu beban yang berat.
  
  Pada malam itu, Pdt. Howells dan keluarga sekolah Alkitabnya berdoa.
  Sehingga mereka mendapat kemenangan. "Tadinya, kukira Hitler
  diperkenankan untuk merebut Mesir," katanya, "tetapi sekarang aku 
  tahu ia tidak akan merebut Mesir -- Aleksandria atau pun Kairo tidak 
  akan jatuh." Pada akhir pertemuan doa itu, ia berkata, "Hari ini 
  hatiku sangat bergairah. Tadinya aku seperti seseorang yang dengan 
  susah payah mengarungi pasir. Tetapi sekarang aku sudah mengatasi 
  kesukaran itu, sekarang aku dapat memegangnya dan menanggulanginya. 
  Aku dapat menggoyangkannya."
  
  Seminggu kemudian, sementara sepintas lalu membaca surat kabar, Pdt.
  Howells membaca bagaimana suramnya keadaan perang pada hari Sabtu 
  itu, ketika mereka berhimpun untuk mengadakan pertemuan doa tambahan.
  Menurut artikel itu, pada akhir pekan itulah kota Aleksandria
  diselamatkan. Mayor Rainer, orang yang bertanggung jawab untuk
  menyediakan air minum bagi Pasukan Kedelapan (Eighth Army), terlibat
  dalam pertempuran itu. Kemudian hari, ia melukiskan kejadian itu 
  dalam sebuah buku yang berjudul "Pipe Line to Battle". 
  Jenderal Rommel, yang dijuluki si Rubah Padang Pasir, telah 
  memerintahkan tentaranya berbaris menuju Aleksandria dengan harapan 
  akan merebut kota tersebut. Antara tentaranya dan kota Aleksandria 
  terdapat sisa-sisa Angkatan Darat Inggris dengan hanya lima puluh 
  tank, sejumlah kecil senjata artileri medan, dan lima ribu orang 
  tentara. Angkatan Perang Jerman memunyai jumlah tentara yang hampir 
  sama, tetapi memunyai kelebihan yang menentukan karena meriam-meriam 
  88 mm-nya yang unggul. Satu hal yang sama-sama terdapat dalam kedua 
  angkatan bersenjata itu ialah kepenatan yang sangat karena panas 
  terik yang membara dan kebutuhan mendesak akan air minum.
  
  Mayor Rainer menceritakan, "Matahari bersinar dengan teriknya di 
  atas kepala kami dan orang-orang kami sudah hampir kehabisan daya 
  tahan mereka ketika serangan Nazi dipatahkan. Jika pertempuran 
  berlangsung sepuluh menit lagi, maka pihak kami yang kalah. Tiba-
  tiba saja pasukan tank Mark IV mundur dari kancah peperangan. Pada 
  saat itu, terjadilah sesuatu yang luar biasa. Sebelas ribu orang 
  dari Divisi Panzer Ringan ke-90, pasukan elite dari Korps Jerman 
  di Afrika, berjalan dengan tersaruk-saruk melintasi pasir gersang 
  dengan tangan terangkat. Lidah mereka bengkak terjulur, pecah-pecah, 
  dan hitam karena darah yang membeku. Sebagai orang setengah gila, 
  mereka merenggut botol air dari leher tentara kami dan meneguk air 
  yang memberi hidup antara bibir mereka yang pecah-pecah."
  
  Kemudian hari dalam kisahnya, Mayor Rainer memberikan alasan untuk
  penyerahan yang sama sekali tak terduga ini. Angkatan perang Jerman
  sehari dan semalam tak mendapat air. Sementara pertempuran 
  berkecamuk, mereka menyerbu garis pertahanan Inggris, dan dengan 
  penuh sukacita, mereka menemukan pipa air yang bergaris tengah enam 
  inci. Karena sangat membutuhkan air, mereka menembaki pipa itu dan 
  dengan sembrono mulai meneguk air yang memancar keluar dari lubang-
  lubang itu. Karena rasa haus yang sangat, mereka minum sangat banyak 
  tanpa menyadari bahwa itu air laut.
  
  Mayor Rainer, yang memimpin pembangunan pipa air itu, telah 
  memutuskan untuk menguji pipa itu untuk terakhir kalinya. Air tawar 
  terlalu berharga untuk percobaan itu dan karenanya mereka 
  mempergunakan air laut. "Sehari sebelumnya pipa itu kosong," tulis 
  Mayor Rainer. "Dua hari kemudian," tambahnya, "pasti terisi air 
  tawar bersih." Tentara Nazi tidak segera merasakan rasa asin itu 
  karena perasa lidah mereka tidak tajam lagi karena air payau yang 
  sudah biasa mereka minum dan juga karena kehausan yang sangat.
  
  Hal yang perlu diperhatikan mengenai seluruh kejadian ini ialah 
  bahwa doa syafaatlah yang mengakibatkan kejadian ini. Apabila 
  Rees Howells tidak mengadakan pertemuan doa yang khusus, maka 
  kisahnya akan lain. 
  
  "Siapa yang peduli akan apa yang terjadi di Afrika Utara?" Mungkin
  merupakan sikap beberapa orang, tetapi ada orang lain yang
  memedulikan. Syukur kepada Allah untuk pahlawan-pahlawan doa syafaat.
  Perhatian seorang pendoa syafaat terhadap orang lain sering kali 
  dapat menentukan nasib bangsa-bangsa, mengubah hal-hal yang tidak 
  dapat diubah oleh kekuasaan lain.
  
  Menabur Benih Kasih
  
  Pada zaman ini, dengan tak putus-putusnya orang menuntut tindakan
  sosial. Lagu-lagu populer berisi lirik seperti: "Marilah, kawan-
  kawan ... mari semua bersatulah, cobalah saling mengasihi, sekarang 
  juga." Masyarakat mencari suatu kekuatan yang dapat menyembuhkan 
  penyakit manusia -- mengadakan suatu perubahan khusus. Dari ahli 
  filsafat sampai kepada musisi, jeritannya ialah: "Apa yang 
  diperlukan dunia sekarang ini adalah kasih."
  
  Sesungguhnya, tidak ada kekuatan yang lebih banyak meneruskan kasih
  manusia daripada doa syafaat. Manusia tidak dapat memberikan hadiah
  yang lebih besar kepada masyarakat daripada lutut yang bertelut. 
  Pada hakikatnya, setelah semua sejarah dituliskan dan kita berdiri  
  dihadapan Allah, kita akan tahu apa yang sebenarnya membentuk zaman 
  ini. Apabila kita berbicara dengan Allah dalam kekekalan, dengan 
  cepat kita akan mengetahui bahwa segala sesuatu yang berharga yang 
  telah dilaksanakan itu berkaitan dengan doa syafaat.
  
======================================================================
  
  Diambil dan disunting seperlunya dari: 
  Judul buku: Jalannya Tidak
  Mudah Penulis: Dick Eastman 
  Penerbit: Gandum Mas, Malang 
  Halaman: 65 -- 77

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org