ARTIKEL
John Calvin dan inerrancy (II)
Seorang akan meneliti bagaimana pernyataan yang tidak mempunyai bukti dari pandangan "limited inerrancy" (yaitu pandangan inerrancy yang terbatas hanya pada hal-hal yang berkenan dengan iman dan etika) dapat sesuai dengan seluruh skema dari pekerjaan Calvin sepanjang hidupnya. Hal ini yang akan dibahas dalam makalah ini. Jika diasumsikan bahwa Calvin tidak mengakui doktrin inerrancy, maka kemungkinannya menurut saya akan muncul lima enigma (kebingungan).
Enigma pertama, berhubungan dengan proposisi bahwa Calvin memisahkan diri dari doktrin inspirasi dari skolastik yang berlaku saat itu, termasuk inerrancy, yang pada saat itu telah diakui dan telah diterima secara lazim pada paruh pertama abad ke-16. Namun, tidak ada fakta bahwa ia menolak implikasi dari doktrin inerrancy. Karena itu, kita di sini mengonfrontasi usul yang tidak masuk akal, yaitu bahwa ketika dengan tegas Calvin mengungkapkan perbedaan yang sangat banyak dengan pandangan Roma Katholik. Di dalam banyak pendapat yang muncul, kadang kala ia membiarkan pandangan Alkitab mereka tidak diganggu gugat. Tentunya jika Calvin menegur Roma Katholik di dalam permasalahan ini, bukanlah karena mereka taat membabi buta kepada seluruh pernyataan Alkitab, tetapi LEBIH kepada karena mereka gagal untuk menaati Alkitab secara benar (sesuai dengan mandatnya) atau untuk mengikat diri dari mereka sendiri kepada apa yang dinyatakan oleh Alkitab. Sangatlah aneh jika seseorang yang dipimpin di dalam iman yang sebesar ini, yang telah mampu melepaskan diri dari cara penerimaan Alkitab yang membabi buta ini, gagal untuk menyatakan tidak sependapat dengan mereka yang masih berada di bawah kuk ini. Pasti akan dikatakan bahwa hal tersebut terjadi karena Calvin takut bahwa dirinya akan diserang oleh permasalahan yang sama yang akan mengakibatkan pengajarannya tidak diterima dan berdasarkan kecerdikannya. Ia merasa adalah lebih bijaksana untuk tidak melakukan hal itu demi masa depannya, khususnya yang berkenan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai otoritas Alkitab. Rentetan alasan yang dimunculkan ini harus berhadapan dengan suatu keberatan yang serius, mengingat bahwa keterusterangan adalah tabiat Calvin untuk menyatakan suatu hal yang ia mengerti sebagai kebenaran.
Enigma kedua, timbul ketika asumsi tersebut dihubungkan dengan fakta bahwa Calvin dengan keras mengecam orang-orang seperti Servetus, Castellion, dan lain-lain, yang tidak menerima otoritas Alkitab atau tidak serius menerimanya. Di lain pihak, ia juga menentang mereka yang menerima apa saja sebagai otoritas, padahal tidak dimandatkan dengan jelas oleh Alkitab. Oleh karena itu, ketika Calvin menyanggah, baik kepada mereka yang tidak sepenuhnya menerima otoritas Alkitab maupun kepada mereka yang menerima otoritas yang tidak wajar di luar Alkitab, secara jelas, Calvin mengungkapkan keyakinan dan pengakuannya akan prinsip sola scriptura. Meyakini hal itu sambil memegang prinsip-prinsip sub rosa mengenai penerimaan yang utuh akan inspirasi Ilahi adalah merupakan suatu kepura-puraan atau sikap bermuka dua, dan sangat sulit menerima bahwa hal ini adalah karakteristik Calvin.
Enigma ketiga, berhubungan dengan kemampuan Calvin untuk bersahabat dengan orang-orang seperti Peter Martyr, Zanchius, dan lainnya, yang mengaku mengenal doktrin inspirasi, bahkan hingga ke poin dari penerimaan beberapa formula dari doktrin skholasitisme. Kita tidak pernah menemukan kritikan yang diajukan Calvin berkenaan dengan pandangan mereka. Tentunya, jika Calvin merasa bahwa pandangan yang kuat tentang inspirasi mampu membuat perpecahan yang serius di dalam gereja, ia tidak akan ragu-ragu untuk menyatakan ketidaksetujuannya ini. Yang terjadi adalah bahwa Calvin merekomendasikan penggantiannya, Theodore dari Beza, yang menurut para sarjana, secara praktis berorientasi kepada metodologi skolastik dan pandangan tentang Alkitabnya sesuai dengan kerja pikir inerrancy. Tidaklah benar jika mengatakan bahwa Calvin membuat rekomendasi tersebut karena ketidaktahuannya, karena ia mempunyai banyak kesempatan untuk mengenal keseluruhan pandangan dan metode dari Beza. Melalui pengaruh Calvinlah, Beza bekerja di Akademi Lausanne dan mendapat posisi sebagai direktur dari Akademi di Jenewa (1559) -- suatu proyek yang sangat penting dalam pandangan Calvin. Dalam lima tahun terakhir dari kehidupan Calvin, Beza mendiskusikan kepadanya tentang tanggung jawab dari pastoral konseling di Jenewa. Dengan restu Calvin, Beza berhasil menjadi konselor pernikahan di kota itu, di mana pengaruhnya berlangsung selama 40 tahun. Membayangkan bahwa Calvin dengan cara ini merekomendasikan seseorang yang mempunyai pandangan yang tidak dapat disetujuinya atau bahwa Calvin gagal melihat adanya jurang pemisah antara Beza dengan dirinya adalah hal yang tidak dapat diterima dan menggelikan, terutama sekali karena berdasarkan keberatan yang diajukan Beza yang tampaknya menolak pendekatan Calvin. Namun, fakta mengatakan bahwa jika ada satu keberatan muncul dari biografi Beza tentang Calvin, hal itu karena telah dibubuhi dengan beberapa elemen hagiography. Dengan demikian, Beza tidak lebih merasakan adanya jurang pemisah antara pandangan-pandangan Calvin dengan dirinya.
Enigma keempat, muncul dari fakta bahwa telah sangat lama berselang setelah kematian Calvin, tidak seorang pun berpikir bahwa Calvin memegang segala sesuatu kecuali pandangan yang ketat tentang doktrin inspirasi. Orang yang tidak setuju dengan pandangan demikian pasti akan memisahkan diri dari Calvin. Usaha-usaha orang mengepung Calvin untuk mendukung doktrin inerrancy yang terbatas, muncul menjadi suatu perkembangan pada akhir-akhir ini yang dibuat lebih tidak cocok dengan fakta karena hal ini timbul sangat terlambat di dalam sejarah pemikiran. Sulit untuk menerima bahwa pandangan Calvin telah disalahmengertikan oleh teman-teman dan musuh-musuhnya, dan bahwa kita harus menunggu sampai ke akhir abad 19 dan 20 untuk menangkap kembali kebenaran dari pandangannya. Jika ternyata Calvin berpandangan, misalnya seperti yang dikatakan oleh Rogers dan McKim, kita juga harus percaya bahwa Calvin berusaha keras untuk menyembunyikan pandangannya ini, tidak saja selama hidupnya, bahkan sampai 300 tahun setelah kematiannya. Hal ini adalah suatu mukjizat dalam hal menemukannya kembali tanpa menemukan sumber-sumber baru yang tidak terpecahkan oleh penulis-penulis sebelumnya. Pada faktanya adalah bahwa pandangan ini tidak pernah muncul terdokumentasi satu pun, baik oleh pernyataan-pernyataan Calvin maupun orang-orang sesamanya. Alasan utama yang menegaskan bahwa Calvin memegang doktrin inerrancy terbatas didasarkan pada keinginan banyak orang untuk memasukkan Calvin pada barisan orang-orang pendukung pendapat mereka. Namun, hal ini adalah ambisi yang tidak beralasan dan bukan keobjektifan akademis. Kita pasti bangga, bahwa banyak orang ingin untuk mendapat dukungan Calvin. Namun, keinginan ini tidaklah merupakan jaminan langsung untuk menyatakan bahwa Calvin mendukung pendapat yang baru-baru akhir ini saja ada di dalam teks.
Enigma kelima, berhubungan dengan sifat dasar dari fakta-fakta sebelumnya untuk membuktikan bahwa Calvin tidak memegang doktrin inerrancy.
Calvin dituduh bahwa ia mengakui kebebasan dari para penulis Perjanjian Baru dalam mengutip Perjanjian Lama -- dan ini sama dengan para penganut inerrancy yang modern -- tetapi Calvin memperlihatkan perhatian besar untuk menunjukkan keharmonisan arti dan kesesuaian metodologi dari para penulis Perjanjian Baru.
Calvin dituduh bahwa ia mengakui hanya perkiraan atau kurang ketepatan di dalam detail kronologis, akomodasi terhadap pandangan dunia, dan hidup dari dunia purbakala -- demikian juga pandangan inerrancy yang modern -- namun dia menimbulkan permasalahan ini untuk menunjukkan ketaatan dari praktis penulis-penulis Alkitab (misalnya bandingkan 1 Korintus 10:8).
Calvin dituduh menyamakan kekuatan kalimat pengajarannya dengan Alkitab -- dan demikian juga inerrancy yang modern -- namun hal itu adalah untuk menguraikan pengajarannya yang sesuai dengan pola dari kalimat-kalimat di dalam Alkitab. Bagi Calvin, mengajar adalah untuk menguraikan Alkitab secara terperinci dan tidak ada hal yang lain.
Calvin dituduh memperhatikan doktrin dan etika Firman, dan tidak mau menghabiskan waktunya dengan detail yang tidak mengenai pokok permasalahannya -- dan inerrancy yang modern tidak mempunyai alasan yang baik untuk bergabung dengannya --, namun hal ini tidak berarti bahwa Calvin berpandangan ada masalah-masalah minor yang bertentangan di dalam Alkitab autographa . Karena itu, di dalam pengajarannya, Calvin berusaha untuk mengorelasikan ayat-ayat Alkitab. Hal ini dicatat di dalam Commentary on the Harmony of the Gospel dan di dalam keseluruhan tulisannya. Beberapa orang menganggap penjelasan ini tidak masuk akal. Namun, makin banyak penjelasan yang ia berikan, lebih banyak lagi bukti yang menunjukkan kesatuan dan keharmonisan Alkitab.
Calvin dituduh menyatakan bahwa ada beberapa kesalahan di dalam Alkitab yang harus diperbaiki -- dan kaum inerrancy yang modern tidak mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan teks autographa -- tetapi hanya 2 contoh tipe ini yang dikemukakan dari tulisan Calvin, yaitu ulasan dari Matius 27:9 dan dari Kisah Para Rasul 7:16, dan kedua ayat ini lebih baik ditafsirkan sebagai perbedaan di dalam kritik tekstual (textual criticism) daripada koreksi Calvin dari pesan aslinya. Tentunya, jika ada pengakuan tentang adanya kesalahan yang tercantum di dalam tulisan Calvin, seseorang dari antara ke-28 sarjana di dalam daftar yang kedua di atas dapat menemukannya dan mengutipnya untuk membuktikan kebenaran pandangan mereka. Tentu, mereka tidak membiarkan permasalahan ini di dalam ketegangan dan tetap hanya mengutip bagian-bagian yang tidak meyakinkan.
Saya sangat meyakini posisi saya dalam persoalan ini. Sebagai bukti dari keyakinan saya akan pengetahuan tentang John Calvin, maka saya siap untuk memberikan hadiah US$. 100.00 kepada orang pertama yang dapat membuktikan dari tulisan Calvin yang otentik bahwa Calvin menolak kebenaran dari teks autographa dari setiap pernyataan Alkitab.
Diambil dari: |
Nama buku |
: |
Majalah Momentum |
Judul artikel |
: |
John Calvin dan Inerrancy (II) |
Penulis artikel |
: |
Roger Nicole |
Penerbit |
: |
LRII, Jakarta, 1996 |
Halaman |
: |
33-36 |
|