Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/192

e-Penulis edisi 192 (3-8-2017)

Tulisan/Karya Apologetika (II)

e-Penulis -- Edisi 192; 3 Agustus 2017
 
Tulisan dan Apologetika (II)
e-Penulis -- Edisi 192; 3 Agustus 2017
 
e-Penulis

DARI REDAKSI Apologetika dan Iman Kristen

Apologetika Kristen bukanlah sekadar beradu argumen tentang iman Kristen, melainkan mempertanggungjawabkan iman Kristen kepada tiap-tiap orang yang memintanya. Tujuannya bukanlah untuk memenangkan perdebatan, melainkan menyajikan pembelaan yang masuk akal tentang iman dan kebenaran Kristen kepada mereka yang tidak setuju. Selain itu, apologetika Kristen tidak dilakukan dengan kasar, marah, atau tidak hormat, tetapi dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni.

Melanjutkan edisi sebelumnya, e-Penulis edisi 192 kembali menyajikan bahan seputar karya/tulisan apologetika. Kiranya melalui sajian kami kali ini, kita dapat makin menambah wawasan kita tentang apologetika Kristen dan beberapa hal lain yang terkait dengan itu. Secara khusus, kami menyajikan sebuah artikel tentang pertanyaan-pertanyaan tentang kontradiksi Alkitab, biografi singkat tokoh Joseph Conrad, dan resensi buku The Grand Weaver (Sang Penenun Agung) karya Ravi Zacharias. Silakan menyimak sajian kami. Tuhan Yesus memberkati.

Odysius

Staf Redaksi e-Penulis,
Odysius

 

ARTIKEL Pertanyaan-Pertanyaan tentang Kontradiksi Alkitab

"Bagaimana kamu bisa memercayai hal itu? Tidak tahukah kamu bahwa Alkitab penuh sesak dengan hal-hal kontradiktif dan kesalahan?" Ini adalah reaksi yang mungkin dihadapi beberapa orang Kristen ketika mereka berhadapan dengan orang-orang non-Kristen dengan bukti Alkitab. George Gershwin mempersembahkan seluruh lagu dalam Porgy and Bess untuk menyatakan bahwa "hal-hal bodoh yang cenderung akan Anda jumpai saat membaca Alkitab tidak penting". Kadang-kadang, kritik ini bisa dibungkam jika Anda sekadar berkata, "Sebutkan satu kesalahan itu!" Banyak orang hanya mendengar bahwa ada problem dalam Alkitab, tetapi tidak pernah memeriksa buktinya. Namun, jika Anda mencoba melakukan ini dan mendapatkan jawaban, Anda lebih baik bersiap-siap untuk menjelaskan kesulitan itu. Memang ada problem yang nyata dalam Alkitab, tetapi ada juga jawaban yang nyata bagi perikop yang sulit itu.

Gambar: Apologetika dan Penginjilan

Apakah Panduan untuk Mengatasi Perikop yang Sulit Itu?

Sebelum kita mulai mendata peraturannya, mari kita membahas tentang sikap. Beban pembuktian terletak pada pengkritik. Kita memiliki alasan yang bagus untuk memercayai bahwa Alkitab mengatakan kebenaran karena seluruh Alkitab diilhami oleh Allah. Selama kita menunjukkan bahwa ada solusi yang mungkin, bahwa keberatan mereka "tidak harus demikian", maka konflik telah dipecahkan. Alkitab harus dipandang tidak bersalah sampai terbukti bersalah. Seperti teman yang bisa dipercaya, Alkitab harus diberi hak untuk tidak diragukan terlebih dahulu. Ilmuwan selalu berpendapat bahwa ada penjelasan terhadap sesuatu yang tidak diharapkan dan tidak dapat dinalar. Sama halnya, siswa Alkitab berpendapat bahwa ada keharmonisan dalam Alkitab dalam apa yang tampak seperti kontradiksi. Munculnya jenis problem ini memotivasi siswa untuk menggali lebih dalam dan menemukan informasi yang sangat diperlukan sebab jika tidak, hal itu tidak akan muncul.

Uang Adalah Akar Segala Kejahatan

Ayat ini (1 Tim. 6:10) sering kali dikutip secara keliru seperti kutipan di atas dan merupakan ilustrasi yang bagus tentang pentingnya mengetahui apa yang dikatakan oleh teks dan apa yang dimaksudkannya. Teks itu menyatakan, "Cinta akan uang adalah akar segala kejahatan". Cinta akan uang -- bukan uang itu sendiri -- yang ditentang. Cinta akan uang bukan hanya sumber kejahatan, melainkan disebut akarnya. Teks Yunaninya mengatakan "segala kejahatan", tetapi ide tentang "segala jenis" tersirat melalui frasa itu. Itulah yang dikatakan.

Akan tetapi, apa yang dimaksud? Ayat sebelumnya memperkenalkan topik kepuasan dengan hal-hal utama dalam kehidupan, dan ayat 9 mengatakan, secara bertentangan, "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat." Ayat 10 menjelaskan ini dengan menekankan fakta bahwa ada akar yang tak dapat dihindari yang dapat menumbuhkan kejahatan dan sangat sulit untuk digali. Akar itu adalah cinta akan uang. Frase "segala kejahatan" mungkin terlalu dibesar-besarkan demi penekanan hal itu. Poin dalam teks itu adalah bahwa seseorang harus memastikan bahwa akar ini tidak tumbuh dalam hidupnya.

Gambar: Kontradiksi Alkitab

Pastikan Anda Tahu Apa yang Dikatakan oleh Teks

Sering kali, ayat yang dikutip secara keliru menyesatkan seseorang. Yang lebih sering, ada problem tekstual yang tersembunyi dalam terjemahan bahasa Inggris Anda. Terutama dalam Perjanjian Lama tempat angka terlibat, kesalahan kecil yang dilakukan oleh penyalin mungkin dimasukkan ke dalam teks. Komentar yang baik bisa Anda katakan tentang hal ini dan mungkin menjawab 90 persen dari keberatan yang akan Anda temui. Ingat bahwa Alkitab kita hanya bersifat inerrant sejauh hal itu sesuai dengan naskah asli yang diilhami oleh Allah. Kita sangat perlu memiliki teks yang benar sebelum kita berusaha memecahkan problem apa pun.

Pastikan Anda Tahu Apa yang Dimaksud oleh Teks

Ini mungkin kedengarannya merupakan pengulangan, tetapi bukan. Alkitab menggunakan beberapa kata dan frase yang mungkin artinya tidak sama persis dengan apa yang Anda harapkan sebagai maknanya. Misalnya, beberapa orang memprotes bahwa Yesus salah ketika menyebut biji sesawi sebagai biji yang terkecil, padahal biji anggrek sesungguhnya merupakan biji yang terkecil. Pemeriksaan yang lebih teliti tentang apa yang dikatakan Yesus menyatakan bahwa kata yang Ia gunakan untuk "biji" berarti biji di kebun yang menghasilkan panen. Ia mengatakan bahwa itu adalah biji yang ditabur oleh seseorang di ladang (Mat. 13:31; Mrk. 4:31) dan membandingkan itu dengan tanaman di kebun.

Ingat juga bahwa beberapa kata berubah maknanya dalam beberapa konteks. Trunk bisa berarti belalai gajah, bagian mobil, salesman, atau cabang pohon. Artinya tergantung pada konteks tempat kata itu digunakan. Dalam Kis. 19:32, kata yang biasa digunakan untuk "gereja" atau "jemaat" digunakan untuk "gerombolan" dalam forum kota. Perhatikan konteks dan makna kata-kata tersebut dengan teliti untuk memastikan bahwa Anda sungguh-sungguh memahami apa yang dimaksudkan dengan apa yang dikatakan. Berkaitan dengan ini, Alkitab merupakan penafsir terbaik untuk dirinya sendiri. Perikop yang jelas sering kali membantu menjelaskan perikop yang sulit, dan satu frase sering kali digunakan dalam konteks lainnya untuk membantu memperjelas maknanya. Tidak ada pengganti untuk membandingkan Alkitab dengan Alkitab.

Jangan Mencampuradukkan Kesalahan dengan Ketidaktepatan

Ketepatan mengukur itu sangat penting bagi ahli mesin pesawat, tetapi persyaratan itu tidak terlalu diperlukan dalam bidang lainnya. Pembulatan angka boleh-boleh saja jika kita berusaha memberikan gambaran umum tentang ukuran benda atau pasukan. Sama halnya, kutipan tidak perlu harus ditulis persis sama dengan sumbernya. Tidak seorang pun akan memeriksa para penulis Alkitab dalam keadaan mereka seolah-olah mereka menulis hasil riset. Selama bisa ditunjukkan bahwa kutipan mereka sesuai dengan makna teks yang dikutip, ketidaktepatan bisa ditolerir. Ini merupakan norma yang sama yang diterima oleh media saat ini. Seseorang bisa setia pada idenya tanpa menggunakan kata-kata yang persis sama.

Jangan Mencampuradukkan Kesalahan dengan Sudut Pandang

Hanya karena saksi melihat satu bagian dari peristiwa atau hanya melihatnya dari satu sudut pandang tidak berarti bahwa kesaksiannya salah. Demikian juga, ketika penulis Alkitab mencatat sebagian dari peristiwa yang ia lihat dan tidak menyebutkan beberapa bagian lainnya yang dilihat oleh orang lain, catatannya masih benar. Perbedaan dalam penggambaran meyakinkan kita bahwa para penulis tidak melakukan konspirasi untuk "membuat cerita mereka benar".

Pengukuran Laut

I Raja-raja 7:23 mengatakan bahwa "laut", baskom besar untuk membasuh kaki, dalam bait suci Salomo berdiameter sepuluh hasta dengan ukuran keliling tiga puluh hasta. Anak sekolah mana pun yang mempelajari geometri akan tahu bahwa lingkaran dengan diameter 10 hasta memiliki keliling 31,4159 hasta (keliling adalah diameter kali Pi). Jadi, beberapa pengkritik menyebutkan bahwa ini adalah problem yang mungkin ada, tetapi angka pembulatan tidak sama dengan kesalahan. Pi (3,141) dapat dibulatkan menjadi tiga dan akan memberikan jawaban 30 hasta.

Bahasa tentang Dunia Adalah Bahasa Sehari-Hari

Bahasa tentang dunia sering kali diungkapkan dari sudut pandang manusia. Jika seorang ahli arkeologi 2000 tahun dari sekarang menemukan satu salinan buku The Sun Also Rises, apakah ia akan dibenarkan jika menyimpulkan bahwa budaya kita tidak memiliki konsep bahwa bumi berputar mengelilingi matahari? Tidak, kita sering kali berbicara tentang sesuatu sebagaimana terlihat oleh kita, bukan sebagaimana kita mengetahuinya dalam gambaran yang lebih besar tentang sesuatu. Hal yang sama berlaku bagi para penulis Alkitab, yang berbicara tentang matahari tidak bergerak (Yos. 10:12) dan langit berada di atas bumi (Yes. 40:22). Tidak ada alasan untuk menyimpulkan bahwa Alkitab mendukung satu teori bahwa bumi adalah pusat alam semesta; itu adalah cara normal untuk mengungkapkan ide-ide.

Ingat Bahwa Alkitab Mencatat Hal-Hal yang Tidak Disetujuinya

Alkitab sebagian besar isinya adalah buku sejarah. Dengan demikian, ia kadang-kadang mencatat sesuatu tanpa menyetujui hal itu. Misalnya, dosa Daud (2 Sam. 11) dan poligami Salomo (2 Raj. 11:1-8) dicatat tanpa khotbah yang mencela hal itu. Alkitab juga mencatat kebohongan iblis tanpa menyetujuinya (Kej. 3:4-5). Khotbah-khotbah tidak perlu karena hukuman dengan jelas dinyatakan di tempat lain.

Audio Kontradiksi Alkitab

Diambil dari:
Judul asli buku : When Skeptics Asks
Judul buku terjemahan : Ketika Alkitab Dipertanyakan
Judul bab : Pertanyaan-Pertanyaan tentang Kesulitan Alkitab?
Judul asli artikel : Apakah Panduan untuk Mengatasi Perikop yang Sulit Itu?
Penulis : Norman Geisler dan Ron Books
Penerjemah : Jhony The
Penerbit : ANDI Offset, Yogyakarta 2008
Halaman : 191-195
 

TOKOH Joseph Conrad

Dilahirkan di Polandia pada 1857, Teodor Joseph Konrad Korzeniowski adalah putra seorang patriot Polandia dan penulis yang diasingkan di Rusia dan meninggal ketika putranya berusia 13 tahun. Anak laki-laki itu mempunyai suatu keinginan yang tidak dapat dimengerti oleh keluarganya, yaitu ingin hidup di laut. Dia dibesarkan di negeri pesisir dan hanya memahami bahasa Inggris melalui terjemahan yang dibuat oleh ayahnya meskipun ia bercita-cita menjadi pelaut Inggris. Pada 1874, ia menjadi pelaut dari Marseilles, dan setelah empat tahun berlayar di kapal Perancis, ia berlayar sebagai seorang pelaut biasa di atas sebuah Kapal Inggris.

Gambar: Joseph Conrad

Pada 1884, sekarang dengan menggunakan nama Inggris Joseph Conrad, ia menjadi seorang majikan dalam pelayanan perdagangan Inggris. Sepuluh tahun berikutnya, akibat pengaruh demam tropis, ia terpaksa meninggalkan laut. Novel pertamanya Almayer's Folly dipublikasikan pada 1895, dan anak laki-laki Polandia itu kini menjadi seorang majikan pelaut yang menetap di Kent untuk mengejar karier sebagai novelis.

Masa 20 tahun di laut mempunyai pengaruh yang besar pada Conrad. Banyak dari peristiwa yang ia tulis, secara fisik benar-benar terjadi selama ia di laut, dengan begitu tugasnya sebagai novelis sebagian besar merupakan kenang-kenangan. Dengan An Outcast of the Islands (1896), Tales of Unrest (1898), Lord Jim (1900), Youth (1902 dan Typhoon (1903), ia menempatkan laut dan pulau di Pasifik Barat Daya pada peta fiksi berbahasa Inggris. The Mirror of the Sea (1906) dan A Personal Record (1912) adalah buku kenang-kenangan pribadinya.

Cerita pendeknya tentang rimba raya Afrika, Heart of Darkness (1902), membentuk dasar untuk film Perang Vietnam 1979 yang merupakan karya Francis Ford Coppola yang berjudul Apocalypse Now.

Nostromo (1904), suatu novel intrik yang panjang terfokus pada eksplorasi tambang perak di suatu negeri di Amerika Selatan, adalah kisah petualang dan studi pencarian tentang imperialisme komunis. Novel yang belakangan mencakup The Secret Agent (1907), sebuah rencana teroris dalam pengaturan London, Under Western Eyes (1911), suatu cerita tentang seorang revolusioner Rusia, dan Chance (1914), merupakan contoh yang ruwet di balik teknik kesayangannya tentang kisah dalam kisah dan merupakan novel pertama yang menarik perhatian publik besar yang mengikutinya. Karyanya berturut-turut mencakup Victory (1915), The Arrow of Gold (1919), The Rescue (1920), dan The Rover (1923).

Oleh karena Conrad mengombinasikan peristiwa yang menggairahkan dengan arti yang dalam, ia disebut seorang yang realis romantis. Cerita pendeknya yang terbaik dikumpulkan pada 1942 dalam A Conrad Argosy.

William McFee, dalam kata pengantarnya, memilih The End of the Tether sebagai berisi semua unsur orisinal dari Conrad, seperti: kesegaran visi, ironi, daya tarik laut Timur, rasisme orang kulit putih, dan kemuliaan suatu jiwa manusia yang diliputi oleh nasib.

Diambil dari:
Judul buku : Pustaka Pintar 100 Penulis Yang Membentuk Sejarah Dunia
Editor : Karyani
Penerbit : Progress, Jakarta
Halaman : 165
 

RESENSI BUKU The Grand Weaver (Sang Penenun Agung)

Gambar: The Grand Weaver
Judul buku
:
Sang Penenun Agung
Judul asli
:
The Grand Weaver
Penulis/​Penyusun
:
Ravi Zacharias
Penerjemah
:
--
Editor
:
--
Penerbit
:
Pionir Jaya
Ukuran buku
:
23 x 15.4 cm
Tebal
:
203 halaman
ISBN
:
978-979-542-300-3
Buku online
:
--
Download
:
--

Ravi Zacharias adalah seorang apologis Kristen, yang juga aktif menulis buku. Salah satu bukunya yang berjudul The Grand Weaver, mengusik pembaca untuk menjawab pertanyaan, "Apakah setiap peristiwa yang terjadi di dalam diri maupun di luar diri kita dirancang sempurna oleh Tuhan dalam sebuah kerapian yang indah?" Ravi mengajak kita untuk melihat bagaimana hati Sang Pencipta ketika ciptaan tidak melihat rancangan atau tujuan dalam hidupnya, ketika Dia bermaksud membantu setiap kita untuk dapat hidup sesuai dengan rancangan-Nya dan bukan untuk menginjak-injak hasil karya-Nya yang begitu mengagumkan. Buku ini dimulai dengan tema kekecewaan yang merupakan bagian dari rancangan hebat Tuhan untuk menyatakan kasih-Nya.

Buku ini cukup ringan dan memiliki sudut pandang konsep biblikal yang kuat. Buku ini membawa kita untuk melihat identitas kita dalam Tuhan dan melihat kepribadian kita yang akan disempurnakan dalam kemuliaan bagi tujuan yang telah dirancang bagi setiap kita (Lihat Roma 11:36). Penebusan yang dilakukan oleh Kristus menjadi sebuah benang yang membawa kita untuk melihat terang kekekalan.

Melalui buku ini, penulis ingin mendorong pembaca untuk memeriksa bahwa latar belakang, kekecewaan, keberhasilan, dan kepercayaan kita dalam terang merupakan bagian dari karya Sang Penenun Agung yang penuh makna dan sempurna. Tuhan menuntun kita untuk menemukan "benang-benang" dalam diri kita dan memahami rancangan-Nya dalam diri kita masing-masing supaya melaluinya kita dapat mengagumi dan menghargai karya Tuhan dalam diri kita dengan penuh hormat dan rasa syukur.

Peresensi: Ayub T.

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Penulis.
penulis@sabda.org
e-Penulis
@sabdapenulis
Redaksi: Santi T., N. Risanti, dan Odysius
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2017 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org