Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/160

e-Penulis edisi 160 (4-12-2014)

Lebih Dalam Lagi tentang Menulis Feature (II)

__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
                       Edisi 160/Desember/2014
               Tema: Lebih Dalam Lagi tentang Menulis Feature (II))

e-Penulis -- Lebih Dalam Lagi tentang Menulis Feature (II)
Edisi 160/Desember/2014

DAFTAR ISI
DARI REDAKSI: AYO MENULIS!
RENUNGAN NATAL: PALUNGAN YANG HILANG
TIP MENULIS: TEKNIK MENULIS FEATURE
PENA MAYA: SITUS KOMUNIKASI PRAKTIS


DARI REDAKSI: AYO MENULIS!

Shalom,

Hampir sebagian besar orang mengalami berbagai peristiwa dan situasi
yang berbeda setiap hari. Namun, tidak semua orang merespons dinamika
hidup ini dengan menuliskannya menjadi sebuah tulisan yang kreatif,
yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Jika Anda suka menulis,
kami memberikan informasi lengkap mengenai jenis tulisan yang bisa
Anda aplikasikan untuk mewujudkan respons kreatif Anda terhadap
peristiwa, situasi, bahkan aspek kehidupan seseorang, menjadi sebuah
tulisan yang kreatif, informatif, dan menghibur. Bacalah teknik
menulis "feature" yang kami sajikan dalam edisi ini, dan kami berharap
Anda bisa menerapkannya.

Tak lupa, di bulan Desember ini, segenap redaksi e-Penulis mengucapkan
"Selamat Natal  2014", kiranya kelahiran Kristus membawa sukacita,
damai, dan kasih bagi kita semua. Amin. Tuhan Yesus memberkati.

Staf Redaksi e-Penulis,
Santi T.
< http://pelitaku.sabda.org >


                 RENUNGAN NATAL: PALUNGAN YANG HILANG

Yesaya 1:13,  "Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh,
sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru
dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan
melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan."

Amos 5:21,  "Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak
senang kepada perkumpulan rayamu."

Seorang anak muda pernah menulis sebuah naskah drama Natal berjudul
"Palungan yang Hilang". Drama itu menceritakan tentang persiapan
perayaan Natal yang sangat meriah. Pernak-pernik Natal terlihat
menghiasi kota, pita serta lampu warna-warni semakin menyemarakkan
perayaan Natal yang akan dilangsungkan. Semua orang bersukacita,
tetapi tiba-tiba keceriaan mereka berubah menjadi kepanikan. Apa
gerangan yang terjadi? Ternyata palungan yang bagi mereka dianggap
sebagai simbol utama kehadiran Yesus raib dari tempatnya. Panitia
kalang kabut, bagaimana mungkin merayakan Natal tanpa palungan?
Mulailah mereka mencari-cari palungan itu, siapa gerangan yang telah
lancang mengambilnya. Warga pun ikut larut dalam kepanikan, dan
akhirnya mereka pun turun tangan membantu mencari palungan yang hilang
tersebut.

Tak lama mencari, mereka menemukan palungan itu. Kali ini, mereka
terkejut untuk kedua kalinya. Ternyata, palungan itu ditemukan di
rumah seorang janda miskin, ia tidak dapat membeli peti mati untuk
anaknya sehingga ia meletakkan mayat anaknya ke dalam palungan.

Kejadian yang ada di depan mata mereka merombak secara total konsep
mereka tentang Natal. Kekesalan karena seseorang telah mengambil
palungan itu serta merta sirna dari hati mereka. Semua panitia Natal
memutuskan untuk merayakan Natal di rumah sang janda, bukan dalam
kemewahan dan gemerlapnya lampu-lampu serta pernak-pernik Natal,
tetapi dalam ketiadaan. Mereka akhirnya mengerti bahwa Natal
sesungguhnya adalah bagaimana kita memaknai kelahiran Juru Selamat
dengan sebuah pengorbanan.

Dewasa ini, tidak sedikit gereja yang kehilangan "palungan"  setiap
kali merayakan Natal. Palungan di sini berbicara tentang kehadiran
Yesus, yang dampaknya dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitar
kita. Palungan yang hilang itu telah digantikan oleh rangkaian upacara
agamawi yang membuat puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan mata
terkagum-kagum. Rangkaian acara yang hanya memamerkan kebesaran
organisasi, kehebatan pribadi, dan daya tarik materi, yang hanya
mengundang pengagungan diri dari organisasi ini, telah menyingkirkan
palungan itu jauh-jauh dari perayaan Natal yang sebenarnya.

Natal yang sakral telah menjadi sumber hiburan yang mendatangkan
sukacita sesaat. Perselisihan, kebencian, dan permusuhan muncul hanya
karena mempersoalkan susunan acara dan warna, serta model seragam
panitia yang akan dikenakan. Sungguh-sungguh menyedihkan.

Kali ini, jangan biarkan perayaan Natal kita kehilangan makna,
melainkan temukan kembali palungan yang hilang selama ini. Lakukan
pembaruan yang akan membuat semua orang benar-benar merasakan
kehadiran Yesus di dalam Natal. Natal bukan soal kemeriahan, makanan,
kemewahan, dan decak kagum orang, melainkan bagaimana kehadiran Yesus
mengerjakan sebuah perubahan penting di dalam hati setiap orang.

DOA :
Ampuni kami, ya Tuhan Yesus, yang sering kali kehilangan makna
sesungguhnya tentang Natal yang kami rayakan. Perbaruilah hati dan
pikiran kami. Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa. Amin.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Belajar dari Alkitab
Alamat URL: http://mengerti-alkitab.blogspot.com/2011/12/palungan-yang-hilang.html
Penulis renungan: David Banyumas
Tanggal akses: 30 September 2014


                  TIP MENULIS: TEKNIK MENULIS FEATURE
                       Dirangkum oleh: Berlin B.

Dalam bukunya "Features Writing for Newspaper" (1975), DR. Williamson
mendefinisikan features sebagai tulisan kreatif yang terutama
dirancang guna memberi informasi sambil menghibur tentang suatu
peristiwa, situasi, atau aspek kehidupan seseorang. Feature memiliki
empat keistimewaan yang menjadi cirinya, yaitu kreatif, informatif,
menghibur, dan boleh subjektif. Kreatif berbicara tentang proses
penciptaannya, informatif tentang isi yang disampaikan, menghibur
tentang gaya penulisan yang digunakan, dan boleh subjektif tentang
cara penuturannya. Dengan demikian, feature dapat dikatakan sebagai
tulisan kreatif yang dimaksudkan terutama untuk menghibur dan memberi
informasi tentang suatu peristiwa, keadaan, atau aspek kehidupan, yang
kadang disampaikan secara subjektif.

Secara inti, penulisan feature adalah sama seperti penulisan  "hard
news" pada berita, yaitu mencakup enam unsur (1) What,  (2) Who, (3)
When, (4) Where,  (5) Why, dan  (6) How, atau  ",5W 1H". Sebelum mulai
menulis feature, tahap-tahap berikut ini ada baiknya diketahui dan
dilakukan penulis:

1. Menemukan peristiwa dan jalan cerita.
2. Cek, ricek, dan triple cek jalan cerita.
3. Memastikan sudut berita (point of view).
4. Menentukan lead atau intro/bagian pembuka.
5. Menulis berita.

Langkah-Langkah Menulis Berita

Menentukan Lead (pembuka). Ada beberapa jenis lead, antara lain:

1. Lead PASAK (Peg)

Apakah yang menjadi gara-gara atau pelatuk peristiwanya? Misalnya, ada
berita seorang ibu yang putus asa karena ditinggal suami kawin lagi.
Nah, pelatuk peristiwa inilah yang akan menjadi lead.

Putus asa karena ditinggal suami yang kawin lagi, seorang ibu tega
menggantung tiga anaknya kemarin siang di Cipanas. Ketiga korban
berumur  4,  6, dan  8 tahun itu masih berpakaian seragam sekolah
lengkap.

2. Lead PERTANYAAN

Ada berita tentang pemberantasan minuman keras di beberapa kota.

Berapa ratus Baileys-kah untuk memulihkan sebuah kebahagiaan?  Bismoko
(45) bukan nama sebenarnya, salah seorang peminum berat yang kepergok
kemarin di salah satu bar Jakarta, menjawab dua botol sekali minum,
dua kali sehari,  25 hari sebulan. Ia seorang pengusaha  (rekanan
pemerintah) yang sukses, tetapi seorang suami yang malang, menurut
pengakuannya.

3. Lead DESKRIPTIF

Ada berita tentang gempa bumi yang terjadi di Jakarta. Peristiwa itu
terjadi akibat adanya pergeseran lapis bumi di pantai Pelabuhan Ratu.

Gedung [...] masih mencakar langit sampai jam 14.35 kemarin, ketika
tiba-tiba puncaknya gemetar, hanya satu menit, lalu retak kecil
membelah dari atas sampai ke bawah. Tidak seorang pun penghuninya
sempat berteriak, tahu-tahu gedung itu sudah berubah jadi puing
berlepotan darah, korban gempa berkekuatan delapan pada skala Richter.

4. Lead LEDAKAN

Seorang lelaki keriput bagai buah markisa tua tertatih-tatih di tengah
peserta seminar parapsikologi kemarin di Jakarta. Tiba-tiba, sidang
gempar. Lelaki itu menghamburkan serbuk merica ke seluruh ruangan,
menyebabkan orang ramai bersin. Dengan itulah, seminar resmi dibuka.

Badan Berita

Setelah menentukan LEAD, kita perlu menginventarisasi jenis-jenis
keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan, yaitu JALAN CERITA dari
PERISTIWA yang hendak kita laporkan. Hasil inventarisasi inilah yang
perlu dibongkar pasang sampai terasa pas dengan JALAN CERITA yang
ditemukan. Itulah pula yang jadi subjudul dari berita.

Setelah merumuskan LEAD, mulailah kita menata BADAN BERITA. Satu hal
yang perlu diingat ialah tempatkanlah hasil inventarisasi yang kurang
penting di bagian belakang berita. Semakin kurang penting unsur
inventarisasi, semakin ke belakang tempatnya dalam berita. Inilah yang
dikenal dengan cara PIRAMIDA TERBALIK.

Yang perlu diperhatikan adalah fokus cerita jangan sampai menyimpang.
Buatlah kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan pendek
-pendek. Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil) mutlak
untuk pemanis sebuah feature. Kalau dalam berita, cukup begini:  Pak
Saleh mendapat penghargaan sebagai tukang parkir teladan. Paling hanya
dijelaskan sedikit soal Pak Saleh. Akan tetapi, dalam feature, kita
dituntut lebih banyak. Profil lengkap Pak Saleh diperlukan agar orang
bisa membayangkan. Namun, tak bisa dijejal begini: Pak Saleh, tukang
parkir di depan kampus itu, yang tangan kanannya buntung, umurnya  50
tahun, anaknya  9, rumahnya di Depok, dapat penghargaan. Data harus
dipecah-pecah. Alenia pertama cukup ditulis:  Pak saleh,  50 tahun,
dapat penghargaan. Lalu, jelaskan dari siapa penghargaan itu dan apa
sebabnya. Pak Saleh yang tangannya buntung itu merasa cukup haru,
ketika Bupati .... Di bagian lain disebut: "Saya tidak mengharapkan,"
kata lelaki dengan 9 anak yang tinggal di Depok ini. Dan, seterusnya.

Anekdot perlu untuk sebuah feature, tetapi jangan mengada-ada dan
dibuat-buat. Dan, kutipan ucapan juga penting agar pembaca tidak jenuh
dengan suatu reportase. Detail penting, tetapi harus tahu kapan
terinci betul dan kapan tidak. Preman itu tertembak dalam jarak  5
meter lebih 35 centi 6  milimeter ..., apa pentingnya itu?  Sebut saja
sekitar 5 meter. Akan tetapi, gol kemenangan Persebaya dicetak pada
menit ke-43, ini penting. Tidak bisa disebut sekitar menit ke-45
karena menit 45 sudah setengah main. Dalam olahraga sepak bola, menit
ke-43 beda jauh dengan menit ke-30. Bahkan, dalam atletik, waktu 10.51
detik banyak bedanya dengan 10.24 detik.

Penutup Feature

Jika badan berita sudah selesai, tinggallah membuat penutupnya. Dalam
berita, tidak ada penutup. Untuk feature, setidak-tidaknya ada empat
jenis penutup.

Penutup Ringkasan:
Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu
kembali ke intro awal atau lead.

Penutup Penyengat:
Membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti
kisah detektif saja. Misalnya, menulis feature tentang bandit yang
berhasil ditangkap setelah melawan. Kisah sudah panjang dan seru,
pujian untuk petugas sudah datang, dan bandit itu pun sudah menghuni
sel. Namun, penutup feature adalah: Esok harinya, bandit itu telah
kabur kembali. Penutup ini disimpan sejak tadi.

Penutup Klimaks:
Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis.
Jadi, penyelesaiannya jelas. Di masa lalu, ada kegemaran menulis
penutup yang singkat dengan satu kata saja:  Semoga. Sekarang, hal
seperti ini menjadi tertawaan. Ini sebuah bukti bahwa setiap masa ada
kekhasannya.

Penutup Tanpa Penyelesaian:
Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa merupakan taktik penulis
agar pembaca merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa
pula masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan,
tetapi tidak pasti kapan.

Demikian sekilas tentang teknik penulisan feature. Ide feature bisa
diperoleh dari berbagai hal. Bisa dari kelanjutan berita-berita
aktual, bisa mendompleng hari-hari tertentu, atau profil tokoh yang
sedang ramai dibicarakan. Yang penting ada newspeg (cantelan berita)
karena feature bukan fiksi. Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip
fiksi. Kalau bulan Mei, tulislah feature tentang Hari Kebangkitan
Nasional, misalnya. Jangan menulis feature tentang Pertempuran
Surabaya di bulan Mei ini.

Dirangkum dari:
Sudaryanto, S.Pd. "Tips Singkat Menulis Features". 
Dalam http://writingsdy.wordpress.com/2007/05/05/tips-singkat-menulis-features/
Degei, Yermias/MS. "Teknik Penulisan Feature". 
Dalam http://majalahselangkah.com/old/teknik-penulisan-feature/


                  PENA MAYA: SITUS KOMUNIKASI PRAKTIS

Situs Komunikasi Praktis berisi ragam tip   "Public Speaking",
Presentasi, MC, Jurnalistik, Menulis, Blogging, Humas, Komunikasi
Media, Media Online, Media Sosial, dll.. Situs ini diluncurkan sejak
29  September  2013. Jika Anda mengunjungi situs ini, Anda bisa
mendapatkan perkembangan informasi dalam berbagai bidang. Meski masih
tergolong baru, Anda tidak akan dikecewakan dengan informasi seputar
penulisan yang disajikan di dalamnya, termasuk mengenai feature. Jika
Anda ingin belajar lebih lagi mengenai presentasi, public speaking,
dll., Anda juga bisa mulai menjelajah situs ini dan mendapatkan
informasinya. (Santi T.)

http://www.komunikasipraktis.com/


Kontak: penulis(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Santi T., dan Berlin B.
Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org