Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/72

e-Penulis edisi 72 (14-10-2010)

Peranan Bahasa dalam Tulisan

__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
                         Edisi: 072/Oktober/2010
                   Tema: Peranan Bahasa dalam Tulisan
DARI REDAKSI__________________________________________________________

                       PESONA BAHASA KOMUNIKATIF

  Ingatkah Sahabat cerita Menara Babel dalam Perjanjian Lama? Kisah
  ini menggambarkan betapa kacau-balaunya manusia tanpa bahasa yang
  komunikatif. Barangkali, yang minta "batu" diberi "paku", yang minta
  "paku" justru diberi "batu". Maka patutlah kita syukuri dan
  manfaatkan pesona bahasa yang ada pada kita saat ini. Kita diberi
  alat komunikasi yang memungkinkan kita untuk berpikir, merangkai
  kata dan memahami sesama. Alangkah baiknya jika kita belajar untuk
  memakai anugerah ini secara komunikatif.

  Dalamr edisi e-Penulis kali ini, kami mengajak Sahabat Penulis
  menggali lebih dalam tentang daya tarik bahasa yang komunikatif
  dalam artikel "Peranan Bahasa yang Komunikatif dalam Literatur".
  Selain itu, kami juga menyajikan tips "Memilih Kata" bagi Sahabat
  Penulis yang rindu bergelut dengan kata-kata. Jangan juga lewatkan
  tokoh penulis yang memunyai pengaruh luas dalam bidang penerjemahan,
  Eugene A. Nida. Semoga sajian edisi ini menambah wawasan Sahabat
  Penulis, selamat membaca!

  Pimpinan Redaksi e-Penulis,
  Truly Almendo Pasaribu
  < uly(at)in-christ.net >
  http://pelitaku.sabda.org
  http://fb.sabda.org/penulis
______________________________________________________________________

                   Intisari dari komunikasi adalah
            berbicaranya satu hati kepada hati yang lain.
                        -- Elizabeth Yates --

DAFTAR ISI____________________________________________________________

  - Dari Redaksi: Pesona Bahasa Komunikatif
  - Daftar Isi
  - Artikel: Peranan Bahasa yang Komunikatif dalam Literatur
  - Tips: Memilih Kata
  - Tokoh Penulis: Pahlawan Penerjemahan Alkitab: Eugene A. Nida
  - Pena Maya: Xavier Quentin Pranata`s Blog

ARTIKEL ______________________________________________________________

            PERANAN BAHASA YANG KOMUNIKATIF DALAM LITERATUR
                  Diringkas oleh: Truly A. Pasaribu

     Bahasa bukanlah kumpulan kata yang diambil secara sembarangan.
     Bahasa memiliki daya pukau bila disusun dan ditempatkan pada
     kedudukan yang komunikatif. Dia mampu "membakar", "menangis" dan
     "bergembira". Bahasa yang komunikatif adalah bahasa yang hidup.

  "Pada mulanya adalah Firman. Firman itu bersama-sama dengan Allah
  dan Firman itu adalah Allah." (Yohanes 1:1) Tuhan berbicara kepada
  manusia dengan "Kata" (Firman). Dengan Katalah Dia menjadikan segala
  sesuatu di dunia ini. Kata itu sendiri menjadi "daging" (Yohanes
  1:14, terjemahan lama) dan berada di antara manusia. Tuhan
  menciptakan bahasa yang komunikatif untuk manusia, agar dengan
  demikian manusia dapat memahami dengan jelas tujuan Kata itu. Kata
  yang tidak bermakna menjadikan bahasa tidak bermakna dan membuat
  komunikasi tidak berlangsung dengan efektif.

  Pengertian Bahasa

  Bahasa bukanlah kumpulan kata yang diambil secara sembarangan.
  Bahasa memiliki daya pukau bila disusun dan ditempatkan pada
  kedudukan yang komunikatif. Dia mampu "membakar", "menangis", dan
  "bergembira". Bahasa yang komunikatif adalah bahasa yang hidup.
  Bahasa yang hidup di tengah-tengah masyarakat selalu mengikuti
  perkembangan manusia itu sendiri.

  Bahasa manusia sangat erat kaitannya dengan konsep-konsep, tingkah
  laku, kebudayaan, dan aspirasi masyarakat pemakainya. Betapa pun
  kunonya tingkat kebudayaan manusia, bahasa tetap cukup memadai dan
  komunikatif bagi kepentingan hidup mereka sehari-hari. Sesungguhnya
  bahasa berurusan dengan yang "komunikatif" dan yang "tidak
  komunikatif". Bahasa yang sudah tidak dipakai lagi berarti tidak
  lagi komunikatif dan ditinggalkan masyarakat pemakainya.

  Buku-buku, bahan bacaan maupun literatur yang tidak lagi komunikatif
  akan membeku dalam khazanah kebudayaan bangsa pemakainya. Kemajuan
  ilmu pengetahuan berjalan seiring dengan kemajuan bahasa. Ilmu
  pengetahuan memperkaya perbendaharaan kata-kata baru dan juga
  mengauskan kata-kata yang tidak dapat mendukung pengertian dalam
  perkembangan ilmu itu. Para penulis yang tidak hidup dengan
  perkembangan bahasa akan menciptakan bahan bacaan yang tidak
  komunikatif. Dapat dikatakan bahwa bahasa adalah proses yang
  terus-menerus memproses pengertian-pengertian yang menjalin
  komunikasi secara komunikatif di antara manusia yang hidup.

  Apa Komunikasi Itu?

  Sejak awal kita berbicara tentang sesuatu yang komunikatif. Apa
  sebenarnya bahasa yang komunikatif itu? Drs. Onong Uchjana Effendi
  dalam buku Dinamika Komunikasi (1986:3) mengatakan, "Komunikasi
  berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
  yang lain. Jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan
  orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain
  perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif." Di
  dalam Leksikon Komunikasi lebih lanjut dikatakan bahwa komunikasi
  erat kaitannya dengan makna.

  Peranan bahasa menjadi komunikatif berkat adanya makna yang
  dikandungnya. Setiap orang yang mengadakan komunikasi terpaut dengan
  konvensi. Aturan-aturan yang telah disepakati secara bersama oleh
  masyarakat pemakainya, lambang-lambang, dan tanda-tanda yang
  mendukung sesuatu pengertian. Bila proses itu berlangsung di antara
  dua atau tiga orang, maka terciptalah suatu suasana komunikatif. Dan
  peranan bahasa yang komunikatif ini sangat penting dalam proses itu.

  Pilihan Kata Dalam Lingkup Komunikasi

  Sadar atau tidak sadar, dalam komunikasi literatur orang memilih
  kata. Demikianlah pengarang berkomunikasi dalam tulisan melalui
  pilihan kata yang tepat. Apakah unsur-unsur yang perlu diperhatikan
  dalam konteks komunikasi ini? Pilihan kata agar komunikasi menjadi
  komunikatif?

  Di bawah ini ada beberapa pandangan yang perlu diperhatikan,
  unsur-unsur yang harus ada. Marwoto (1985:117-127) menyebutkan
  sebagai berikut.

  1. Situasi

     Unsur ini menyangkut jenis masalah yang hendak disajikan.
     Seorang penulis berhadapan dengan pelbagai jenis masyarakat yang
     memiliki jati diri sendiri. Dia harus mengetahui keadaan
     masyarakat yang ditujunya dan bagaimana kebiasaan mereka
     berbicara dan masalah apa yang sering menjadi pokok pemikiran
     bagi mereka. Apakah tulisan yang disajikan itu untuk kelompok
     orang muda, orang tua, ataukah untuk anak-anak. Apakah tulisan
     itu ditujukan kepada golongan tertentu, untuk kelompok awam
     ataukah untuk kelompok yang profesional, dan lain-lain.

  2. Makna

     Pilihan kata itu bermakna leksikal (menurut kamus) ataukah
     bermakna gramatikal (menurut tata bahasa) yang bersifat umum,
     tepat, dan saksama. Yang dimaksud di sini dengan kata tepat ialah
     sesuai dengan sintaksis, sedangkan kata saksama ialah yang sesuai
     dan benar dengan yang hendak dikatakan. Karena diksi inilah
     seorang pengarang harus memahami masyarakat yang ditujunya.
     Eugene A. Nida dalam bukunya "God`s Word" (1952:25) mengatakan
     bahwa "kata-kata untuk kehidupan yang religius haruslah berakar
     pada pengalaman hidup setiap hari orang yang merasakan kehidupan
     religius itulah kehidupan, bukan hanya sekadar teori yang rapi
     yang terpencil dari bagian kehidupan itu sendiri."

     Itulah sebabnya rasul Paulus berbicara mengenai bahasa yang hidup
     dalam surat yang ditulisnya kepada jemaat di Korintus (13:1) yang
     mengatakan betapa sia-sianya bahasa itu apabila tidak hidup dalam
     kehidupan itu sendiri, atau menjadi kehidupan itu. "Sekalipun aku
     berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat,
     tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang
     berkumandang dan canang yang gemerincing."

  Penggunaan Kata Secara Efektif

  Tulisan yang efektif adalah tulisan yang tepat guna. Penulis
  menimbang kata yang digunakannya sesuai dengan kodratnya dan
  memadukannya secara ekspresif. Penulis yang malas akan menggunakan
  kata-kata klise dengan harapan pembacanya akan langsung mengerti. Dia
  mengira bahwa kata-kata yang sudah lazim didengar dan diketahui oleh
  masyarakat akan segera memikat perhatian pembacanya dan pemahaman
  pun segera diperoleh. Penulis yang malas akan menghasilkan tulisan
  yang "malas" pula, alias tidak komunikatif sama sekali. Penulis
  harus setiap hari bergumul dengan kata-kata dan memilih kata
  spesifik yang mampu memberi warna dalam tulisannya.

  Seorang penulis harus jujur kepada dirinya sendiri. Dia mencari
  ungkapan-ungkapan yang otentik dengan kata yang bervariasi, bukan
  dengan kata-kata klise yang berbunga-bunga. Ini juga mengandung arti
  bahwa penulis harus memiliki kata-kata sendiri, yang khas dengan
  dirinya dalam berekspresi, sehingga kata-katanya menjadi kuat.
  "Alangkah kokohnya kata-kata yang jujur." (Ayub 6:25)

  Penerapan Kata yang Efektif dalam Tulisan

  Sekarang tibalah kita kepada masalah penerapan kata dalam tulisan
  yang efektif. Keefektifan itu berasal dari pikiran kita sendiri.
  Dari pikiran yang bening keluarlah buah pikiran yang bening. Dari
  pikiran yang tertib akan lahir tulisan yang efektif. Dari mana kita
  memperoleh pikiran yang bening? Pada umumnya pikiran yang bening
  diperoleh sebagai hasil penelitian dan pandangan yang cermat atas
  dunia sekeliling kita.

  Hanya orang yang cermat dapat melukiskan sesuatu dengan tepat. Orang
  yang cermat akan memandang sekitarnya dengan penuh perhatian, dia
  akan membaui sesuatu sebelum dia melukiskan keharumannya. Dia akan
  merekam warna, suara, rasa, selera dalam benaknya, dan kemudian
  mengolahnya dalam bentuk kalimat. Ada sesuatu yang sedang berproses
  dalam benaknya, proses yang mendalam dan terhayati atas lingkungan
  yang dapat diekspresikannya dengan rasa dalam bentuk tulisan yang
  cocok untuk itu.

  Bahasa yang komunikatif sangat erat kaitannya dengan proses yang
  berlangsung dalam benak kita. Penulis buku "An Introduction to
  Christian Writing", Ethel Herr (1983:41-48) memberi semacam diagram
  kepada kita di bawah ini. Diagram itu terbagi atas dua fase sebagai
  berikut.

  Fase I

  Langkah 1: Pancaindera dan pikiran melihat sebuah ide atau sinar ide
             atau katakanlah percikan ide.
  Langkah 2: Imajinasi mengawetkan dan membentuk ide itu.
  Langkah 3: Pena mengongkretkannya dalam "kata-kata".

  Fase II

  Langkah 1: Pancaindera dan pikiran membaca "kata-kata" itu.
  Langkah 2: Imajinasi mengkreasikan kembali serta mengevaluasi ide
             penulis.
  Langkah 3: Seluruh pribadi merespons dalam gaya hidup.
  Langkah 4: Mulut atau pena membagikan ide itu kepada orang lain
             dalam bentuk "kata-kata".

  Fase-fase ini memberikan gambaran kepada kita bahwa sesuatu yang
  hendak dikomunikasikan sudah harus lebih dahulu mengalami proses di
  dalam benak kita. Wujudnya yang imajiner dijelmakan dalam
  "kata-kata". Kalau yang imajiner ini sudah komunikatif dalam diri
  penulis, maka dia pun akan mampu mengungkapkannya dalam bentuk suatu
  ekspresi, melalui artikel, cerita, atau buku yang bersifat umum.
  Oleh karena itu, penulis harus menguasai kata. Kata dan ide yang
  bulat! Dan penulis yang baik "rakus" akan kata-kata; dia tidak akan
  puas dengan makna leksikal belaka. Dia akan menyesuaikan kata dengan
  kodratnya, dalam hubungan yang komunikatif di tengah-tengah
  masyarakat pemakainya. Bahkan, penulis yang kreatif "sakit" akan
  kata-kata. Kata-kata sendiri memunyai fungsi sebagai berikut.

  1. Kata yang memengaruhi orang dan yang membuat mereka:
     a. berpikir atau mengubah pikiran mereka,
     b. memperoleh emosi yang kuat,
     c. mengembangkan tabiat dan sikap,
     d. bertindak, dan
     e. membagikan pikiran mereka kepada orang lain.

  2. Kata-kata melambangkan ide-ide.
     Kata-katalah yang membalut konsep agar pikiran kita segar dan
     jiwa sosial kita mendorong kita berbagi rasa dengan orang lain.
     Jika kita memilih kata-kata dengan miskin, maka komunikasi
     menjadi rusak. Memilih kata-kata yang tepat itu memang amat
     penting

  3. Pemilihan kata dengan tepat membuat tulisan menjadi:
     a. jernih sehingga pembaca tidak perlu menebak-nebak apa yang
        dimaksud,
     b. tepat agar pembaca dapat percaya, dan
     c. terang agar pembaca ikut hanyut dan menikmati karya yang
        disuguhkan, ikut mengalami apa yang dialami pengarang atau
        penulisnya, turut mengambil bagian dan menyimpulkan sesuai
        dengan apa yang dikehendaki penulisnya.

  Apa yang Dikatakan Alkitab

  Di dalam Alkitab banyak dibicarakan tentang kata. Kata begitu
  penting dalam konteks Alkitab sebagaimana telah disinggung dalam
  bagian lain tulisan ini. Alkitab berbicara dan mengemukakan kata
  kepada semua golongan masyarakat. Ada kata-kata yang bersifat
  sastra, ada kata-kata yang amat sederhana yang digunakan rakyat
  jelata, ada kata untuk golongan menengah, ada kata untuk anak-anak.
  Semua lapisan masyarakat dibicarakan dalam Alkitab, semuanya dengan
  kata. Puncak dari semua kata terdapat dalam Alkitab, karena Kata itu
  telah menjadi "daging" dan hidup di antara manusia. Sekarang
  tergantung pada manusia itu sendiri bagaimana dia mengomunikasikan
  pengabaran itu sesuai dengan kondisi masyarakat pemakai bahasa yang
  beragam dan majemuk. Bahasa yang tidak cocok untuk satu masyarakat
  mungkin cocok untuk masyarakat lainnya. Bahasa yang sederhana
  umumnya komunikatif bagi semua golongan masyarakat. Semakin tinggi
  ilmu seseorang, semakin sederhana bahasanya dan semakin komunikatif
  pembicaraannya.

  Alkitab menggambarkan "firman" atau kata-kata itu bagaikan pelita
  yang menerangi jalan (Mazmur 119:105). Siapa yang tidak mengenal
  "pelita"? Kata dikatakan bagaikan pelita, dan segeralah terbayang di
  dalam benak pembaca lampu yang menerangi jalan yang gelap.
  Komunikatif, bukan? Di bagian lain dikatakan bahwa "perkataan yang
  diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di
  pinggan perak." (Amsal 25:11) Sungguh indah, bukan? "Perkataanku
  menetes laksana embun, laksana hujan renai ke atas tunas muda, dan
  laksana dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan." (Ulangan 32:2) "Aku
  akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam
  hati mereka." (Ibrani 8:10)

  Nah, pertanyaan yang perlu kita pikirkan adalah: Mana yang lebih
  komunikatif? Siapakah Anda? Apa pekabaran Anda? Bagaimana cara
  menyampaikannya?

  Diringkas dari:
  Judul artikel: Peranan Bahasa yang Komunikatif dalam Literatur
  Nama buku: Visi Pelayanan Literatur
  Penulis: Drs. Wilson Nadeak
  Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 1989
  Halaman: 33 -- 49

TIPS _________________________________________________________________

                      MEMILIH KATA DENGAN CERMAT
                   Diringkas oleh: Truly A. Pasaribu

     Seorang tukang kayu menggunakan serutan, pahat, dan gergaji untuk
     membuat sebuah perabot rumah. Seorang penulis menggunakan
     kata-kata, kalimat, dan alinea-alinea untuk membuat sebuah
     artikel atau cerita. Kemampuan menggunakan alat-alatlah yang
     membedakan hasil karya hebat dan hasil karya biasa.

  Setiap penulis harus belajar menggunakan kata-kata secara tepat. Dia
  perlu peka dengan pilihan katanya. Dengan demikian dia seyogianya
  mencermati beberapa kelompok kata berikut ini.

  1. Kata-Kata yang Usang

     Setiap kali Anda tergoda untuk memakai kata-kata usang, cobalah
     cari kata lain yang memunyai makna yang mirip. Seorang penulis
     menganggap sebuah buku menarik jika buku itu memang menimbulkan
     gairah, menggerakkan semangat, berisi informasi, memesona,
     mengasyikkan, baru, atau aneh. Dia dapat menyatakan seorang gadis
     menarik dengan menuliskan bahwa gadis itu pintar, luwes,
     memesona, sigap, atau berbakat. Banyak kata penuh warna yang
     dapat digunakan penulis untuk menyatakan seorang anak manis,
     seorang ibu jelita, atau sebuah rumah indah. Kemampuan menulisnya
     akan meningkat kalau ia menggunakan kata-kata yang banyak
     menyajikan citra bagi pembacanya.

  2. Kata-Kata yang Tidak Perlu

     Penulis perlu menahan diri untuk menulis banyak kata, jika satu
     atau dua kata saja sudah cukup. Contohnya, "Menurut
     pembicara,...." adalah lebih baik daripada "Pembicara beropini
     bahwa...." Seorang penulis yang baik tidak kenal ampun dalam
     memangkas kata-kata kosong yang tidak perlu, usang, dan
     melelahkan. Setiap kata memiliki tugas masing-masing. Seorang
     penulis hendaknya memastikan apakah tiap kata telah melaksanakan
     tugas masing-masing secara efisien dan jelas.

  3. Kata-Kata Bombastis

     Kata-kata bombastis sering kali tidak tepat digunakan. Mereka
     seperti pakaian yang kedodoran. Beberapa penulis menggunakan
     kata-kata bombastis untuk mengesankan pembacanya atau menutupi
     ketidakmampuannya. Semakin berpengalaman seorang penulis, semakin
     ia sadar betapa pentingnya menyatakan satu ide dalam kata-kata
     yang dimengerti dan ringkas.

     K.E. Eapen, kepala Departemen Jurnalisme di Hislop College,
     Nagpur, India, di hadapan delegasi peserta Seminar Penulis
     Kristen Internasional berkata: "Tidak ada hukum yang mengatakan
     bahwa Anda harus menggunakan kata-kata bombastis ketika menulis
     atau berbicara. Banyak kata-kata sederhana dan yang bagus yang
     dapat digunakan untuk menyatakan semua yang ingin Anda katakan
     sama baiknya dengan kata-kata bombastis. Barangkali
     diperlukan waktu sedikit lebih banyak untuk menemukan kata-kata
     sederhana itu, tetapi ini dapat berarti banyak, karena kita semua
     mengenal kata-kata sederhana itu."

     "Kata-kata sederhana bergerak lincah sementara kata-kata
     bombastis berdiri kaku, atau lebih jelek lagi, menghalangi apa
     yang ingin Anda katakan. Tidak benar bahwa kata-kata sederhana
     itu tidak bisa mengatakan sesuatu dengan baik.", 4. Kata Kerja adalah Kata Kunci

     Kalau kata-kata kerja dipilih secara baik, mereka akan
     menimbulkan gerak dalam penulisan. Mereka memberi semangat dan
     kehidupan bagi kalimat-kalimat, menjadi titik tengah yang
     dilingkari oleh kata-kata lainnya.

     Alkitab adalah buku yang paling baik untuk diajak konsultasi
     dalam latihan menggunakan kata kerja. Pada drama ilahi ini,
     kata-kata kerja menyatakan kasih dan kekuasaan Allah. Kata kerja
     aktif menyatakan seperti apa Allah itu. Ia mencipta dan
     menghancurkan. Ia mengutus, berucap, mengasihi, menyelamatkan,
     dan memaafkan. Ia mengadili, memuliakan, dan melihat ke bawah. Ia
     melihat, memanggil, mengajari, menenteramkan, menjanjikan,
     membuat perjanjian, memenuhi janji, Ia menerangkan, berkehendak,
     bekerja, dan tidak berubah.

     Dengarlah irama dan alunan kata-kata dalam Mazmur dan lihat
     bagaimana kata kerja memberi arti kepada sesuatu yang abstrak.

       "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala
       memberitakan pekerjaan tangan-Nya. Hari meneruskan berita itu
       kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada
       malam." (Mazmur 19:2-3)

   Seorang peserta lokakarya di Green Lake mengungkapkan perasaannya
   tentang pentingnya kata-kata:

     "Bagiku kata-kata dapat mengubah dunia. Kata-kata lebih berharga
     daripada emas atau berlian apabila digunakan secara disiplin dan
     baik. Buku-buku yang selama ini ditulis dengan bimbingan Roh
     Kudus, akan bertahan selamanya. Alkitab telah membuktikan itu
     selama berabad-abad."

  Diringkas dari:
  Judul artikel terjemahan: Kata-Kata Adalah Alat
  Judul buku: Menjadi Penulis: Membina Jemaat yang Menulis
  Judul asli buku: Write the Vision
  Penulis: Marion van Horne
  Penerbit: PT BPK Gunung Mulia, Jakarta
  Halaman: 7 -- 10

TOKOH PENULIS_________________________________________________________

             PAHLAWAN PENERJEMAHAN ALKITAB: EUGENE A. NIDA
                    Diringkas oleh: Truly A. Pasaribu

  Eugene A. Nida merupakan salah satu orang yang berjasa dalam
  revolusi penerjemahan Alkitab. Nida lahir pada 11 November 1914 di
  Oklahoma City, Oklahoma, AS. Dia dan keluarganya pindah ke Long
  Beach, California ketika dia berumur lima tahun. Dia mulai
  mempelajari bahasa Latin di bangku SMA dan rindu menjadi misionaris
  dalam bidang penerjemahan Alkitab.

  Dia semakin dekat dengan impiannya ketika dia meraih gelar sarjana
  dalam bidang bahasa Yunani pada tahun 1963 dari Universitas
  California di Los Angeles dengan predikat "summa cum laude". Setelah
  itu, dia melanjutkan pendidikannya ke Summer Institute of
  Linguistics (SIL). Nida kemudian meraih gelar doktoral dalam bidang
  Perjanjian Baru berbahasa Yunani dari Universitas California
  Selatan. Pada tahun 1943, dia menyelesaikan studinya dan mendapatkan
  gelar Ph.D. dalam bidang ilmu bahasa di Universitas Michigan.

  Tahun 1943 merupakan masa-masa sibuk bagi Eugene Nida. Dia menikahi
  Althea Sprague dan bekerja di American Bible Society (ABS) sebagai
  ahli bahasa. Nida akhirnya menjadi wakil sekretaris untuk divisi
  Versi Alkitab, dan kemudian menjadi sekretaris eksekutif untuk
  divisi Penerjemahan Alkitab sampai dia pensiun pada awal tahun 1980-an.

  Sesaat setelah bekerja di ABS, Nida langsung dikirim untuk mengikuti
  serangkaian misi di Afrika dan Amerika Latin. Dia bekerja dengan
  para misionaris-penerjemah untuk memecahkan masalah kebahasaan dan
  mencari penerjemah lokal. Saat itu, dia menyadari bahwa dia tidak
  hanya perlu memeriksa terjemahan, tetapi dia juga perlu mendidik
  para penerjemah untuk meningkatkan efektivitas penerjemahan mereka.
  Kemudian, dia berkunjung ke berbagai daerah, menyusun lokakarya
  pelatihan, serta membangun jaringan penerjemahan dan struktur
  organisasi yang akhirnya mendunia: United Bible Societies
  Translations Program yang tiada henti-hentinya bekerja dengan
  ratusan bahasa daerah di seluruh dunia.

  Nida ingin menciptakan suatu teori yang dapat mengomunikasikan Injil
  dengan lebih efektif dan menghapuskan segala macam hambatan budaya
  dan masalah kebahasaan. Kemudian, dia menulis "Toward a Science of
  Translating" (Menuju ke Ilmu Penerjemahan) (Brill, 1964) dan "The
  Theory and Practice of Translation" (Teori dan Praktek Penerjemahan)
  (Brill, 1969, dengan C.R. Taber). Dua buku yang berpengaruh tersebut
  menguraikan teorinya yang dia sebut sebagai "penerjemahan padanan
  dinamis yang tidak mengubah makna", yang kemudian disebut
  Kesepadanan Fungsional. Teori Nida membantu penerjemah menangkap
  makna dan nada yang diusung oleh bahasa sumber tanpa harus terikat
  dengan struktur bahasanya. Teorinya ini sangat penting,
  revolusioner, dan meyakinkan. Buktinya, ratusan naskah dapat
  diterjemahkan dengan efektif karena menerapkan teori tersebut.

  Bersama Jan de Waard Nida menulis buku "From One Language to
  Another" (Dari Satu Bahasa ke Bahasa Lain) (Nelson, 1986) yang
  berisi penjelasan tambahan mengenai teori Kesepadanan Fungsional.
  Selain itu, Nida juga meluncurkan berbagai macam buku dan artikel
  tentang subjek-subjek penting, seperti penafsiran, semantik,
  struktur wacana, serta analisa semantik lengkap tentang
  perbendaharaan kata dalam Perjanjian Baru berbahasa Yunani. Nida dan
  Louw juga menerbitkan sebuah kamus leksikon bahasa Yunani-Inggris
  untuk Perjanjian Baru berdasar pada aspek semantiknya: "The Greek-
  English Lexicon of the New Testament based on Semantic Domains"
  (UBS, 1988).

  Nida dalam karyanya di bidang penerjemahan bahasa daerah menunjukkan
  bahwa penerjemah perlu mengutamakan aspek kejelasan komunikasi
  dengan menggunakan bahasa dan gaya bahasa yang mudah dipahami untuk
  menjangkau orang-orang yang sama sekali belum pernah mengenal Injil.
  [Dengan didasari oleh hal itu], maka perjanjian Baru berbahasa
  Spanyol yang disebut sebagai Versi Populer diterbitkan pada tahun
  1966 di bawah kepemimpinan William Wonderly. Pada waktu hampir
  bersamaan, Alkitab Today`s English Version (TEV) diterbitkan di
  bawah kepemimpinan Robert G. Bratcher, seorang rekan Nida. Versi
  [Perjanjian Baru] itu merupakan karya yang sangat sukses. Lusinan
  juta salinannya terjual bahkan sebelum [keseluruhan Alkitab selesai
  diterjemahkan dan] diterbitkan pada tahun 1976.

  Kesuksesan tersebut membuat banyak gereja mengakui efektivitas teori
  Kesepadanan Fungsional dalam mengomunikasikan isi Alkitab dengan
  jelas. Pada tahun 1986, United Bible Societies (UBS) dan Vatikan
  bekerja sama untuk menerapkan prinsip-prinsip Kesepadanan Fungsional
  dalam ratusan proyek penerjemahan Alkitab yang sedang dikerjakan.

  Eugene A. Nida merupakan seorang pelajar, guru, pemimpin, tokoh
  berpengaruh, penyusun konsep, inovator, dan penyusun teori yang
  berpengaruh. Dia juga merupakan tokoh yang tiada duanya, baik dalam
  sejarah perkembangan UBS maupun dalam hal dampak di seluruh dunia.
  Karya, organisasi, dan gagasannya menentukan arah perkembangan dan
  penerjemahan Alkitab. Terima kasih untuknya; dunia penerjemahan
  Alkitab dan penelitian penerjemahan telah diperkaya dan ditantang
  menjadi sebuah bidang studi dan wacana yang menarik untuk digeluti.

  Diringkas dari:
  Nama situs: Bio Kristi
  Judul artikel terjemahan: Biografi Singkat Eugene A. Nida
  Alamat URL: http://biokristi.sabda.org/biografi_singkat_eugene_a_nida

  Diterjemahkan dari:
  Judul asli artikel: Brief Biography of Eugene Nida
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Penerjemah: Dian Pradana
  Nama situs: Eugene A. Nida Institute for Biblical Scholarship
  Alamat URL: http://www.nidainstitute.org/

PENA MAYA_____________________________________________________________

                    XAVIER QUENTIN PRANATA`S BLOG

  Setiap orang membutuhkan penyegaran dalam kesehariannya. Bermula
  dari menulis buku, Xavier Quentin Pranata, seorang jurnalis yang
  turut merintis berdirinya majalah BAHANA dan lulusan STTII ini
  memiliki kerinduan untuk membagikan pengalaman pribadinya dengan
  Tuhan kepada para pembaca di dunia maya, yang dijabarkan dalam
  bentuk cerita, puisi, maupun ulasan buku karangannya.

  Dalam situs ini, Anda akan menemukan kisah-kisah inspirasi,
  motivasi, renungan, kata-kata mutiara, dan humor segar yang dapat
  membangkitkan semangat. Kelebihan dari situs ini ialah isi situs
  yang sering diperbarui rata-rata lima postingan setiap kalinya.
  Dalam situs ini tersedia kotak pencarian dan peta situs (sitemap)
  yang memudahkan pengunjung untuk dapat mencari artikel sesuai dengan
  topik yang diinginkan. Bagi para pembaca yang gemar mengoleksi
  karya-karya Xavier Quentin Pranata dapat mengikuti perkembangan
  terbaru di bagian Rilis Terbaru (New Release). Melalui situs ini,
  Anda juga dapat menghubungi penulis melalui email, shoutbox, maupun
  dengan mengirimkan komentar. (DIY)

  ==> http://xavier.web.id

  Diambil dari:
  Nama situs: SABDA.org
  Alamat URL: http://sabda.org/publikasi/icw/1146/
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Sri Setyawati dan Truly A. Pasaribu
Kontak redaksi/kirim bahan: penulis(at)sabda.org
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan  < unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org>
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis
Situs PELITAKU: http://pelitaku.sabda.org
Facebook: http://fb.sabda.org/penulis
Twitter: http://twitter.com/sabdapenulis
Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org
______________________________________________________________________
Melayani sejak 3 November 2004
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
Copyright (c) 2010 e-Penulis / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org