Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/95

e-Penulis edisi 95 (20-10-2011)

Komunikator Kristen yang Andal (II)

__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
                        Edisi 095/Oktober/2011
               Tema: Komunikator Kristen yang Andal (II)

DAFTAR ISI
DARI REDAKSI: PENULIS DAN IMAN KRISTEN
TIP MENULIS: TANTANGAN MENJADI KOMUNIKATOR KRISTEN YANG CAKAP
TOKOH PENULIS: BANG MULA HARAHAP
PENA MAYA: CORAT-CORET BAHASA

                DARI REDAKSI: PENULIS DAN IMAN KRISTEN

Menjadi penulis adalah hal yang mudah, dengan banyak menulis kita
sudah menjadi seorang penulis. Namun untuk menjadi penulis
profesional, kita perlu memunyai wawasan yang luas, kemahiran yang
mumpuni, dan dasar-dasar pemikiran sebagai seorang penulis
profesional. Berkaitan dengan hal ini, bagaimana kita menjadi seorang
penulis Kristen yang cakap? Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki.
Salah satunya kita harus memiliki pengetahuan tentang firman Tuhan.
Sebagai seorang penulis Kristen, kita sering kali diperhadapkan dengan
tema tulisan yang membahas norma-norma atau konflik sosial yang
dipandang dari sudut pandang Alkitab. Paling tidak, seorang penulis
Kristen harus dapat memberikan sebuah pandangan tentang sebuah masalah
yang dikupas dari sudut pandang iman Kristen.

Dalam edisi kali ini, e-Penulis menyertakan kiat untuk menjadi seorang
penulis Kristen yang cakap dan bertanggung jawab. Inilah tantangan
seorang penulis Kristen. Dia harus dapat mengembangkan pengetahuannya
tentang firman Tuhan. Dia bukan hanya sekadar membaca Alkitab sampai
selesai, melainkan harus bisa meneliti latar belakang, konteks, dan
maksud yang terkandung dalam nas-nas Alkitab. Bukan hanya itu saja,
seorang penulis Kristen harus dapat melihat atau meneliti
masalah-masalah yang tidak tercatat secara literal dalam Alkitab, dan
berusaha mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan hal tersebut
sampai menemukan kesimpulan, yaitu gagasan yang mencerminkan tulisan
Kristen. Dengan begitu, tulisannya bukan hanya sekadar tulisan fiksi
atau tulisan tanpa dasar, melainkan sebuah tulisan Alkitabiah yang
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan iman Kristen.

Selamat membaca! Tuhan Yesus memberkati.

Redaksi Tamu e-Penulis,
Yonathan Sigit
< http://pelitaku.sabda.org >

"Kita tidak harus menunggu datangnya inspirasi itu kita sendirilah
yang menciptakannya". -- Stephen King

                     TIP MENULIS: TANTANGAN MENJADI
                     KOMUNIKATOR KRISTEN YANG CAKAP

Mengubah kehidupan moral masyarakat yang tidak tulus bukanlah hal yang
mudah. Oleh karena itu, komunikator atau penulis Kristen yang ingin
berperan dalam pekerjaan yang mulia ini, perlu memiliki kecakapan dan
profesionalisme yang tinggi.

1. Dia harus tahu firman Tuhan.

Kita meyakini bahwa dalam Alkitab, Allah memberi petunjuk tertulis
yang terbaik dan tepat untuk setiap masalah yang dihadapi manusia.
Komunikator Kristen tidak harus lulusan sekolah teologi, tapi harus
memiliki dasar yang kuat akan cerita dan arti Kitab Suci secara
keseluruhan. Telinganya harus akrab dengan ajaran Perjanjian Lama,
Tuhan Yesus, dan para rasul. Lebih dari itu, dia harus menghayati
prinsip-prinsip yang digambarkannya, karena Alkitab tidak secara
spesifik menyinggung semua masalah modern (misalnya, aborsi atau
kloning manusia). Kalau dia belum tahu firman Tuhan yang relevan untuk
permasalahan tersebut, dia harus rajin mencari tahu. Semuanya ini
penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat umum. Menyampaikan
kebenaran Allah dalam bentuk yang bisa diterima oleh khalayak yang
sekuler atau penganut agama lain, justru menuntut keterampilan yang
lebih tinggi.

2. Dia harus tahu bidang yang dibahasnya.

Lebih gampang mengkritik daripada membangun. Panggilan orang Kristen
adalah membangun. Untuk memberi solusi yang konstruktif itu, kita
harus memahami prinsip-prinsip yang berlaku secara spesifik untuk
bidang itu, dan praktiknya di lapangan. Hal ini juga menyangkut
pengetahuan akan pemahaman moral yang berlaku dalam bidang tersebut,
baik di dalam maupun luar negeri. Melihat hal ini, alangkah baiknya
kaum profesional Kristen memanfaatkan media yang ada, untuk
membicarakan masalah moral yang dihadapinya, untuk kepentingan sesama
profesional dan masyarakat luas. Jadi, dokter membicarakan etika
medis, pengacara atau hakim membicarakan etika hukum, pengusaha
seperti Max De Pree membicarakan etika dunia bisnis. Mengenai
nilai-nilai di Barat, Dr. Cooray berkata, "Nilai-nilai dan institusi
dari keadaban serta agama dan moralitas yang menopangnya, merupakan
peralatan yang kuat apabila dianjurkan dengan penalaran yang baik dan
toleransi". Untuk "penalaran yang baik", diperlukan pengertian yang
baik pula.

3. Dia harus tahu permasalahan yang dibahasnya.

Saya pernah membuat suatu karangan tentang aborsi. Penuh semangat
sebagai Kristen yang baru dan penulis pemula, saya memaparkan alasan
bahwa janin merupakan makhluk yang hidup, dan saya memberi dasar hukum
untuk menyatakan itu -- yang berarti dia harus dilindungi oleh hukum
juga. Kemudian saya mengirim tulisan saya kepada suatu organisasi di
Kanada yang memperjuangkan hak hidup bayi dalam kandungan. Tulisan
saya ditanggapi seseorang yang mengucapkan apresiasinya untuk
kepedulian saya. Lalu, dia menjelaskan bahwa status hidup dari janin
sebenarnya sudah terbukti secara hukum. Yang menjadi masalah bukan
itu. Masalah yang sebenarnya pengadilan tidak mengakui janin itu
sebagai seorang pribadi, yaitu manusia sesungguhnya, sehingga hak
hidupnya tidak dilindungi secara hukum. Mungkin aneh kedengarannya,
tetapi itulah kenyataannya. Saya mengambil pelajaran dari pengalaman
itu, bahwa semangat dan niat baik saja tidak cukup untuk memberi
sumbangan demi mengatasi masalah serumit dan sekompleks itu. Apalagi
kalau jumlah orang yang berlawanan pendapat banyak dan berkuasa.

Memperjuangkan kehidupan moral bangsa kita yang lebih baik, menuntut
niat baik dan pengetahuan serta dedikasi tinggi. Diperlukan juga sikap
tidak mengenal kompromi serta semangat pantang menyerah. Melihat ini
baiklah kita mendengar perkataan John Wesley kepada William
Wilberforce, sesaat sebelum Wesley meninggal. Wilberforce sudah lama
memperjuangkan pembebasan budak, tapi impiannya belum terwujud. Kata
Wesley kepadanya, "Janganlah lelah berbuat baik".

Diambil dari:
Judul buku: Mengomunikasikan Pesan Kristiani yang Kreatif Berbobot Enak Dibaca
Penulis: Dr. Miriam Adeney
Penerbit: Yayasan Komunikasi Bina Kasih
Halaman: 6 -- 7

                  TOKOH PENULIS: BANG MULA HARAHAP
               Dirangkum oleh: Truly Almendo Pasaribu

Tidak susah menggambarkan ciri-ciri fisik tokoh perbukuan Indonesia
ini. Perawakannya tinggi, wajahnya berewokan, rambutnya gondrong, dan
beruban. Dari logatnya, Anda bisa langsung menebak asal sukunya,
Batak. Banyak orang mengenalnya sebagai pejuang dunia perbukuan,
tetapi sebenarnya Bang Mula Harahap adalah seorang penulis, editor,
penerjemah, sekaligus pemerhati budaya.

Sejak kecil, Bang Mula, yang bernama lengkap Armyn Mulauli Harahap,
sudah terpesona dengan bermacam-macam buku bacaan. Betapa beruntungnya
dia bisa mewujudkan kecintaannya ini dalam dunia karier. Dia mulai
menulis cerita-cerita untuk majalah anak-anak "Kawanku". Kemudian
selama 13 tahun, dia menjadi editor penerbit buku BPK Gunung Mulia.
Minatnya terhadap dunia perbukuan mendorongnya untuk mendirikan
penerbitan buku yaitu "Komindo Mitra Utama". Bang Mula memahami
seluk-beluk distribusi perbukuan. Buku referensi, ilmu pengetahuan,
dan sastra merupakan santapan harian Mula Harahap.

Dari tahun 1988 sampai 2006, Mula Harahap aktif menjadi Sekretaris
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Saat bertugas menjadi sekretaris
IKAPI, gagasannya mendapat perhatian dari para pencinta buku. Salah
satunya, Mula Harahap mengkritik ide para penggagas Undang-Undang
perbukuan demi kepentingan penerbit. Baginya, undang-undang tersebut
hanyalah upaya orang-orang yang tidak memahami dunia penerbitan buku.
Menurutnya, peraturan itu membuat dunia penerbitan lesu karena
pemerintah ikut campur dalam proyek mereka. Undang-Undang ini juga
menyebabkan bubarnya Perhimpunan Masyarakat Gemar Membaca (PMGM).

Setelah masa jabatannya sebagai sekretaris IKAPI berakhir, Mula
Harahap tetap terlibat dalam IKAPI. Dia masih memberi perhatiannya
kepada Yayasan Adi Karya, yayasan di bawah naungan IKAPI yang
memberikan penghargaan kepada buku-buku terbaik. Dia juga terlibat
aktif sebagai pengurus YOKOMA, sebuah organisasi di bawah naungan
Persatuan Gereja Indonesia (PGI).

Saat bekerja di Gunung Mulia, Mula Harahap menemukan tulang rusuk
kariernya atau belahan jiwanya, seorang gadis berdarah Ambon marga
Tahapary, yang di kemudian hari melahirkan dua orang anak. Di mata
anaknya, Riri Harahap, penulis berambut sebahu itu mendidik dengan
cara yang cukup unik dan berbeda dibandingkan orang tua lain. Semasa
bersekolah dia tidak pernah dituntut mendapat nilai yang bagus. Riri
telah memberinya seorang cucu. Dengan demikian, dalam budaya Batak,
Mula Harahap adalah opung yang dihormati dan dianggap sepuh. Akan
tetapi, dia lebih memilih dipanggil abang yang mencerminkan
semangatnya untuk menulis.

Walaupun telah lama tinggal di pulau Jawa, Bang Mula masih tekun
memerhatikan budaya aslinya. Dia sangat prihatin melihat perkembangan
sastra Batak saat ini. Menurutnya, bahasa Batak akan hilang. "Bahasa
itu seperti hutan tropis, setiap tahun akan ada yang hilang," katanya
menganalisis dengan serius. Di samping menerbitkan umpasa
(perumpamaan) Batak, diperlukan juga sastra Batak yang bisa
beradaptasi dengan perkembangan zaman, katanya lebih lanjut.

Saat menghadiri undangan acara Taman Bacaan Masyarakat di Solo pada
tahun 2010, Bang Mula sudah terlihat sakit-sakitan. Akan tetapi,
banyak orang yang tidak menyangka Bang Mula dipanggil ke rumah Bapa
pada tanggal 16 September 2010, karena komplikasi maag dan darah
tinggi. Dunia penerbitan kehilangan seorang tokoh yang dapat dikatakan
sebagai "guru" bagi para penerbit. Salah satu pejuang perbukuan
Indonesia itu kini telah menemukan ujung dari perjalanan hidupnya.
Semoga warisan semangat juangnya tetap tinggal di hati para pencinta
buku dan penulis di Indonesia.

Dirangkum dari:
1. ________________. Mula Harahap [OBITUARI]. Dalam
   http://indonesiabuku.com/?p=6893
2. Kristanto, Purnawan. Bang Mula. Dalam
   http://www.sabdaspace.org/bang_mula
3. Indonesia-saram. Mengenang Mula Harahap. Dalam
   http://www.sabdaspace.org/mengenang_mula_harahap
4. Suramang, Amang. Dari `Si Kuntjung` ke Gunung Mulia.
http://tokohbatak.wordpress.com/2009/06/23/mula-harahap

                    PENA MAYA: CORAT-CORET BAHASA

Corat-Coret Bahasa merupakan blog yang secara khusus membahas hal-hal
seputar bahasa dan sastra. Blog ini bisa memberikan masukan bagi
mereka yang memunyai minat dalam bahasa Indonesia. Artikel yang
disajikan dalam situs ini dibahas dengan sudut pandang ilmu bahasa.
Pembahasannya ringan dan relevan dengan masalah kebahasaan yang kita
hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, artikel-artikel ini
tidak tersusun dalam kategori yang sistematis, sehingga jika Anda
mencari artikel dalam situs ini, Anda perlu memanfaatkan mesin
pencarian. Salah satu keistimewaan blog ini adalah beragam tautan
situs kepenulisan. Melalui blog ini, Anda bisa mengenali situs-situs
apa saja yang membahas seputar kebahasaan. Jika Anda mengaku peminat
bahasa dan sastra Indonesia, sepatutnya Anda mengunjungi blog ini.
(TAP)

==> http://indonesiasaram.wordpress.com/

Kontak: < penulis(at)sabda.org >
Redaksi: Truly Almendo Pasaribu, Sri Setyawati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org/ >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/penulis >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org