Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/9 |
|
e-Penulis edisi 9 (18-7-2005)
|
|
<><============================><>*<><=============================><> ><><>< e-Penulis ><><>< (Menulis untuk Melayani) Edisi 009/Juli/2005 <><============================><>*<><=============================><> TEKNIS PENULISAN RENUNGAN <><============================><>*<><=============================><> =#= DAFTAR ISI =#= * Dari Redaksi : Trampil Menulis Renungan * Artikel : Teknik Penulisan Renungan * Renungan : Apakah Ia Sungguh Peduli? * Pojok Bahasa : Adil Tidak Selalu Bijaksana * Seputar CWC : 1. Kesaksian 2. Tulisan Baru di CWC * Surat Anda : Terima Kasih <><============================><>*<><=============================><> =#= DARI REDAKSI =#= Salam Kasih dalam Kristus Yesus, Menulis renungan memang berbeda dengan menulis tulisan ilmiah atau artikel. Meskipun ada orang yang mengatakan bahwa menulis renungan bukanlah suatu hal yang sulit, tapi tetap saja dibutuhkan kemampuan eksegese atau refleksi mendalam dari penulis agar menghasilkan suatu renungan yang berkualitas atau berbobot. Pengalaman hidup dekat dengan Allah juga menjadi salah satu modal utama dalam membuat renungan. Selain hal-hal di atas, masih adakah hal-hal lain yang perlu diketahui untuk bisa menulis renungan dengan baik dan bermutu? Berkaitan dengan hal tersebut, e-Penulis Edisi Juli 2005 secara khusus menyajikan artikel yang mengulas topik tentang "Teknik Penulisan Renungan". Silakan simak baik-baik artikel tersebut dan kami harap wawasan Anda akan lebih diperluas. Kami juga menampilkan sebuah contoh tulisan renungan yang kami harap dapat menolong. Selain itu, Anda dapat menyimak sajian Kolom Pojok Bahasa yang membahas tentang kata "adil" dan "bijaksana". Dan, bagi Anda yang tidak ingin ketinggalan informasi terbaru dari Situs CWC (Christian Writings` Club), silakan simak Kolom Seputar CWC. Tanpa berpanjang kata lagi, langsung saja Anda menyimak sajian kami. Selamat menyimak! (Puj) Tim Redaksi <><============================><>*<><=============================><> =#= ARTIKEL =#= TEKNIK PENULISAN RENUNGAN ========================= "Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu, dan tulislah itu pada loh hatimu" (Amsal 7:3). Menulis sebuah renungan tidaklah sulit, bahkan paling mudah dibandingkan dengan menulis paper, artikel, atau skripsi. Karena di samping halamannya sangat terbatas, kurang lebih satu sampai dua setengah halaman, juga tidak membutuhkan pemikiran yang ilmiah dengan penuh catatan kaki. Renungan hanyalah sebuah pendapat penulis dengan cara mengeksegese sebuah ayat atau perikop, disimpulkan, lalu direfleksikan ke konteks kehidupan kita sehari-hari. Dengan merefleksikan ayat-ayat ke dalam konteks kehidupan kita sehari-hari, maka akan membuat sebuah renungan menjadi hidup dan bermanfaat bagi para penikmat renungan. A. TUJUAN Menulis renungan mempunyai tujuan, sebagai berikut: PERTAMA, menjelaskan (Ulangan 27:8; Matius 13:36; Lukas 24:27; Kisah Para Rasul 11:4, 18:26) sesuatu persoalan firman Allah yang ada. Penjelasan ini jangan mengada-ada, tetapi sesuai apa yang dikatakan firman Allah. KEDUA, membantah (Kisah Para Rasul 15:2, 18:28, 23:9). Bukan membantah Tuhan, sebab kalau kita membantah Tuhan, maka kita akan mendapatkan hukuman yaitu murka-Nya (Yesaya 45:9). Membantah di sini adalah bila kita melihat firman Allah diselewengkan dan kita perlu meluruskannya, maka di sinilah fungsi menulis sebuah renungan: membantah firman yang diselewengkan menjadi benar. KETIGA, mendukung (Ulangan 1:31; 2Raja-raja 23:3) firman Allah. KEEMPAT, melontarkan gagasan baru yang mendidik (Amsal 6:23, 22:6, 29:17; Daniel 1:5; Kisah Para Rasul 7:22, 22:3; Efesus 6:4; 2Timotius 3:16; Titus 2:4, 2:12). KELIMA, memberi jalan keluar (Keluaran 18:20; Ulangan 8:6, 26:17; 1Raja-raja 2:3; 1Samuel 12:23; Ayub 38:19; Mazmur 16:11, 23:3, 37:34, 51:15, 67:3, 139:24, 143:8; Amsal 3:17, 4:28; Yesaya 62:10; Daniel 4:37; Hosea 14:10; Yohanes 14:6; 1Korintus 10:13) kepada orang yang sedang mengalami kesesakan. KEENAM, memberi peringatan atau menasihati (Keluaran 18:19; 1Raja- raja 12:6; Mazmur 32:8, 73:24; Amsal 12:15, 13:10, 19:20; Kisah Para Rasul 20:2; Efesus 6:4; Filipi 2:1; 1Timotius 1:5; Kisah Para Rasul 11:23, 13:43, 14:22; 2Timotius 4:22; Titus 2:15; Ibrani 3:13; 1Petrus 2:11, 5:12) saudara seiman yang sedang belok dari jalan Allah. KETUJUH, memompakan semangat atau menghibur (Kisah Para Rasul 14:22; 1Tesalonika 2:11; Yesaya 49:13, 61:2, 66:13; Yeremia 31:13; Matius 5:4; Yohanes 11:19; Kisah Para Rasul 13:15; Roma 1:12; 1Korintus 14:3; 2Korintus 1:4, 2:7, 7:4; Efesus 6:22; Kolose 4:8, 2:2; 1Tesalonika 3:7, 5:14; 2Tesalonika 2:17) agar saudara seiman yang sedang dalam kesesakan kembali berjalan dalam Allah dan kembali menaruh harapan kepada Allah. B. MACAM-MACAM RENUNGAN Sebenarnya macam renungan sama seperti macam-macam khotbah karena di samping bisa ditulis, juga bisa dikhotbahkan. 1. Renungan Topikal Renungan yang dilakukan secara topik yang bagian-bagian utamanya diambil dari topiknya atau pokoknya, lepas dari teks. Jadi, setiap bagian dari pokok ulasan mengandalkan arti yang sama dan mendukung topik utama yang diambil dari ayat-ayat dan kitab-kitab baik dalam satu kitab maupun dari kitab-kitab yang berbeda. 2. Renungan Tekstual Suatu renungan yang bagian-bagian utamanya diperoleh dari satu teks yang terdiri atas suatu bagian Alkitab yang pendek. Setiap bagian ini dipakai suatu garis saran dan teks memberikan tema renungan itu. Jadi, renungan tekstual ini mengandalkan pada eksegese kata per kata, bukan kalimat per kalimat. 3. Renungan Ekspositori Suatu renungan dimana suatu bagian Alkitab yang pendek atau panjang diartikan dalam hubungan dengan satu tema atau pokok. Bagian terbesar materi renungan diambil langsung dari nas Alkitab tersebut dan kerangkanya terdiri dari serangkaian ide yang diuraikan secara bertahap dan berpangkal pada satu ide utama. Jadi, renungan ekspositori mengandalkan pada eksegese kalimat (ayat) per kalimat (ayat) dalam sebuah perikop. C. MODEL KEPENULISAN AYAT BACAAN -- PENDAHULUAN -- PERTANYAAN -- URAIAN/EKSEGESE -- PENUTUPAN -- REFLEKSI PENDAHLUAN PERTANYAAN URAIAN/EKSEGESE PENUTUPAN REFLEKSI Ayat Racaan ----------- Ayat bacaan ini digunakan sebagai dasar pembahasan renungan yang hendak dibahas. Ayat bacaan ini lebih baik satu perikop, tetapi bisa juga beberapa ayat dari perikop atau kitab yang berlainan. Hal ini tergantung kepada sasaran yang hendak dituju. Pendahuluan ----------- Pembukaan renungan ini bisa dimulai dengan ilustrasi, pendapat seseorang, peristiwa, pribahasa atau sebuah ayat, bahkan sepenggal perikop. Panjangnya tak lebih dari 10% atau satu alinea. Pertanyaan ---------- Beri satu atau dua pertanyaan. Pertanyaan ini berkaitan dengan topik yang dibicarakan. Fungsi pertanyaan ini adalah memperlihatkan adanya persoalan dalam sebuah renungan itu, dimana persoalan ini yang nantinya harus dijawab dengan tuntas. Panjangnya setengah atau satu alinea. Uraian (eksegese) ----------------- Melakukan eksegese ayat baik secara per kata maupun satu ayat yang dijadikan ayat bacaan. Biasanya hal ini dibagi menjadi dua sampai tiga butir kecil, dimana setelah membahas butir-butir kecil itu boleh diberi ilustrasi atau tidak sama sekali. Ini tergantung apakah eksegese tersebut sederhana (tidak rumit) untuk dipahami. Tapi, bila susah untuk dipahami lebih baik diberi ilustrasi. Panjang uraian 60% atau empat sampai lima alinea. Dalam eksegese inilah yang menentukan apakah renungan ini mendalam atau tidak. Kalau penguasaan bahasa aslinya Ibrani dan Yunani kita lemah, kemungkinan eksegesenya tidak mendalam. Kalau kita hanya menggunakan eksegese untuk modal bahasa Indonesia, maka sudah pasti kita cukup meragukan hasilnya. Karena Alkitab Bahasa Indonesia yang diterjemahan LAI masih banyak kesalahan terjemahan. Jadi, sebagai eksegesetor kita harus selalu berorentasi ke bahasa aslinya. Penutupan --------- Menyimpulkan hasil eksegese. Penutup ini menentukan pengembangan refleksi, karena itu isi penutupan perlu sesuai dengan topik yang sedang dibahas, jangan membelokkan topik. Panjangnya 5% atau satu alinea. Refleksi -------- Apa yang telah dihasilkan dalam kesimpulkan direfleksikan kepada kehidupan pembaca, sehingga tujuan dari renungan itu sampai kepada pembaca. Peranan refleksi ini sangat penting. Kalau hasil eksegese itu baik dan tidak direfleksikan kepada pembaca, maka semua itu akan sia-sia. Bagi pembaca hasil eksegese itu masih merupakan bahan mentah yang harus diolah, kemudian oleh pembaca dimakan secara perlahan-lahan. Hasil refleksi akan dijadikan pedoman hidup bagi pembaca. Panjangnya 24,5% atau satu atau dua alinea. D. POSISI ILUSTRASI DI MANA? Ilustrasi merupakan penyegar yang sangat penting dalam sebuah renungan. Karena di samping ilustrasi itu untuk memperjelas arti dari eksegese atau refleksi, juga memperingan atau mempersantai penyajian renungan itu. Pembaca tidak merasa atau menjadi bosan karena adanya ilustrasi. Ilustrasi bisa berupa sebuah peristiwa yang aktual atau peristiwa yang klasik (bersejarah), tentang keteladanan hidup para tokoh, pribahasa atau kutipan perkataan orang-orang `bijak`. Ilustrasi bisa menekankan pada hal-hal humor atau serius. Hal ini tergantung kepada eksegese yang dilakukan, apakah berat atau ringan. Bila berat, lebih baik ilustrasinya humor, tetapi bila ringan lebih baik ilustrasinya yang serius. E. MOTIVASI, TEKUN, DAN BERSUNGGUH-SUNGGUH Lalu, bagaimana cara agar trampil menulis renungan? Jangan berpikir bahwa menulis renungan itu susah, tetapi sangat mudah. Yang perlu kita kembangkan dalam diri kita adalah motivasi, ketekunan, dan kesungguhan. Dengan motivasi bahwa diri kita ingin bisa menulis renungan, akan memudahkan kita untuk menghasilkan sebuah renungan. Dengan tekun terus-menerus berlatih menulis renungan, akan mempertajam daya pikir dan daya tulisan kita. Dengan sungguh-sungguh berharap -- renungan itu berbobot -- menulis renungan, maka semakin lama hasil renungan itu semakin berbobot. Jadi, kunci agar bisa menulis renungan dengan baik adalah tidak memerlukan rumusan seperti matematika dengan dalil-dalilnya yang harus kita hafal. Itu tidak perlu! Yang diperlukan adalah terus- menerus berlatih dengan tekun! Karena menulis renungan adalah sebuah ketrampilan, maka ketrampilan ini yang harus dilatih sepanjang hari, sepanjang waktu, dan sepanjang jam. F. SARANA RENUNGAN Kalau kita sudah menghasilkan renungan, lalu sarana bagaimana yang bisa digunakan oleh sebuah renungan? Ini juga tidak sulit. Sebenarnya banyak sarana yang bisa kita gunakan seperti: berkhotbah, buletin-buletin gereja, warta jemaat, majalah-majalah Kristen, atau bahkan buku-buku renungan harian. Nah, untuk hal ini, kita perlu banyak mencari tahu, terutama mengkoleksi buletin-buletin gereja, warta jemaat, majalah-majalah Kristen, atau buku renungan harian untuk dipelajari: renungan harian yang bagaimana mereka butuhkan? Panjangnya, sasarannya atau pembaca, dan isinya. Bila kita sudah mempelajari apa yang dikehendaki oleh media tersebut, tinggal kita mencari waktu berhubungan dengan redaksi tersebut, dan barulah bila redaksi menyetujui kita menulis, maka kita menulis. F. KESIMPULAN Ketrampilan menulis sebenarnya mempersiapkan masa depan kita. Karena itu, penulis yang cukup produktif bernama C.S. Lewis mengatakan: "Masa depan adalah sesuatu yang setiap orang dapat mencapainya." Dan Thornton Wilder berkata: "Masa depan adalah sesuatu yang paling mahal dan paling mewah di dunia." Penulis Amsal pun mengatakan "... masa depan sungguh ada, dan harapanmu..." (Amsal 23:18), lalu disambung dengan Amsal 24:14, yang berbunyi, "Jika engkau mendapatnya, maka ada masa depan." Jadi, jelas bahwa kita perlu meraih masa depan kita dengan cara menyiapkan sedini mungkin. Bila tidak, jangan berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil, karena yang tidak adil adalah diri kita sendiri. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Teknik Penulisan Literatur Judul Artikel : Teknik Penulisan Renungan Penulis : Harianto G.P. Penerbit : Agiamedia, Bandung, 2000 Halaman : 106 - 112 <><============================><>*<><=============================><> =#= RENUNGAN =#= Berikut ini kami berikan contoh renungan yang ditulis oleh Tanie Maria Silviasari. Semoga menolong Anda untuk belajar tentang bagaimana menulis renungan. APAKAH IA SUNGGUH PEDULI? ========================= Bacaan: Matius 4:35-41 Ketika murid-murid Tuhan Yesus tengah menghadapi angin topan yang dahsyat, dalam kepanikan mereka membangunkan Tuhan Yesus yang sedang tidur sambil berkata, "Guru, apakah Engkau tidak peduli kalau kita binasa?" Pertanyaan yang sama seringkali muncul dalam pikiran kita di saat kita tengah menghadapi masalah yang berat. "Apakah Tuhan sungguh-sungguh peduli dengan masalah kita? Benarkah Ia turut merasakan kesedihan dan kesulitan yang tengah kita hadapi?" Adakalanya kita merasa Tuhan begitu jauh dan doa-doa kita serasa membentur langit-langit kamar tanpa pernah sempat Ia pedulikan. Kita sulit mempercayai bahwa Tuhan yang bersemayam dalam tahta-Nya yang megah di surga turut merasakan penderitaan kita. Saat Saulus yang belum bertobat sedang dalam perjalanan menuju ke Tarsus, ia bertemu dengan Tuhan Yesus secara langsung. Lalu, apa yang dikatakan-Nya? "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" (Kisah Para Rasul 9:4) Bukankah Saulus belum pernah bertemu dengan Yesus secara langsung? Bukankah ia bahkan tidak pernah turut mengotori tangannya dalam peristiwa penyaliban Kristus? Namun ternyata penganiayaan yang dilakukannya terhadap jemaat Tuhan sama dengan penganiayaan terhadap Yesus sendiri. Tuhan berterus terang dengan jelas mengatakan bahwa penganiayaan tersebut melukai diri- Nya. Ia bukan sekadar bersimpati dan merasa kasihan terhadap anak- anak-Nya yang tertindas, melainkan lebih dari itu, Ia turut mengalami dan merasakannya. Bila hari ini Anda meragukan apakah Tuhan masih mempedulikan kehidupan Anda, maka sekarang tak ada alasan lagi untuk bersikap demikian. Kasih setia Tuhan tak pernah luntur dan janji-Nya tak pernah diingkari-Nya. Ia telah berjanji untuk terus menyertai kita senantiasa sampai akhir zaman. Tak peduli betapa sulitnya masalah yang Anda hadapi atau betapa remehnya hal yang Anda doakan, jangan pernah menyangka bahwa Ia tidak sungguh-sungguh mendengarkannya. Ia sungguh peduli kepada Anda. /Tanie Maria Silviasari <><============================><>*<><=============================><> =#= POJOK BAHASA =#= ADIL TIDAK SELALU BIJAKSANA =========================== Alkisah, Raja Salomo dihadapkan pada suatu perkara yang rumit. Seorang bayi sedang diperebutkan dua orang ibu. Mereka masing-masing mengaku sebagai ibu kandung bayi tersebut dan oleh karena itu berhak atasnya. Hakim-hakim seluruh negeri sudah angkat tangan dan kehilangan pegangan dalam memberikan keputusan. Maklum saja, saat itu belum ada teknologi uji DNA. Raja bersungut-sungut, tapi tetap saja ia berpikir. Sejenak kemudian, tiba-tiba raja menghunus pedangnya dan berseru, "Kalau begitu mari kita bikin keputusan yang adil! Aku akan membelah bayi ini menjadi dua bagian yang sama, sehingga kalian masing-masing akan mempunyai separuhnya!" Ibu gadungan bersorak kegirangan, "Hidup Raja Salomo yang adil!" Sedangkan ibu kandung sang bayi itu memucat wajahnya, lalu buru-buru bersimpuh di kaki Sang Raja dan memohon dengan pilu. "Ampun Tuanku Baginda Raja, hamba ikhlaskan putra hamba diserahkan kepada ibu itu seutuhnya. Janganlah Tuanku memainkan pedang ...." Raja Salomo terharu, dan tiba-tiba saja tertawa, "Ha ... ha ... ha ..., aku sudah mendapatkan keputusan." Kedua ibu itu terbengong- bengong dan harap-harap cemas. "Aku tetapkan, kaulah wanita mulia, ibu kandung bayi ini!" Raja Salomo menyerahkan sang bayi kepada ibu yang berlutut di hadapannya. Legalah sang ibu kandung itu. Kisah inilah yang antara lain membuat Raja Salomo disebut sebagai raja yang bijaksana. Dari kisah itu pula kita bisa mengambil hikmah bahasa yang unik: makna kata `adil` sangat berbeda dengan makna kata `bijaksana` (apabila tidak dapat dikatakan bertolak belakang). Kita bisa menguji kedua kata itu dengan contoh kasus lain. Kita memiliki kain selebar 10 m2 dan ingin membaginya menjadi dua bagian. Dikatakan adil jika masing-masing pihak memperoleh kain selebar 5 m2. Hanya saja, jika dua orang itu berbeda fisiknya (katakanlah yang satu gemuk sehingga 5 m2 tadi kurang untuk membuat sebuah baju, sementara yang satunya kurus sehingga kain tadi bersisa percuma) apakah tindakan membagi dua sama besar itu adil? Jelaslah bahwa keputusan yang adil itu tidaklah selalu bijaksana. Dalam hal pembagian kain di atas, biarlah kita tidak berbuat adil asal bijaksana. Seyogyanya kain tadi dibagi menjadi dua bagian dengan 6 m2 untuk si gemuk dan 4 m2 untuk si kurus. Dengan begitu keduanya bisa memperoleh baju tanpa ada kain yang terbuang percuma. Lucunya, kita sering menggabungkan kata adil dan bijaksana tadi. Padahal sesungguhnya hal itu tidak akurat dan tak serasi. Kalau adil, bilang saja adil, artinya sama rasa sama rata. Soalnya, bijaksana belum tentu adil. Bahkan belakangan ini, apa-apa yang digolongkan bijaksana ternyata lebih sering berpretensi negatif. Tidak percaya? Kalau ada orang yang mendatangi Anda dan berkata, "Minta kebijaksanaan dong Pak/Bu, supaya ada uang kebijaksanaan gitu ...?" Positifkah niatnya? Bahan dikutip dari sumber: Judul Majalah : Intisari Edisi April 2004 Judul Artikel : Adil Tidak Selalu Bijaksana Penulis : Lie Charlie Halaman : 152 - 153 <><============================><>*<><=============================><> =#= SEPUTAR "CHRISTIAN WRITERS` CLUB" (CWC) =#= 1. Kesaksian ------------ Pada edisi yang lalu e-Penulis telah mengangkat topik mengenai "Teknis Penulisan Artikel" dengan menyajikan bahan-bahan penuntun yang bermanfaat bagi Anda yang sedang belajar untuk menulis artikel. Nah, pada kesempatan ini, Redaksi mengajak pelanggan e-Penulis untuk ikut mempromosikan tulisan artikel yang telah Anda tulis ke Situs CWC. Harapan kami tulisan-tulisan Anda dapat menjadi saluran berkat bagi para pengunjung Situs CWC. Bagi Anda yang ingin tulisannya dimuat di Situs CWC, Anda harus menjadi anggota terlebih dahulu. Untuk itu, silakan berkunjung ke Situs CWC, dan mendaftar menjadi anggota. Bagi Anda yang sudah menjadi anggota, silakan login dan klik link "Kirim Tulisan" di bagian Main Menu. Isilah form yang tersedia dengan informasi dan juga tulisan yang hendak Anda kirimkan ke Situs CWC. Dan, jangan lupa untuk memilih topik "Artikel" pada pilihan topik. OK, kami tunggu tulisan artikel Anda di Situs CWC. Mari kita saling memberkati dengan membagikan tulisan kita melalui Situs CWC. ==> http://www.ylsa.org/cwc/ 2. Tulisan Baru di CWC ---------------------- Berikut berbagai judul tulisan yang dikirimkan oleh anggota selama Juni 2005: * Trilogi Oleh : gsm * Kesetiaan Oleh : doeth * Dari Kata ke Wacana Oleh : Arie_Saptaji * Kado Kejutan Oleh : Arie_Saptaji * Jangan Mencetak Generasi Miskin Oleh : sarapanpagi * Huta Ginjang Oleh : spsinambela Untuk membaca, memberi tanggapan (khusus anggota), atau mengirimkan tulisan ke rekan Anda, silakan mengarahkan browser Anda ke: ==> http://www.ylsa.org/cwc/ <><============================><>*<><=============================><> =#= SURAT ANDA =#= Dari: koko ramosta <kokoramosta@> >Kepada Yth. Pengelola Staf-penulis@sabda >di tempat. > >Dalam damai Yesus Kristus, >Saya mengucapkan terima kasih atas kiriman Email staf-penulis >kepada saya pada tanggal 28 Juni 2005. Good Bless You! Redaksi: Terima kasih atas email Anda. Kami berharap, Anda senantiasa mendapat berkat dari Publikasi e-Penulis yang Anda terima. Ok, kami tunggu sharing Anda. Tuhan memberkati! <><============================><>*<><=============================><> Staf Redaksi: Tesa, Krist, Hardhono, dan Puji Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-penulis@xc.org Berhenti : Kirim e-mail kosong ke: unsubscribe-i-kan-penulis@xc.org Kirim bahan : Kirim e-mail ke <staf-penulis@sabda.org> Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/ <><============================><>*<><=============================><> Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN. Copyright(c) e-Penulis 2005 YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/ http://www.sabda.org/katalog/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati <><============================><>*<><=============================><>
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |