Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/8

e-Penulis edisi 8 (28-6-2005)

Teknis Penulisan Artikel


<><============================><>*<><=============================><>
                       ><><>< e-Penulis ><><><
                       (Menulis untuk Melayani)
                         Edisi 008/Juni/2005
<><============================><>*<><=============================><>
                       TEKNIS PENULISAN ARTIKEL
<><============================><>*<><=============================><>
=#= DAFTAR ISI =#=
    * Dari Redaksi  : Apakah Menulis itu Mudah?
    * Artikel (1)   : Teknis Menulis Artikel
              (2)   : Penyesatan Berkenaan dengan Kesucian Hidup
    * Pojok Bahasa  : Sekali Lagi, Peluluhan Fonem
    * Seputar CWC   : 1. Bahan Tutorial
                      2. Tulisan Baru di CWC
    * Stop Press    : Permohonan Maaf
    * Surat Anda    : e-Penulis Membawa Inspirasi dan Semangat Menulis

<><============================><>*<><=============================><>
=#= DARI REDAKSI =#=

  Salam damai dalam Kristus,

  Walaupun ada penulis-penulis yang mengatakan bahwa menulis itu
  gampang, tapi dalam praktiknya menulis sebuah artikel yang mampu
  menembus media massa tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
  Ada beberapa aturan dan pedoman yang harus kita ketahui agar artikel
  yang kita kirim ke media tidak diabaikan begitu saja oleh
  redaksinya. Hal-hal apa saja yang perlu dipelajari dalam menyusun
  sebuah artikel sehingga dapat dimuat di media cetak? Untuk menjawab
  pertanyaan tersebut, maka e-Penulis Edisi Juni 2005 ini menghadirkan
  sebuah Artikel menarik mengenai bagaimana cara menulis artikel
  kristiani yang bisa menembus media cetak yang ditulis oleh Harianto
  G.P. Selain itu, silakan simak juga artikel karangan Pdt. Erastus
  Sabdono, M.Th. di Kolom Artikel.

  Pojok Bahasa akan melengkapi pengetahuan Anda untuk memakai Bahasa
  Indonesia dengan baik dan benar. Redaksi berharap, kiranya, sajian
  e-Penulis kali ini dapat menolong Anda untuk semakin maju dalam
  ketrampilan Anda menulis. Dan, bila Anda sudah berhasil menulis
  artikel, jangan lupa mempublikasikannya melalui Situs CWC atau
  publikasi e-Penulis.

  Selamat menulis artikel! (Har)

  Tim Redaksi

<><============================><>*<><=============================><>
=#= ARTIKEL (1) =#=

                        TEKNIS MENULIS ARTIKEL
                        ======================

  Artikel mempunyai dua arti: (1) barang, benda, pasal dalam undang-
  undang dasar atau anggaran dasar; (2) karangan, tulisan yang ada
  dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya. Tetapi, kita akan lebih
  jelas lagi dengan penguraian Webster`s Dictionary yang mengartikan
  bahwa artikel adalah a literary compositon in a journal (suatu
  komposisi atau susunan tulisan dalam sebuah jurnal atau penerbitan
  atau media massa).

  Namun, pada kesempatan ini yang dibahas adalah artikel ilmiah
  populer teologis, bukan artikel ilmiah sekuler. Sedangkan artikel
  nonilmiah teologis akan dibahas pada lain waktu.

  A. Lahan Kerja Artikel Ilmiah Populer Teologis

  Artikel ilmiah populer teologis memang belum begitu populer
  dibandingkan dengan di negara-negara Barat, tetapi di Indonesia
  sudah merebak sejak tahun 1949 dengan terbitnya majalah Katholik
  Praha (1949-1986), menyusul majalah Katholik Basis (1951-kini), baru
  majalah Kristen Protestan Ragi Buana (1963-1972), Sitaresmi, majalah
  Katholik Hidup (1971-kini), majalah anak-anak AMI (1987-kini),
  Bahana (1989-kini). Tampil, Narwastu, Kita (1993-kini), Tiang Api
  (1995-kini), Lentera (1997-kini), Eva (1997-kini), Karismata (1997-
  kini), ada juga majalah Harmoni (1998).

  Di atas adalah majalah yang diterbitkan oleh yayasan, bukan gereja.
  Lalu, majalah yang diterbitkan di bawah gereja (sinode) adalah:
  Suara Baptis (1967-kini), Gema Anugerah (1980-kini), Kairos (1992-
  1997), Gema Pemulihan (1995-kini), REM (1997-kini), Sahabat Gembala,
  Kalam Hidup, dan masih banyak lagi. Sedangkan jurnal yang terbit
  adalah: Pelita Zaman (1974-kini), Forum Biblika (1992-kini), Gema
  (Duta wacana), Pengarah (Tiranus), Stulas (STTB), Veritas (SAAT),
  juga Geneva (STT IAA).

  Bukan hanya berada di majalah, tetapi kini juga merebak buku
  renungan yang cukup berbobot seperti: Penuntun Harian (1995-kini),
  Santapan Harian, Segarlah Jiwamu, Rajawali, dan banyak lagi.

  Bukan hanya yang tercatat di atas, tetapi masih banyak lagi yang
  luput dari pengamatan di atas. Karena belum termasuk buletin-buletin
  di gereja-gereja, bahkan warta jemaat. Semuanya itu membutuhkan
  artikel-artikel ilmiah populer teologis.

  Juga, bila seseorang hendak merencanakan membuat sebuah buku, bisa
  saja berasal dari kumpulan artikel yang sudah ia tulis, bahkan dari
  kumpulan artikel yang sudah ia publikasikan. Sekarang banyak sekali
  buku yang terdiri dari kumpulan artikel yang sudah dipublikasikan.
  Jadi memang benar, bahkan artikel sangat banyak lahannya. Kalau
  begitu mengapa kita mesti ragu dan takut kalau-kalau artikel yang
  kita buat, tidak bisa dipublikasikan? Atau, artikel yang kita buat
  tidak bermanfaat sama sekali? Jangan ragu!

  B. Perangkat yang Dibutuhkan

  Arswendo mengatakan bahwa menulis itu gampang. Juga, banyak orang
  mengatakan bahwa menulis itu gampang. Siapakah yang mengatakan
  demikian? Kalau saja hanya sekadar menulis, memang gampang sekali:
  tinggal punya ide, lalu comot footnote dari buku ini itu atau dari
  artikel ini itu, lalu diberi kesimpulan, dan jadilah sebuah artikel.
  Kata Arswendo, "Itu kan hanya untuk memberi motivasi kepada manusia
  agar mau menjadi penulis. Tetapi, kenyataannya bukan begitu! Menulis
  yang standar dan berbobot itu cukup susah. Standar dan berbobot,
  artinya bisa dipublikasikan di media massa; baik media massa Kristen
  maupun bukan Kristen."

  Untuk artikel yang standar dan berbobot, banyak perangkat yang kita
  butuhkan sebagai berikut:

  1. Perangkat Dasar
     - Penguasaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
     - Penguasaan editing.
     - Penguasaan komputer meski hanya program WS atau Word.
     - Penguasaan dasar biblika yang harus ditopang dengan sedikit
       bisa menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, dan
       sedikit memparsing bahasa Ibrani dan Yunani. Lalu diperdalam
       dengan eksegeses PL atau eksegeses PB tergantung kebutuhan.

  2. Perangkat Peningkat
     - Mampu mengembangkan ide-ide yang sedang menjadi persoalan
       aktual di tengah masyarakat.
     - Mampu menerjemahkan nilai-nilai firman Allah ke dalam bahasa
       yang sangat populer dan halus.
     - Mampu menganalisis sebuah artikel yang bisa dimuat di media
       massa satu dengan yang lain. Di sini perlu terjadi dialog
       antara redaktur artikel di media massa tersebut dan seorang
       penulis.
     - Banyak membaca dan mencari referensi untuk artikel yang sedang
       ditulisnya. Tentu saja bahan yang dicari dan dibaca berkaitan
       dengan temanya.
     - Mengadakan penelitian baik penelitian singkat maupun secara
       detail terhadap masalah yang sedang ditulisnya, sehingga bobot
       akademisnya tampak jelas.

  C. Berlatih Terus-menerus

    "Tak ada sesuatu yang berarti datang dengan mudah. Separo usaha
    tidak berarti memberikan separo hasil, atau bahkan tidak
    memberikan hasil sama sekali. Bekerja, bekerja terus, dan bekerja
    keras merupakan satu-satunya untuk memperoleh hasil pada
    akhirnya."  -Hamilton Holt

    "Jika sesuatu dilakukan dengan upaya kerja keras dan bukannya
    dengan bakat, maka itu merupakan kemungkinan pengganti yang paling
    baik."  -James A. Garfield

  Dua Pepatah di atas sebenarnya sudah bisa menjawab ulasan bagian
  ini, jika kita mau berhasil, maka kita harus bekerja keras. Gagal
  sekali, terus ulangi lagi. Gagal dua kali, ulangi lagi. Gagal tiga
  kali, ulangi lagi. Kita harus terus-menerus mengulanginya, pasti
  suatu saat kita akan berhasil. Karena Allah memang memberi kemampuan
  kepada kita untuk berhasil.

  Menulis, berarti kita memasuki dunia ketrampilan. Semakin sering
  seseorang menulis, maka ia semakin trampil. Semakin trampil
  seseorang menulis, maka ia semakin menghasilkan tulisan yang
  berbobot. Karena ia harus trampil bertata bahasa dan EYD yang baik,
  juga trampil menuangkan gagasan yang ada, trampil membaca kondisi
  masyarakat, trampil mencari footnote, dan trampil untuk menperdalam
  masalah. Begitu juga kalau seseorang harus belajar bahasa Inggris,
  Ibrani, dan Yunani, semakin giat menghafalkan kata-kata baru dan
  melatih menerjemahkan, maka ia semakin trampil menghasilkan
  terjemahan yang tepat. Begitu juga dengan orang yang membuka
  Alkitab, semakin giat membuat Alkitab, maka ia paham di mana letak
  kitab-kitab beserta pasal dan ayatnya. Untuk semua ini, maka Holt
  dan Garfield menyarankan agar kita bekerja keras. Coba lagi, coba
  lagi, coba lagi, dan coba terus!

  D. Orentasi pada Publikasi

  Kalau seseorang hendak membuat artikel, alangkah baiknya
  diorentasikan untuk dipublikasikan di sebuah media massa. Dengan
  demikian, ia akan melatih berpikir secara nasional demi kepentingan
  orang banyak. Di samping itu, ia tidak asal menulis artikel, tetapi
  otomatis berpikir: Berapa panjang halaman artikel? Tema-tema mana
  yang harus ditulis dan ditajamkan? Ulasan yang bagaimana yang
  dibutuhkan oleh media massa yang bersangkutan? Apakah footnote yang
  akan ditulis seperti menulis footnote paper atau model, footnote
  yang ada dalam artikel? Apakah harus memperlihatkan kutipan ayat,
  atau sama sekali menghilangkan, bahkan diuraikan secara tersamar?
  Kapan artikel yang hendak ditulis ini harus selesai: apakah harus
  mengejar aktualitas, atau tidak sama sekali?

  Jadi, dengan berorentasi pada publikasi, maka kita secara otomatis
  harus memenuhi apa yang dibutuhkan atau kriteria bagaimana yang
  harus dimuat di media massa yang bersangkutan.

  Hal ini bisa kita latih melalui sebuah proses pengenalan kita pada
  artikel-artikel yang ada di media massa. Pengenalan ini tidak saja
  kita mengadakan survei apa yang dibutuhkan media massa satu dengan
  yang lain, tetapi alangkah baiknya bila kita juga mengenal
  redakturnya. Dengan demikian, kita bisa selalu me-recheck apakah
  artikel yang sudah kita tulis bisa dimuat di media tersebut, atau
  tidak. Dengan demikian, kita jadi tidak ragu-ragu lagi untuk menulis
  artikel berikutnya untuk media yang sama. Kalau toh artikel kita
  ditolak, kita juga tahu apa sebabnya sehingga kita tidak ragu-ragu
  lagi untuk membetulkan artikel yang ditolak tersebut untuk
  dikirimkan kembali ke media yang menolak tadi.

  E. Menguji Artikel dalam Lomba-lomba

  Salah satu hal untuk mengenal karakter artikel yang dimuat di media
  massa atau dianggap berkualitas, seseorang jangan ketinggalan untuk
  tidak memperhatikan artikel-artikel juara lomba. Banyak perlombaan
  penulisan artikel yang diadakan oleh berbagai departemen, yayasan,
  atau lembaga lainnya. Hal ini membuat kesempatan bagi kita untuk
  mencoba menguji artikel yang kita tulis dengan mengikuti lomba
  menulis artikel tersebut.

  Untuk mengetahui kapan, di mana, dan bagaimana ada lomba-lomba
  penulisan artikel, kita perlu rajin-rajin membaca surat kabar atau
  majalah, bahkan perlu juga kita sering melihat-lihat papan-papan
  pengumuman di tempat-tempat tertentu seperti kantor pos, departemen-
  departemen, pusat-pusat kebudayaan baik lokal maupun asing. Di
  situlah kita sering menjumpai diadakan lomba-lomba kepenulisan.
  Bahkan, tidak jarang universitas-universitas atau sekolah tinggi
  mengadakan lomba penulisan artikel.

  Seorang penulis artikel yang kreatif biasanya rajin mengikuti lomba-
  lomba kepenulisan artikel. Meski temanya berbeda-beda, bahkan ada
  tema yang tidak ia kuasai, tetapi karena ia sudah terlatih menulis
  artikel, maka hal itu tidaklah sukar. Cukup ia mencari bahan-bahan
  yang hendak ditulis dan dipelajari dalam beberapa hari, lalu ia
  menulisnya.

  Jangan takut kalau kita kalah dalam lomba kepenulisan artikel. Juga
  jangan putus asa. Biasanya setiap tahun lomba semacam itu diadakan
  kembali oleh panitia yang sama. Untuk itu, kesempatan kita ikut
  kembali. Dan, juga jangan sombong kalau menang, karena biasanya,
  peminat lomba kepenulisan artikel tidak banyak. Biasanya tidak lebih
  dari 50 artikel yang masuk, bahkan umumnya hanya 10 artikel yang
  masuk. Hal ini tergantung pada tema yang dilombakan. Kalau temanya
  sulit, maka sedikit yang ikut. Kalau saja artikel kita sudah menjadi
  artikel yang standar, maka mudah sekali untuk bisa mendapatkan
  nomor.

  Biasanya salah satu persyaratan untuk bisa ikut lomba penulisan
  artikel adalah "artikel harus sudah dimuat di media massa" dalam
  batas tertentu. Artinya, kalau kita hendak mengikuti lomba tersebut,
  maka artikel kita harus dimuatkan dulu di media massa. Untuk ini,
  berarti kita harus memikirkan dua hal: (1) persyaratan redaksi untuk
  dimuat di media massa; dan (2) persyaratan lainnya yang diadakan
  oleh panitia lomba. Tapi hal ini tidaklah memusingkan kepala. Lagi-
  lagi, kalau kita sudah terbiasa menulis artikel di media massa,
  semuanya jadi mudah sekali.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku     : Teknik Penulisan Literatur
  Judul Artikel  : Teknik Menulis Artikel
  Penulis        : Harianto G.P.
  Penerbit       : Agiamedia, Bandung, 2000
  Halaman        : 81 - 87

<><============================><>*<><=============================><>
=#= ARTIKEL (2) =#=

  Berikut ini kami sajikan untuk Anda contoh artikel ilmiah populer
  teologis. Semoga menolong Anda untuk lebih mengerti dan memahami
  tentang bagaimana menulis artikel.

              PENYESATAN BERKENAAN DENGAN KESUCIAN HIDUP
              ==========================================

  Berbicara mengenai kesucian hidup, banyak orang Kristen yang belum
  memahami arti kesucian hidup menurut Alkitab. Pengertian atau
  pemahaman terhadap kesucian hidup yang dimiliki orang Kristen pada
  umumnya sama seperti pemahaman yang dimiliki oleh mereka yang dari
  agama-agama di luar kekristenan. Sebagai orang Kristen kita
  seharusnya belajar arti kesucian hidup yang sebenarnya dan arti dosa
  menurut perspektif Alkitab.

  Pada zaman anugerah perbuatan baik tidak menyelamatkan
  ------------------------------------------------------
  Alkitab jelas mengatakan bahwa kita diselamatkan bukan oleh
  perbuatan baik, melainkan oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus (Roma
  3:24; Roma 4:16, 11:6; Efesus 2:8). Kebenaran ini harus tertanam
  dalam jiwa kita agar kita dapat tetap terus-menerus bersikap rendah
  hati di hadapan Tuhan. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan
  baik. Oleh karena itu tatkala kita mampu hidup lebih benar dan lebih
  suci daripada orang lain, kita tidak boleh menjadi sombong. Dengan
  tegas Paulus berkata, "Jika ada kebenaran melalui melakukan hukum,
  sia-sia kematian Yesus di kayu salib (lihat Galatia 2:21)." Lebih
  lanjut, Paulus mengancam, "Kalau seseorang merasa dapat keselamatan
  melalui melakukan hukum, maka ia menjadikan dirinya di luar kasih
  karunia (lihat Galatia 5:4)." Perbuatan baik kita tidak membuat kita
  dimeteraikan dengan Roh Kudus, tetapi iman kepada Injil itulah yang
  membuat kita dimeteraikan Roh Kudus (Efesus 1:13).

  Inilah yang dimaksud dengan "Injil lain itu" bahwa keselamatan dapat
  dimiliki seseorang karena Tuhan menghargai perbuatan baik seseorang
  (Galatia 3:2). Jadi, kalau ada orang yang menyatakan bahwa Tuhan
  menghargai dia karena perbuatan baiknya, harus dipertimbangkan
  apakah itu kebenaran atau bukan. Oleh sebab itu, jelaslah bahwa
  perbuatan baik bukan upaya untuk mencapai keselamatan. Dalam hal
  inilah para ahli taurat dan tokoh-tokoh agama gagal menerima
  keselamatan dalam Yesus Kristus.

  Perbuatan baik dalam konteks kehidupan orang percaya
  ----------------------------------------------------
  Perbuatan baik dalam kehidupan orang percaya adalah buah dari
  pertobatan. Jangan dibalik bahwa pertobatan kita adalah buah dari
  perbuatan baik kita. Jika seseorang benar-benar bertobat, maka dalam
  proses pertumbuhannya akan menghasilkan buah Roh. Kesucian hidup
  bukanlah upaya untuk bisa selamat dari api kekal. Kesucian hidup
  adalah respon kita terhadap panggilan-Nya.

  Ini bukan berarti perbuatan baik atau kesucian tidak diperlukan.
  Perbuatan baik atau kesucian hidup ini mendatangkan mahkota dan
  kepercayaan dari Tuhan. Perbuatan baik atau kesucian inilah yang
  dimaksud dengan "buah" yang disebut berkali-kali dalam Alkitab
  (Yohanes 15:16). Kita semua harus menghasilkan buah ini. Sebab Ia
  memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa
  yang kudus (1Tesalonika 4:7).

  Ukuran perbuatan baik atau kesucian hidup
  -----------------------------------------
  Ukuran perbuatan baik atau kesucian hidup kita bukanlah "hukum",
  melainkan Tuhan sendiri. Seorang yang sudah diselamatkan belajar
  mentaati segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan (Matius 28:18-20).
  Maksud didikan melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan
  tersebut bukan sekadar mengerti hukum-hukum dan dengan teliti
  melakukannya. Tetapi melalui segala pengajaran tersebut, mata rohani
  kita terbuka untuk mengenal siapa Bapa dan siapa Tuhan Yesus
  (Yohanes 17:30). Setelah kita mengenal Dia, kita meneladani-Nya.
  Itulah sebabnya, dikatakan bahwa kita harus sempurna seperti Bapa
  (Matius 5:48). Kita harus serupa dengan Yesus agar Yesus menjadi
  yang sulung (Roma 8:28-29). Jadi, ukuran kebaikan dan kesucian kita
  adalah Bapa sendiri atau Tuhan Yesus Kristus, yang dapat dirangkai
  pula dengan kata "kasih".

  Orang Kristen yang tidak mengerti kebenaran ini, mengajarkan ajaran
  yang salah. Pengajaran yang diajarkan kedengarannya logis dan
  agamani, tetapi sebenarnya membawa jemaat makin jauh dari kebenaran.
  Berkenaan dengan ini kita harus memahami pengertian dosa bagi umat
  Perjanjian baru. Kata "dosa" dalam bahasa Yunani "hamartia" artinya
  meleset. Kata ini tidak memiliki unsur kejahatan. Meleset saja.
  Jadi, selama hidup, kita akan terus belajar untuk bertumbuh menjadi
  seperti Bapa. Sebaliknya, kalau kita sudah merasa benar kita tidak
  akan bertumbuh lagi.

  Ciri-ciri Penyesatan Kesucian dalam Gereja
  ------------------------------------------
  1. Membuat ukuran kesucian berdasarkan perbuatan lahiriah. Hal ini
     akan membuat seseorang tidak memperhatikan manusia batiniah,
     sebagai sumber dan ukuran kebaikan individu (2Korintus 4:16).
     Bila hal ini berlarut-larut terjadi, maka akan berkembang
     kemunafikan yang sangat profesional dan terselubung rapi (Band.
     Matius 13:25-31).

  2. Merasa diri berjasa di hadapan Tuhan karena bisa suci dan
     memuaskan hati Tuhan dengan perbuatan baiknya. Harus dicatat
     bahwa kepuasan hati Bapa adalah kalau kita menjadi seperti Bapa
     atau Yesus sendiri. Selama kita belum seperti Yesus berarti masih
     luncas atau meleset. Biasanya hal ini disertai dengan
     kesombongan. Di sinilah titik keberhasilan iblis membinasakan
     banyak orang. Kesombongan ditentang oleh Tuhan (Yakobus 4:6),
     kesombongan awal dari keruntuhan (Amsal 18:12).

  3. Suka menghakimi orang lain dan menunjuk kejahatan sesamanya.
     Inilah tindakan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang
     menentang Yesus (Yohanes 8:2-10).

  4. Menyingkirkan orang berdosa atau saudara yang jatuh dalam dosa.
     Mereka adalah kelompok barisan hamba setan yang menggenapi
     rencana iblis untuk membinasakan manusia lain. Perlu dicatat
     bahwa sebenarnya tidak ada orang yang bercita-cita jadi orang
     jahat. Tidak ada manusia yang mengingini kehancuran apalagi masuk
     neraka dan jatuh dalam dosa. Iblislah yang menghendaki demikian.
     Iblis menjatuhkan seseorang dan antek iblis menghakimi dan
     memusnahkan sama sekali dari persekutuan orang percaya. Kelompok
     orang seperti ini biasanya tidak memberi kesempatan dengan tulus
     kepada orang lain yang ingin bertobat dan menjadi benar.
     Perhatikan perhatian Tuhan Yesus kepada Zakheus (Lukas l9),
     kepada perempuan yang kedapatan berbuat zinah (Yohanes 8:1-10),
     perempuan Samaria (Yohanes 4), dan lain-lain. Begitu besar
     perhatian Tuhan kepada orang berdosa. Ia datang untuk orang
     berdosa, bukan untuk orang benar.

  5. Menjadikan perbuatan baik sebagai ajang kompetisi di hadapan
     sesama untuk menjadi juara, disanjung dan dihormati sebagai orang
     benar atau orang suci. Bila perlu menemukan dan menunjukkan orang
     lain buruk, atau lebih buruk dari dirinya. Bisa jadi, baginya
     merupakan kesenangan bila mendapati atau menjumpai orang lain
     berdosa atau jatuh dalam kesalahan. Bila hal itu terjadi berarti
     ia dapat bermegah atas keadaannya yang lebih baik. Perhatikan
     sikap Farisi dalam kisah Lukas 18:10-14, ia membandingkan dirinya
     dan orang lain dan bersikap sombong. Justru orang berdosa itulah
     yang dibenarkan.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Majalah  : Solagracia
  Judul Artikel  : Penyesatan Berkenaan dengan Kesucian Hidup
  Penulis        : Pdt. Erastus Sabdono, M.Th.
  Halaman        : 27 - 28

<><============================><>*<><=============================><>
=#= POJOK BAHASA =#=

                     SEKALI LAGI, PELULUHAN FONEM
                     ============================

  Bahasa sebenarnya bunyi yang mengandung arti atau makna. Itu bahasa
  yang primer. Bahasa lain adalah bahasa tulis dan bahasa isyarat.
  Keduanya masuk bahasa sekunder. Dalam menggunakan bahasa, bunyi yang
  satu dengan bunyi yang lain saling mempengaruhi. Misalnya, bunyi-
  bunyi yang tidak bersuara dapat menjadi bersuara karena pengaruh
  bunyi yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya, bunyi /t/ tidak
  bersuara, tetapi berdekatan dengan /n/ yang bersuara, bunyi /t/
  dapat berubah menjadi bunyi bersuara seperti pada kata `pantai`,
  `menonton`.

  Bunyi-bunyi yang tajam seperti /k,p,t,c/, dan bunyi desis `s`
  biasanya luluh bila diberi prefiks `meng-`. Contohnya, `meng-kais`
  menjadi `mengais`, `mem-pukul` menjadi `memukul`, `men-tangkap`
  menjadi `menangkap`, `meny-cari` seharusnya dalam bahasa Indonsia
  (BI) seharusnya menjadi `menyari`, tetapi menjadi `meny-cari` yang
  kita tuliskan secara ortografis menjadi `mencari`.

  Namun, ada beberapa pengecualian. Kita menetapkan bahwa gugus
  konsonan tidak mengalami peluluhan pada awal kata walaupun konsonan
  yang digunakan /k,p,t,s/. Misalnya, konsonan /k/ pada kata
  `mengkristal`, `mengkritik`, konsonan /p/ tidak luluh pada kata
  `memprotes`, `memproklamasikan`, konsonan /t/ tidak luluh pada kata
  `mentraktir`, `mentransportasi`, konsonan /s/ tidak luluh pada
  `menstrukturkan`, `mensteril`.

  Selain itu, kita biasanya membiarkan kata-kata asing tanpa peluluhan
  seperti pada kata `mempopulerkan`, `mentoleransi`. Kata-kata bersuku
  satu dalam bahasa Melayu tidak mengalami peluluhan fonem awalnya
  seperti pada kata `memposkan`, mempak`, tetapi sekarang dalam BI
  kata-kata bersuku satu diberi prefiks `menge-`, seperti pada kata
  `mengepak`, `mengeposkan`. Ini mungkin pengaruh bahasa Jawa. Dalam
  bahasa Melayu tidak ada alomorf `menge-`. Yang ada hanya `me-`,
  `mem-`, `men-`, `meng-`, `meny-`.

  Ada juga kata-kata dalam BI yang diperlakukan secara khusus seperti
  kata `mempunyai` dan `mempengaruhi`. Kata `punya` berasal dari
  `mpu`, menjadi `empu` yang berarti `ibu` seperti pada empu jari;
  berarti `pembuat keris` seperti pada Empu Gandring; berarti
  `pemilik` seperti pada "Buku itu saya empu-nya". Kata `empunya`
  dalam BI berubah menjadi `punya`. Kata `pengaruh` dalam BI mungkin
  dianggap oleh pemakai bahasa bahwa /pe/ adalah awalan (prefiks)
  sehingga tidak diluluhkan /p/-nya seperti pada kata `mempercepat`,
  `memperbesar`.

  Yang aneh adalah bahwa kata-kata serapan berfonem awalan /k/ sering
  dalam BI tidak diluluhkan, misalnya kata `meng-konsentrasikan`,
  `meng-kombinasikan`. Tetapi perkecualian pada `mengontrak` dan bukan
  `meng-kontrak`.

  Dari contoh-contoh di atas, kita melihat bahwa pada umumnya kata-
  kata asing diperlakukan khusus dibandingkan dengan kata-kata asli.
  Orang tidak menulis `menraktir`, tetapi `mentakrir`. Ini merupakan
  masalah dalam BI. Itu sebabnya, guru pengajar di SD sampai dengan
  SMA harus memperhatikan benar hal ini dan mengajarkan kepada
  muridnya sebagaimana seharusnya.

  Kalau murid mereka melanjutkan studinya sampai perguruan tinggi,
  dosennya tidak perlu lagi menjelaskan hal-hal yang memang seharusnya
  sudah mereka kuasai. Bahasa Indonesia sampai saat ini masih terus
  tumbuh dan berkembang sehingga kita sebagai pemakai bahasa itu harus
  menguasai semua aturan yang berlaku tentang strukturnya, baik
  struktur kata (morfologi) maupun struktur kalimatnya (sintaksis).

  Bahan dikutip dari sumber:
  Judul Majalah   : Intisari Edisi November 2004
  Judul Artikel   : Sekali Lagi, tentang Peluluhan Fonem
  Penulis         : J.S. Badudu
  Halaman         : 120 - 121

<><============================><>*<><=============================><>
=#= SEPUTAR "CHRISTIAN WRITERS` CLUB" (CWC) =#=

  1. Bahan Tutorial
  -----------------
  Pada Mei 2005 yang lalu, CWC melengkapi situsnya dengan berbagai
  bahan-bahan tutorial yang dapat Anda download secara gratis dan
  dapat Anda jadikan panduan untuk belajar menulis. Bahan-bahan
  tersebut dapat Anda temukan di Main Menu "Tutorial" di bagian kiri
  halaman depan. Di sana Anda akan menemukan 2 kategori, yaitu "Buku"
  dan "Artikel". Pada kategori Buku dapat Anda temukan buku-buku
  elektronik yang berisi panduan untuk menulis. Sedangkan kategori
  Artikel berisi kumpulan artikel mengenai cara-cara menulis.

  Melalui menu "Tutorial" ini, Anda tidak hanya dapat men-download
  bahan, tetapi Anda juga bisa ikut berpartisipasi mengirimkan bahan-
  bahan yang berguna untuk menambah pengetahuan kita tentang tulis-
  menulis. Kami yakin hal ini dapat menjadi berkat bagi para
  pengunjung lain.

  Untuk mengirimkan bahan Anda harus terlebih dahulu menjadi anggota
  Situs CWC. Nah, silakan mendaftar diri sebagai anggota Situs CWC di
  alamat:
  ==>  http://www.ylsa.org/cwc/user.php?op=check_age&module=NS-NewUser
  OK, kami tunggu Anda di Situs CWC.
  ==>  http://www.ylsa.org/cwc/

  2. Tulisan Baru di CWC
  ----------------------
  Berikut berbagai judul tulisan yang dikirimkan oleh anggota selama
  April 2005:

  * Suatu Malam di Ambarita
    Oleh  : spsinambela

  * Cyberspace
    Oleh  : spsinambela

  * Michael Learns to Evangelize
    Oleh  : pakdokter

  * Belajar dari Film (Bag. 2 - Gods and Generals)
    Oleh  : Erzelo

  * Kekuatan dari Ucapan Syukur dan Kasih Karunia
    Oleh  : chris

  Untuk membaca, memberi tanggapan (khusus anggota), atau mengirimkan
  tulisan ke rekan Anda, silakan mengarahkan browser Anda ke:
  ==>  http://www.ylsa.org/cwc/

<><============================><>*<><=============================><>
=#= STOP PRESS =#=

                           Permohonan Maaf
                           ===============

  !!SPAM BOMB!!

  Senin siang, 13 Juni 2005, telah terjadi kesalahan fatal -- human
  error -- yang dilakukan oleh pihak kami karena tanpa sengaja meng-
  APPROVE kumpulan surat SPAM yang seharusnya kami REJECT dalam proses
  membersihkan/moderasi publikasi ICW (Indonesian Christian WebWatch).
  Kami sangat menyesalkan kejadian ini dan ingin mohon maaf sebesar-
  besarnya kepada semua pihak, khususnya para pelanggan Publikasi ICW,
  yang telah dirugikan dan dikecewakan karena menerima SPAM BOM --
  puluhan surat SPAM/junk mail.

  Hal itu juga sempat menyebabkan mail server kami mengalami crash
  akibat SPAM BOM ini. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Milis-milis
  Publikasi I-KAN yang seharusnya dikirim pada 13 - 17 Juni 2005 akan
  diundur pada minggu berikutnya. Dan, pada minggu ini (20 - 24 Juni
  2005) kami akan mengirimkan edisi publikasi yang seharusnya terbit
  pada minggu lalu dan juga edisi publikasi untuk minggu ini.

  Sekali lagi, kami mohon maaf karena keterlambatan edisi publikasi
  tersebut. Dan, kami mengucapkan terima kasih banyak untuk pengertian
  Anda. Kiranya, kepercayaan Anda pada pelayanan kami bisa dipulihkan,
  bahkan ditingkatkan di masa mendatang.

  Koordinator Publikasi YLSA
  Tesa

<><============================><>*<><=============================><>
=#= SURAT ANDA =#=

  Dari: Daniel Simanjuntak <DSimanjuntak@>
  >Yth, Pengelola e-penulis,
  >Terima kasih atas kirimannnya.
  >e-Penulis membawa inspirasi dan mendorong semangat
  >kami untuk menulis meskipun untuk kelompok kecil/lingkungan
  >terbatas.
  >Salam dan Doa

  Redaksi:
  Sdr. Daniel Simanjuntak yang terkasih,
  Terima kasih atas suratnya. Kami sungguh bersyukur karena e-Penulis
  dapat menjadi berkat bagi Anda. Apakah Anda ingin bagikan berkat ini
  kepada anggota yang lain dengan memberikan kesaksian tentang
  pengalaman Anda dalam menulis? Kami tunggu kiriman Anda.

<><============================><>*<><=============================><>
Staf Redaksi: Tesa, Krist, Hardhono, dan Puji
Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-penulis@xc.org
Berhenti    : Kirim e-mail kosong ke: unsubscribe-i-kan-penulis@xc.org
Kirim bahan : Kirim e-mail ke <staf-penulis@sabda.org>
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
<><============================><>*<><=============================><>
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
                     Copyright(c) e-Penulis 2005
                  YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
                    http://www.sabda.org/katalog/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
<><============================><>*<><=============================><>

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org