Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/8 |
|
![]() |
|
e-Penulis edisi 8 (28-6-2005)
|
|
<><============================><>*<><=============================><> ><><>< e-Penulis ><><>< (Menulis untuk Melayani) Edisi 008/Juni/2005 <><============================><>*<><=============================><> TEKNIS PENULISAN ARTIKEL <><============================><>*<><=============================><> =#= DAFTAR ISI =#= * Dari Redaksi : Apakah Menulis itu Mudah? * Artikel (1) : Teknis Menulis Artikel (2) : Penyesatan Berkenaan dengan Kesucian Hidup * Pojok Bahasa : Sekali Lagi, Peluluhan Fonem * Seputar CWC : 1. Bahan Tutorial 2. Tulisan Baru di CWC * Stop Press : Permohonan Maaf * Surat Anda : e-Penulis Membawa Inspirasi dan Semangat Menulis <><============================><>*<><=============================><> =#= DARI REDAKSI =#= Salam damai dalam Kristus, Walaupun ada penulis-penulis yang mengatakan bahwa menulis itu gampang, tapi dalam praktiknya menulis sebuah artikel yang mampu menembus media massa tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa aturan dan pedoman yang harus kita ketahui agar artikel yang kita kirim ke media tidak diabaikan begitu saja oleh redaksinya. Hal-hal apa saja yang perlu dipelajari dalam menyusun sebuah artikel sehingga dapat dimuat di media cetak? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka e-Penulis Edisi Juni 2005 ini menghadirkan sebuah Artikel menarik mengenai bagaimana cara menulis artikel kristiani yang bisa menembus media cetak yang ditulis oleh Harianto G.P. Selain itu, silakan simak juga artikel karangan Pdt. Erastus Sabdono, M.Th. di Kolom Artikel. Pojok Bahasa akan melengkapi pengetahuan Anda untuk memakai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Redaksi berharap, kiranya, sajian e-Penulis kali ini dapat menolong Anda untuk semakin maju dalam ketrampilan Anda menulis. Dan, bila Anda sudah berhasil menulis artikel, jangan lupa mempublikasikannya melalui Situs CWC atau publikasi e-Penulis. Selamat menulis artikel! (Har) Tim Redaksi <><============================><>*<><=============================><> =#= ARTIKEL (1) =#= TEKNIS MENULIS ARTIKEL ====================== Artikel mempunyai dua arti: (1) barang, benda, pasal dalam undang- undang dasar atau anggaran dasar; (2) karangan, tulisan yang ada dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya. Tetapi, kita akan lebih jelas lagi dengan penguraian Webster`s Dictionary yang mengartikan bahwa artikel adalah a literary compositon in a journal (suatu komposisi atau susunan tulisan dalam sebuah jurnal atau penerbitan atau media massa). Namun, pada kesempatan ini yang dibahas adalah artikel ilmiah populer teologis, bukan artikel ilmiah sekuler. Sedangkan artikel nonilmiah teologis akan dibahas pada lain waktu. A. Lahan Kerja Artikel Ilmiah Populer Teologis Artikel ilmiah populer teologis memang belum begitu populer dibandingkan dengan di negara-negara Barat, tetapi di Indonesia sudah merebak sejak tahun 1949 dengan terbitnya majalah Katholik Praha (1949-1986), menyusul majalah Katholik Basis (1951-kini), baru majalah Kristen Protestan Ragi Buana (1963-1972), Sitaresmi, majalah Katholik Hidup (1971-kini), majalah anak-anak AMI (1987-kini), Bahana (1989-kini). Tampil, Narwastu, Kita (1993-kini), Tiang Api (1995-kini), Lentera (1997-kini), Eva (1997-kini), Karismata (1997- kini), ada juga majalah Harmoni (1998). Di atas adalah majalah yang diterbitkan oleh yayasan, bukan gereja. Lalu, majalah yang diterbitkan di bawah gereja (sinode) adalah: Suara Baptis (1967-kini), Gema Anugerah (1980-kini), Kairos (1992- 1997), Gema Pemulihan (1995-kini), REM (1997-kini), Sahabat Gembala, Kalam Hidup, dan masih banyak lagi. Sedangkan jurnal yang terbit adalah: Pelita Zaman (1974-kini), Forum Biblika (1992-kini), Gema (Duta wacana), Pengarah (Tiranus), Stulas (STTB), Veritas (SAAT), juga Geneva (STT IAA). Bukan hanya berada di majalah, tetapi kini juga merebak buku renungan yang cukup berbobot seperti: Penuntun Harian (1995-kini), Santapan Harian, Segarlah Jiwamu, Rajawali, dan banyak lagi. Bukan hanya yang tercatat di atas, tetapi masih banyak lagi yang luput dari pengamatan di atas. Karena belum termasuk buletin-buletin di gereja-gereja, bahkan warta jemaat. Semuanya itu membutuhkan artikel-artikel ilmiah populer teologis. Juga, bila seseorang hendak merencanakan membuat sebuah buku, bisa saja berasal dari kumpulan artikel yang sudah ia tulis, bahkan dari kumpulan artikel yang sudah ia publikasikan. Sekarang banyak sekali buku yang terdiri dari kumpulan artikel yang sudah dipublikasikan. Jadi memang benar, bahkan artikel sangat banyak lahannya. Kalau begitu mengapa kita mesti ragu dan takut kalau-kalau artikel yang kita buat, tidak bisa dipublikasikan? Atau, artikel yang kita buat tidak bermanfaat sama sekali? Jangan ragu! B. Perangkat yang Dibutuhkan Arswendo mengatakan bahwa menulis itu gampang. Juga, banyak orang mengatakan bahwa menulis itu gampang. Siapakah yang mengatakan demikian? Kalau saja hanya sekadar menulis, memang gampang sekali: tinggal punya ide, lalu comot footnote dari buku ini itu atau dari artikel ini itu, lalu diberi kesimpulan, dan jadilah sebuah artikel. Kata Arswendo, "Itu kan hanya untuk memberi motivasi kepada manusia agar mau menjadi penulis. Tetapi, kenyataannya bukan begitu! Menulis yang standar dan berbobot itu cukup susah. Standar dan berbobot, artinya bisa dipublikasikan di media massa; baik media massa Kristen maupun bukan Kristen." Untuk artikel yang standar dan berbobot, banyak perangkat yang kita butuhkan sebagai berikut: 1. Perangkat Dasar - Penguasaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). - Penguasaan editing. - Penguasaan komputer meski hanya program WS atau Word. - Penguasaan dasar biblika yang harus ditopang dengan sedikit bisa menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, dan sedikit memparsing bahasa Ibrani dan Yunani. Lalu diperdalam dengan eksegeses PL atau eksegeses PB tergantung kebutuhan. 2. Perangkat Peningkat - Mampu mengembangkan ide-ide yang sedang menjadi persoalan aktual di tengah masyarakat. - Mampu menerjemahkan nilai-nilai firman Allah ke dalam bahasa yang sangat populer dan halus. - Mampu menganalisis sebuah artikel yang bisa dimuat di media massa satu dengan yang lain. Di sini perlu terjadi dialog antara redaktur artikel di media massa tersebut dan seorang penulis. - Banyak membaca dan mencari referensi untuk artikel yang sedang ditulisnya. Tentu saja bahan yang dicari dan dibaca berkaitan dengan temanya. - Mengadakan penelitian baik penelitian singkat maupun secara detail terhadap masalah yang sedang ditulisnya, sehingga bobot akademisnya tampak jelas. C. Berlatih Terus-menerus "Tak ada sesuatu yang berarti datang dengan mudah. Separo usaha tidak berarti memberikan separo hasil, atau bahkan tidak memberikan hasil sama sekali. Bekerja, bekerja terus, dan bekerja keras merupakan satu-satunya untuk memperoleh hasil pada akhirnya." -Hamilton Holt "Jika sesuatu dilakukan dengan upaya kerja keras dan bukannya dengan bakat, maka itu merupakan kemungkinan pengganti yang paling baik." -James A. Garfield Dua Pepatah di atas sebenarnya sudah bisa menjawab ulasan bagian ini, jika kita mau berhasil, maka kita harus bekerja keras. Gagal sekali, terus ulangi lagi. Gagal dua kali, ulangi lagi. Gagal tiga kali, ulangi lagi. Kita harus terus-menerus mengulanginya, pasti suatu saat kita akan berhasil. Karena Allah memang memberi kemampuan kepada kita untuk berhasil. Menulis, berarti kita memasuki dunia ketrampilan. Semakin sering seseorang menulis, maka ia semakin trampil. Semakin trampil seseorang menulis, maka ia semakin menghasilkan tulisan yang berbobot. Karena ia harus trampil bertata bahasa dan EYD yang baik, juga trampil menuangkan gagasan yang ada, trampil membaca kondisi masyarakat, trampil mencari footnote, dan trampil untuk menperdalam masalah. Begitu juga kalau seseorang harus belajar bahasa Inggris, Ibrani, dan Yunani, semakin giat menghafalkan kata-kata baru dan melatih menerjemahkan, maka ia semakin trampil menghasilkan terjemahan yang tepat. Begitu juga dengan orang yang membuka Alkitab, semakin giat membuat Alkitab, maka ia paham di mana letak kitab-kitab beserta pasal dan ayatnya. Untuk semua ini, maka Holt dan Garfield menyarankan agar kita bekerja keras. Coba lagi, coba lagi, coba lagi, dan coba terus! D. Orentasi pada Publikasi Kalau seseorang hendak membuat artikel, alangkah baiknya diorentasikan untuk dipublikasikan di sebuah media massa. Dengan demikian, ia akan melatih berpikir secara nasional demi kepentingan orang banyak. Di samping itu, ia tidak asal menulis artikel, tetapi otomatis berpikir: Berapa panjang halaman artikel? Tema-tema mana yang harus ditulis dan ditajamkan? Ulasan yang bagaimana yang dibutuhkan oleh media massa yang bersangkutan? Apakah footnote yang akan ditulis seperti menulis footnote paper atau model, footnote yang ada dalam artikel? Apakah harus memperlihatkan kutipan ayat, atau sama sekali menghilangkan, bahkan diuraikan secara tersamar? Kapan artikel yang hendak ditulis ini harus selesai: apakah harus mengejar aktualitas, atau tidak sama sekali? Jadi, dengan berorentasi pada publikasi, maka kita secara otomatis harus memenuhi apa yang dibutuhkan atau kriteria bagaimana yang harus dimuat di media massa yang bersangkutan. Hal ini bisa kita latih melalui sebuah proses pengenalan kita pada artikel-artikel yang ada di media massa. Pengenalan ini tidak saja kita mengadakan survei apa yang dibutuhkan media massa satu dengan yang lain, tetapi alangkah baiknya bila kita juga mengenal redakturnya. Dengan demikian, kita bisa selalu me-recheck apakah artikel yang sudah kita tulis bisa dimuat di media tersebut, atau tidak. Dengan demikian, kita jadi tidak ragu-ragu lagi untuk menulis artikel berikutnya untuk media yang sama. Kalau toh artikel kita ditolak, kita juga tahu apa sebabnya sehingga kita tidak ragu-ragu lagi untuk membetulkan artikel yang ditolak tersebut untuk dikirimkan kembali ke media yang menolak tadi. E. Menguji Artikel dalam Lomba-lomba Salah satu hal untuk mengenal karakter artikel yang dimuat di media massa atau dianggap berkualitas, seseorang jangan ketinggalan untuk tidak memperhatikan artikel-artikel juara lomba. Banyak perlombaan penulisan artikel yang diadakan oleh berbagai departemen, yayasan, atau lembaga lainnya. Hal ini membuat kesempatan bagi kita untuk mencoba menguji artikel yang kita tulis dengan mengikuti lomba menulis artikel tersebut. Untuk mengetahui kapan, di mana, dan bagaimana ada lomba-lomba penulisan artikel, kita perlu rajin-rajin membaca surat kabar atau majalah, bahkan perlu juga kita sering melihat-lihat papan-papan pengumuman di tempat-tempat tertentu seperti kantor pos, departemen- departemen, pusat-pusat kebudayaan baik lokal maupun asing. Di situlah kita sering menjumpai diadakan lomba-lomba kepenulisan. Bahkan, tidak jarang universitas-universitas atau sekolah tinggi mengadakan lomba penulisan artikel. Seorang penulis artikel yang kreatif biasanya rajin mengikuti lomba- lomba kepenulisan artikel. Meski temanya berbeda-beda, bahkan ada tema yang tidak ia kuasai, tetapi karena ia sudah terlatih menulis artikel, maka hal itu tidaklah sukar. Cukup ia mencari bahan-bahan yang hendak ditulis dan dipelajari dalam beberapa hari, lalu ia menulisnya. Jangan takut kalau kita kalah dalam lomba kepenulisan artikel. Juga jangan putus asa. Biasanya setiap tahun lomba semacam itu diadakan kembali oleh panitia yang sama. Untuk itu, kesempatan kita ikut kembali. Dan, juga jangan sombong kalau menang, karena biasanya, peminat lomba kepenulisan artikel tidak banyak. Biasanya tidak lebih dari 50 artikel yang masuk, bahkan umumnya hanya 10 artikel yang masuk. Hal ini tergantung pada tema yang dilombakan. Kalau temanya sulit, maka sedikit yang ikut. Kalau saja artikel kita sudah menjadi artikel yang standar, maka mudah sekali untuk bisa mendapatkan nomor. Biasanya salah satu persyaratan untuk bisa ikut lomba penulisan artikel adalah "artikel harus sudah dimuat di media massa" dalam batas tertentu. Artinya, kalau kita hendak mengikuti lomba tersebut, maka artikel kita harus dimuatkan dulu di media massa. Untuk ini, berarti kita harus memikirkan dua hal: (1) persyaratan redaksi untuk dimuat di media massa; dan (2) persyaratan lainnya yang diadakan oleh panitia lomba. Tapi hal ini tidaklah memusingkan kepala. Lagi- lagi, kalau kita sudah terbiasa menulis artikel di media massa, semuanya jadi mudah sekali. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Teknik Penulisan Literatur Judul Artikel : Teknik Menulis Artikel Penulis : Harianto G.P. Penerbit : Agiamedia, Bandung, 2000 Halaman : 81 - 87 <><============================><>*<><=============================><> =#= ARTIKEL (2) =#= Berikut ini kami sajikan untuk Anda contoh artikel ilmiah populer teologis. Semoga menolong Anda untuk lebih mengerti dan memahami tentang bagaimana menulis artikel. PENYESATAN BERKENAAN DENGAN KESUCIAN HIDUP ========================================== Berbicara mengenai kesucian hidup, banyak orang Kristen yang belum memahami arti kesucian hidup menurut Alkitab. Pengertian atau pemahaman terhadap kesucian hidup yang dimiliki orang Kristen pada umumnya sama seperti pemahaman yang dimiliki oleh mereka yang dari agama-agama di luar kekristenan. Sebagai orang Kristen kita seharusnya belajar arti kesucian hidup yang sebenarnya dan arti dosa menurut perspektif Alkitab. Pada zaman anugerah perbuatan baik tidak menyelamatkan ------------------------------------------------------ Alkitab jelas mengatakan bahwa kita diselamatkan bukan oleh perbuatan baik, melainkan oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus (Roma 3:24; Roma 4:16, 11:6; Efesus 2:8). Kebenaran ini harus tertanam dalam jiwa kita agar kita dapat tetap terus-menerus bersikap rendah hati di hadapan Tuhan. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik. Oleh karena itu tatkala kita mampu hidup lebih benar dan lebih suci daripada orang lain, kita tidak boleh menjadi sombong. Dengan tegas Paulus berkata, "Jika ada kebenaran melalui melakukan hukum, sia-sia kematian Yesus di kayu salib (lihat Galatia 2:21)." Lebih lanjut, Paulus mengancam, "Kalau seseorang merasa dapat keselamatan melalui melakukan hukum, maka ia menjadikan dirinya di luar kasih karunia (lihat Galatia 5:4)." Perbuatan baik kita tidak membuat kita dimeteraikan dengan Roh Kudus, tetapi iman kepada Injil itulah yang membuat kita dimeteraikan Roh Kudus (Efesus 1:13). Inilah yang dimaksud dengan "Injil lain itu" bahwa keselamatan dapat dimiliki seseorang karena Tuhan menghargai perbuatan baik seseorang (Galatia 3:2). Jadi, kalau ada orang yang menyatakan bahwa Tuhan menghargai dia karena perbuatan baiknya, harus dipertimbangkan apakah itu kebenaran atau bukan. Oleh sebab itu, jelaslah bahwa perbuatan baik bukan upaya untuk mencapai keselamatan. Dalam hal inilah para ahli taurat dan tokoh-tokoh agama gagal menerima keselamatan dalam Yesus Kristus. Perbuatan baik dalam konteks kehidupan orang percaya ---------------------------------------------------- Perbuatan baik dalam kehidupan orang percaya adalah buah dari pertobatan. Jangan dibalik bahwa pertobatan kita adalah buah dari perbuatan baik kita. Jika seseorang benar-benar bertobat, maka dalam proses pertumbuhannya akan menghasilkan buah Roh. Kesucian hidup bukanlah upaya untuk bisa selamat dari api kekal. Kesucian hidup adalah respon kita terhadap panggilan-Nya. Ini bukan berarti perbuatan baik atau kesucian tidak diperlukan. Perbuatan baik atau kesucian hidup ini mendatangkan mahkota dan kepercayaan dari Tuhan. Perbuatan baik atau kesucian inilah yang dimaksud dengan "buah" yang disebut berkali-kali dalam Alkitab (Yohanes 15:16). Kita semua harus menghasilkan buah ini. Sebab Ia memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus (1Tesalonika 4:7). Ukuran perbuatan baik atau kesucian hidup ----------------------------------------- Ukuran perbuatan baik atau kesucian hidup kita bukanlah "hukum", melainkan Tuhan sendiri. Seorang yang sudah diselamatkan belajar mentaati segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan (Matius 28:18-20). Maksud didikan melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan tersebut bukan sekadar mengerti hukum-hukum dan dengan teliti melakukannya. Tetapi melalui segala pengajaran tersebut, mata rohani kita terbuka untuk mengenal siapa Bapa dan siapa Tuhan Yesus (Yohanes 17:30). Setelah kita mengenal Dia, kita meneladani-Nya. Itulah sebabnya, dikatakan bahwa kita harus sempurna seperti Bapa (Matius 5:48). Kita harus serupa dengan Yesus agar Yesus menjadi yang sulung (Roma 8:28-29). Jadi, ukuran kebaikan dan kesucian kita adalah Bapa sendiri atau Tuhan Yesus Kristus, yang dapat dirangkai pula dengan kata "kasih". Orang Kristen yang tidak mengerti kebenaran ini, mengajarkan ajaran yang salah. Pengajaran yang diajarkan kedengarannya logis dan agamani, tetapi sebenarnya membawa jemaat makin jauh dari kebenaran. Berkenaan dengan ini kita harus memahami pengertian dosa bagi umat Perjanjian baru. Kata "dosa" dalam bahasa Yunani "hamartia" artinya meleset. Kata ini tidak memiliki unsur kejahatan. Meleset saja. Jadi, selama hidup, kita akan terus belajar untuk bertumbuh menjadi seperti Bapa. Sebaliknya, kalau kita sudah merasa benar kita tidak akan bertumbuh lagi. Ciri-ciri Penyesatan Kesucian dalam Gereja ------------------------------------------ 1. Membuat ukuran kesucian berdasarkan perbuatan lahiriah. Hal ini akan membuat seseorang tidak memperhatikan manusia batiniah, sebagai sumber dan ukuran kebaikan individu (2Korintus 4:16). Bila hal ini berlarut-larut terjadi, maka akan berkembang kemunafikan yang sangat profesional dan terselubung rapi (Band. Matius 13:25-31). 2. Merasa diri berjasa di hadapan Tuhan karena bisa suci dan memuaskan hati Tuhan dengan perbuatan baiknya. Harus dicatat bahwa kepuasan hati Bapa adalah kalau kita menjadi seperti Bapa atau Yesus sendiri. Selama kita belum seperti Yesus berarti masih luncas atau meleset. Biasanya hal ini disertai dengan kesombongan. Di sinilah titik keberhasilan iblis membinasakan banyak orang. Kesombongan ditentang oleh Tuhan (Yakobus 4:6), kesombongan awal dari keruntuhan (Amsal 18:12). 3. Suka menghakimi orang lain dan menunjuk kejahatan sesamanya. Inilah tindakan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang menentang Yesus (Yohanes 8:2-10). 4. Menyingkirkan orang berdosa atau saudara yang jatuh dalam dosa. Mereka adalah kelompok barisan hamba setan yang menggenapi rencana iblis untuk membinasakan manusia lain. Perlu dicatat bahwa sebenarnya tidak ada orang yang bercita-cita jadi orang jahat. Tidak ada manusia yang mengingini kehancuran apalagi masuk neraka dan jatuh dalam dosa. Iblislah yang menghendaki demikian. Iblis menjatuhkan seseorang dan antek iblis menghakimi dan memusnahkan sama sekali dari persekutuan orang percaya. Kelompok orang seperti ini biasanya tidak memberi kesempatan dengan tulus kepada orang lain yang ingin bertobat dan menjadi benar. Perhatikan perhatian Tuhan Yesus kepada Zakheus (Lukas l9), kepada perempuan yang kedapatan berbuat zinah (Yohanes 8:1-10), perempuan Samaria (Yohanes 4), dan lain-lain. Begitu besar perhatian Tuhan kepada orang berdosa. Ia datang untuk orang berdosa, bukan untuk orang benar. 5. Menjadikan perbuatan baik sebagai ajang kompetisi di hadapan sesama untuk menjadi juara, disanjung dan dihormati sebagai orang benar atau orang suci. Bila perlu menemukan dan menunjukkan orang lain buruk, atau lebih buruk dari dirinya. Bisa jadi, baginya merupakan kesenangan bila mendapati atau menjumpai orang lain berdosa atau jatuh dalam kesalahan. Bila hal itu terjadi berarti ia dapat bermegah atas keadaannya yang lebih baik. Perhatikan sikap Farisi dalam kisah Lukas 18:10-14, ia membandingkan dirinya dan orang lain dan bersikap sombong. Justru orang berdosa itulah yang dibenarkan. Bahan diedit dari sumber: Judul Majalah : Solagracia Judul Artikel : Penyesatan Berkenaan dengan Kesucian Hidup Penulis : Pdt. Erastus Sabdono, M.Th. Halaman : 27 - 28 <><============================><>*<><=============================><> =#= POJOK BAHASA =#= SEKALI LAGI, PELULUHAN FONEM ============================ Bahasa sebenarnya bunyi yang mengandung arti atau makna. Itu bahasa yang primer. Bahasa lain adalah bahasa tulis dan bahasa isyarat. Keduanya masuk bahasa sekunder. Dalam menggunakan bahasa, bunyi yang satu dengan bunyi yang lain saling mempengaruhi. Misalnya, bunyi- bunyi yang tidak bersuara dapat menjadi bersuara karena pengaruh bunyi yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya, bunyi /t/ tidak bersuara, tetapi berdekatan dengan /n/ yang bersuara, bunyi /t/ dapat berubah menjadi bunyi bersuara seperti pada kata `pantai`, `menonton`. Bunyi-bunyi yang tajam seperti /k,p,t,c/, dan bunyi desis `s` biasanya luluh bila diberi prefiks `meng-`. Contohnya, `meng-kais` menjadi `mengais`, `mem-pukul` menjadi `memukul`, `men-tangkap` menjadi `menangkap`, `meny-cari` seharusnya dalam bahasa Indonsia (BI) seharusnya menjadi `menyari`, tetapi menjadi `meny-cari` yang kita tuliskan secara ortografis menjadi `mencari`. Namun, ada beberapa pengecualian. Kita menetapkan bahwa gugus konsonan tidak mengalami peluluhan pada awal kata walaupun konsonan yang digunakan /k,p,t,s/. Misalnya, konsonan /k/ pada kata `mengkristal`, `mengkritik`, konsonan /p/ tidak luluh pada kata `memprotes`, `memproklamasikan`, konsonan /t/ tidak luluh pada kata `mentraktir`, `mentransportasi`, konsonan /s/ tidak luluh pada `menstrukturkan`, `mensteril`. Selain itu, kita biasanya membiarkan kata-kata asing tanpa peluluhan seperti pada kata `mempopulerkan`, `mentoleransi`. Kata-kata bersuku satu dalam bahasa Melayu tidak mengalami peluluhan fonem awalnya seperti pada kata `memposkan`, mempak`, tetapi sekarang dalam BI kata-kata bersuku satu diberi prefiks `menge-`, seperti pada kata `mengepak`, `mengeposkan`. Ini mungkin pengaruh bahasa Jawa. Dalam bahasa Melayu tidak ada alomorf `menge-`. Yang ada hanya `me-`, `mem-`, `men-`, `meng-`, `meny-`. Ada juga kata-kata dalam BI yang diperlakukan secara khusus seperti kata `mempunyai` dan `mempengaruhi`. Kata `punya` berasal dari `mpu`, menjadi `empu` yang berarti `ibu` seperti pada empu jari; berarti `pembuat keris` seperti pada Empu Gandring; berarti `pemilik` seperti pada "Buku itu saya empu-nya". Kata `empunya` dalam BI berubah menjadi `punya`. Kata `pengaruh` dalam BI mungkin dianggap oleh pemakai bahasa bahwa /pe/ adalah awalan (prefiks) sehingga tidak diluluhkan /p/-nya seperti pada kata `mempercepat`, `memperbesar`. Yang aneh adalah bahwa kata-kata serapan berfonem awalan /k/ sering dalam BI tidak diluluhkan, misalnya kata `meng-konsentrasikan`, `meng-kombinasikan`. Tetapi perkecualian pada `mengontrak` dan bukan `meng-kontrak`. Dari contoh-contoh di atas, kita melihat bahwa pada umumnya kata- kata asing diperlakukan khusus dibandingkan dengan kata-kata asli. Orang tidak menulis `menraktir`, tetapi `mentakrir`. Ini merupakan masalah dalam BI. Itu sebabnya, guru pengajar di SD sampai dengan SMA harus memperhatikan benar hal ini dan mengajarkan kepada muridnya sebagaimana seharusnya. Kalau murid mereka melanjutkan studinya sampai perguruan tinggi, dosennya tidak perlu lagi menjelaskan hal-hal yang memang seharusnya sudah mereka kuasai. Bahasa Indonesia sampai saat ini masih terus tumbuh dan berkembang sehingga kita sebagai pemakai bahasa itu harus menguasai semua aturan yang berlaku tentang strukturnya, baik struktur kata (morfologi) maupun struktur kalimatnya (sintaksis). Bahan dikutip dari sumber: Judul Majalah : Intisari Edisi November 2004 Judul Artikel : Sekali Lagi, tentang Peluluhan Fonem Penulis : J.S. Badudu Halaman : 120 - 121 <><============================><>*<><=============================><> =#= SEPUTAR "CHRISTIAN WRITERS` CLUB" (CWC) =#= 1. Bahan Tutorial ----------------- Pada Mei 2005 yang lalu, CWC melengkapi situsnya dengan berbagai bahan-bahan tutorial yang dapat Anda download secara gratis dan dapat Anda jadikan panduan untuk belajar menulis. Bahan-bahan tersebut dapat Anda temukan di Main Menu "Tutorial" di bagian kiri halaman depan. Di sana Anda akan menemukan 2 kategori, yaitu "Buku" dan "Artikel". Pada kategori Buku dapat Anda temukan buku-buku elektronik yang berisi panduan untuk menulis. Sedangkan kategori Artikel berisi kumpulan artikel mengenai cara-cara menulis. Melalui menu "Tutorial" ini, Anda tidak hanya dapat men-download bahan, tetapi Anda juga bisa ikut berpartisipasi mengirimkan bahan- bahan yang berguna untuk menambah pengetahuan kita tentang tulis- menulis. Kami yakin hal ini dapat menjadi berkat bagi para pengunjung lain. Untuk mengirimkan bahan Anda harus terlebih dahulu menjadi anggota Situs CWC. Nah, silakan mendaftar diri sebagai anggota Situs CWC di alamat: ==> http://www.ylsa.org/cwc/user.php?op=check_age&module=NS-NewUser OK, kami tunggu Anda di Situs CWC. ==> http://www.ylsa.org/cwc/ 2. Tulisan Baru di CWC ---------------------- Berikut berbagai judul tulisan yang dikirimkan oleh anggota selama April 2005: * Suatu Malam di Ambarita Oleh : spsinambela * Cyberspace Oleh : spsinambela * Michael Learns to Evangelize Oleh : pakdokter * Belajar dari Film (Bag. 2 - Gods and Generals) Oleh : Erzelo * Kekuatan dari Ucapan Syukur dan Kasih Karunia Oleh : chris Untuk membaca, memberi tanggapan (khusus anggota), atau mengirimkan tulisan ke rekan Anda, silakan mengarahkan browser Anda ke: ==> http://www.ylsa.org/cwc/ <><============================><>*<><=============================><> =#= STOP PRESS =#= Permohonan Maaf =============== !!SPAM BOMB!! Senin siang, 13 Juni 2005, telah terjadi kesalahan fatal -- human error -- yang dilakukan oleh pihak kami karena tanpa sengaja meng- APPROVE kumpulan surat SPAM yang seharusnya kami REJECT dalam proses membersihkan/moderasi publikasi ICW (Indonesian Christian WebWatch). Kami sangat menyesalkan kejadian ini dan ingin mohon maaf sebesar- besarnya kepada semua pihak, khususnya para pelanggan Publikasi ICW, yang telah dirugikan dan dikecewakan karena menerima SPAM BOM -- puluhan surat SPAM/junk mail. Hal itu juga sempat menyebabkan mail server kami mengalami crash akibat SPAM BOM ini. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Milis-milis Publikasi I-KAN yang seharusnya dikirim pada 13 - 17 Juni 2005 akan diundur pada minggu berikutnya. Dan, pada minggu ini (20 - 24 Juni 2005) kami akan mengirimkan edisi publikasi yang seharusnya terbit pada minggu lalu dan juga edisi publikasi untuk minggu ini. Sekali lagi, kami mohon maaf karena keterlambatan edisi publikasi tersebut. Dan, kami mengucapkan terima kasih banyak untuk pengertian Anda. Kiranya, kepercayaan Anda pada pelayanan kami bisa dipulihkan, bahkan ditingkatkan di masa mendatang. Koordinator Publikasi YLSA Tesa <><============================><>*<><=============================><> =#= SURAT ANDA =#= Dari: Daniel Simanjuntak <DSimanjuntak@> >Yth, Pengelola e-penulis, >Terima kasih atas kirimannnya. >e-Penulis membawa inspirasi dan mendorong semangat >kami untuk menulis meskipun untuk kelompok kecil/lingkungan >terbatas. >Salam dan Doa Redaksi: Sdr. Daniel Simanjuntak yang terkasih, Terima kasih atas suratnya. Kami sungguh bersyukur karena e-Penulis dapat menjadi berkat bagi Anda. Apakah Anda ingin bagikan berkat ini kepada anggota yang lain dengan memberikan kesaksian tentang pengalaman Anda dalam menulis? Kami tunggu kiriman Anda. <><============================><>*<><=============================><> Staf Redaksi: Tesa, Krist, Hardhono, dan Puji Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-penulis@xc.org Berhenti : Kirim e-mail kosong ke: unsubscribe-i-kan-penulis@xc.org Kirim bahan : Kirim e-mail ke <staf-penulis@sabda.org> Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/ <><============================><>*<><=============================><> Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN. Copyright(c) e-Penulis 2005 YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/ http://www.sabda.org/katalog/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati <><============================><>*<><=============================><>
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |