Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/63 |
|
e-Penulis edisi 63 (21-1-2010)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ Edisi: 063/Januari/2010 Tema: Menjadi Penulis Kristen DARI REDAKSI__________________________________________________________ MEMPERKUAT KOMITMEN Shalom, Biasanya, awal tahun yang baru selalu menjadi momentum untuk memulai sebuah lembaran baru dalam kehidupan. Bagi para penulis, awal tahun yang baru bisa menjadi sebuah tonggak untuk lebih berkomitmen dalam menekuni dunia menulis. Redaksi e-Penulis berharap, dalam resolusi Anda tahun ini, ada komitmen untuk lebih produktif dalam menulis dan menelurkan karya-karya tulis yang semakin memuliakan Tuhan. Agar lebih segar dan bersemangat ketika menjalankan pelayanan kita dalam menulis sepanjang tahun ini, kami mengusung topik Menjadi Penulis Kristen. Dalam edisi ini kita akan melihat bagaimana kita dapat menjadi seorang penulis Kristen dan apa saja tugas-tugasnya. Sebuah tip menarik yang diadaptasi dari Sepuluh Perintah Allah bagi para penulis Kristen akan amat sayang jika dilewatkan. Kami berharap seluruh sajian dalam edisi perdana e-Penulis tahun ini semakin menambah semangat Anda dalam melayani Tuhan melalui pena. Tuhan Yesus memberkati. Selamat tahun baru 2010 dan selamat menulis bagi kemuliaan nama Tuhan! Pimpinan Redaksi e-Penulis, Davida Welni Dana http://pelitaku.sabda.org/ http://fb.sabda.org/penulis/ ______________________________________________________________________ "Tuhan, buatlah apa yang aku tulis berbicara langsung ke hati setiap orang tentang Yesus." (Robert Walker) DAFTAR ISI____________________________________________________________ - Dari Redaksi: Memperkuat Komitmen - Daftar Isi - Artikel: Penulis Kristen - Tips: 10 Perintah untuk Penulis Kristen - Tokoh Penulis: Grace Livingston - Info: Baru dari YLSA: Publikasi KADOS (Kalender Doa SABDA) ARTIKEL______________________________________________________________ PENULIS KRISTEN Dari seluruh harta yang dimiliki manusia, komunikasi merupakan harta yang paling berharga. Sejak zaman prasejarah, para pendongeng telah mendapat tempat yang baik di relung hati masyarakat. Gambar-gambar gua di Spanyol menunjukkan bahwa ribuan tahun yang lalu, tanpa bahasa tertulis pun orang telah berusaha melukiskan banyak kejadian melalui gambar. Selang waktu yang lama, muncullah seni menulis, yang bagi bahasa lisan adalah bagaikan jalan raya yang dapat dilalui kendaraan. Kemudian, kurang lebih 500 tahun yang lalu, muncul huruf tercetak, yang memungkinkan ditemukannya mesin cetak. Dalam kata-kata yang tercetak kita menemukan begitu banyak rekaman warisan kehidupan yang tak terhapuskan tentang kecerdasan dan kearifan, tentang kenyataan dan fantasi, dan kemegahan serta harapan umat manusia. Manusia berusaha mengabadikan hal-hal terbaik yang pernah dicapai, didapat, atau dipikirkannya dalam bentuk lembar-lembar cetakan. Tidak ada satu bagian pun dalam kehidupan ini yang tidak terikat dengan perpindahan ide-ide dari satu orang kepada orang yang lain. Para menteri, politisi, pengusaha, penyunting, diplomat, ilmuwan, jenderal, ahli hukum, hakim, ayah, anak, guru, murid, masing-masing berusaha mengatakan sesuatu agar orang lain dapat memahaminya. Belum pernah dunia mengalami masa ketika penulis Kristen begitu penting. Tidak pernah juga ada masa, ketika begitu banyak orang ingin mengetahui begitu banyak hal dalam waktu yang begitu singkat. Seorang penulis menerima tanggung jawab yang genting dan menarik. Genting, dalam pengertian bahwa kesejahteraan -- dan sering kehidupan orang banyak -- bergantung pada bagaimana cakapnya seorang penulis menggunakan keahliannya. Menarik, karena hal itu merupakan bagian dari gerak komunikasi di seantero dunia yang luas ini. Jika orang menyebutkan kata "komunikasi" saat ini, yang dimaksud tentu adalah surat kabar, buku-buku, majalah, radio, TV, film. Tetapi itu semua hanyalah alat-alat, fasilitas teknis, dan metode-metode. Komunikasi sebenarnya adalah usaha seseorang untuk mengatakan sesuatu kepada orang lain. Sering di radio dan TV, para pirsawan diperlakukan sebagai orang banyak, bukan sebagai perorangan. Tetapi sebuah buku atau sebuah karangan dapat meraih dan mencapai pembaca secara perorangan. Karena kita memiliki huruf atau kata tercetak, maka kita punya kesempatan untuk mengenal lebih baik sebuah ide sehingga kita tahu kapan kita menjadi sahabat atau musuhnya. Kita punya waktu sebanyak yang kita suka. Kita dapat menimbang-nimbang, merenungkan, dan mempelajari kata-kata tercetak. Kita dapat melihatnya kembali sebanyak yang kita inginkan. Kita juga dapat mengganti ide dalam pikiran kita karena keputusan terakhir ada pada kita. Dalam sifatnya yang permanen ini terdapat kekuatan. Inilah yang menyediakan waktu bagi kita untuk berpikir bebas dan tidak tergantung, dan memilih waktu mana yang kita anggap tepat. Kata-kata tercetak adalah alat dasar komunikasi yang merupakan alat utama untuk kita belajar. Kata-kata tercetak bukan hanya citra yang dikodekan dan ditempatkan pada selembar kertas. Itu merupakan ide-ide, kearifan, dan inspirasi yang diringkas dan ditempatkan ke dalam bentuk yang dapat dibaca. Jika sebuah buku ditulis secara jujur dan baik, buku itu akan memiliki semacam kekuatan. Buku itu dapat memindahkan pembacanya di manapun ia berada ke satu tempat atau masa sesuai yang diinginkan penulisnya. Buku-buku dapat mengubah perasaan kita, menghancurkan ego, membentuk iman, membuat kita tertawa, dan menyebabkan kita berpikir. Buku dapat mengubah kehidupan pembacanya, dan banyak buku telah melakukan hal ini. Tugas pertama seorang penulis adalah menemukan dan memakai cara-cara yang membuatnya mampu melakukan hal-hal di atas. Ia harus belajar menggambarkan setiap orang, setiap situasi. Semua pengalaman yang tragis, lucu, memalukan, ganas, tak pantas, indah, atau misterius dapat menjadi bahan tulisannya. Ia harus menyampaikan apa yang dialaminya sendiri, walaupun mungkin ia tidak mengetahui apakah pengalamannya itu ada artinya bagi orang lain. Tetapi inilah risiko yang harus diambil secara jujur, karena sering nantinya ia akan disalahtafsirkan oleh orang lain. Setiap penulis membutuhkan keberanian karena setelah ia selesai membuat naskah, ia menawarkan sesuatu tentang dirinya sendiri dalam bentuk kata tercetak. Ia berkata kepada pembacanya, "Lihatlah baik-baik apa yang telah saya tulis ini. Lihatlah sesering yang Anda inginkan. Inilah yang saya katakan dan maksudkan, tetapi gunakanlah kemampuan akal, pertimbangan, dan imajinasi Anda sendiri serta buatlah kesimpulan sendiri." Jarang ada penulis yang lahir dengan kemampuan menggunakan kata-kata secara baik. Setiap penulis harus berlatih sampai ia menguasai seninya. Ia membutuhkan disiplin diri yang keras, latihan menulis dan menulis-ulang yang berat dan berjam-jam. Seorang penulis memunyai kewajiban mengenang kembali segalanya, Ia mengulangi percakapan-percakapan, menirukan aksen pembicara, nada suara, dan sikap-sikap seteliti mungkin, bagai sedang berlatih untuk menyatakannya kembali di depan penonton. Seorang penulis mengalami segala sesuatunya dua kali: sekali dalam kenyataan, sekali dalam usahanya mengekspresikan kenyataan itu dalam bentuk tertulis. Seorang penulis yang tulisannya ingin dibaca orang lain, secara cepat menyadari bahwa ia harus menulis jelas dan sederhana, ringkas dan logis. Bukan hanya keahliannya, tetapi ketulusan, karakter, dan pengetahuannya tentang hakekat manusialah yang membuat ucapan seorang penulis berpengaruh. Penulis Kristen telah menerima sebuah tugas yang di luar kemampuan terbaiknya, dan ia telah mendedikasikan dirinya untuk menyelesaikan tugas itu. Tidak menjadi soal di tingkat mana ia bekerja, seorang penulis cepat menyadari bahwa ia bukanlah pencipta yang orisinil. Kata-kata yang digunakan dan pemikiran-pemikiran yang diungkapkannya selalu merupakan gema dari sesuatu yang di luar jangkauan imajinasinya yang lemah. Tetapi kata-kata kita menjadi penuh kekuatan kala kita merasuk ke dalam kehidupan orang lain. Kita menyentuh orang lain melalui cara berpikir mereka. Kita membangun jembatan yang menghubungkan kita dengan orang lain dan memungkinkan kita memasuki lingkup keinginan mereka lewat kata-kata tertulis, mengalami hal-hal yang dialami mereka, bergembira bersama mereka, bahkan mungkin memberi instruksi kepada mereka. Penulis-penulis besar adalah bagai para pendidik yang agung, dan kesuksesan mereka adalah karena suatu alasan. Mereka adalah manusia-manusia pemikir yang menghormati kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang keras untuk menggerakkan hal-hal terbaik pada umat manusia. Mereka adalah orang-orang pemberani keyakinan, tidak takut memimpin barisan walau arah yang dituju penuh mara bahaya dan tidak disukai orang banyak. Mereka adalah orang-orang yang melihat dunia sebagai satu keseluruhan, yang tahu bahwa manusia sanggup mengangkat dirinya ke kemuliaan apabila ada orang yang menghidupkan imajinasinya dan menguraikan pandangannya. Kalau seorang penulis mampu melakukan semua ini, maka itu adalah pekerjaan mulia, seperti halnya seluruh kehidupan adalah mulia. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Menjadi Penulis: Membina Jemaat yang Menulis Judul asli buku: Write the Vision Penulis: Marion van Horne Penerjemah: Putu Laxman S. Pendit Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 2007 Halaman: 1 -- 3 TIPS__________________________________________________________________ SEPULUH PERINTAH UNTUK PENULIS KRISTEN Dari mana Anda memulainya? Bila Anda adalah seorang penulis Kristen, maka Anda memunyai ukuran tambahan dalam hal tanggung jawab menuliskan kata-kata yang sesuai dengan hati Tuhan. Standar integritas dan kebenaran yang lebih besar juga menjadi tanggung jawab Anda kepada Tuhan dan juga pembaca Anda. Oleh sebab itu muncullah standar kesempurnaan yang terus berkembang dalam penerbitan Kristen bagi seluruh penulis Kristen. Dengan seluruh harapan-harapan ini maka bagaimana Anda mulai menulis kata-kata Anda yang mencerminkan hati Tuhan? Perintah Untuk Penulis Tempat yang tepat untuk memulai adalah Sepuluh Perintah Tuhan. Berikut ini adalah penyesuaian dari Sepuluh Perintah untuk para penulis Kristen. Anda bisa membaca versi aslinya di Ulangan 5:7-21. 1. Anda tidak boleh menulis kata-kata yang mengutamakan seseorang atau sesuatu apa pun di atas Tuhan. Sulit sekali di dalam budaya kita yang dipenuhi oleh artis dan selebritis untuk menulis tentang tokoh atau orang terkenal tanpa menaruh mereka di sebuah altar seperti objek pujaan. Namun, hal ini bisa dilakukan jika Anda menulis tentang segi kemanusiaan orang tersebut. Tuliskan bagaimana orang terkenal ini memakai celananya pada pagi hari, sama seperti orang-orang lainnya ... setiap kali dimasukkan satu kaki. Ingatlah bahwa ketika Anda menulis segi kemanusiaan seseorang, tidak berarti Anda harus menulis sesuatu yang meremehkan, merendahkan, atau menghina harga diri seseorang sebagai orang yang diciptakan segambar dengan Allah. 2. Anda tidak seharusnya memuja sebuah hasil karya tulis atau seorang penulis melalui kata atau perbuatan. Anda tidak seharusnya memuja sebuah hasil karya tangan. Ketika Anda menjadi seorang penulis maka hasil tulisan dan penulis lain secara tak sengaja bisa menjadi objek pujaan. Pujaan berarti segala sesuatu yang memikat Anda untuk terus mengabdi dan berbakti kepadanya. Tulisan dan penulis bisa menjadi idola dan objek pujian bagi semua penulis. Begitu pula dengan tulisan Anda sendiri. Berhati-hatilah, jagalah hati Anda dan gunakan tulisan Anda sebagai suatu bentuk pujian dan bukan sebagai pengganti untuk pujaan. 3. Anda tidak boleh menggunakan nama Tuhan untuk mengenalkan tulisan Anda dan untuk tujuan membuat cerita Anda "Kristen". Anda bisa menjadi orang Kristen yang murni dan penulis yang hebat tanpa pernah menyebutkan nama Tuhan dalam tulisan Anda. Anda lihat, menggunakan nama Tuhan dengan sia-sia benar-benar berarti menggunakan nama Tuhan untuk melayani tujuan-tujuan Anda sendiri. Anda sama sekali tidak pernah boleh melakukan itu dalam tulisan atau dalam usaha promosi Anda. Hormatilah Tuhan melalui keterampilan menulis Anda. Dalam segala hal, hindarilah dalam tulisan Anda menyamarkan nama Tuhan untuk kepentingan pribadi. 4. Anda harus beristirahat menulis satu hari setiap minggu untuk memuji dan menyembah Tuhan. Anda tidak harus menulis setiap hari! Beristirahatlah, nikmatilah kehadiran Tuhan, nyanyikan sebuah lagu, gunakan waktu untuk bersekutu dengan saudara seiman, nikmatilah saat-saat untuk melakukan kreasi yang lain selain menulis. Pujilah dan sembah Tuhan karena Dia adalah Tuhan. 5. Anda harus selalu menghormati orang tua Anda dalam tulisan Anda. Ketika Anda menulis tentang orang tua Anda, Anda harus mengenali bagaimana mereka memengaruhi hidup Anda namun hindarilah mengungkapkan rahasia-rahasia keluarga untuk kepentingan ceritanya. Beberapa orang mungkin tidak setuju dengan saya tentang perintah ini. Namun, ada sesuatu yang alkitabiah yang bisa dijadikan teladan untuk tidak mengungkapkan dosa orang tua Anda. Teladan itu dilakukan pada zaman Nuh. Setelah banjir, Nuh menanami kebun anggur dan kemudian mabuk. Ketika mabuk, dia berbaring telanjang di tendanya. Anak bungsu Nuh, Ham, melihatnya dan memanggil dua saudaranya, Sem dan Yafet. Tetapi kedua saudaranya ini kembali ke tenda dengan membawa selimut dan menutup ayahnya yang telanjang. Ketika Nuh sadar, dia mengutuk Ham tetapi memberkati Sem dan Yafet (Kejadian 9:21-25). Ingatlah, kasih menutupi segala dosa. Bila Anda menulis tentang ayah atau ibu Anda perhatikan baik-baik apa yang Anda tulis dan bagaimana Anda menulisnya. Jangan meremehkan kemampuan dan reputasi Anda sebagai penulis untuk mengutarakan secara rinci segala keburukan keluarga Anda. Saya sering memikirkan hal ini. Menceritakan seluruh cerita keluarga telah dilakukan oleh banyak penulis dan mungkin ditulis lebih baik daripada yang pernah saya tulis. Jadi, mengapa saya membuang waktu dan akibatnya membuat Tuhan tidak senang? Dan mengapa tidak menghormati ayah dan ibu? Perlu Anda ketahui, saya berasal dari keluarga yang sangat berantakan dan dibesarkan di panti asuhan. 6. Anda tidak boleh membunuh, mengumpat, atau memfitnah siapa pun dengan menggunakan kata-kata Anda. Tulislah cerita-cerita yang bernafaskan kehidupan dan harapan. Bila Anda harus menulis cerita nonfiksi tentang kejahatan seseorang, tulislah kebenarannya (pastikan bahwa itu adalah benar dan bukan fakta interpretasi seseorang) dan tulislah untuk menyatakan hati Tuhan. 7. Anda tidak boleh menulis kata-kata intim, yang menjurus pada keinginan seksual kepada seseorang yang bukan pasangan Anda. Bila Anda sudah menikah Anda tidak boleh menulis surat cinta kepada orang lain kecuali pasangan Anda. Bila Anda belum menikah maka Anda hanya boleh menulis surat yang menunjukkan kasih dan kekaguman Anda pada sifat-sifat yang tidak terlihat dalam diri orang lain dan hindarilah komentar-komentar yang menjurus pada masalah seksual. Kidung Agung dipenuhi dengan metafora yang membuat orang malu. Bahasa yang menunjukkan gairah memang terdapat dalam Alkitab tetapi hanya dapat diterima dalam lingkup hubungan suami istri. 8. Anda tidak boleh merampas, mencuri, atau "meminjam" kata-kata dari penulis lain untuk Anda akui sebagai kata-kata Anda. Allah itu kreatif dan bisa memberi Anda cerita-cerita, ilustrasi-ilustrasi, dan ide-ide dalam imajinasi Anda yang paling liar. Jadi, mengapa mengambil kata-kata orang lain ketika Tuhan adalah sumber terbaik Anda? 9. Anda tidak boleh menggunakan kebohongan untuk melawan orang lain. Tulislah selalu kebenaran dalam kasih. Dengan demikian, Anda tidak harus mengingat apa yang Anda tulis dan pada saat yang sama Anda akan merasa lebih baik tentang tulisan tersebut. 10. Anda tidak boleh menginginkan ketenaran, keberuntungan, atau keberhasilan yang dimiliki oleh orang lain. Frank Peretti, Max Lucado, Jerry Jenkins, Brock dan Bodie Thoene dan lain sebagainya dan penulis-penulis Kristen hebat lainnya yang telah mendapatkan keberhasilan yang pantas sebagai penulis. Anda bisa belajar dari mereka dan tumbuh menjadi seorang penulis tetapi jangan pernah ingin mencuri hasil dari kerja mereka. Tuhan menciptakan pria dan wanita hebat sebagai contoh pertumbuhan dan perkembangan pribadi kita. Anda boleh menginginkan tingkat keterampilan seperti mereka tetapi Anda tidak boleh menginginkan hasil yang telah mereka capai. Saya memandang hal ini seperti berikut, Tuhan memberi lebih karena kerja keras mereka dan itu bukanlah sesuatu yang saya miliki. Jadi, saya rasa setiap penulis Kristen seharusnya bekerja keras, menulis dengan baik dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan. Itulah sepuluh hukum versi saya untuk penulis Kristen. Sediakan waktu untuk menelaah secara pribadi dan lihatlah sejauh mana Anda telah melakukan daftar tersebut. Lalu, mungkin Anda dapat menyediakan waktu untuk menulis sepuluh hukum versi Anda sendiri. Saya percaya ketika Anda mengikuti prinsip-prinsip yang terdapat dalam Sepuluh Hukum Allah maka Anda akan menulis untuk menginspirasi pembaca! (t/Ratri) Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari: Judul situs: writetoinspire.com Judul asli artikel: Ten Commandments for Christian Writers Penulis: Glenn White Alamat URL: http://www.writetoinspire.com/article1277.html TOKOH PENULIS_________________________________________________________ GRACE LIVINGSTON HILL, NOVELIS YANG SETIA MENYAMPAIKAN PESAN TUHAN Diringkas oleh: Sri Setyawati Grace Livingston Hill dikenal publik sebagai "Ratu Novel Kristen". Banyak orang yang mengaguminya. Grace adalah anak tunggal seorang pastor Presbiterian yang lahir sehari setelah peristiwa penembakan Presiden Abraham Lincoln. Grace mulai mengenal tulisan melalui buku cerita yang dibacakan orang tuanya. Grace memutuskan untuk menjadi penulis setelah suaminya meninggal. Pengalamannya menjanda memberikan kontribusi besar dalam tulisan-tulisannya. Dalam 1 tahun, rata-rata ada dua novel yang ditelurkannya. Novel pertamanya adalah "A Chautauqua Idyl" (1887). Kemudian ia menulis "The Witness" (Saksi) (1939) yang menarik perhatian harian Sunday School Herald dan yang membuat banyak orang menjadi percaya kepada Kristus serta memperbarui komitmen iman Kristen mereka. Ada juga "A Girl to Come Home To" (Gadis yang Pulang ke Rumah) yang bercerita tentang seorang veteran yang pertama kali melihat pertempuran berdarah lalu menjadi kecewa. Imannya lalu dikuatkan kembali sepulangnya dari medan perang. Sementara buku terakhir Grace yang terbit adalah "Where Two Ways Meet" (Tempat Dua Jalan Bertemu). Selain menulis novel, ia juga menulis kolom religius, "The Christian Endeavor Hour", dan berkolaborasi dengan Evangeline Booth untuk menulis "The War Romance of Salvation Army" (Romans Perang Bala Keselamatan) (1918). Awalnya, Grace memandang profesinya sebagai penulis hanyalah pekerjaan biasa. Namun, akhirnya dia merasa bahwa menjadi penulis adalah panggilan dari Tuhan. Karena itu, ia mulai menulis untuk menyampaikan dasar-dasar teguh mengenai kehidupan dan komitmen Kristen. Ia terus berjuang untuk membantu pembaca menemukan sang Juru Selamat dan menguatkan iman mereka. Ia mulai memberi perhatian penuh untuk menulis novel sejarah dan tetap memasukkan ajaran Kristus. Bahkan, dia pernah ditolak sebuah penerbit karena bukunya berisi hal-hal yang berbau kristiani. Namun, dia tidak menyerah. Grace selalu berpaling kepada Alkitab untuk mencari pertolongan. Salah satunya ia temukan dalam Ulangan 33:25. Ayat itulah yang kemudian menjadi pedoman hidupnya. Semakin sering dia memperkatakan ayat tersebut semakin kuatlah kepercayaannya pada kekuatan yang Tuhan berikan kepadanya. Di sela-sela kesibukannya, Grace mulai mengikuti pemahaman Alkitab dan mendalami Alkitab dengan perspektif baru. Hal ini membawanya pada hubungan baru yang lebih mendalam dengan Tuhan dan mendorongnya untuk lebih lagi melayani Dia. "Tuhanlah yang memberiku talenta dan kemampuan. Aku akan melakukan semua yang terbaik sebagai ungkapan syukurku pada-Nya. Aku akan lebih banyak lagi memberikan waktu dan tenaga untuk menyebarkan Injil Kristus," katanya kepada putrinya. Sejak pengenalannya yang mendalam akan Kristus, buku-bukunya semakin dikenal publik. Banyak orang yang diberkati melalui buku-bukunya. Karenanya ada artikel yang menyebutnya sebagai salah satu penulis novel Kristen Amerika paling favorit dan paling produktif. Diperkirakan lebih dari 4 juta novel karya Grace telah dicetak di Amerika. Mengapa tulisan Grace banyak diminati masyarakat? "Karena saya tidak menulis hanya demi menulis. Saya berusaha menyampaikan sebuah pesan yang Tuhan berikan dan mengerahkan semua kemampuan saya untuk menyampaikannya. Apa pun yang sudah dapat saya selesaikan, semuanya adalah karya Tuhan. Saya hanya berusaha mengikuti pimpinan dan ajaran Tuhan dalam tulisan dan pemikiran saya," jawabnya.(t/Adwin) Diterjemahkan dan diringkas dari: Judul buku: 100 Christian Women Who Changed the 20th Century Judul asli artikel: Grace Livingston Hill (1865-1947) Penulis: Helen Kooiman Hosier Penerbit: Flemming H. Revell, Michigan 2000 Halaman: 33 -- 36 Versi elektronik: Judul asli artikel: Grace Livingston Hill, Novelis yang Senantiasa Menyampaikan Pesan dari Tuhan Alamat URL: http://biokristi.sabda.org/grace_livingston_hill_novelis INFO__________________________________________________________________ BARU DARI YLSA: PUBLIKASI KADOS (KALENDER DOA SABDA) Puji Tuhan, satu lagi sebuah milis publikasi baru diterbitkan oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). Publikasi yang diberi nama KADOS (singkatan dari Kalender Doa SABDA) ini lahir dari kerinduan YLSA untuk membagikan pokok-pokok doa harian bagi para pendoa syafaat yang terbeban berdoa bagi Indonesia dan pelayanan YLSA. Semoga melalui kesatuan hati untuk berdoa ini, Tuhan akan melawat umat-Nya dan nama-Nya dimuliakan. Publikasi KADOS yang akan terbit secara mingguan, bersifat terbuka untuk semua denominasi gereja. Dengan menjadi pelanggan KADOS, maka secara otomatis Anda juga menjadi pelanggan e-Doa, Open Doors, dan 30 Hari Doa. Jadi, bagi pendoa-pendoa Kristen Indonesia yang ingin dibekali untuk menjadi pendoa yang setia dan memiliki visi, segera daftarkan nama Anda dan jadilah berkat. Kontak redaksi: ==> <doa(at)sabda.org> Untuk berlangganan, kirimkan email kosong ke: ==> <subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org> ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Sri Setyawati Kontak redaksi/kirim bahan: penulis(at)sabda.org Berlangganan: Kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti: Kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/ Situs PELITAKU: http://pelitaku.sabda.org/ Facebook: http://fb.sabda.org/penulis/ Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org ______________________________________________________________________ Melayani sejak 3 November 2004 Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN. Copyright(c) e-Penulis 2009 / YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |