Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/61 |
|
e-Penulis edisi 61 (18-11-2009)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ Edisi: 061/November/2009 Tema: Menembus Media Massa DARI REDAKSI__________________________________________________________ Shalom, Para penulis yang menorehkan tinta di berbagai halaman media cetak maupun yang berhasil menulis buku tidak serta merta mencapai kesuksesannya dengan mudah. Mereka tidak lain adalah para pejuang yang tak mengenal putus asa. Bukan hanya tenaga yang mereka korbankan, namun juga waktu, uang, dan perasaan. Tak sedikit penulis sukses yang harus bolak-balik ke kantor pos atau penerbit untuk mengirimkan tulisannya. Alih-alih tulisannya dimuat, malah surat penolakan yang datang. Lantas, apakah cukup sampai di sini? Tidak! Kita harus memiliki ketekunan dan kesabaran jika kita ingin tulisan kita menembus media massa. Ingat, selama ada keinginan pasti ada jalan. Edisi e-Penulis kali ini menyajikan artikel apik yang bisa mendorong Sahabat Penulis untuk terus menulis bukan hanya untuk konsumsi pribadi, tapi juga untuk khalayak umum. Temukan kiat-kiat kunci menulis di media massa dan cara-cara menembus media massa. Nikmati juga artikel khusus tentang lingkungan berkaitan dengan gerakan cinta lingkungan Yayasan Lembaga SABDA dalam rangka memperingati Hari Pohon yang jatuh pada 21 November ini. Jangan lewatkan pula kabar baik tentang publikasi YLSA yang merambah Facebook, pojok bahasa, dan info seputar Natal. Pastikan Sahabat Penulis memetik manfaat dari edisi ini. Staf Redaksi e-Penulis, Sri Setyawati http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/ http://pelitaku.sabda.org/ http://fb.sabda.org/penulis/ ______________________________________________________________________ Kemahiran menulis didapat dari kebiasaan, kesabaran, ketekunan, dan keuletan untuk terus-menerus mencoba dan mencoba, menulis dan menulis. DAFTAR ISI____________________________________________________________ - Dari Redaksi - Daftar Isi - Artikel 1: Kiat Menulis di Media Massa - Artikel 2: Bagaimana Caranya Agar Tulisanku Diterbitkan? - Artikel Khusus: Umat Kristen dan Lingkungan - Pena Maya: Publikasi YLSA Sudah Merambah Facebook - Pojok Bahasa: Kecuali, Selain, dan Termasuk - Info: Dapatkan Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org ARTIKEL 1 ____________________________________________________________ KIAT MENULIS DI MEDIA MASSA "Ambisi tidak akan pernah menghasilkan apa-apa sampai ia dipadukan dengan kerja keras." (NN) Barangkali banyak orang beranggapan menulis di media massa (surat kabar, majalah, tabloid, dll.) itu sulit. Sebaliknya, tidak sedikit yang berpendapat menulis di media massa itu gampang. Tidak mudah untuk menilai mana yang benar, mana yang salah. Sangat boleh jadi keduanya benar. Atau, mungkin yang benar rumusannya: gampang-gampang sulit; atau sulit-sulit gampang. Maksudnya, memang menulis di media massa itu tidak mudah, namun bukan berarti sulit melulu sehingga mustahil orang melakukannya. Kalau orang mau mengakui unsur kesulitannya, mau mendekatinya, bersedia merangkulnya, dan tidak henti-henti menjajalnya, maka lama-lama akan bisa atau terasa menjadi gampang. Sebaliknya, kalau orang beranjak dengan anggapan bahwa menulis di media massa itu gampang, bahkan karenanya lalu menggampangkan (menganggap segalanya gampang, dengan nada congkak), maka justru akan menjadi sulit, karena dia tidak bakal menghasilkan apa-apa, alias berhenti di tempat, stagnan. Dengan perkataan lain, menulis di media massa bisa menjadi gampang, bisa juga menjadi sulit, tergantung bagaimana masing-masing orang menganggap atau menyikapinya. Satu hal yang pasti, memang tidak mudah mengubah yang sulit menjadi gampang dalam sekejap. Membutuhkan proses panjang dan waktu yang tidak sebentar. Mereka yang kini berhasil menulis di media massa dengan gampang pasti pernah mengalami kegagalan, menjumpai kesulitan, atau melewati masa-masa sulit. Kemudahan yang didapatnya bukan hadiah gratis yang jatuh dari langit bak durian runtuh, melainkan hasil kerja keras puluhan atau belasan tahun yang tidak mengenal berhenti, alias kontinu. Kecuali itu, juga berkat kemauan untuk membekali diri dengan perlengkapan yang memadai berupa teknik penulisan, serta kejelian mencari bahan untuk dijadikan isi atau muatan tulisannya. Ketiganya: teknik penulisan, isi, dan kontinuitas, adalah hal-hal yang tidak boleh dilewatkan kalau orang mau berhasil menulis di media massa. Ketiganya adalah hal-hal yang harus diakrabi. Teknik Penulisan Menulis di media massa bisa diibaratkan seorang prajurit yang maju ke pertempuran. Dia harus terjun di medan yang sulit dan berat: lembah ngarai luas serasa tak berbatas, belantara lebat, tanah becek berawa-rawa, bukit terjal dan jurang curam, sungai dalam berair deras, atau padang rumput yang luas terbuka. Agar mampu menguasai medan dan dapat menaklukkan musuh, dia harus membekali diri dengan pengetahuan yang memadai tentang topografi dan karakter medan; serta perlengkapan dan senjata yang nyaris lengkap, seperti: senapan laras pendek, senapan laras panjang, granat tangan, belati atau sangkur untuk pertempuran jarak dekat, dan sebagainya. Perlengkapan dan senjata perang itu digunakan satu per satu secara taktis seturut kebutuhan agar tercapai hasil maksimal. Demikian pula halnya dengan penulis. Agar bisa menembus media massa dan menenggerkan tulisan di sana, dia harus (bukan hanya seharusnya) membekali diri dengan pengetahuan yang memadai tentang medan, yakni: jenis media dan komunitas pembaca; serta perlengkapan dan senjata yang memadai nyaris lengkap berupa teknik-teknik penulisan. Jenis media, demi mudahnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yakni: media umum dan media khusus. Masing-masing jenis sudah barang tentu memiliki ciri-ciri dan karakter yang berbeda. Media umum, seturut statusnya, bersifat umum, memuat hal-hal yang umum (apa saja bisa masuk), dan ditujukan kepada pembaca umum (siapa pun: tanpa batasan usia, jenis kelamin, ras, agama, status sosial, dsb.). Karena statusnya yang demikian itu, media jenis ini pada umumnya memacak tulisan yang sederhana dan lugas, sehingga bisa diterima siapa pun. Sebaliknya, media khusus, seturut statusnya yang khusus itu, bersifat khusus, memuat hal-hal yang khusus (misalnya: ilmu pengetahuan populer, interior, otomotif, keagamaan, dsb.), dan ditujukan kepada pembaca yang khusus pula (pemuda: cowok-cewek; wanita dewasa; anak-anak; orang lanjut usia, kelompok hobi; komunitas keagamaan; dsb.). Karena statusnya yang demikian, kecuali menuntut topik-topik khusus, media ini juga menuntut gaya tulisan atau gaya bahasa khusus pula, yang khas. Gaya bahasa untuk media massa yang ditujukan kepada pemuda-pemudi, misalnya: boleh sedikit bebas, longgar dari hukum-hukum ketatabahasaan, menggunakan idiom-idiom atau istilah-istilah yang populer di kalangan remaja -- yang lazim disebut "bahasa gaul", dan agak "norak". Sedangkan tulisan yang ditujukan kepada pembaca wanita dewasa, kecuali menampilkan tema di seputar kewanitaan, juga disarankan menggunakan bahasa yang sedikit berbunga-bunga, banyak kiasan, dan ... jangan lupa, romantis. Sementara itu, tulisan untuk majalah teknologi, yang kebanyakan dibaca oleh para teknokrat dan teknisi, selayaknya kalau menggunakan gaya bahasa yang logik-matematik, tanpa banyak bunga-bunga, singkat-padat, "to the point". Sebelum memulai, penulis harus tahu betul jenis media dan karakter pembaca yang disasar oleh media itu. Tanpa mengenali kedua hal ini, tulisannya hampir bisa dipastikan bakal ditolak. Topik yang pas buat wanita dewasa dengan gaya bahasa yang sangat bagus, misalnya, akan dimasukkan ke keranjang sampah oleh redaktur manakala tulisan itu dikirimkan ke sebuah media umum yang tidak memiliki rubrik kewanitaan. Kerja kerasnya menjadi sia-sia alias mubazir. Kecuali dituntut untuk mengenali jenis media dan karakter pembaca yang disasar, penulis harus (sekali lagi, bukan hanya seharusnya) memiliki keterampilan yang memadai berwujud teknik-teknik penulisan. Dia, bukan saja sebatas harus bisa membedakan antara berita, feature, dan artikel, melainkan lebih dari itu, harus bisa menulisnya dengan sempurna karena tahu dan menguasai teknik-teknik penulisannya dengan baik (menguasai kaidah-kaidah kebahasaan) dan benar (menguasai kaidah-kaidah jurnalistik). Isi atau Muatan Keberhasilan menulis di media massa diawali dengan pemilihan isi atau muatan tulisan. Kecuali mempertimbangkan jenis media dan sasaran komunitas pembaca (lihat uraian di atas), isi atau muatan tulisan harus mengandung pesan yang kuat, relevan, dan menarik. Isi atau muatan tulisan itu harus mengandung pesan yang kuat karena menyodorkan ide atau gagasan alternatif; relevan, karena cocok dengan isu hangat yang tengah berlangsung; dan menarik, karena menggugah atau menggelitik keingintahuan pembaca. Isi atau muatan tulisan itu bisa diperoleh di mana saja, dan kapan saja. Atau mendapat inspirasi dari mana saja. Umumnya, isi atau muatan tulisan diperoleh dari peristiwa sehari-hari. Entah dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, atau seni. Isu "gender" menjelang Pemilu 2004, yang melahirkan gagasan untuk menampilkan anggota legislatif wanita sebanyak minimal 30% dari seluruh jumlah anggota legislatif di DPR, misalnya, bisa menjadi isi yang relevan dan menarik. Dengan mengetengahkan ide atau gagasan alternatif, yang tidak sekadar mengulang-ulang ide atau gagasan orang lain yang sudah kerap dikemukakan, penulis bisa menjadikan isi itu memiliki pesan yang kuat. Masih di sekitar bidang politik, isu politisi busuk yang dilansir oleh beberapa tokoh atau komponen masyarakat juga merupakan bahan menarik untuk dijadikan isi atau muatan tulisan. Setelah yakin bahwa tema di seputar isu ini cukup relevan, menarik, dan ada pesan kuat yang akan disampaikan, media dan pembaca yang disasar jelas, fakta dan data-data yang terkumpul cukup memadai, penulis bisa mulai merancang model tulisan. Dia bisa sekadar memberitakannya, sehingga karyanya menjadi sebuah berita. Dia bisa menulisnya sebagai sebuah berita, namun dengan mendalam dan dengan sentuhan manusiawi, sehingga lahirlah sebuah tulisan khas atau feature. Kecuali itu, dia juga bisa mengemukakan analisis, penilaian, kesetujuannya atau ketidaksetujuannya dengan segala argumentasi, dan akhirnya menyodorkan ide atau gagasan alternatif, sehingga lahirlah dari tangannya sebuah artikel yang berbobot. Kontinuitas Ada orang yang berpendapat bahwa menulis itu bukan masalah bakat, apalagi warisan atau keturunan, melainkan masalah kemauan dan kesetiaan. Yang lain lagi berpendapat, menulis adalah ramuan yang terdiri dari 1% bakat dengan 99% kerja keras dan semangat pantang menyerah. Barangkali tidak sepenuhnya pendapat ini benar. Namun, juga tidak salah. Sebab kenyataan menunjukkan tidak sedikit penulis yang lahir bukan dari keluarga penulis. Kemahirannya didapat dari kebiasaan, kesabaran, ketekunan, dan keuletan untuk terus-menerus mencoba dan mencoba, menulis dan menulis. Demikianlah hendaknya yang harus dilakukan orang kalau dia ingin tulisannya terpacak di media massa. Dia tidak boleh hanya merasa puas dengan sekali dua kali menulis. Apalagi kemudian patah arang atau putus asa kalau tulisannya tidak dimuat. Bila tulisannya yang kelima belum berhasil dipacak, dia harus mengirimkan tulisan keenam. Bila di suatu media massa tulisannya ditolak, dia bisa mencoba mengirimkan ke media massa yang lain. Bila model artikel tulisannya belum berhasil menembus suatu media, dia harus mengubah model tulisannya, misalnya, menjadi tulisan khas atau feature. Demikian seterusnya, sampai redaktur merasa "jengkel", karena nama penulis itu melulu yang selalu muncul, atau "tidak tega menolak", atau alasan lain yang berbau belas kasihan, kemudian bersedia meloloskannya. Tidak mengapa. Sebab, alasan-alasan bernada permisif-sinis menyakitkan hati ini pada suatu ketika tidak mustahil akan berubah menjadi sambutan dengan penuh sukacita. Sehingga, begitu nama penulis itu muncul, dengan serta merta redaktur akan menyambutnya dengan tangan terbuka dan anggukan tanda setuju untuk meloloskannya, karena nama penulis itu telah akrab di mata dan hatinya. Singkat kata, bagi penulis yang ingin tulisannya terpacak di media massa, dengan kata lain berhasil, hendaknya membuang jauh-jauh sikap patah arang, semangat cepat menyerah, dan hasrat untuk berputus asa dari lembaran hidupnya. Hendaknya dia gantikan dengan kesetiaan yang tahan uji untuk terus-menerus menulis, konsisten pada cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai, serta disiplin pada rencana yang sudah dibuat -- rencana menulis. Baik kiranya kalau dia goreskan, bukan hanya pada dinding kamar kerjanya, melainkan di dalam sanubarinya semboyan: Tiada hari tanpa menulis! Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Menulis di Media Massa Gampang! Penulis: St. S. Tartono Penerbit: Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta 2005 Halaman: 1 -- 6 ARTIKEL 2_____________________________________________________________ BAGAIMANA CARANYA AGAR TULISAN SAYA DITERBITKAN? Kebanyakan penulis pasti berharap tulisannya diterbitkan karena melihat tulisan sendiri dicetak dan dijual merupakan dukungan yang luar biasa atas panggilan, dan (sepertinya) dapat menambah pendapatan. Saya ingin memberitahukan kepada Anda bagaimana caranya sehingga tulisan saya diterbitkan dan memberikan komentar umum berdasarkan pengalaman saya. Saya selalu ingin menulis. Saya senang menciptakan tokoh dan alur cerita dan saya suka dengan ide pengembangan orang yang menarik dan menempatkannya dalam situasi yang tak biasa atau menantang. Kira-kira 10 tahun yang lalu, saya membaca cerita pendek tentang malaikat penjaga. Gagasan tersebut membangkitkan minat dan saya mulai berpikir tentang malaikat-malaikat, khususnya menurut pandangan Kristen. Saya mengembangkan karakter malaikat penjaga versi saya, dan kemudian saya menciptakan seseorang untuk dia jaga. Saya menamainya Alex. Alex memiliki kisah pribadi yang traumatis dan pekerjaan yang menantang. Saya juga menciptakan tokoh-tokoh lain, beberapa tokoh yang menyukai dan mendukungnya sementara yang lainnya memiliki niat jahat. Dari perpaduan ini muncullah satu novel yang berjudul "Urban Angel". Awalnya saya memberi judul "The Father of Orphans". Saya mengirimkannya ke beberapa penerbit dan balasannya saya mendapat surat penolakan singkat. Lalu saya mengirimkan naskah tersebut ke anak cabang penerbit Vineyard Churches Worldwide dan mereka berkata mereka akan menerbitkannya dengan syarat saya membeli beberapa buku. Saya terima tawaran mereka, beberapa buku terjual, dan saya senang melihat tulisan saya dicetak dan dijual. Selanjutnya ada hal menarik yang terjadi. Saya rasa Tuhan menginginkan saya untuk menyampaikan sesuatu dalam pertemuan kesenian pinggiran di Greenbelt, dan membawa beberapa buku saya untuk dijual. Saya harus memikirkannya masak-masak karena untuk pergi ke Greenbelt perlu biaya banyak dan acara tersebut bersamaan dengan liburan keluarga kami ke Lake District. Akhirnya saya memutuskan untuk pergi. Saya menyampaikan pendapat saya dalam pertemuan itu kemudian saya duduk di dekat toko buku dan menawarkan buku-buku yang saya tanda tangani. Saya menjual 6 buku! Saya bisa apa? Saya rasa sepertinya Tuhan menghendaki saya untuk pergi ke acara itu, jadi saya pergi. Yang tidak saya mengerti saat itu adalah salah satu dari orang yang membeli buku saya membacanya dan memberikannya kepada pemilik toko buku di gerejanya. Si pemilik toko buku itu pun akan membacanya dan mengirimnya ke Authentic Media, anak cabang penerbit STL. Authentic Media menyukainya dan memutuskan untuk menerbitkannya untuk alasan komersial pada tahun 2004 dengan judul "Urban Angel". Hal apa yang dapat Anda ambil dari kisah ini? Berikut adalah tiga pengamatan yang bisa diambil. 1. Ketekunan Anda perlu ketekunan saat Anda menulis cerita. Saya menulis "Urban Angel" selama 1 tahun, sebagian besar pada waktu malam saat saya masih memiliki banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan sekuler. Anda juga perlu ketekunan untuk mengirimkannya ke penerbit. Jika Anda sudah selesai menulis dan Anda rasa tulisan Anda pantas dibaca, maka jangan menyerah. Tulislah sebaik yang Anda bisa dan terus tunjukkan tulisan Anda kepada orang lain. 2. "Kehendak-Mu yang Jadi" Saya tidak dapat merancang karier kepenulisan saya; Tuhanlah yang bertanggung jawab, saya berusaha mengikuti petunjuk-Nya -- sebaik yang bisa saya mengerti. Saya dorong Anda untuk melakukan hal yang sama. 3. Pergunakan Kesempatan Saya berhasil mengirimkan naskah asli saya ke grup penerbit Vineyard. Kelebihan apa yang Anda miliki? Manfaatkan itu dan semoga Tuhan memberkati usaha keras Anda. Catatan: Andrew Chamberlain adalah tokoh pemimpin di gereja Cambridge Vineyard. Dia juga seorang penulis artikel. Novelnya yang berjudul "Urban Angel" diterbitkan oleh Authentic Media. (t/Setya) Diterjemahkan dari: Nama Situs: Christian Writer Judul asli artikel: Get published! Or, How I Got Published Penulis: Andrew Chamberlain Alamat URL: http://www.christianwriter.co.uk/Articles/59500/Christian_Writer/Writers_Resources/Getting_Published/Get_published_Or.aspx ARTIKEL KHUSUS________________________________________________________ UMAT KRISTEN DAN LINGKUNGAN Oleh: Susanto Saat ini perhatian masyarakat kita kembali mengarah kepada masalah lumpur di Porong, Sidoarjo. Kebocoran tanggul pada titik 42 yang sulit tertanggulangi memaksa Badan Pelaksana Penanggulangan Lumpur di Sidoarjo (BPLS) kembali membuat kolam penampungan seluas 60 hektar. Ini artinya kolam penampungan terus meluas. Menurut data harian Kompas sampai akhir Juni 2007, luas endapan lumpur sudah mencapai 575 hektar, setara dengan 575 buah lapangan sepak bola (Jumat, 19 Oktober 2007). Banyak pihak telah mengalami kerugian akibat aliran lumpur yang tidak kunjung -kunjung berhenti. Kerugian akibat masalah lumpur Lapindo ini seharusnya bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita. Seharusnya manusia lebih bijaksana dalam mengolah alam. Tindakan eksplorasi dengan tidak memerhatikan pemeliharaan telah menimbulkan kerusakan lingkungan. Tidak disangkali bahwa proses modernisasi telah membentuk manusia menjadi makhluk konsumtif yang berupaya meraup keuntungan sebesar-besarnya tanpa peduli dengan kondisi sekitarnya. Hal demikian berpeluang memperparah merosotnya kondisi alam. Sebagai kaum kristiani, kita memiliki tanggung jawab untuk terlibat dalam pemeliharaan lingkungan. Perintah Allah kepada umat Yahudi untuk mengolah tanah mereka selama 6 tahun dan pada tahun ke-7 tanah tersebut harus diistirahatkan total -- lih. Imamat 25:1-6 -- bisa menjadi inspirasi tentang keseimbangan antara memanfaatkan alam dan pemeliharaannya. Istirahat bagi lahan pada tahun ke-7 selama setahun tentunya penting bagi pemulihan kondisi tanah. Dalam Kejadian 1:28-29 terdapat mandat Allah kepada Adam agar berkuasa atas segala binatang, dan tumbuhan-tumbuhan yang ada di bumi adalah makanan bagi Adam. Bagi saya, implikasi kedua ayat tersebut bukanlah eksplorasi tidak bertanggung jawab yang akhirnya membuat alam ini rusak. Kita adalah ciptaan yang membutuhkan alam. Dari alam manusia menerima banyak manfaat. Bila ingin hal tersebut dapat terus berlangsung maka pemanfaatan alam haruslah diimbangi dengan pemeliharaan. Sebagai ciptaan tertinggi, manusia memiliki kapasitas untuk menjaga kondisi lingkungan. Maka, jadilah pengguna-pengguna hasil alam yang bertanggung jawab, sebab ketika alam ini bergolak, manusialah yang akan menjadi korban. Seperti halnya kasus di Sidoarjo, karena ulah manusialah sehingga lumpur lapindo terus mengalir tanpa bisa dihentikan, dan manusia pula yang terkena imbasnya. Kepedulian terhadap kondisi lingkungan dapat dimulai dari lingkup yang kecil, rumah dan perkarangan sekitar kita misalnya. Jangan sampai kasus-kasus seperti lumpur Lapindo atau kerusakan-kerusakan alam lainnya terjadi lagi, karena manusia adalah salah satu yang menderita kerugian karena kerusakan alam. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: SABDA Space Penulis: Susanto Alamat URL: http://www.sabdaspace.org/umat_kristen_dan_lingkungan PENA MAYA_____________________________________________________________ PUBLIKASI YLSA SUDAH MERAMBAH FACEBOOK Kerinduan YLSA (lihat http://blog.sabda.org/2009/09/18/ylsa-merambah-ke-facebook/) untuk merambah ke Facebook akhirnya terlaksana juga. Sekarang, hampir semua publikasi YLSA sudah memiliki sebuah halaman di Facebook. Berikut adalah daftar halaman Facebook publikasi YLSA beserta alamat URL-nya. - Bio-Kristi (http://fb.sabda.org/biokristi) - e-BinaAnak (http://fb.sabda.org/binaanak) - e-Buku (http://fb.sabda.org/buku) - e-Doa (http://fb.sabda.org/doa) - e-Humor (http://fb.sabda.org/humor) - e-JEMMi (http://fb.sabda.org/misi) - e-Konsel (http://fb.sabda.org/konsel) - e-Penulis (http://fb.sabda.org/penulis) - e-Reformed (http://fb.sabda.org/reformed) - e-Wanita (http://fb.sabda.org/wanita) - Kisah (http://fb.sabda.org/kisah) - e-Leadership (http://fb.sabda.org/lead) - ICW (http://fb.sabda.org/icw) Melalui sarana Facebook ini, tentu saja Anda dapat semakin akrab berinteraksi dengan YLSA. Diharapkan, hadirnya publikasi-publikasi YLSA di Facebook dapat mewarnai Facebook dengan persekutuan antaranak-anak Tuhan yang menjadi berkat bagi banyak orang. POJOK BAHASA__________________________________________________________ KECUALI, SELAIN, DAN TERMASUK "Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 005/PUU-IV/2006 menyuratkan bahwa hakim konstitusi tidak termasuk hakim yang berada di bawah pengawasan Komisi Yudisial. Dengan kata-kata lain dapat disimpulkan bahwa "Komisi Yudisial (KY) berwenang mengawasi hakim, kecuali hakim Mahkamah Konstitusi (MK). Namun, ada juga media massa memberitakan bahwa "KY berwenang mengawasi hakim selain hakim MK." Pemakaian kata-kata "kecuali" dan "selain" oleh penutur bahasa Indonesia memang ada kalanya keliru atau tertukar. Padahal ketidakcermatan begini berpotensi menimbulkan salah tafsir amat hakiki dan riskan, sebab kedua kata sesungguhnya memiliki fungsi saling berlotak belakang. Kata "kecuali" bersifat mempersempit (eksklusif dan disintegratif), sedangkat kata "selain" bersifat memperluas (inklusif atau komplementaris). Perhatikan pemakaian kedua kata dalam contoh-contoh kalimat berikut. 1. Semua murid hadir, kecuali Ali. 2. Semua murid hadir, selain Ali. Kalimat pertama mengandung makna "semua murid hadir, tetapi Ali tidak hadir", sedangkan kalimat kedua menyiratkan arti "semua murid hadir, (termasuk) Ali juga hadir". Kekeliruan yang paling sering terjadi adalah pada penggunaan kata "selain". Maka perlu diingat bahwa kata selain bersifat mempergabungkan, bukan mempersisihkan. Demi menghindari kekeliruan penggunaan kata "selain", sangat disarankan selalu memasangkan kata "selain" dengan kata "juga" atau "pula", serta menjadikan pola tersebut sebagai acuan buku. Maka, kalimat kedua pantas diubah menjadi: "Semua murid juga hadir, selain Ali." Atau, "Semua murid hadir pula, selain Ali." Untuk menggantikan kata "selain" dapat dipakai kata "termasuk" tetapi hanya untuk beberapa kasus. Simak kalimat-kalimat berikut. 3. Semua murid hadir, termasuk Ali. 4. Selain pandai, dia juga sopan. 5. Termasuk pandai, dia juga sopan. 6. Selain memasak, saya mencuci pula. 7. Termasuk memasak, saya mencuci pula. 8. Saya juga memasak, selain mencuci. 9. Saya juga memasak, termasuk mencuci. Kalimat No. 5, 7, dan 9 adalah kalimat janggal/rancu. Kalimat No. 2 dapat digantikan dengan kalimat No. 3. Di sini benar, kata "selain" dapat disubtitusi denan kata "termasuk". Tetapi kata "selain" dalam kalimat No. 4, 6, dan 8 tidak serta merta dapat diisi dengan kata "termasuk" sebagaimana tersinyalir merancu pada kalimat No. 5, 7, dan 9. Diperlukan sedikit pemahaman logika matematika di sini. Kata "termasuk" hanya berfungsi menggabungkan satu kata kepada kata lain yang bermakna lebih luas (sesuai dengan konsep "himpunan bagian" dalam matematika), tetapi tidak dapat mempersatukan dua kata yang berbeda maknanya. Sedangkan kata "selain" dapat dipergunakan untuk mempertautkan sebuah kata, baik kepada kelompok makna lebih besar maupun terhadap kata lain yang bermakna berbeda (sebagaimana hakikat irisan dua himpunan dalam matematika). Kalimat No. 5 janggal, sebab kata "pandai" dan "sopan" merupakan dua kata dengan makna berbeda, sehingga tidak dapat dipersatukan oleh kata "termasuk". Kalimat No. 7 dan No. 8 juga demikian. Arti kata "memasak" dan "mencuci" tidak saling terkait dan makna kata yang satu tidak lebih sempit atau lebih luas daripada makna kata yang lain. "Memasak" dan "mencuci" adalah dua kata yang sama sekali berbeda maknanya. Berikut penggunaan kata "termasuk" yang afdol. 10. Termasuk bertutur halus, ia juga sopan. 11. Saya juga mengurus rumah, termasuk mencuci. "Bertutur halus" merupakan salah satu kelakuan yang tergolong "sopan" dan "mencuci" adalah bagian dari keseluruhan pekerjaan "mengurus rumah", maka kata-kata tersebut dapat disiasati membentuk kalimat dengan memanfaatkan kata "termasuk". Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama majalah: Intisari, Edisi April 2007 Penulis artikel: Lie Charlie Halaman: 90 -- 91 INFO__________________________________________________________________ DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG Bulan November telah tiba. Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan Natal, bukan? Nah, dengan gembira kami menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA telah menyediakan wadah di situs "natal.sabda.org" bagi setiap pelayan Tuhan agar bisa saling berbagi bahan-bahan Natal dalam bahasa Indonesia. Ada banyak bahan yang bisa didapatkan, seperti Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu Natal, dan bahkan sarana diskusi tentang topik Natal. Yang istimewa adalah situs "natal.sabda.org" dirancang sebagai situs yang interaktif, sehingga pengunjung dapat mendaftarkan diri untuk berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada rekan pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs "natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi berkat bagi kemuliaan nama-Nya. ==> http://natal.sabda.org/ ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Sri Setyawati Kontak redaksi/kirim bahan: penulis(at)sabda.org Berlangganan: Kirim e-mail ke subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti: Kirim e-mail ke unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/ Situs PELITAKU: http://pelitaku.sabda.org/ Facebook: http://fb.sabda.org/penulis/ Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum Network Literatur: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_literatur Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org ______________________________________________________________________ Melayani sejak 3 November 2004 Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN. Copyright(c) e-Penulis 2009 / YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |