Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/61

e-Penulis edisi 61 (18-11-2009)

Menembus Media Massa


__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
                       Edisi: 061/November/2009
                     Tema: Menembus Media Massa

DARI REDAKSI__________________________________________________________
  
  Shalom,
  
  Para penulis yang menorehkan tinta di berbagai halaman media cetak 
  maupun yang berhasil menulis buku tidak serta merta mencapai 
  kesuksesannya dengan mudah. Mereka tidak lain adalah para pejuang 
  yang tak mengenal putus asa. Bukan hanya tenaga yang mereka 
  korbankan, namun juga waktu, uang, dan perasaan. Tak sedikit penulis 
  sukses yang harus bolak-balik ke kantor pos atau penerbit untuk 
  mengirimkan tulisannya. Alih-alih tulisannya dimuat, malah surat 
  penolakan yang datang. Lantas, apakah cukup sampai di sini? Tidak! 
  Kita harus memiliki ketekunan dan kesabaran jika kita ingin tulisan 
  kita menembus media massa. Ingat, selama ada keinginan pasti ada 
  jalan.
  
  Edisi e-Penulis kali ini menyajikan artikel apik yang bisa mendorong 
  Sahabat Penulis untuk terus menulis bukan hanya untuk konsumsi 
  pribadi, tapi juga untuk khalayak umum. Temukan kiat-kiat kunci 
  menulis di media massa dan cara-cara menembus media massa. Nikmati 
  juga artikel khusus tentang lingkungan berkaitan dengan gerakan 
  cinta lingkungan Yayasan Lembaga SABDA dalam rangka memperingati 
  Hari Pohon yang jatuh pada 21 November ini. Jangan lewatkan pula 
  kabar baik tentang publikasi YLSA yang merambah Facebook, pojok 
  bahasa, dan info seputar Natal. Pastikan Sahabat Penulis memetik 
  manfaat dari edisi ini.
  
  Staf Redaksi e-Penulis,
  Sri Setyawati
  http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
  http://pelitaku.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/penulis/

______________________________________________________________________

  Kemahiran menulis didapat dari kebiasaan, kesabaran, ketekunan, dan
     keuletan untuk terus-menerus mencoba dan mencoba, menulis dan
                                menulis.


DAFTAR ISI____________________________________________________________

  - Dari Redaksi
  - Daftar Isi
  - Artikel 1: Kiat Menulis di Media Massa
  - Artikel 2: Bagaimana Caranya Agar Tulisanku Diterbitkan?
  - Artikel Khusus: Umat Kristen dan Lingkungan
  - Pena Maya: Publikasi YLSA Sudah Merambah Facebook
  - Pojok Bahasa: Kecuali, Selain, dan Termasuk
  - Info: Dapatkan Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org


ARTIKEL 1 ____________________________________________________________

                   KIAT MENULIS DI MEDIA MASSA

  "Ambisi tidak akan pernah menghasilkan apa-apa sampai ia dipadukan
  dengan kerja keras." (NN)

  Barangkali banyak orang beranggapan menulis di media massa (surat 
  kabar, majalah, tabloid, dll.) itu sulit. Sebaliknya, tidak sedikit 
  yang berpendapat menulis di media massa itu gampang. Tidak mudah 
  untuk menilai mana yang benar, mana yang salah. Sangat boleh jadi 
  keduanya benar. Atau, mungkin yang benar rumusannya: gampang-gampang 
  sulit; atau sulit-sulit gampang. Maksudnya, memang menulis di media 
  massa itu tidak mudah, namun bukan berarti sulit melulu sehingga 
  mustahil orang melakukannya. Kalau orang mau mengakui unsur 
  kesulitannya, mau mendekatinya, bersedia merangkulnya, dan tidak 
  henti-henti menjajalnya, maka lama-lama akan bisa atau terasa 
  menjadi gampang. Sebaliknya, kalau orang beranjak dengan anggapan 
  bahwa menulis di media massa itu gampang, bahkan karenanya lalu 
  menggampangkan (menganggap segalanya gampang, dengan nada congkak), 
  maka justru akan menjadi sulit, karena dia tidak bakal menghasilkan 
  apa-apa, alias berhenti di tempat, stagnan.

  Dengan perkataan lain, menulis di media massa bisa menjadi gampang, 
  bisa juga menjadi sulit, tergantung bagaimana masing-masing orang 
  menganggap atau menyikapinya. Satu hal yang pasti, memang tidak 
  mudah mengubah yang sulit menjadi gampang dalam sekejap. Membutuhkan 
  proses panjang dan waktu yang tidak sebentar. Mereka yang kini 
  berhasil menulis di media massa dengan gampang pasti pernah 
  mengalami kegagalan, menjumpai kesulitan, atau melewati masa-masa 
  sulit. Kemudahan yang didapatnya bukan hadiah gratis yang jatuh dari 
  langit bak durian runtuh, melainkan hasil kerja keras puluhan atau 
  belasan tahun yang tidak mengenal berhenti, alias kontinu. Kecuali 
  itu, juga berkat kemauan untuk membekali diri dengan perlengkapan 
  yang memadai berupa teknik penulisan, serta kejelian mencari bahan 
  untuk dijadikan isi atau muatan tulisannya. Ketiganya: teknik 
  penulisan, isi, dan kontinuitas, adalah hal-hal yang tidak boleh 
  dilewatkan kalau orang mau berhasil menulis di media massa. 
  Ketiganya adalah hal-hal yang harus diakrabi.

  Teknik Penulisan

  Menulis di media massa bisa diibaratkan seorang prajurit yang maju 
  ke pertempuran. Dia harus terjun di medan yang sulit dan berat: 
  lembah ngarai luas serasa tak berbatas, belantara lebat, tanah becek 
  berawa-rawa, bukit terjal dan jurang curam, sungai dalam berair 
  deras, atau padang rumput yang luas terbuka. Agar mampu menguasai 
  medan dan dapat menaklukkan musuh, dia harus membekali diri dengan 
  pengetahuan yang memadai tentang topografi dan karakter medan; serta 
  perlengkapan dan senjata yang nyaris lengkap, seperti: senapan laras 
  pendek, senapan laras panjang, granat tangan, belati atau sangkur 
  untuk pertempuran jarak dekat, dan sebagainya.

  Perlengkapan dan senjata perang itu digunakan satu per satu secara
  taktis seturut kebutuhan agar tercapai hasil maksimal. Demikian pula
  halnya dengan penulis. Agar bisa menembus media massa dan
  menenggerkan tulisan di sana, dia harus (bukan hanya seharusnya)
  membekali diri dengan pengetahuan yang memadai tentang medan, yakni:
  jenis media dan komunitas pembaca; serta perlengkapan dan senjata
  yang memadai nyaris lengkap berupa teknik-teknik penulisan.

  Jenis media, demi mudahnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan
  besar, yakni: media umum dan media khusus. Masing-masing jenis sudah
  barang tentu memiliki ciri-ciri dan karakter yang berbeda. Media
  umum, seturut statusnya, bersifat umum, memuat hal-hal yang umum
  (apa saja bisa masuk), dan ditujukan kepada pembaca umum (siapa pun:
  tanpa batasan usia, jenis kelamin, ras, agama, status sosial, dsb.).
  Karena statusnya yang demikian itu, media jenis ini pada umumnya
  memacak tulisan yang sederhana dan lugas, sehingga bisa diterima
  siapa pun.

  Sebaliknya, media khusus, seturut statusnya yang khusus itu, 
  bersifat khusus, memuat hal-hal yang khusus (misalnya: ilmu 
  pengetahuan populer, interior, otomotif, keagamaan, dsb.), dan 
  ditujukan kepada pembaca yang khusus pula (pemuda: cowok-cewek; 
  wanita dewasa; anak-anak; orang lanjut usia, kelompok hobi; 
  komunitas keagamaan; dsb.). Karena statusnya yang demikian, kecuali 
  menuntut topik-topik khusus, media ini juga menuntut gaya tulisan 
  atau gaya bahasa khusus pula, yang khas.

  Gaya bahasa untuk media massa yang ditujukan kepada pemuda-pemudi,
  misalnya: boleh sedikit bebas, longgar dari hukum-hukum
  ketatabahasaan, menggunakan idiom-idiom atau istilah-istilah yang
  populer di kalangan remaja -- yang lazim disebut "bahasa gaul", dan
  agak "norak". Sedangkan tulisan yang ditujukan kepada pembaca
  wanita dewasa, kecuali menampilkan tema di seputar kewanitaan, juga
  disarankan menggunakan bahasa yang sedikit berbunga-bunga, banyak
  kiasan, dan ... jangan lupa, romantis. Sementara itu, tulisan untuk
  majalah teknologi, yang kebanyakan dibaca oleh para teknokrat dan
  teknisi, selayaknya kalau menggunakan gaya bahasa yang 
  logik-matematik, tanpa banyak bunga-bunga, singkat-padat, "to the 
  point".

  Sebelum memulai, penulis harus tahu betul jenis media dan karakter 
  pembaca yang disasar oleh media itu. Tanpa mengenali kedua hal ini, 
  tulisannya hampir bisa dipastikan bakal ditolak. Topik yang pas buat 
  wanita dewasa dengan gaya bahasa yang sangat bagus, misalnya, akan 
  dimasukkan ke keranjang sampah oleh redaktur manakala tulisan itu 
  dikirimkan ke sebuah media umum yang tidak memiliki rubrik 
  kewanitaan. Kerja kerasnya menjadi sia-sia alias mubazir.

  Kecuali dituntut untuk mengenali jenis media dan karakter pembaca 
  yang disasar, penulis harus (sekali lagi, bukan hanya seharusnya) 
  memiliki keterampilan yang memadai berwujud teknik-teknik penulisan. 
  Dia, bukan saja sebatas harus bisa membedakan antara berita, 
  feature, dan artikel, melainkan lebih dari itu, harus bisa 
  menulisnya dengan sempurna karena tahu dan menguasai teknik-teknik 
  penulisannya dengan baik (menguasai kaidah-kaidah kebahasaan) dan 
  benar (menguasai kaidah-kaidah jurnalistik).

  Isi atau Muatan

  Keberhasilan menulis di media massa diawali dengan pemilihan isi 
  atau muatan tulisan. Kecuali mempertimbangkan jenis media dan 
  sasaran komunitas pembaca (lihat uraian di atas), isi atau muatan 
  tulisan harus mengandung pesan yang kuat, relevan, dan menarik. Isi 
  atau muatan tulisan itu harus mengandung pesan yang kuat karena 
  menyodorkan ide atau gagasan alternatif; relevan, karena cocok 
  dengan isu hangat yang tengah berlangsung; dan menarik, karena 
  menggugah atau menggelitik keingintahuan pembaca.

  Isi atau muatan tulisan itu bisa diperoleh di mana saja, dan kapan 
  saja. Atau mendapat inspirasi dari mana saja. Umumnya, isi atau 
  muatan tulisan diperoleh dari peristiwa sehari-hari. Entah dalam 
  bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, atau seni. Isu "gender" 
  menjelang Pemilu 2004, yang melahirkan gagasan untuk menampilkan 
  anggota legislatif wanita sebanyak minimal 30% dari seluruh jumlah 
  anggota legislatif di DPR, misalnya, bisa menjadi isi yang relevan 
  dan menarik. Dengan mengetengahkan ide atau gagasan alternatif, yang 
  tidak sekadar mengulang-ulang ide atau gagasan orang lain yang sudah 
  kerap dikemukakan, penulis bisa menjadikan isi itu memiliki pesan 
  yang kuat.

  Masih di sekitar bidang politik, isu politisi busuk yang dilansir
  oleh beberapa tokoh atau komponen masyarakat juga merupakan bahan
  menarik untuk dijadikan isi atau muatan tulisan. Setelah yakin bahwa
  tema di seputar isu ini cukup relevan, menarik, dan ada pesan kuat
  yang akan disampaikan, media dan pembaca yang disasar jelas, fakta
  dan data-data yang terkumpul cukup memadai, penulis bisa mulai
  merancang model tulisan. Dia bisa sekadar memberitakannya, sehingga
  karyanya menjadi sebuah berita. Dia bisa menulisnya sebagai sebuah
  berita, namun dengan mendalam dan dengan sentuhan manusiawi,
  sehingga lahirlah sebuah tulisan khas atau feature. Kecuali itu, dia
  juga bisa mengemukakan analisis, penilaian, kesetujuannya atau
  ketidaksetujuannya dengan segala argumentasi, dan akhirnya
  menyodorkan ide atau gagasan alternatif, sehingga lahirlah dari
  tangannya sebuah artikel yang berbobot.

  Kontinuitas

  Ada orang yang berpendapat bahwa menulis itu bukan masalah bakat, 
  apalagi warisan atau keturunan, melainkan masalah kemauan dan 
  kesetiaan. Yang lain lagi berpendapat, menulis adalah ramuan yang 
  terdiri dari 1% bakat dengan 99% kerja keras dan semangat pantang 
  menyerah. Barangkali tidak sepenuhnya pendapat ini benar. Namun, 
  juga tidak salah. Sebab kenyataan menunjukkan tidak sedikit penulis 
  yang lahir bukan dari keluarga penulis. Kemahirannya didapat dari 
  kebiasaan, kesabaran, ketekunan, dan keuletan untuk terus-menerus 
  mencoba dan mencoba, menulis dan menulis.

  Demikianlah hendaknya yang harus dilakukan orang kalau dia ingin
  tulisannya terpacak di media massa. Dia tidak boleh hanya merasa
  puas dengan sekali dua kali menulis. Apalagi kemudian patah arang
  atau putus asa kalau tulisannya tidak dimuat. Bila tulisannya yang
  kelima belum berhasil dipacak, dia harus mengirimkan tulisan keenam.
  Bila di suatu media massa tulisannya ditolak, dia bisa mencoba
  mengirimkan ke media massa yang lain. Bila model artikel tulisannya
  belum berhasil menembus suatu media, dia harus mengubah model
  tulisannya, misalnya, menjadi tulisan khas atau feature.

  Demikian seterusnya, sampai redaktur merasa "jengkel", karena nama
  penulis itu melulu yang selalu muncul, atau "tidak tega menolak",
  atau alasan lain yang berbau belas kasihan, kemudian bersedia
  meloloskannya. Tidak mengapa. Sebab, alasan-alasan bernada 
  permisif-sinis menyakitkan hati ini pada suatu ketika tidak mustahil 
  akan berubah menjadi sambutan dengan penuh sukacita. Sehingga, 
  begitu nama penulis itu muncul, dengan serta merta redaktur akan
  menyambutnya dengan tangan terbuka dan anggukan tanda setuju untuk
  meloloskannya, karena nama penulis itu telah akrab di mata dan
  hatinya.

  Singkat kata, bagi penulis yang ingin tulisannya terpacak di media 
  massa, dengan kata lain berhasil, hendaknya membuang jauh-jauh sikap 
  patah arang, semangat cepat menyerah, dan hasrat untuk berputus asa 
  dari lembaran hidupnya. Hendaknya dia gantikan dengan kesetiaan yang 
  tahan uji untuk terus-menerus menulis, konsisten pada cita-cita atau 
  tujuan yang ingin dicapai, serta disiplin pada rencana yang sudah 
  dibuat -- rencana menulis. Baik kiranya kalau dia goreskan, bukan 
  hanya pada dinding kamar kerjanya, melainkan di dalam sanubarinya 
  semboyan: Tiada hari tanpa menulis!

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Menulis di Media Massa Gampang!
  Penulis: St. S. Tartono
  Penerbit: Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta 2005
  Halaman: 1 -- 6


ARTIKEL 2_____________________________________________________________

           BAGAIMANA CARANYA AGAR TULISAN SAYA DITERBITKAN?

  Kebanyakan penulis pasti berharap tulisannya diterbitkan karena 
  melihat tulisan sendiri dicetak dan dijual merupakan dukungan yang 
  luar biasa atas panggilan, dan (sepertinya) dapat menambah 
  pendapatan. Saya ingin memberitahukan kepada Anda bagaimana caranya 
  sehingga tulisan saya diterbitkan dan memberikan komentar umum 
  berdasarkan pengalaman saya.

  Saya selalu ingin menulis. Saya senang menciptakan tokoh dan alur
  cerita dan saya suka dengan ide pengembangan orang yang menarik dan
  menempatkannya dalam situasi yang tak biasa atau menantang.
  Kira-kira 10 tahun yang lalu, saya membaca cerita pendek tentang
  malaikat penjaga. Gagasan tersebut membangkitkan minat dan saya
  mulai berpikir tentang malaikat-malaikat, khususnya menurut
  pandangan Kristen.

  Saya mengembangkan karakter malaikat penjaga versi saya, dan 
  kemudian saya menciptakan seseorang untuk dia jaga. Saya menamainya 
  Alex. Alex memiliki kisah pribadi yang traumatis dan pekerjaan yang 
  menantang. Saya juga menciptakan tokoh-tokoh lain, beberapa tokoh 
  yang menyukai dan mendukungnya sementara yang lainnya memiliki niat 
  jahat. Dari perpaduan ini muncullah satu novel yang berjudul "Urban 
  Angel".

  Awalnya saya memberi judul "The Father of Orphans". Saya
  mengirimkannya ke beberapa penerbit dan balasannya saya mendapat
  surat penolakan singkat. Lalu saya mengirimkan naskah tersebut ke
  anak cabang penerbit Vineyard Churches Worldwide dan mereka berkata
  mereka akan menerbitkannya dengan syarat saya membeli beberapa buku.
  Saya terima tawaran mereka, beberapa buku terjual, dan saya senang
  melihat tulisan saya dicetak dan dijual.

  Selanjutnya ada hal menarik yang terjadi. Saya rasa Tuhan
  menginginkan saya untuk menyampaikan sesuatu dalam pertemuan
  kesenian pinggiran di Greenbelt, dan membawa beberapa buku saya
  untuk dijual. Saya harus memikirkannya masak-masak karena untuk
  pergi ke Greenbelt perlu biaya banyak dan acara tersebut bersamaan
  dengan liburan keluarga kami ke Lake District. Akhirnya saya
  memutuskan untuk pergi. Saya menyampaikan pendapat saya dalam
  pertemuan itu kemudian saya duduk di dekat toko buku dan menawarkan
  buku-buku yang saya tanda tangani.

  Saya menjual 6 buku!

  Saya bisa apa? Saya rasa sepertinya Tuhan menghendaki saya untuk 
  pergi ke acara itu, jadi saya pergi.

  Yang tidak saya mengerti saat itu adalah salah satu dari orang yang
  membeli buku saya membacanya dan memberikannya kepada pemilik toko
  buku di gerejanya. Si pemilik toko buku itu pun akan membacanya dan
  mengirimnya ke Authentic Media, anak cabang penerbit STL.

  Authentic Media menyukainya dan memutuskan untuk menerbitkannya
  untuk alasan komersial pada tahun 2004 dengan judul "Urban Angel".

  Hal apa yang dapat Anda ambil dari kisah ini? Berikut adalah tiga
  pengamatan yang bisa diambil.

  1. Ketekunan
     Anda perlu ketekunan saat Anda menulis cerita. Saya menulis
     "Urban Angel" selama 1 tahun, sebagian besar pada waktu malam
     saat saya masih memiliki banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan
     sekuler. Anda juga perlu ketekunan untuk mengirimkannya ke
     penerbit. Jika Anda sudah selesai menulis dan Anda rasa tulisan
     Anda pantas dibaca, maka jangan menyerah. Tulislah sebaik yang
     Anda bisa dan terus tunjukkan tulisan Anda kepada orang lain.

  2. "Kehendak-Mu yang Jadi"
     Saya tidak dapat merancang karier kepenulisan saya; Tuhanlah yang
     bertanggung jawab, saya berusaha mengikuti petunjuk-Nya -- sebaik
     yang bisa saya mengerti. Saya dorong Anda untuk melakukan hal
     yang sama.

  3. Pergunakan Kesempatan
     Saya berhasil mengirimkan naskah asli saya ke grup penerbit
     Vineyard. Kelebihan apa yang Anda miliki? Manfaatkan itu dan
     semoga Tuhan memberkati usaha keras Anda.

  Catatan: Andrew Chamberlain adalah tokoh pemimpin di gereja 
  Cambridge Vineyard. Dia juga seorang penulis artikel. Novelnya yang 
  berjudul "Urban Angel" diterbitkan oleh Authentic Media. (t/Setya)

  Diterjemahkan dari:
  Nama Situs: Christian Writer
  Judul asli artikel: Get published! Or, How I Got Published
  Penulis: Andrew Chamberlain
  Alamat URL: http://www.christianwriter.co.uk/Articles/59500/Christian_Writer/Writers_Resources/Getting_Published/Get_published_Or.aspx


ARTIKEL KHUSUS________________________________________________________

                     UMAT KRISTEN DAN LINGKUNGAN
                            Oleh: Susanto

  Saat ini perhatian masyarakat kita kembali mengarah kepada masalah 
  lumpur di Porong, Sidoarjo. Kebocoran tanggul pada titik 42 yang 
  sulit tertanggulangi memaksa Badan Pelaksana Penanggulangan Lumpur 
  di Sidoarjo (BPLS) kembali membuat kolam penampungan seluas 60 
  hektar. Ini artinya kolam penampungan terus meluas. Menurut data 
  harian Kompas sampai akhir Juni 2007, luas endapan lumpur sudah 
  mencapai 575 hektar, setara dengan 575 buah lapangan sepak bola 
  (Jumat, 19 Oktober 2007). Banyak pihak telah mengalami kerugian 
  akibat aliran lumpur yang tidak kunjung -kunjung berhenti.

  Kerugian akibat masalah lumpur Lapindo ini seharusnya bisa menjadi 
  pelajaran berharga bagi kita. Seharusnya manusia lebih bijaksana 
  dalam mengolah alam. Tindakan eksplorasi dengan tidak memerhatikan 
  pemeliharaan telah menimbulkan kerusakan lingkungan. Tidak 
  disangkali bahwa proses modernisasi telah membentuk manusia menjadi 
  makhluk konsumtif yang berupaya meraup keuntungan sebesar-besarnya 
  tanpa peduli dengan kondisi sekitarnya. Hal demikian berpeluang 
  memperparah merosotnya kondisi alam.

  Sebagai kaum kristiani, kita memiliki tanggung jawab untuk terlibat 
  dalam pemeliharaan lingkungan. Perintah Allah kepada umat Yahudi 
  untuk mengolah tanah mereka selama 6 tahun dan pada tahun ke-7 tanah 
  tersebut harus diistirahatkan total -- lih. Imamat 25:1-6 -- bisa 
  menjadi inspirasi tentang keseimbangan antara memanfaatkan alam dan 
  pemeliharaannya. Istirahat bagi lahan pada tahun ke-7 selama setahun 
  tentunya penting bagi pemulihan kondisi tanah. Dalam Kejadian 
  1:28-29 terdapat mandat Allah kepada Adam agar berkuasa atas segala 
  binatang, dan tumbuhan-tumbuhan yang ada di bumi adalah makanan bagi 
  Adam. Bagi saya, implikasi kedua ayat tersebut bukanlah eksplorasi 
  tidak bertanggung jawab yang akhirnya membuat alam ini rusak. Kita 
  adalah ciptaan yang membutuhkan alam. Dari alam manusia menerima 
  banyak manfaat. Bila ingin hal tersebut dapat terus berlangsung maka 
  pemanfaatan alam haruslah diimbangi dengan pemeliharaan. Sebagai 
  ciptaan tertinggi, manusia memiliki kapasitas untuk menjaga kondisi 
  lingkungan.

  Maka, jadilah pengguna-pengguna hasil alam yang bertanggung jawab, 
  sebab ketika alam ini bergolak, manusialah yang akan menjadi korban. 
  Seperti halnya kasus di Sidoarjo, karena ulah manusialah sehingga 
  lumpur lapindo terus mengalir tanpa bisa dihentikan, dan manusia 
  pula yang terkena imbasnya. Kepedulian terhadap kondisi lingkungan 
  dapat dimulai dari lingkup yang kecil, rumah dan perkarangan sekitar 
  kita misalnya. Jangan sampai kasus-kasus seperti lumpur Lapindo atau 
  kerusakan-kerusakan alam lainnya terjadi lagi, karena manusia adalah 
  salah satu yang menderita kerugian karena kerusakan alam.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: SABDA Space
  Penulis: Susanto
  Alamat URL: http://www.sabdaspace.org/umat_kristen_dan_lingkungan


PENA MAYA_____________________________________________________________

                PUBLIKASI YLSA SUDAH MERAMBAH FACEBOOK

  Kerinduan YLSA (lihat http://blog.sabda.org/2009/09/18/ylsa-merambah-ke-facebook/) 
  untuk merambah ke Facebook akhirnya terlaksana juga. Sekarang, 
  hampir semua publikasi YLSA sudah memiliki sebuah halaman di 
  Facebook. Berikut adalah daftar halaman Facebook publikasi YLSA 
  beserta alamat URL-nya.

  - Bio-Kristi (http://fb.sabda.org/biokristi)
  - e-BinaAnak (http://fb.sabda.org/binaanak)
  - e-Buku (http://fb.sabda.org/buku)
  - e-Doa (http://fb.sabda.org/doa)
  - e-Humor (http://fb.sabda.org/humor)
  - e-JEMMi (http://fb.sabda.org/misi)
  - e-Konsel (http://fb.sabda.org/konsel)
  - e-Penulis (http://fb.sabda.org/penulis)
  - e-Reformed (http://fb.sabda.org/reformed)
  - e-Wanita (http://fb.sabda.org/wanita)
  - Kisah (http://fb.sabda.org/kisah)
  - e-Leadership (http://fb.sabda.org/lead)
  - ICW (http://fb.sabda.org/icw)

  Melalui sarana Facebook ini, tentu saja Anda dapat semakin akrab 
  berinteraksi dengan YLSA. Diharapkan, hadirnya publikasi-publikasi 
  YLSA di Facebook dapat mewarnai Facebook dengan persekutuan 
  antaranak-anak Tuhan yang menjadi berkat bagi banyak orang. 


POJOK BAHASA__________________________________________________________

                   KECUALI, SELAIN, DAN TERMASUK
                   
  "Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 005/PUU-IV/2006 menyuratkan bahwa 
  hakim konstitusi tidak termasuk hakim yang berada di bawah 
  pengawasan Komisi Yudisial. Dengan kata-kata lain dapat disimpulkan 
  bahwa "Komisi Yudisial (KY) berwenang mengawasi hakim, kecuali hakim 
  Mahkamah Konstitusi (MK). Namun, ada juga media massa memberitakan 
  bahwa "KY berwenang mengawasi hakim selain hakim MK."
  
  Pemakaian kata-kata "kecuali" dan "selain" oleh penutur bahasa 
  Indonesia memang ada kalanya keliru atau tertukar. Padahal 
  ketidakcermatan begini berpotensi menimbulkan salah tafsir amat 
  hakiki dan riskan, sebab kedua kata sesungguhnya memiliki fungsi 
  saling berlotak belakang. Kata "kecuali" bersifat mempersempit 
  (eksklusif dan disintegratif), sedangkat kata "selain" bersifat 
  memperluas (inklusif atau komplementaris).                   
  
  Perhatikan pemakaian kedua kata dalam contoh-contoh kalimat berikut.
  1. Semua murid hadir, kecuali Ali.
  2. Semua murid hadir, selain Ali.
  
  Kalimat pertama mengandung makna "semua murid hadir, tetapi Ali 
  tidak hadir", sedangkan kalimat kedua menyiratkan arti "semua murid 
  hadir, (termasuk) Ali juga hadir". Kekeliruan yang paling sering 
  terjadi adalah pada penggunaan kata "selain". Maka perlu diingat 
  bahwa kata selain bersifat mempergabungkan, bukan mempersisihkan.
  
  Demi menghindari kekeliruan penggunaan kata "selain", sangat 
  disarankan selalu memasangkan kata "selain" dengan kata "juga" atau 
  "pula", serta menjadikan pola tersebut sebagai acuan buku. Maka, 
  kalimat kedua pantas diubah menjadi: "Semua murid juga hadir, selain 
  Ali." Atau, "Semua murid hadir pula, selain Ali."
  
  Untuk menggantikan kata "selain" dapat dipakai kata "termasuk" 
  tetapi hanya untuk beberapa kasus. Simak kalimat-kalimat berikut.
  
  3. Semua murid hadir, termasuk Ali.
  4. Selain pandai, dia juga sopan.
  5. Termasuk pandai, dia juga sopan.
  6. Selain memasak, saya mencuci pula.
  7. Termasuk memasak, saya mencuci pula.
  8. Saya juga memasak, selain mencuci.
  9. Saya juga memasak, termasuk mencuci.

  Kalimat No. 5, 7, dan 9 adalah kalimat janggal/rancu. Kalimat No. 2 
  dapat digantikan dengan kalimat No. 3. Di sini benar, kata "selain" 
  dapat disubtitusi denan kata "termasuk". Tetapi kata "selain" dalam 
  kalimat No. 4, 6, dan 8 tidak serta merta dapat diisi dengan kata 
  "termasuk" sebagaimana tersinyalir merancu pada kalimat No. 5, 7, 
  dan 9.
  
  Diperlukan sedikit pemahaman logika matematika di sini. Kata 
  "termasuk" hanya berfungsi menggabungkan satu kata kepada kata lain 
  yang bermakna lebih luas (sesuai dengan konsep "himpunan bagian" 
  dalam matematika), tetapi tidak dapat mempersatukan dua kata yang 
  berbeda maknanya. Sedangkan kata "selain" dapat dipergunakan untuk 
  mempertautkan sebuah kata, baik kepada kelompok makna lebih besar 
  maupun terhadap kata lain yang bermakna berbeda (sebagaimana hakikat 
  irisan dua himpunan dalam matematika).
  
  Kalimat No. 5 janggal, sebab kata "pandai" dan "sopan" merupakan dua 
  kata dengan makna berbeda, sehingga tidak dapat dipersatukan oleh 
  kata "termasuk". Kalimat No. 7 dan No. 8 juga demikian. Arti kata 
  "memasak" dan "mencuci" tidak saling terkait dan makna kata yang 
  satu tidak lebih sempit atau lebih luas daripada makna kata yang 
  lain. "Memasak" dan "mencuci" adalah dua kata yang sama sekali 
  berbeda maknanya.
  
  Berikut penggunaan kata "termasuk" yang afdol.
  
  10. Termasuk bertutur halus, ia juga sopan.
  11. Saya juga mengurus rumah, termasuk mencuci.
  
  "Bertutur halus" merupakan salah satu kelakuan yang tergolong 
  "sopan" dan "mencuci" adalah bagian dari keseluruhan pekerjaan 
  "mengurus rumah", maka kata-kata tersebut dapat disiasati membentuk 
  kalimat dengan memanfaatkan kata "termasuk".
  
  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama majalah: Intisari, Edisi April 2007
  Penulis artikel: Lie Charlie
  Halaman: 90 -- 91
   

INFO__________________________________________________________________

         DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG

  Bulan November telah tiba. Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan
  pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan Natal, bukan? Nah,
  dengan gembira kami menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA
  telah menyediakan wadah di situs "natal.sabda.org" bagi setiap
  pelayan Tuhan agar bisa saling berbagi bahan-bahan Natal dalam
  bahasa Indonesia. Ada banyak bahan yang bisa didapatkan, seperti
  Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal,
  Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi
  Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal,
  Lagu Natal, dan bahkan sarana diskusi tentang topik Natal.

  Yang istimewa adalah situs "natal.sabda.org" dirancang sebagai
  situs yang interaktif, sehingga pengunjung dapat mendaftarkan diri
  untuk berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis
  blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada
  rekan pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs
  "natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari
  kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi
  berkat bagi kemuliaan nama-Nya.

  ==> http://natal.sabda.org/

______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Sri Setyawati
Kontak redaksi/kirim bahan: penulis(at)sabda.org
Berlangganan: Kirim e-mail ke subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: Kirim e-mail ke unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs PELITAKU: http://pelitaku.sabda.org/
Facebook: http://fb.sabda.org/penulis/
Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum
Network Literatur: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_literatur

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org
______________________________________________________________________
Melayani sejak 3 November 2004
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
Copyright(c) e-Penulis 2009 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org