Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/51 |
|
e-Penulis edisi 51 (21-1-2009)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ Edisi: 051/Januari/2009 Tema: Kriteria Tulisan Bagus DARI REDAKSI__________________________________________________________ TAHUN BARU, TULISAN BAGUS! Shalom, Puji Tuhan! Kita kembali menapak di tahun yang baru. Tahun yang penuh dengan tantangan di depan mata, yang oleh sebagian orang dikatakan bahwa keadaannya tidak akan lebih baik dari tahun kemarin. Ya, keadaan dunia mungkin akan tidak lebih baik daripada sebelumnya. Namun, kegelapan tetap membutuhkan cahaya, dan kekeringan tetap membutuhkan setetes embun. Sebagai penulis Kristen, atau paling tidak sebagai orang yang punya minat berkawan dengan "pena dan kertas", apa yang Sahabat Pembaca dapat lakukan agar berdampak bagi dunia ini melalui setiap goresan pena kita? Salah satu cara agar tulisan yang kita hasilkan berdampak bagi dunia ini adalah mengusahakan agar tulisan kita dapat menjadi sebuah tulisan yang bagus. Apa maksudnya tulisan yang bagus itu? Bagaimana kita dapat menyajikan sebuah tulisan kristiani yang bagus? Apa sajakah kriteria tulisan bagus itu? Segera tengok artikel dan tips yang redaksi sajikan untuk menjawab hal tersebut. Jangan lewatkan pula kolom Pojok Bahasa yang mengajak kita semakin memperbagus tulisan kita dengan mengurangi istilah-istilah asing dan lebih akrab dengan istilah yang ada dalam negeri sendiri. Marilah kita mengisi tahun yang baru untuk membuat "tulisan bagus", yang tentunya dapat diperhitungkan, memiliki dampak, dan menjadi sarana kesaksian untuk mengenalkan kasih Kristus. Tidak lupa, kami menginformasikan adanya penambahan kolom baru dalam e-Penulis mulai edisi Januari 2009 ini, yaitu kolom Pena Maya. Dalam kolom ini, Sahabat Pembaca dapat membaca ulasan-ulasan situs seputar kepenulisan yang kami harap dapat memperkaya referensi kita semua. Redaksi juga membuka diri untuk menerima ulasan-ulasan situs/blog dari Sahabat Pembaca sekalian. Kami ucapkan selamat memaknai tahun 2009 ini dengan tulisan-tulisan bagus Sahabat Pembaca sekalian. SELAMAT TAHUN BARU 2009! Pimpinan Redaksi e-Penulis, Davida Welni Dana ______________________________________________________________________ MENULISLAH TERUS AGAR KAMU PUNYA PENGALAMAN MENULIS DAFTAR ISI____________________________________________________________ - Dari Redaksi: Tahun Baru, Tulisan Bagus! - Daftar Isi - Artikel: Penyajian Isi Sebuah Artikel - Tips: Kriteria Tulisan Bagus - Pena Maya: Corat-Coret Bahasa: Blognya Pengutak-Atik Bahasa - Pojok Bahasa: Yuk, Kurangi Istilah Asing ARTIKEL_______________________________________________________________ PENYAJIAN ISI SEBUAH ARTIKEL "Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: `Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya.`" (Habakuk 2:2) Ibarat sebuah khotbah, sebuah tulisan/artikel sebenarnya memiliki komponen yang hampir sama. Artinya, khotbah maupun artikel memunyai tiga komponen, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Dalam mengomunikasikannya, khotbah maupun artikel tulisan menggunakan bahasa. Kedua-duanya menekankan komunikasi, komunikasi yang mudah dipahami. Kedua-duanya memiliki tujuan yang sama: menyampaikan sesuatu kepada pendengar atau pembacanya. Lalu, mengapa sebuah khotbah yang dituliskan tidak otomatis dianggap sebagai sebuah artikel yang dapat dimuat begitu saja? Masalahnya adalah penampilan. Struktur. Khotbah perlu didengarkan dengan telinga, sedangkan artikel perlu dibaca dengan mata! Tetapi dari segi isi, tetap sama. Kalau seseorang hendak menulis artikel, apa saja yang pantas dituliskannya? Cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini, niscaya Anda dapat memahaminya. 1. Apakah isi yang Anda kemukakan itu menarik dan bernilai bagi orang banyak? (Anda tidak perlu menyia-nyiakan waktu untuk yang tidak berguna.) 2. Apakah bahan yang Anda kemukakan relevan dengan misi majalah yang hendak memuat tulisan Anda? (Kalau tidak relevan, mengapa Anda mengirimkannya?) 3. Apakah tulisan yang hendak Anda kirimkan itu tepat waktunya? (Semua editor terikat pada waktu dan aktualitas. Mereka memiliki jadwal berupa kalender peristiwa. Yang paling mengerikan ialah "deadline", batas waktu!) 4. Apakah pokok masalah ini cocok bagi saya? (Ingat, di dunia ini banyak hal yang menarik. Banyak hal yang tidak kita ketahui dan tidak akrab dengan kita. Kalau bukan bidang sendiri, janganlah menyentuhnya. Minat sangat menentukan keberhasilan. Pengetahuan dapat ditambahkan melalui riset, tetapi kemampuan kita terbatas. Tidak mungkin kita dapat menguasai segala hal dan menulis tentang segala hal.) 5. Dengan pola bagaimanakah tulisan itu dibuat? (Ada banyak bentuk tulisan. Apakah tulisan itu lebih berhasil ditulis dalam bentuk puisi, cerita, atau artikel biasa saja?) 6. Dari manakah ide itu diperoleh? (Tiap hari surat kabar terbit, majalah berpuluh-puluh, pertemuan dengan orang terjadi, warta gereja bermunculan, dan lain-lain. Apakah Anda dapat memerhatikannya dengan cermat?) Kalau Anda dapat menjawab serta memahami pertanyaan-pertanyaan tersebut, mulailah menulis. Carilah judul yang menarik, "lead" yang memikat, dan isi yang mengesankan, serta penutup yang sukar dilupakan. GAYA Setiap orang memiliki cara berbicara sendiri, gaya sendiri yang berbeda dengan orang lain. Tidak seorang pun yang memiliki persamaan yang mutlak dengan orang lain dalam hal berbicara, menulis, dan menyusun buah pikiran. Masing-masing memiliki kepribadian sendiri. Gaya memang amat erat kaitannya dengan kepribadian. Gaya ini berisi enam komponen seperti yang berikut. 1. Kejelasan Tulisan yang kaku menunjukkan jalan pikiran yang kurang lancar atau penguasaan masalah yang kurang memadai. Seorang penulis harus menuliskan idenya dalam struktur kalimat yang jelas dan mudah dipahami. Fakta yang terdapat di dalamnya otentik dan tepat. Bahasanya jernih dan pilihan katanya membangkitkan kesan yang kuat. Hanya kata yang dituliskan di tempat yang tepat yang dapat memberikan hasil yang baik. 2. Selera Anda sebaiknya tahu tentang waktu hidup manusia. Pembaca zaman ini berbeda dengan pembaca 50 tahun yang lalu. Nah, Anda menyampaikan suatu kabar yang telah diseru-serukan ribuan tahun, maka cara penyampaian Anda harus kreatif. Isi bisa tetap sama, tetapi penyajian dapat berbeda, yang cocok untuk zaman ini. Penampilan itu diramu secara tajam, bernas, dan tegas. Ada bagian yang humoris, tetapi bersih dan murni, sopan dan sederhana. Kata yang menyakiti pembaca hendaknya dihindarkan, namun Anda juga harus menghindari pujian yang tidak pada tempatnya, atau kata-kata yang muluk-muluk, tetapi tidak memiliki makna. 3. Seimbang Antara pendahuluan, isi, maupun penutup harus seimbang, saling mengisi. Pendahuluan yang terlalu panjang merebut porsi isi, begitu pula penutup yang bertele-tele, membuat pembaca jemu dan kehilangan konsentrasi. Di samping itu, kalimat jangan berpanjang-panjang. Struktur kalimat yang pendek, tetapi berisi lebih diharapkan. Peralihan buah pikiran terdapat dalam paragraf yang sudah selesai. Pengembangan paragraf ini harus dilakukan dengan cara yang baik. Buah pikiran yang kurang jelas harus diperjelas. Setiap paragraf pada umumnya mengandung sebuah ide atau pikiran yang utuh. Paragraf berikutnya mendukung yang sebelumnya. Judul tulisan harus berhubungan dengan anak judul dan kesimpulan tidak boleh berlainan dari pokok pikiran yang dikemukakan. Satu dengan yang lain harus seimbang. 4. Warna Kata mengandung makna tersendiri. Penulis yang melatih diri untuk menggunakannya, akan mampu memberi pemahaman yang berwarna bagi pembacanya melalui penempatan kata itu. Sentuhlah pancaindra pembaca melalui bahasa Anda. Gerakkan hati pembaca melalui kata dan kalimat yang dramatis. Timbulkan bayangan warna, rasa, bau, dan nada dalam pikiran pembaca. 5. Tindak Laku Bahasa yang hidup membuat orang bergerak dan membangkitkan emosi. Penulis yang baik akan menyusun tulisannya dari awal sampai akhir dengan cara yang memikat. Itulah yang diungkapkan seseorang dalam tulisannya. Dapatkah Anda menjawabnya? Anda menjadi penulis yang berhasil dan sukses! Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Bagaimana Menjadi Penulis Artikel Kristiani yang Sukses Penulis: Drs. Wilson Nadeak Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung Halaman: 43 -- 47 TIPS__________________________________________________________________ KRITERIA TULISAN BAGUS Apa itu Tulisan Bagus? "Tulisan yang bagus itu isinya menggugah dan dapat memberi inspirasi positif kepada pembacanya." Sebuah tulisan, baik dalam bentuk panjang maupun pendek, disebut bagus apabila memenuhi sejumlah kriteria tertentu. Kriteria ini bisa sangat beragam karena dipengaruhi subjektivitas dan berbagai kepentingan serta tergantung pada zaman. Kriteria Tulisan Bagus Tiap-tiap orang memiliki seleranya sendiri-sendiri dalam menilai sebuah tulisan. Tetapi hendaknya kita berkiblat kepada pendapat orang yang dinilai berkompeten menelaah karya tulis sesuai dengan pendidikan dan reputasinya. Tulisan yang bagus juga seharusnya bebas dari "pesan sponsor" yang lazimnya adalah penguasa. Dan akhirnya nilai suatu tulisan pun ditentukan oleh budaya dan pola pikir masyarakat pada zamannya. Normalnya, tulisan bagus memenuhi kriteria-kriteria standar sebagai berikut. 1. Mengungkapkan Hal-Hal Baru Sebuah tulisan sudah tergolong bagus apabila ia mengungkapkan hal-hal baru. Contoh paling gampang dapat ditemukan dalam jurnal-jurnal ilmiah. Publikasi hipotesis yang menyatakan bahwa virus HIV penyebab penyakit AIDS oleh Dr. Robert Gallo langsung dianggap tulisan bagus karena jelas mengungkapkan hal baru. 2. Benar dan Lengkap Mana mungkin berita atau cerita bohong bisa jadi tulisan bagus? Menghebohkan ya, bagus "enggaklah". Mengesampingkan fiksi atau kisah fantasi, jelas tulisan (faktual) bagus harus juga mengandung kebenaran dan lengkap. Tengoklah, berita atau artikel feature di surat kabar bereputasi baik selalu menjunjung nilai-nilai kejujuran dan berperspektif komprehensif; berbeda dengan tulisan di "koran kuning" yang hanya mementingkan sensasi. 3. Merupakan Pendapat/Ide Orisinal Tulisan yang bagus biasanya sekaligus merupakan pendapat orisinal penulisnya. Kolom atau opini yang dimuat dalam media massa dianggap bagus apabila mencerminkan pendapat/solusi/saran orisinal penulisnya atas suatu kejadian atau masalah. Tulisan yang tidak berisi ide baru tak dapat dikatakan bagus, walaupun penyajiannya memikat. 4. Isinya Menggugah Isi tulisan yang bagus bisa menggugah pembacanya berbuat positif, memerbaiki akhlak dan moral masyarakat, atau paling tidak, memberi inspirasi mencerahkan. 5. Temanya Istimewa Tema yang tidak biasa dapat menyulap sebuah tulisan menjadi bernilai tinggi dan bagus. Ketika orang ramai menulis tentang pentingnya memberhentikan pengeluaran izin baru bagi penebangan hutan, anda dapat menulis soal kelangkaan bahan baku kayu yang mungkin dialami pabrik kayu lapis dan industri mebel kayu sebagai konsekuensinya. Hasil karya ini bisa dianggap tulisan bagus karena temanya berbeda dengan pandangan umum. 6. Mengandung Kejutan Novel-novel detektif, suspense, atau thriller, mengandalkan ketegangan dan kejutan untuk menjadi karya terpoluler dan terbaik. 7. Menyangkut Peristiwa Besar Analisis-analisis yang ditulis menyangkut suatu peristiwa besar berpotensi menjadi tulisan bagus. Pandangan baru atas, misalnya, Revolusi Perancis (1789) atau pendaratan Apollo II di bulan (1963) selalu menarik dan berpeluang menjadi karya bagus, biarpun mundur menentang waktu. 8. Mengenai Orang Ternama Hillary Clinton menulis sepenggalan autobiografinya, "It Tooks a Village" dan laris, sebab ia pernah menjadi Ibu Negara Amerika Serikat. Semua orang ingin tahu tentang pengalamannya selama mendampingi Presiden Bill Clinton (1992 -- 2000). Kalau Suminah juga menulis riwayat hidupnya, hasilnya sulit menjadi tulisan yang bagus, sebab orang tak mengenal siapa Suminah. 9. Bahasanya Bagus Karya Linus Suryadi Ag, "Pengakuan Pariyem", diakui bagus teristimewa karena ditulis dalam format prosa lirik dengan kata-kata yang indah dan mendalam. Biasanya karya yang dikategorikan bernilai sastra, apalagi puisi, selain temanya menyentuh, bahasanya juga luar biasa. 10. Penulisnya Top Kalau enak atau tidaknya makanan bergantung kepada keahlian juru masak yang mengolahnya, bagus tidaknya karya tulis pun sering kali ditentukan oleh siapa penulisnya. Sekali seorang penulis menghasilkan karya bagus, maka karyanya selanjutnya cenderung dianggap bagus pula. 11. Terpublikasi Melalui Media Tepat Tulisan bagus juga perlu dipublikasikan melalui media yang tepat dan dengan cara yang baik. Cerita pendek yang dimuat dalam Majalah Sastra Horizon, umpamanya, selalu ditafsirkan sebagai cerpen bagus. Dalam kata-kata lain, tulisan yang bagus sekali pun tidak akan tampak bagus apabila dipublikasikan melalui media yang "salah". Semakin banyak suatu tulisan memenuhi kriteria-kriteria di atas, semakin bagus pula nilai tulisan itu. Jadi, untuk menghasilkan tulisan yang dapat dinilai bagus, Anda perlu berusaha merancang dan mengerjakannya mengikuti koridor batas-batas kriteria di atas. Tulisan Anda memang tak dapat disaring lolos melalui semua kriteria tersebut, sebab nilai sebuah karya tulis pun memang perlu ditentukan terlebih dahulu kategorinya sebelum diuji mutunya menurut kriteria yang sesuai. Jika Anda menulis roman, contohnya, tentu tak perlu menyajikan data dan mungkin tidak selalu harus ada hubungannya dengan orang-orang tersohor. Bagus tidaknya karya tulis dapat ditentukan pula oleh golongan pembacanya sendiri-sendiri. Maksudnya, suatu tulisan bisa dinilai bagus oleh kalangan pembaca tertentu, tetapi, sebaliknya, dianggap tidak bagus oleh kelompok pembaca lain. Karya Pramoedia Ananta Toer menjadi contoh yang tepat. Meskipun berbaur dengan alasan politik dan ideologi, karya P.A. Toer pada satu sisi dicemooh oleh golongan tertentu, tetapi pada sisi lain dipuji oleh golongan yang berbeda. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Jadi Penulis Ngetop Itu Mudah Penulis: Lie Charlie Penerbit: Nexx Media, Inc., Surabaya 2006 Halaman: 1 -- 5 PENA MAYA_____________________________________________________________ CORAT-CORET BAHASA: BLOGNYA PENGUTAK-ATIK BAHASA Kemajuan dalam bidang komputer dan telekomunikasi menyebabkan pesatnya arus informasi yang mengalir ke masyarakat. Kika dulu sumber informasi hanya terbatas pada media cetak dan elektronik, kini masyarakat mengenal internet sebagai salah satu rujukan sumber informasi. Begitu juga dengan dunia kepenulisan, internet merupakan sebuah "angin baru" yang berhembus yang ikut mewarnai keragaman dunia tulis-menulis. Mencari informasi tentang dunia kepenulisan dan bahasa Indonesia di internet kini tidak sesulit dahulu, banyak penulis, baik profesional maupun amatir, yang membagikan ilmu hingga memajang karyanya melalui internet. Salah satunya adalah blog yang bertajuk "Corat-Coret Bahasa" milik Indonesia-Saram. Anda dapat meraup banyak pengetahuan seputar kebahasaan dalam blog ini, melalui kategori-kategori yang disusun oleh pemiliknya, antara lain dalam kategori Bahasa dan Kekristenan, Bahasa Tulis, Bibliografi, Leksikografi, Leksikologi, Morfologi, Pengajaran Bahasa, Pragmatik, Salah Kaprah, Sapaan, Sastra, Semantik, Sosiolinguistik, Talenta Bahasa, Tanda Baca, Tata Bahasa, Transliterasi, atau Wacana. Dari isinya, terlihat bahwa situs ini dipelihara dengan baik oleh sang pemilik karena setiap komentar pengunjung direspons kembali dan pemiliknya pun rajin menambah tulisan-tulisan baru di dalamnya. Jika Anda ingin menambah pengetahuan Anda seputar bahasa Indonesia, maka sayang sekali jika Anda melewatkan blog yang satu ini. Selamat berkunjung! ==> http://indonesiasaram.wordpress.com/ Oleh: Yohanna P.A. (Redaksi) POJOK BAHASA__________________________________________________________ YUK, KURANGI ISTILAH ASING Masalah kebahasaan tidak terlepas dari kehidupan masyarakat penuturnya. Dalam hubungan dengan kehidupan masyarakat bahasa Indonesia, telah terjadi berbagai perubahan, terutama yang berkaitan dengan tatanan kehidupan dunia dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Kondisi itu telah menempatkan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, pada posisi strategis yang memungkinkan bahasa itu memasuki berbagai sendi kehidupan bangsa dan memengaruhi perkembangan bahasa Indonesia. Kondisi tersebut telah membawa perubahan perilaku masyarakat Indonesia dalam bertindak dan berbahasa. Gejala munculnya penggunaan bahasa asing di pertemuan-pertemuan resmi, di media massa, di media luar ruang, dan di tempat-tempat umum menunjukkan perubahan perilaku masyarakat tersebut. Penggunaan bahasa asing tersebut telah memengaruhi cara pikir masyarakat dalam berbahasa Indonesia resmi. Kondisi itulah yang mengakibatkan terjadinya kesalahan berbahasa Indonesia. Seharusnya, kata-kata bahasa Inggris yang telah memiliki padanan dalam bahasa Indonesia tidak perlu digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia. Mengapa harus menggunakan kata "workshop" untuk menyebutkan "sanggar kerja"? Kita juga tidak perlu memakai kata "upgradding" untuk "penataran". Kita juga sering mendengar kata-kata "approach", "misundertanding", dan "problem solving" untuk "pendekatan", "salah pengertian", dan "pemecahan masalah". Penggunaan unsur-unsur bahasa asing dalam wacana/kalimat bahasa Indonesia sangat berkaitan erat dengan masalah sikap bahasa. Sikap bahasa yang kurang positif, kurang bangga terhadap bahasa Indonesia, yang sesungguhnya tidak perlu terjadi. Sebagai bangsa Indonesia, kita harus merasa bangga terhadap bahasa Indonesia. Karena itu, agar tidak mengurangi nilai kebakuan bahasa Indonesia yang digunakannya, unsur-unsur bahasa asing tidak perlu digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia. Langkah yang dapat kita lakukan adalah mencarikan padanan dalam bahasa Indonesia atau menyerap unsur asing itu sesuai dengan kaidah yang berlaku, seperti diatur dalam buku "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah". Yang penting, dalam proses penyerapan itu adalah motivasinya. Karena kita menyadari bahwa di dalam pertumbuhan dan perkembangan alamiah bahasa Indonesia, kontak budaya antarbangsa mengakibatkan pula kontak bahasanya. Karena itu, tak mengherankan kalau pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia. Namun, kita layak prihatin ketika sering menemukan juga kesalahan dalam melafalkan singkatan atau akronim asing. Ada pemakaian bahasa Indonesia yang melafalkan singkatan IMF dengan "i-em-ef" dan ada pula yang melafalkannya dengan "ai-em-ef". Padahal IMF merupakan singkatan yang berasal dari bahasa asing. Dalam kaitan ini, jika digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, singkatan kata asing yang dibaca huruf demi huruf itu dilafalkan sesuai dengan nama huruf-huruf tersebut dalam bahasa Indonesia. Dasar pertimbangannya adalah nama huruf "i" dalam bahasa Indonesia ialah "i", bukan "ai", dan singkatan itu digunakan dalam komunikasi bahasa Indonesia. Atas dasar pertimbangan tersbut, singkatan IMF, meskipun berasal dari bahasa asing, tetap dilafalkan sesuai dengan kaidah nama huruf di dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, pelafalan singkatan kata asing itu berbeda dengan pelafalan akronim dari bahasa asing. Bentuk kata akronim asing dilafalkan sesuai dengan lafal kata asing di dalam bahasa asalnya. Dasar pertimbangannya adalah bahwa akronim dilafalkan seperti halnya kata biasa. Karena itu, akronim asing pun dilafalkan seperti halnya kata asing jika digunakan di dalam konteks kalimat bahasa Indonesia. Akronim "Unesco" misalnya, kita lafalkan "yunesko". Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama majalah: Intisari, Edisi November 2008 Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: Kompas Gramedia, Jakarta 2008 Halaman: 100 -- 101 ______________________________________________________________________ Pimpinan redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Yohanna Prita Amelia dan Sri Setyawati Kontak redaksi/Kirim bahan: penulis(at)sabda.org Berlangganan: Kirim e-mail ke subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti: Kirim e-mail ke unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/ Situs Pelitaku: http://pelitaku.sabda.org/ Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum Network Literatur: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_literatur ______________________________________________________________________ Melayani sejak 3 November 2004 Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN. Copyright(c) e-Penulis 2009 / YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |