Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/51

e-Penulis edisi 51 (21-1-2009)

Kriteria Tulisan Bagus


__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
                       Edisi: 051/Januari/2009
                    Tema: Kriteria Tulisan Bagus

DARI REDAKSI__________________________________________________________

                      TAHUN BARU, TULISAN BAGUS!

  Shalom,

  Puji Tuhan! Kita kembali menapak di tahun yang baru. Tahun yang 
  penuh dengan tantangan di depan mata, yang oleh sebagian orang 
  dikatakan bahwa keadaannya tidak akan lebih baik dari tahun kemarin. 
  Ya, keadaan dunia mungkin akan tidak lebih baik daripada sebelumnya. 
  Namun, kegelapan tetap membutuhkan cahaya, dan kekeringan tetap 
  membutuhkan setetes embun. Sebagai penulis Kristen, atau paling 
  tidak sebagai orang yang punya minat berkawan dengan "pena dan 
  kertas", apa yang Sahabat Pembaca dapat lakukan agar berdampak bagi 
  dunia ini melalui setiap goresan pena kita?

  Salah satu cara agar tulisan yang kita hasilkan berdampak bagi dunia 
  ini adalah mengusahakan agar tulisan kita dapat menjadi sebuah 
  tulisan yang bagus. Apa maksudnya tulisan yang bagus itu? Bagaimana 
  kita dapat menyajikan sebuah tulisan kristiani yang bagus? Apa 
  sajakah kriteria tulisan bagus itu? Segera tengok artikel dan tips 
  yang redaksi sajikan untuk menjawab hal tersebut. Jangan lewatkan 
  pula kolom Pojok Bahasa yang mengajak kita semakin memperbagus 
  tulisan kita dengan mengurangi istilah-istilah asing dan lebih akrab 
  dengan istilah yang ada dalam negeri sendiri. Marilah kita mengisi 
  tahun yang baru untuk membuat "tulisan bagus", yang tentunya dapat 
  diperhitungkan, memiliki dampak, dan menjadi sarana kesaksian untuk 
  mengenalkan kasih Kristus.

  Tidak lupa, kami menginformasikan adanya penambahan kolom baru dalam 
  e-Penulis mulai edisi Januari 2009 ini, yaitu kolom Pena Maya. Dalam 
  kolom ini, Sahabat Pembaca dapat membaca ulasan-ulasan situs seputar 
  kepenulisan yang kami harap dapat memperkaya referensi kita semua. 
  Redaksi juga membuka diri untuk menerima ulasan-ulasan situs/blog 
  dari Sahabat Pembaca sekalian. Kami ucapkan selamat memaknai tahun 
  2009 ini dengan tulisan-tulisan bagus Sahabat Pembaca sekalian.

                         SELAMAT TAHUN BARU 2009!

  Pimpinan Redaksi e-Penulis,
  Davida Welni Dana
______________________________________________________________________

                   MENULISLAH TERUS AGAR KAMU PUNYA
                         PENGALAMAN MENULIS

DAFTAR ISI____________________________________________________________

  - Dari Redaksi: Tahun Baru, Tulisan Bagus!
  - Daftar Isi
  - Artikel: Penyajian Isi Sebuah Artikel
  - Tips: Kriteria Tulisan Bagus
  - Pena Maya: Corat-Coret Bahasa: Blognya Pengutak-Atik Bahasa
  - Pojok Bahasa: Yuk, Kurangi Istilah Asing

ARTIKEL_______________________________________________________________

                     PENYAJIAN ISI SEBUAH ARTIKEL

  "Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: `Tuliskanlah penglihatan itu dan 
  ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat 
  membacanya.`" (Habakuk 2:2)

  Ibarat sebuah khotbah, sebuah tulisan/artikel sebenarnya memiliki 
  komponen yang hampir sama. Artinya, khotbah maupun artikel memunyai 
  tiga komponen, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Dalam 
  mengomunikasikannya, khotbah maupun artikel tulisan menggunakan 
  bahasa. Kedua-duanya menekankan komunikasi, komunikasi yang mudah 
  dipahami. Kedua-duanya memiliki tujuan yang sama: menyampaikan 
  sesuatu kepada pendengar atau pembacanya. Lalu, mengapa sebuah 
  khotbah yang dituliskan tidak otomatis dianggap sebagai sebuah 
  artikel yang dapat dimuat begitu saja? Masalahnya adalah penampilan. 
  Struktur. Khotbah perlu didengarkan dengan telinga, sedangkan 
  artikel perlu dibaca dengan mata! Tetapi dari segi isi, tetap sama.

  Kalau seseorang hendak menulis artikel, apa saja yang pantas
  dituliskannya? Cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini,
  niscaya Anda dapat memahaminya.

  1. Apakah isi yang Anda kemukakan itu menarik dan bernilai bagi
     orang banyak? (Anda tidak perlu menyia-nyiakan waktu untuk yang
     tidak berguna.)

  2. Apakah bahan yang Anda kemukakan relevan dengan misi majalah yang
     hendak memuat tulisan Anda? (Kalau tidak relevan, mengapa Anda
     mengirimkannya?)

  3. Apakah tulisan yang hendak Anda kirimkan itu tepat waktunya?
     (Semua editor terikat pada waktu dan aktualitas. Mereka memiliki
     jadwal berupa kalender peristiwa. Yang paling mengerikan ialah
     "deadline", batas waktu!)

  4. Apakah pokok masalah ini cocok bagi saya? (Ingat, di dunia ini
     banyak hal yang menarik. Banyak hal yang tidak kita ketahui dan
     tidak akrab dengan kita. Kalau bukan bidang sendiri, janganlah
     menyentuhnya. Minat sangat menentukan keberhasilan. Pengetahuan
     dapat ditambahkan melalui riset, tetapi kemampuan kita terbatas.
     Tidak mungkin kita dapat menguasai segala hal dan menulis tentang
     segala hal.)

  5. Dengan pola bagaimanakah tulisan itu dibuat? (Ada banyak bentuk
     tulisan. Apakah tulisan itu lebih berhasil ditulis dalam bentuk
     puisi, cerita, atau artikel biasa saja?)

  6. Dari manakah ide itu diperoleh? (Tiap hari surat kabar terbit,
     majalah berpuluh-puluh, pertemuan dengan orang terjadi, warta
     gereja bermunculan, dan lain-lain. Apakah Anda dapat
     memerhatikannya dengan cermat?)

  Kalau Anda dapat menjawab serta memahami pertanyaan-pertanyaan 
  tersebut, mulailah menulis. Carilah judul yang menarik, "lead" yang 
  memikat, dan isi yang mengesankan, serta penutup yang sukar 
  dilupakan.

  GAYA

  Setiap orang memiliki cara berbicara sendiri, gaya sendiri yang 
  berbeda dengan orang lain. Tidak seorang pun yang memiliki persamaan 
  yang mutlak dengan orang lain dalam hal berbicara, menulis, dan 
  menyusun buah pikiran. Masing-masing memiliki kepribadian sendiri. 
  Gaya memang amat erat kaitannya dengan kepribadian. Gaya ini berisi 
  enam komponen seperti yang berikut.

  1. Kejelasan

  Tulisan yang kaku menunjukkan jalan pikiran yang kurang lancar atau 
  penguasaan masalah yang kurang memadai. Seorang penulis harus 
  menuliskan idenya dalam struktur kalimat yang jelas dan mudah 
  dipahami. Fakta yang terdapat di dalamnya otentik dan tepat. 
  Bahasanya jernih dan pilihan katanya membangkitkan kesan yang kuat. 
  Hanya kata yang dituliskan di tempat yang tepat yang dapat 
  memberikan hasil yang baik.

  2. Selera

  Anda sebaiknya tahu tentang waktu hidup manusia. Pembaca zaman ini
  berbeda dengan pembaca 50 tahun yang lalu. Nah, Anda menyampaikan
  suatu kabar yang telah diseru-serukan ribuan tahun, maka cara
  penyampaian Anda harus kreatif. Isi bisa tetap sama, tetapi
  penyajian dapat berbeda, yang cocok untuk zaman ini.

  Penampilan itu diramu secara tajam, bernas, dan tegas.

  Ada bagian yang humoris, tetapi bersih dan murni, sopan dan
  sederhana.

  Kata yang menyakiti pembaca hendaknya dihindarkan, namun Anda juga 
  harus menghindari pujian yang tidak pada tempatnya, atau kata-kata 
  yang muluk-muluk, tetapi tidak memiliki makna.

  3. Seimbang

  Antara pendahuluan, isi, maupun penutup harus seimbang, saling 
  mengisi. Pendahuluan yang terlalu panjang merebut porsi isi, begitu 
  pula penutup yang bertele-tele, membuat pembaca jemu dan kehilangan 
  konsentrasi. Di samping itu, kalimat jangan berpanjang-panjang. 
  Struktur kalimat yang pendek, tetapi berisi lebih diharapkan.

  Peralihan buah pikiran terdapat dalam paragraf yang sudah selesai.
  Pengembangan paragraf ini harus dilakukan dengan cara yang baik.
  Buah pikiran yang kurang jelas harus diperjelas. Setiap paragraf
  pada umumnya mengandung sebuah ide atau pikiran yang utuh. Paragraf
  berikutnya mendukung yang sebelumnya.

  Judul tulisan harus berhubungan dengan anak judul dan kesimpulan
  tidak boleh berlainan dari pokok pikiran yang dikemukakan. Satu
  dengan yang lain harus seimbang.

  4. Warna

  Kata mengandung makna tersendiri. Penulis yang melatih diri untuk
  menggunakannya, akan mampu memberi pemahaman yang berwarna bagi
  pembacanya melalui penempatan kata itu.

  Sentuhlah pancaindra pembaca melalui bahasa Anda.

  Gerakkan hati pembaca melalui kata dan kalimat yang dramatis.

  Timbulkan bayangan warna, rasa, bau, dan nada dalam pikiran pembaca.

  5. Tindak Laku

  Bahasa yang hidup membuat orang bergerak dan membangkitkan emosi.
  Penulis yang baik akan menyusun tulisannya dari awal sampai akhir
  dengan cara yang memikat.

  Itulah yang diungkapkan seseorang dalam tulisannya. Dapatkah Anda
  menjawabnya? Anda menjadi penulis yang berhasil dan sukses!

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Bagaimana Menjadi Penulis Artikel Kristiani yang Sukses
  Penulis: Drs. Wilson Nadeak
  Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
  Halaman: 43 -- 47

TIPS__________________________________________________________________

                        KRITERIA TULISAN BAGUS

  Apa itu Tulisan Bagus?

  "Tulisan yang bagus itu isinya menggugah dan dapat memberi inspirasi
  positif kepada pembacanya."

  Sebuah tulisan, baik dalam bentuk panjang maupun pendek, disebut
  bagus apabila memenuhi sejumlah kriteria tertentu. Kriteria ini bisa
  sangat beragam karena dipengaruhi subjektivitas dan berbagai
  kepentingan serta tergantung pada zaman.

  Kriteria Tulisan Bagus

  Tiap-tiap orang memiliki seleranya sendiri-sendiri dalam menilai 
  sebuah tulisan. Tetapi hendaknya kita berkiblat kepada pendapat 
  orang yang dinilai berkompeten menelaah karya tulis sesuai dengan 
  pendidikan dan reputasinya. Tulisan yang bagus juga seharusnya bebas 
  dari "pesan sponsor" yang lazimnya adalah penguasa. Dan akhirnya 
  nilai suatu tulisan pun ditentukan oleh budaya dan pola pikir 
  masyarakat pada zamannya.

  Normalnya, tulisan bagus memenuhi kriteria-kriteria standar sebagai
  berikut.

   1. Mengungkapkan Hal-Hal Baru
      Sebuah tulisan sudah tergolong bagus apabila ia mengungkapkan
      hal-hal baru. Contoh paling gampang dapat ditemukan dalam
      jurnal-jurnal ilmiah. Publikasi hipotesis yang menyatakan bahwa
      virus HIV penyebab penyakit AIDS oleh Dr. Robert Gallo langsung
      dianggap tulisan bagus karena jelas mengungkapkan hal baru.

   2. Benar dan Lengkap
      Mana mungkin berita atau cerita bohong bisa jadi tulisan bagus?
      Menghebohkan ya, bagus "enggaklah". Mengesampingkan fiksi atau
      kisah fantasi, jelas tulisan (faktual) bagus harus juga
      mengandung kebenaran dan lengkap. Tengoklah, berita atau artikel
      feature di surat kabar bereputasi baik selalu menjunjung       
      nilai-nilai kejujuran dan berperspektif komprehensif; berbeda 
      dengan tulisan di "koran kuning" yang hanya mementingkan 
      sensasi.

   3. Merupakan Pendapat/Ide Orisinal
      Tulisan yang bagus biasanya sekaligus merupakan pendapat
      orisinal penulisnya. Kolom atau opini yang dimuat dalam media
      massa dianggap bagus apabila mencerminkan pendapat/solusi/saran
      orisinal penulisnya atas suatu kejadian atau masalah. Tulisan
      yang tidak berisi ide baru tak dapat dikatakan bagus, walaupun
      penyajiannya memikat.

   4. Isinya Menggugah
      Isi tulisan yang bagus bisa menggugah pembacanya berbuat
      positif, memerbaiki akhlak dan moral masyarakat, atau paling
      tidak, memberi inspirasi mencerahkan.

   5. Temanya Istimewa
      Tema yang tidak biasa dapat menyulap sebuah tulisan menjadi
      bernilai tinggi dan bagus. Ketika orang ramai menulis tentang
      pentingnya memberhentikan pengeluaran izin baru bagi penebangan
      hutan, anda dapat menulis soal kelangkaan bahan baku kayu yang
      mungkin dialami pabrik kayu lapis dan industri mebel kayu
      sebagai konsekuensinya. Hasil karya ini bisa dianggap tulisan
      bagus karena temanya berbeda dengan pandangan umum.

   6. Mengandung Kejutan
      Novel-novel detektif, suspense, atau thriller, mengandalkan
      ketegangan dan kejutan untuk menjadi karya terpoluler dan
      terbaik.

   7. Menyangkut Peristiwa Besar
      Analisis-analisis yang ditulis menyangkut suatu peristiwa besar
      berpotensi menjadi tulisan bagus. Pandangan baru atas, misalnya,
      Revolusi Perancis (1789) atau pendaratan Apollo II di bulan
      (1963) selalu menarik dan berpeluang menjadi karya bagus,
      biarpun mundur menentang waktu.

   8. Mengenai Orang Ternama
      Hillary Clinton menulis sepenggalan autobiografinya, "It Tooks a
      Village" dan laris, sebab ia pernah menjadi Ibu Negara Amerika
      Serikat. Semua orang ingin tahu tentang pengalamannya selama
      mendampingi Presiden Bill Clinton (1992 -- 2000). Kalau Suminah
      juga menulis riwayat hidupnya, hasilnya sulit menjadi tulisan
      yang bagus, sebab orang tak mengenal siapa Suminah.

   9. Bahasanya Bagus
      Karya Linus Suryadi Ag, "Pengakuan Pariyem", diakui bagus
      teristimewa karena ditulis dalam format prosa lirik dengan
      kata-kata yang indah dan mendalam. Biasanya karya yang
      dikategorikan bernilai sastra, apalagi puisi, selain temanya
      menyentuh, bahasanya juga luar biasa.

  10. Penulisnya Top
      Kalau enak atau tidaknya makanan bergantung kepada keahlian juru
      masak yang mengolahnya, bagus tidaknya karya tulis pun sering
      kali ditentukan oleh siapa penulisnya. Sekali seorang penulis
      menghasilkan karya bagus, maka karyanya selanjutnya cenderung
      dianggap bagus pula.

  11. Terpublikasi Melalui Media Tepat  
      Tulisan bagus juga perlu dipublikasikan melalui media yang tepat 
      dan dengan cara yang baik. Cerita pendek yang dimuat dalam 
      Majalah Sastra Horizon, umpamanya, selalu ditafsirkan sebagai 
      cerpen bagus. Dalam kata-kata lain, tulisan yang bagus sekali 
      pun tidak akan tampak bagus apabila dipublikasikan melalui media 
      yang "salah".

  Semakin banyak suatu tulisan memenuhi kriteria-kriteria di atas, 
  semakin bagus pula nilai tulisan itu. Jadi, untuk menghasilkan 
  tulisan yang dapat dinilai bagus, Anda perlu berusaha merancang dan 
  mengerjakannya mengikuti koridor batas-batas kriteria di atas.

  Tulisan Anda memang tak dapat disaring lolos melalui semua kriteria 
  tersebut, sebab nilai sebuah karya tulis pun memang perlu ditentukan 
  terlebih dahulu kategorinya sebelum diuji mutunya menurut kriteria 
  yang sesuai. Jika Anda menulis roman, contohnya, tentu tak perlu 
  menyajikan data dan mungkin tidak selalu harus ada hubungannya 
  dengan orang-orang tersohor.

  Bagus tidaknya karya tulis dapat ditentukan pula oleh golongan 
  pembacanya sendiri-sendiri. Maksudnya, suatu tulisan bisa dinilai 
  bagus oleh kalangan pembaca tertentu, tetapi, sebaliknya, dianggap 
  tidak bagus oleh kelompok pembaca lain. Karya Pramoedia Ananta Toer 
  menjadi contoh yang tepat. Meskipun berbaur dengan alasan politik 
  dan ideologi, karya P.A. Toer pada satu sisi dicemooh oleh golongan 
  tertentu, tetapi pada sisi lain dipuji oleh golongan yang berbeda.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Jadi Penulis Ngetop Itu Mudah
  Penulis: Lie Charlie
  Penerbit: Nexx Media, Inc., Surabaya 2006
  Halaman: 1 -- 5

PENA MAYA_____________________________________________________________

            CORAT-CORET BAHASA: BLOGNYA PENGUTAK-ATIK BAHASA

  Kemajuan dalam bidang komputer dan telekomunikasi menyebabkan 
  pesatnya arus informasi yang mengalir ke masyarakat. Kika dulu 
  sumber informasi hanya terbatas pada media cetak dan elektronik, 
  kini masyarakat mengenal internet sebagai salah satu rujukan sumber 
  informasi. Begitu juga dengan dunia kepenulisan, internet merupakan 
  sebuah "angin baru" yang berhembus yang ikut mewarnai keragaman 
  dunia tulis-menulis.

  Mencari informasi tentang dunia kepenulisan dan bahasa Indonesia di 
  internet kini tidak sesulit dahulu, banyak penulis, baik profesional 
  maupun amatir, yang membagikan ilmu hingga memajang karyanya melalui 
  internet. Salah satunya adalah blog yang bertajuk "Corat-Coret 
  Bahasa" milik Indonesia-Saram. Anda dapat meraup banyak pengetahuan 
  seputar kebahasaan dalam blog ini, melalui kategori-kategori yang 
  disusun oleh pemiliknya, antara lain dalam kategori Bahasa dan 
  Kekristenan, Bahasa Tulis, Bibliografi, Leksikografi, Leksikologi, 
  Morfologi, Pengajaran Bahasa, Pragmatik, Salah Kaprah, Sapaan, 
  Sastra, Semantik, Sosiolinguistik, Talenta Bahasa, Tanda Baca, Tata 
  Bahasa, Transliterasi, atau Wacana. Dari isinya, terlihat bahwa 
  situs ini dipelihara dengan baik oleh sang pemilik karena setiap 
  komentar pengunjung direspons kembali dan pemiliknya pun rajin 
  menambah tulisan-tulisan baru di dalamnya. Jika Anda ingin menambah 
  pengetahuan Anda seputar bahasa Indonesia, maka sayang sekali jika 
  Anda melewatkan blog yang satu ini. Selamat berkunjung!

  ==> http://indonesiasaram.wordpress.com/

  Oleh: Yohanna P.A. (Redaksi)

POJOK BAHASA__________________________________________________________

                       YUK, KURANGI ISTILAH ASING

  Masalah kebahasaan tidak terlepas dari kehidupan masyarakat 
  penuturnya. Dalam hubungan dengan kehidupan masyarakat bahasa 
  Indonesia, telah terjadi berbagai perubahan, terutama yang berkaitan 
  dengan tatanan kehidupan dunia dan perkembangan ilmu pengetahuan 
  serta teknologi. Kondisi itu telah menempatkan bahasa asing, 
  terutama bahasa Inggris, pada posisi strategis yang memungkinkan 
  bahasa itu memasuki berbagai sendi kehidupan bangsa dan memengaruhi 
  perkembangan bahasa Indonesia.

  Kondisi tersebut telah membawa perubahan perilaku masyarakat 
  Indonesia dalam bertindak dan berbahasa. Gejala munculnya penggunaan 
  bahasa asing di pertemuan-pertemuan resmi, di media massa, di media 
  luar ruang, dan di tempat-tempat umum menunjukkan perubahan perilaku 
  masyarakat tersebut.

  Penggunaan bahasa asing tersebut telah memengaruhi cara pikir 
  masyarakat dalam berbahasa Indonesia resmi. Kondisi itulah yang 
  mengakibatkan terjadinya kesalahan berbahasa Indonesia.

  Seharusnya, kata-kata bahasa Inggris yang telah memiliki padanan 
  dalam bahasa Indonesia tidak perlu digunakan dalam pemakaian bahasa 
  Indonesia. Mengapa harus menggunakan kata "workshop" untuk 
  menyebutkan "sanggar kerja"? Kita juga tidak perlu memakai kata 
  "upgradding" untuk "penataran". Kita juga sering mendengar kata-kata 
  "approach", "misundertanding", dan "problem solving" untuk 
  "pendekatan", "salah pengertian", dan "pemecahan masalah".

  Penggunaan unsur-unsur bahasa asing dalam wacana/kalimat bahasa 
  Indonesia sangat berkaitan erat dengan masalah sikap bahasa. Sikap 
  bahasa yang kurang positif, kurang bangga terhadap bahasa Indonesia, 
  yang sesungguhnya tidak perlu terjadi. Sebagai bangsa Indonesia, 
  kita harus merasa bangga terhadap bahasa Indonesia. Karena itu, agar 
  tidak mengurangi nilai kebakuan bahasa Indonesia yang digunakannya, 
  unsur-unsur bahasa asing tidak perlu digunakan dalam pemakaian 
  bahasa Indonesia. Langkah yang dapat kita lakukan adalah mencarikan 
  padanan dalam bahasa Indonesia atau menyerap unsur asing itu sesuai 
  dengan kaidah yang berlaku, seperti diatur dalam buku "Pedoman Ejaan 
  Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan 
  Istilah".

  Yang penting, dalam proses penyerapan itu adalah motivasinya. Karena
  kita menyadari bahwa di dalam pertumbuhan dan perkembangan alamiah
  bahasa Indonesia, kontak budaya antarbangsa mengakibatkan pula
  kontak bahasanya. Karena itu, tak mengherankan kalau pengaruh bahasa
  lain masuk ke dalam bahasa Indonesia.

  Namun, kita layak prihatin ketika sering menemukan juga kesalahan 
  dalam melafalkan singkatan atau akronim asing. Ada pemakaian bahasa 
  Indonesia yang melafalkan singkatan IMF dengan "i-em-ef" dan ada 
  pula yang melafalkannya dengan "ai-em-ef". Padahal IMF merupakan 
  singkatan yang berasal dari bahasa asing.

  Dalam kaitan ini, jika digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, 
  singkatan kata asing yang dibaca huruf demi huruf itu dilafalkan 
  sesuai dengan nama huruf-huruf tersebut dalam bahasa Indonesia. 
  Dasar pertimbangannya adalah nama huruf "i" dalam bahasa Indonesia 
  ialah "i", bukan "ai", dan singkatan itu digunakan dalam komunikasi 
  bahasa Indonesia. Atas dasar pertimbangan tersbut, singkatan IMF, 
  meskipun berasal dari bahasa asing, tetap dilafalkan sesuai dengan 
  kaidah nama huruf di dalam bahasa Indonesia.

  Akan tetapi, pelafalan singkatan kata asing itu berbeda dengan
  pelafalan akronim dari bahasa asing. Bentuk kata akronim asing
  dilafalkan sesuai dengan lafal kata asing di dalam bahasa asalnya.
  Dasar pertimbangannya adalah bahwa akronim dilafalkan seperti halnya
  kata biasa. Karena itu, akronim asing pun dilafalkan seperti halnya
  kata asing jika digunakan di dalam konteks kalimat bahasa Indonesia.
  Akronim "Unesco" misalnya, kita lafalkan "yunesko".

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama majalah: Intisari, Edisi November 2008
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Penerbit: Kompas Gramedia, Jakarta 2008
  Halaman: 100 -- 101
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Yohanna Prita Amelia dan Sri Setyawati
Kontak redaksi/Kirim bahan: penulis(at)sabda.org
Berlangganan: Kirim e-mail ke subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: Kirim e-mail ke unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs Pelitaku: http://pelitaku.sabda.org/
Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum
Network Literatur: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_literatur
______________________________________________________________________
Melayani sejak 3 November 2004
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
Copyright(c) e-Penulis 2009 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org