Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/50

e-Penulis edisi 50 (17-12-2008)

Belajar Swasunting


__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________

Edisi: 050/Desember/2008
TEMA: Belajar Swasunting
______________________________________________________________________

= DAFTAR ISI =
* Dari Redaksi: Selamat Natal!
* Mutiara Penulis
* Renungan: Mengapa Bersukacita dan Memuji?
* Artikel: Swasunting: Sampai Sejauh Mana?
* Tips: Bagaimana Menyunting Tulisan Anda Sendiri (Swasunting)
* Pojok Bahasa: Salah Kaprah Penggunaan Bahasa Indonesia
* Stop Press!: Baru! Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org

____________________________DARI REDAKSI______________________________

  SELAMAT NATAL!

  Tahun 2008 akan segera berlalu. Adakah makna-makna kehidupan yang
  telah ditorehkan waktu dalam lembaran hati Anda? Sudahkah Anda
  menorehkannya pula dalam lembaran-lembaran kertas Anda? Memaknai
  setiap detik kehidupan merupakan suatu sumber melimpah bagi seorang
  penulis yang ingin terus-menerus merasakan keajaiban sebuah tulisan.

  Natal tahun ini dapat Anda gunakan sebagai momen untuk setiap waktu
  yang telah Tuhan berikan kepada Anda. Apakah Anda sudah memaknainya?
  Apakah Anda menyia-nyiakan dan melewatkan banyak makna dari setiap
  kejadian di hidup Anda? Bila Anda memiliki jurnal pribadi, alangkah
  tepatnya Natal kali ini Anda isi dengan melakukan kilas balik dari
  setiap jurnal yang telah Anda tuliskan. Atau jika mungkin
  makna-makna tersebut belum sempat dituliskan, masih menari-nari di
  dalam hati dan pikiran Anda, cobalah ambil sebuah pena dan mulai
  mencari makna hidup Anda selama tahun 2008 ini. Mungkin hal tersebut
  dapat menjadi cara yang unik untuk merayakan Natal pribadi Anda.
  Jangan lupa, jangan cepat puas dengan hidup ini, jangan pula cepat
  puas dengan setiap tulisan Anda, terus lakukan pemolesan terhadap
  setiap karya tulis Anda, sehingga makna hidup dan pelajaran indah
  dari tulisan tersebut dapat terpancar dan menyinari kegelapan di
  hati para pembacanya kelak. Silakan simak edisi terakhir pada tahun
  2008 ini. Kiranya Anda dapat terus memoles setiap tulisan Anda
  sehingga dapat menjadi berkat bagi lebih banyak orang lagi. Tidak
  lupa, segenap Redaksi e-Penulis mengucapkan:

                           Selamat Natal 2008
                                  dan
                        Selamat Tahun Baru 2009

  Tuhan Yesus memberkati!

  Pimpinan Redaksi e-Penulis,
  Davida Welni Dana

___________________________MUTIARA PENULIS____________________________

  EDITING ITU MEMBUAT SEGALA SESUATUNYA TAMPAK BEDA

_______________________________RENUNGAN_______________________________

  MENGAPA BERSUKACITA DAN MEMUJI?

  Lukas 1:57-80

  Bagi sanak keluarga Zakharia dan Elisabet, jelas karena kelahiran
  anak bagi pasangan tersebut yang menunjukkan rahmat Tuhan yang besar
  kepada mereka (ayat 57-58). Namun, alasan mereka tidak hanya itu.
  Zakharia dan Elisabet punya alasan yang lebih besar lagi. Alasan
  dari sukacita dan pujian itulah yang telah menyebabkan mereka
  melakukan dan mengalami hal-hal yang membuat para sanak keluarganya
  heran (ayat 62), dan banyak orang geger (ayat 65). Alasan itu tampak
  jelas melalui himne yang dinyatakan oleh Zakharia. Himne Zakharia
  yang didasari oleh kuasa Roh Kudus, di samping berfungsi sebagai
  pujian kepada Tuhan (terutama 68-75, juga 78-79), juga merupakan
  nubuat tentang Yohanes Pembaptis (ayat 76-77). Himne ini menunjukkan
  karya penyelamatan Allah bagi Israel. Allah tidak pernah melupakan
  umat-Nya. Kepada Abraham dan mereka yang bertahan, Ia telah
  menjanjikan kedamaian yang diisi dengan ibadah; kelepasan dari musuh
  tanpa rasa takut.

  Saat untuk ini telah mendekat, ditandai dengan kelahiran anak
  Zakharia, Yohanes yang kemudian disebut Pembaptis. Karena itu,
  sumber sukacita Zakharia tidaklah hanya kelahiran anaknya, tetapi
  juga kedatangan-Nya, yang jalan-Nya akan dipersiapkan oleh Yohanes.
  Kedatangan-Nya dan karya penyelamatan yang dilakukan-Nya sudah cukup
  untuk memicu pujian dan ucapan syukur dari Zakharia ini (ayat 64,
  68). Bagian ini ditutup dengan catatan bagaimana Yohanes Pembaptis
  menjadi besar, dan tinggal di padang gurun sampai saatnya ia mulai
  melayani Israel. Dengan demikian, narasi Injil ini seakan-akan
  menahan napas, menanti kemunculan Sang Mesias, Juru Selamat, yang
  tinggal beberapa saat lagi. Kedatangan Mesias adalah dasar lebih
  kuat lagi bagi sukacita sejati kita.

  Renungkan:
  Apa yang sedang Anda siapkan menjadi dasar kegembiraan pada hari
  Natal besok? Ada dua pilihan: semata karena Anda akan berlibur? Atau
  karena Anda akan merenungkan kembali kebenaran kabar baik Natal,
  lalu bergembira ria dan bersukacita bersama keluarga dan teman?

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama publikasi: e-Santapan Harian
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2002/12/24/

_______________________________ARTIKEL________________________________

  SWASUNTING: SAMPAI SEJAUH MANA?

  Swasunting itu sulit karena menuntut kita mencoba objektif dan
  kritis terhadap hasil kerja sendiri. Untuk mampu berbuat begitu,
  dibutuhkan disiplin, sedangkan imbalannya adalah produk yang
  meningkat mutunya. Pertanyaannya ialah, seberapa banyakkah
  swasunting yang seyogianya dilakukan oleh seorang penulis?

  Tidak ada jawaban yang gampang atas pertanyaan tersebut. Sejauh
  menyangkut saya sendiri, banyaknya swasunting yang saya butuhkan
  ialah sebanyak yang saya lakukan sampai saya sendiri puas, tetapi
  bahkan itu pun tidak sepenuhnya akurat. Saya bukanlah Henry James
  (novelis penting Amerika) yang tak hentinya menghaluskan dan memoles
  karya tulis saya, dan cermat menimbang-nimbang setiap patah kata.
  Meskipun demikian, seperti kebanyakan penulis, saya tidak merasa
  puas sepenuhnya dengan apa yang telah saya tulis, tak peduli sudah
  sampai keberapakalikah saya melakukan penulisan ulang, revisi,
  reorganisasi, dan pemolesan. Saya membuat kompromi antara apa yang
  saya inginkan dengan apa yang dapat dipraktikkan sebelum dengan
  berat hati saya bergerak menunaikan tugas penulisan berikutnya. Saya
  harus mencapai tingkat kepuasan tertentu, namun jadwal saya
  merupakan suatu faktor dalam menentukan sampai berapa kalikah saya
  akan memeriksa kembali keseluruhan tulisan saya. Saya tahu bahwa
  draf pertama saya tidak pernah sudah cukup baik, dan draf kedua saya
  langka sudah cukup baik. Saya biasanya membuat beberapa draf, dan
  saya mungkin menulis ulang, merevisi, menata ulang, dan memoles lagi
  beberapa bagian tertentu dari naskah saya -- utamanya "lead"
  (pendahuluan) saya -- nyaris tanpa henti. Padahal, saya mungkin
  akhirnya jengkel dan membuang semua itu untuk saya gantikan dari
  titik awal baru yang segar. Saya percaya bahwa kerelaan untuk
  melakukan ini merupakan petunjuk tentang integritas seseorang selaku
  penulis.

  SASARAN SWASUNTING

  Kekeliruan umum yang dilakukan oleh banyak penulis adalah salah
  memahami sasaran-sasaran khusus yang seyogianya dikejar dalam
  menyunting karya tulisnya sendiri. Banyak penulis sudah puas dengan
  penilaian subjektif semata-mata mengenai keelokan bahasa mereka.
  Padahal, ada sejumlah sasaran dalam swapenyuntingan yang menuntut
  jauh lebih banyak analisis logis daripada apresiasi artistik.
  Berikut ini sejumlah bidang masalah yang lazim.

  Kesalahan Ketatabahasaan

  Kesalahan-kesalahan yang paling lazim sudah dikenal dengan baik.
  Sayang bahwa banyak di antaranya mencerminkan ungkapan yang
  digunakan dalam percakapan sehari-hari. Demikianlah maka secara
  kurang sadar kita jadinya menerima bentuk-bentuk "split infinitive"
  (infinitif terpisah), kalimat yang berawal dengan konjungsi dan
  berakhir dengan kata preposisi, dan participle (kata kerja) yang
  menggantung. Hal yang sama terjadi pula dengan tanda baca; ketika
  kita tidak lagi membedakan antara klausa bebas dan klausa terikat,
  menggunakan koma dan titik koma secara menyimpang, atau menggunakan
  terlalu banyak atau terlalu sedikit koma.

  Semua itu bukan kesalahan besar, bukan dosa berat. Sekarang ini,
  umumnya dipandang lebih baik untuk memisah suatu kata kerja
  infinitif daripada membuat konstruksi yang kaku. Dalam beberapa hal
  tertentu, seorang penulis melakukan kesalahan ketatabahasaan yang
  disengaja, misalnya ketika membuat tiruan percakapan. Meskipun
  demikian, penting bagi kita mewaspadai masalah yang muncul dan
  membetulkannya jika memang perlu.

  Perpindahan yang Menyentak

  Jembatan haruslah disediakan untuk memuluskan perpindahan dari satu
  topik, paragraf, atau kalimat kepada yang berikutnya. Jika jembatan
  itu tidak ada, maka pembaca akan tersentak atau bahkan menjadi
  bingung. Ini secara khusus berlaku ketika kita telah selesai
  membahas sesuatu pokok masalah dan mulai beralih ke pokok masalah
  yang baru. Di sini, kita perlu memberikan isyarat kepada pembaca
  agar siap mengikuti perpindahan pokok bahasan kita itu.
  Kadang-kadang peralihan itu segera kelihatan dengan sendirinya dari
  sifat hakikat bahan bahasan. Kadang-kadang kata atau rangkaian kata
  sederhana seperti "akan tetapi", "meskipun demikian", "pada sisi
  yang lain", "sebaliknya", atau "di samping itu", sudah cukup untuk
  memperkenalkan unsur baru. Dalam kasus lain, khususnya jika
  perpindahan atau peralihan itu sangat tiba-tiba, dan pokok persoalan
  yang akan dikemukakan sama sekali tidak berkaitan dengan pokok soal
  sebelumnya, kita mungkin perlu menyatakannya dengan jelas dan
  menulis kalimat atau paragraf pengantar agar pembaca tetap dapat
  mengikuti.

  Ambiguitas

  Inilah daerah atau bidang yang menuntut kewaspadaan istimewa karena
  merupakan masalah umum dalam penulisan dan sering kali tidak mudah
  dilacak atau dideteksi oleh penulis. Ambiguitas atau ketaksaan,
  kekaburan makna, biasanya bersumber pada perumusan yang kurang jitu
  dalam penulisan. Amat sangat penting mengembangkan kepekaan terhadap
  hal ini. Ketika Anda menghadapi suatu kalimat atau paragraf yang
  mencurigakan, tanyakan pada diri sendiri: "Mungkinkah ini cukup
  beralasan dan masuk akal untuk memancing lebih dari satu tafsir?"
  Jika kita melatih diri sendiri untuk melakukan hal ini dengan penuh
  kesadaran dan objektif, kita akan terkejut karena sangat sering kita
  perlu menulis ulang bagian-bagian yang mudah disalahpahami oleh
  pembaca umumnya.

  Kata yang Betul dan yang Salah

  Kita semua memunyai lebih dari satu kosakata. Kita sekurangnya
  memunyai tiga: kosakata untuk membaca, berbicara, dan menulis.
  Gagasan populer bahwa luasnya kosakata merupakan hal penting untuk
  penulisan adalah gagasan yang keliru. Memang kosakata yang luas akan
  membantu kita karena hal itu menolong dalam menyusun dan mencerna
  gagasan, sementara keterbatasan kosakata membatasi lingkup jangkauan
  kita. Akan tetapi, jika kita menginginkan agar pembaca mudah
  memahami kita, kosakata itu perlu kita jaga agar tetap sederhana.

  Satu di antara persoalannya adalah menemukan dan menggunakan
  setepatnya kata yang betul untuk menyampaikan maksud Anda. Misalnya,
  kata "stubbornness" (sifat keras kepala) pada masa sekarang dapat
  digunakan untuk memuji atau untuk mengecam. Akan tetapi, ada
  kata-kata tertentu memiliki siratan makna tersendiri, bagaimanapun
  cara kita menggunakannya. Dalam bahasa Inggris, "rascal" dapat
  digunakan sebagai sebutan yang justru mengungkapkan rasa sayang,
  tetapi "scoundrel" selalu bermakna negatif meskipun arti dasar atau
  harfiahnya sama, dan "gay" tidak akan pernah lagi bermakna seperti
  yang dulu. Saya pernah menghilangkan penggunaan kata "epitome",
  meskipun kata itu benar dan tepat untuk mengungkapkan makna yang
  ingin saya sampaikan, karena saya sadari bahwa hanya sedikit pembaca
  yang mengetahui setepatnya arti kata itu. Padahal, pengertian
  setepat-tepatnya itulah yang diperlukan untuk konteks penulisan yang
  saya lakukan ketika itu.

  Satu di antara tema yang suka saya dengungkan adalah seringnya kata
  "convince" digunakan secara keliru. Kata ini harus selalu digunakan
  untuk menunjukkan tindakan membujuk seseorang untuk memercayai
  sesuatu, dan tidak pernah berarti membujuk seseorang agar melakukan
  atau tidak melakukan sesuatu. "He convinced her that he was
  correct," itu betul. Akan tetapi, "He convinced her to leave her
  husband," tidak betul. Kalimat bahasa Inggris yang kedua itu
  seharusnya: "He persuaded her to leave her husband."

  Kamus tidak membantu dalam hal tersebut. Kamus memang menyebutkan
  definisi lengkap, tetapi tidak menjelaskan segala-galanya mengenai
  konotasinya. Hanya kepekaan terhadap penggunaan dan nuansa makna
  yang membedakan kata yang satu dengan padanannyalah yang dapat
  membantu kita memahami mengapa sesuatu seperti kalimat "He convinced
  her to go to work with him" dapat mengagetkan kalangan pembaca yang
  cermat dan tajam rasa bahasanya. Berikut ini adalah definisi kata
  "convince" menurut kamus (American Heritage) tersambung saya.

  convince verb. -vinced, -vincing To bring to belief by argument and
  evidence; persuade. convincer noun. convincing adjective.
  convincingly adverb.

  Kita harus pula memertimbangkan kata-kata yang "betul" dan yang
  "salah" dalam kaitan dengan penafsirannya oleh pembaca. Ini
  berubah-ubah dari masa ke masa. Dalam masa yang dicirikan dengan
  peningkatan kepekaan terhadap ketidakadilan dan diskriminasi,
  misalnya, bahkan istilah nyonya, nona, ibu, dan "ladies" pun harus
  kita gunakan dengan sangat hati-hati. Saya pernah menerima surat
  yang berisikan ungkapan penyesalan yang sengit karena menggunakan
  kata "ladies" di suatu kolom surat kabar. Sejumlah pembaca perempuan
  memandang kata itu bernada "patronistik", dan mereka tidak ragu-ragu
  untuk mengungkapkan perasaan mereka. Demikian pula, kita tidak boleh
  menyebut laki-laki Afro-Amerika dengan istilah "boy", meskipun orang
  yang kita acu itu memang betul-betul laki-laki yang masih patut
  disebut remaja. Warga Amerika keturunan Afrika telah dijadikan peka
  oleh sejarah dan masyarakat sehingga memandang bahwa kata tersebut
  merendahkan harkat.

  Tujuan Menyeluruh Swasunting

  Ada yang mengatakan bahwa suatu tujuan pokok dalam semua
  penyuntingan adalah mengurangi banyaknya kata. Gagasan ini
  didasarkan pada pemikiran bahwa para penulis umumnya suka
  berpanjang-panjang, terlalu sering mengulang-ulang, dan berlebihan.
  Bicara selaku penulis yang telah menerbitkan jutaan kata, saya akui
  kesalahan saya sebagai yang dituduhkan itu. Bahkan, setelah saya
  menanggung jerih payah dan kesedihan karena membuang jutaan kata
  tulisan saya sendiri karena ternyata mengulang-ulang, membosankan,
  dan umumnya tidak perlu, penyunting saya masih membuang lebih banyak
  lagi, dan saya biasanya membisu menanggungkan perasaan saya,
  mengakui bahwa saya terlalu banyak mengobral kata.

  Tujuan keseluruhan swapenyuntingan ialah menekan pengobralan kata
  itulah. Sangat pasti bahwa kita dapat menghapuskan banyak di antara
  kata sifat dan kata keadaan, komentar di antara dua koma,
  kalimat-kalimat dengan nada bawah, serta pernyataan-pernyataan
  tambahan lainnya. Dalam bahasa Inggris, penggunaan kalimat aktif
  dengan sendirinya akan mengurangi pengobralan kata itu karena
  biasanya kalimat aktif lebih hemat kata ketimbang kalimat pasif.
  Hasilnya adalah teks yang lebih ketat, dengan gaya yang jauh lebih
  hidup dan gesit, serta jauh lebih enak dibaca.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: How to Start and Run a Writing & Editing Business
  Penulis: Herman Holtz
  Penerjemah: Y. Rusyanto Landung Laksono Simatupang
  Penerbit: PT Grasindo, Jakarta 2000
  Halaman: 226 -- 231

_________________________________TIPS_________________________________

  BAGAIMANA MENYUNTING TULISAN ANDA SENDIRI (SWASUNTING)

  Apabila draf tulisan Anda terlihat kaku dan kurang baik, hal itu
  bisa diperbaiki dengan suntingan yang baik. Karena menyewa seorang
  editor tidaklah selalu dimungkinkan, sering kali Anda mendapat
  "kesempatan" untuk menyuntingnya sendiri. Setiap kali Anda bergulat
  dengan ide-ide, frasa, dan kata-kata sifat untuk menaruh gambaran
  yang Anda maksud ke dalam pikiran pembaca, Anda akan menghargai
  bahwa menulis adalah hal yang sulit. Menyunting merupakan pekerjaan
  yang sangat melelahkan -- suntingan yang baik biasanya memerlukan
  waktu yang lamanya hampir sama dengan penulisan draf tulisan itu
  sendiri. Meski demikian, hasilnya setimpal dengan upaya yang
  dilakukan saat menyunting.

  Menyunting adalah proyek yang harus dilakukan berulang kali dan
  benar-benar membutuhkan kesabaran. Di bawah ini adalah beberapa hal
  yang harus Anda lakukan dalam menyunting. Urutan langkah yang Anda
  ambil dalam menyunting akan memengaruhi gaya tulisan Anda; lakukan
  sedikit percobaan untuk mengetahui urutan langkah-langkah mana yang
  paling baik menyunting tulisan Anda. Anda akan menyadari bahwa Anda
  sebenarnya sedang menyunting ketika Anda secara positif sudah muak
  dan lelah membaca ulang tulisan Anda.

  1. Sinonim

  Belilah tesaurus terbaik yang bisa Anda temukan. Sebuah tesaurus
  akan membantu jika tesaurus itu memiliki bagian "kategori" yang
  memungkinkan Anda untuk membaca secara ide besar. Bacalah tulisan
  Anda dan carilah persamaan kata yang paling cocok/tepat untuk
  menggambarkan maksud Anda. Namun, Anda harus berhati-hati, ingatlah
  bahwa masing-masing pembaca memiliki tingkat pengetahuan yang tidak
  sama dan mungkin menghindari kata-kata yang terlalu rumit.

  2. Simile dan Metafora

  Pakailah simile dan metafora jika memungkinkan, namun usahakan
  tetap sesuai dengan konteks tulisan Anda. Terkadang, metafora yang
  terlalu luas (atau simile yang terlalu menyolok) dapat mengacaukan
  gagasan utama tulisan Anda. Jangan memadukan metafora dengan
  membandingkan sesuatu dengan cerek teh hanya untuk kemudian
  membandingkannya dengan sebuah mobil.

  3. Cek Kamus

  Baca tulisan Anda, jika Anda kurang begitu yakin dengan arti suatu
  kata, carilah arti kata tersebut di dalam kamus. Saya sendiri
  beberapa kali terkejut saat saya menggunakan satu kata berkali-kali
  hanya untuk membuat tulisan terlihat bagus dan kemudian menemui
  bahwa maknanya benar-benar berbeda dari yang saya maksud.

  4. Bacalah Keras-keras

  Anda tidak perlu membacanya keras-keras di depan orang lain.
  Mengherankan, bahkan saat Anda duduk di sofa sendirian dan
  membacanya, Anda bisa segera menemukan frasa dan kata-kata yang
  janggal yang sangat sering Anda gunakan.

  5. Tindakan dan Kalimat Aktif

  Tulisan Anda akan menjadi jelas bila Anda menyusun kalimat Anda
  dengan pola subjek-predikat-objek; tulislah sebuah tindakan daripada
  mendeskripsikan situasi. Gunakan komputer Anda untuk mencari
  kata-kata kerja yang diawali dengan "di" -- tulisan Anda akan lebih
  baik jika Anda menggunakan kalimat aktif.

  6. Buatlah Kalimat Positif

  Terkadang, kata "tidak" berguna untuk menekankan sesuatu. Namun
  sering kali, sebuah kalimat akan jauh lebih kuat jika kalimat itu
  adalah kalimat positif; gunakan komputer untuk mencari kata "tidak"
  dan tulis kembali kalimat tersebut dengan menggunakan deskripsi
  lain.

  7. Hilangkan Tanda Koma

  Tanda koma yang diikuti kata "tetapi" bukanlah masalah. Tanda koma
  untuk memisahkan daftar rincian sesuatu juga tak menjadi masalah.
  Tanda koma untuk menjelaskan kalimat dalam tanda kurung boleh
  dipakai. Namun, penggunaan tanda koma untuk hal lain membutuhkan
  kecermatan khusus -- apakah seharusnya memakai tanda titik koma,
  titik dua, tanda hubung, atau tanda kurung?

  8. Tenggelamkan Kesokpintaran Anda.

  Jika ada tulisan yang kesannya "sok pintar", Anda harus
  menyingkirkannya.

  9. Susunlah Kembali Kata-kata dan Kalimat Anda

  Usahakan kata-kata Anda tetap menjadi satu kesatuan yang utuh.
  Kata-kata penting terletak di akhir kalimat; kalimat utama terletak
  di akhir paragraf.

  10. Kata-kata Memiliki Intonasi

  Kadang membaca bisa menjadi aneh karena tekanan setiap suku katanya
  begitu "datar". Tandailah tulisan Anda dengan suku kata yang
  memiliki penekanan dan susunlah kembali kata-kata yang datar nadanya
  jika dibaca atau bagian-bagian yang memiliki terlalu banyak suku
  kata yang ditekan yang ada di tempat yang berdekatan.

  11. Periksa Ejaan dan Tata Bahasa

  Terakhir, gunakan pemeriksa ejaan (spell checker) yang ada di
  program Microsoft Word. Program ini dapat menemukan beberapa
  kesalahan dalam tulisan Anda. Meskipun begitu, gunakan hikmat Anda
  sendiri untuk tidak mengikuti beberapa aturan tata bahasa jika
  memang dirasa diperlukan. Percayalah pada pendengaran Anda.
  (t/Setyo)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: Jeff Chapman`s Web Site!
  Judul asli artikel: How To Edit Your Own Writing (Self-Editing)
  Penulis: Jeff Chapman
  Alamat URL: http://home.earthlink.net/~jdc24/selfEdit.htm

_____________________________POJOK BAHASA_____________________________

  SALAH KAPRAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

  BERGANDENGAN DAN SALING PUKUL

  "Ia berjalan bergandengan tangan." Mengapa tidak ditulis: "Mereka
  berjalan bergandengan tangan?" Benar, jika ditulis, "Ia bergandengan
  tangan dengan pacarnya."

  "Saling pukul-memukul." Tidakkah yang lebih cermat dan padat adalah
  pukul-memukul atau saling pukul?

  AKTIFITAS ATAU AKTIVITAS?

  Dua cara penulisan ini sering kita temukan. Mana yang benar? Kata
  itu diserap dari bahasa Inggris "activity" atau, dulu, kata Belanda,
  "activiteit".

  Kita perlu mengganti huruf jika bunyi yang dilambangkannya
  membedakan makna dalam bahasa Indonesia. Huruf c pada kata asingnya
  ditukar dengan k karena melambangkan bunyi yang berbeda.

  Bagaimana dengan v? Tidak perlu karena bunyi yang dilambangkannya
  dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna.

  Jadi, yang benar aktivitas.
  (Catatan: akhiran -(i)tas dari bahasa Latin dipilih karena pada
  waktu itu orang tidak menghendaki penyesuaian akhiran Inggris atau
  Belanda.)

  Mengapa kita menulis aktif, bukan aktiv? Karena, huruf v tidak kita
  gunakan di akhir kata umum dalam bahasa Indonesia.

  Jadi, "active" kita serap menjadi aktif. Huruf v di tengah kata
  tidak diubah. Contoh lain, produktif-produktivitas,
  agresif-agresivitas, positif-positivisme, dan motif-motivasi.

  STANDARISASI ATAU STANDARDISASI?

  Kasus ini mirip dengan aktifitas dan aktivitas. Kata asing
  "standard" kita serap dengan menghilangkan huruf d karena bunyi yang
  dilambangkan cenderung tidak diucapkan dalam bahasa Indonesia. Jadi,
  yang benar adalah standar.

  Kata "standardisation" (Inggris) atau "standardisatie" (Belanda)
  kita serap menjadi standardisasi. Mengapa huruf d dipertahankan?

  Bunyi d dapat kita lafalkan sehingga secara keseluruhan lafal dan
  tulisan standardisasi lebih dekat dengan lafal dan tulisan kata
  asingnya walau di sana-sini sudah ada penyesuaian.

  Baik dicatat, dalam hal menyesuaikan tulisan dan lafal kata serapan,
  apa yang bisa dipertahankan sebaiknya tidak diubah sehingga dapat
  lebih dekat dengan bentuk aslinya. Hal itu memudahkan penelusuran
  asal-usul kata.

  GANTI UNTUNG

  Baru-baru ini ada berita tentang lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo.
  Sebuah stasiun televisi mengatakan bahwa korban lumpur Lapindo
  menuntut agar ganti untung segera dicairkan.

  Apa itu ganti untung?

  Istilah yang lazim kita dengar dan juga kita gunakan adalah ganti
  rugi. Dalam tata bahasa, ganti rugi disebut kata majemuk. Ada
  bentuk-bentuk kata majemuk serupa itu, misalnya meja tulis.

  Yang dimaksud meja tulis adalah meja untuk menulis. Buku gambar
  adalah buku untuk menggambar. Anak angkat artinya orang (biasanya
  berusia muda) yang tidak bertalian darah, yang diangkat menjadi anak
  sendiri. Contoh lain adalah cetak ulang, yang artinya pencetakan
  ulang.

  Pada contoh-contoh itu terlihat ada pemendekan bentuk. Menulis
  menjadi tulis, menggambar menjadi gambar, diangkat menjadi angkat,
  dan pencetakan menjadi cetak. Hal yang sama sebenarnya juga terjadi
  pada kata ganti rugi, hasil pemendekan dari penggantian kerugian
  atau sekurang-kurangnya dari ganti kerugian.

  Jadi, apa yang dimaksud dengan ganti untung pada berita itu? Dengan
  analogi tersebut, ganti untung dapat ditafsirkan sebagai penggantian
  keuntungan atau ganti keuntungan. Hal ini tentu saja tidak masuk
  akal. ("Keuntungan kok diganti!").

  Konon yang menciptakan istilah itu bermaksud agar korban seperti
  warga Porong itu mendapat penggantian yang menguntungkan, bukan yang
  merugikan. Dengan mengubah ungkapan ganti rugi menjadi ganti untung
  diharapkan kompensasi yang dimaksudkan menguntungkan pihak korban.

  Terlepas dari niat baik penulis berita, pengubahan istilah itu jelas
  mengacaukan makna. Di samping itu, kalau korban manjadi untung,
  bukankah lalu ada pihak yang merugi? Nah, kalau pihak yang merugi
  itu adalah pihak yang harus menyediakan dana penggantian, pantas
  saja kalau mereka menunda-nunda atau enggan melaksanakan. Singkat
  kata, meniru gaya Tukul, kembali ke ganti rugi!

  AKIBAT YANG MENGAKIBATKAN

  Coba perhatikan kutipan ini. "Akibat kebakaran itu mengakibatkan
  pedagang kehilangan tempat usaha." Hah!

  Hati-hati menyusun kalimat yang mengandung hubungan kausalitas.

  Sebetulnya ada cara yang sederhana. Gunakan saja kata hubungan,
  seperti sebab, karena, akibat, sehingga, dan boleh juga maka,
  misalnya begini:

  1. Persidangan itu ditunda sebab hakimnya sakit, 2. Pertandingan terpaksa dihentikan karena hujan deras, 3. Akibat perbuatannya itu, ia dihukum dua tahun penjara; atau
  4. Kasus itu sudah diputuskan secara adil, maka demo tidak perlu
     lagi.

  Kata sebab dan akibat juga bisa menjadi dasar kata kerja
  mengakibatkan dan menyebabkan. Keduanya kurang lebih berarti sama.
  Contohnya seperti ini.

  1. Angin puting beliung itu mengakibatkan kerusakan di desa
     Sukoharjo, Sleman, Yogyakarta.
  2. Kebijakan pemerintah menyebabkan pelaksanaan pemerintahan
     terus-menerus dipantau dan dikritik rakyat.

  Lalu bagaimana dengan kalimat yang dikutip tadi? Kacau alias rancu!
  Sebaiknya kalimat itu berbunyi: "Akibat kebakaran itu para pedagang
  kehilangan tempat usaha," atau, "Kebakaran itu menyebabkan pedagang
  kehilangan tempat usaha."

  MENURUT SIAPA MENGATAKAN APA

  Ditemukan kalimat seperti ini. "Menurut seorang pakar sosiologi
  Universitas Indonesia mengatakan bahwa harga demokrasi memang dapat
  dianggap mahal."

  Kalau kita analisis, mana subjek kalimat itu? Seorang pakar
  sosiologi Universitas Indonesia?

  Memang, bagian itulah yang menjadi pokok untuk kata kerja
  mengatakan. Namun, kalau itu subjeknya, mengapa didahului kata
  menurut?

  Apakah kita dapat mengatakan kalimat yang lebih sederhana ini:
  "Menurut dia mengatakan begitu?" Aneh, bukan?

  Pemecahan sederhana: buang saja kata menurut sehingga kalimat itu
  menjadi: "Seorang pakar sosiologi Universitas Indonesia mengatakan
  bahwa harga demokrasi memang dapat dianggap mahal."

  Bagaimana jika kita ingin menggunakan kata menurut? Karena kata itu
  mengawali bagian yang disebut keterangan, jangan lupakan kalimat
  induknya. Inilah perbaikannya: "Menurut seorang pakar sosiologi
  Universitas Indonesia, harga demokrasi memang dapat dianggap mahal."

  JUMLAH KORBAN YANG MENINGGAL BERJUMLAH ENAM ORANG

  Menyusun kalimat perlu cermat. Biasanya, kalimat yang ringkas lebih
  mudah dipahami informasinya.

  Kalimat yang jelas informasinya adalah kalimat yang efektif. Itulah
  sebabnya, para penulis ulung sering memberi nasihat para pemula
  untuk membuat tulisan dengan kalimat-kalimat pendek.

  Kalimat yang singkat dan padat tidak memuat kata yang tidak
  diperlukan.

  Kata yang berlebihan dapat mengaburkan pokok masalah. Oleh sebab
  itu, hindari unsur kalimat yang memiliki fungsi yang sama.

  Mari kita simak kutipan yang menjadi judul tulisan ini.

  Mungkin dengan mudah masalahnya kita temukan, yakni pemakaian kata
  jumlah dan berjumlah. Aneh sekali jika kita mengatakan bahwa jumlah
  anu berjumlah sekian.

  Kalimat aslinya sebenarnya jauh lebih panjang sehingga kejanggalan
  itu tidak disadari pembuatnya: jumlah korban yang ditemukan
  meninggal dalam kecelakaan kapal penumpang itu berjumlah 356 orang.

  Jika memang perlu membuat kalimat panjang, jangan lupakan
  kecermatan. Kalimat tadi dapat diperbaiki dengan mengubahnya sebagai
  berikut.

  Korban yang ditemukan meninggal dalam kecelakaan kapal penumpang itu
  berjumlah 356 orang.

  Dapat juga dipertimbangkan pengubahannya menjadi seperti kalimat di
  bawah ini.

  Jumlah korban yang ditemukan meninggal dalam kecelakaan kapal
  penumpang itu mencapai 356 orang.

  BIDARA Program Budaya 93,4 FM RRI Denpasar
  Rabu (13/6) Pukul 18.15 Wita
  Topik: "Sopan Santun Berbahasa"
  Narasumber: Drs. I Nengah Sukartha, S.U.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Tokoh
  Penulis: arixs
  Alamat URL: http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2735


_____________________________STOP PRESS!_____________________________


  BARU! KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG

  Anda membutuhkan banyak bahan seputar Natal? Anda kesulitan mencari
  situs Natal berbahasa Indonesia?

  Kami mengajak Anda mengunjungi situs terbaru yang diluncurkan oleh
  Yayasan Lembaga SABDA, natal.sabda.org. Situs ini berisi kumpulan
  bahan-bahan Natal yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan Anda akan
  bahan-bahan Natal bermutu dan sesuai dengan prinsip firman Tuhan.
  Bahan-bahan yang dapat Anda peroleh dalam situs ini adalah Renungan
  Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian, Diskusi PESTA, Drama Natal,
  Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar, Blog, Resensi Buku, Review
  Situs, e-Cards, Gambar/Desain Natal, dan Lagu Natal.

  Anda tidak hanya dapat meraup banyak bahan Natal dalam situs
  natal.sabda.org. Jika Anda mendaftarkan diri sebagai pengguna, Anda
  juga dapat mengirimkan tulisan, menulis blog, dan mengucapkan
  selamat Natal kepada rekan-rekan Anda.

  Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs natal.sabda.org, untuk
  memberi makna lebih dalam Natal Anda.

  ==> http://natal.sabda.org

______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Puji Arya Yanti
Berlangganan: Kirim e-mail ke subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: Kirim e-mail ke unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Kirim bahan/tanya: Kirim e-mail ke penulis(at)sabda.org
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs Pelitaku: http://pelitaku.sabda.org/
Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum
Network Literatur: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_literatur
______________________________________________________________________
Melayani sejak 3 November 2004
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
Copyright(c) e-Penulis 2008
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org