Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/45 |
|
e-Penulis edisi 45 (16-7-2008)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ Edisi 045/Juli/2008 TEMA: KRITERIA TULISAN YANG BAIK ______________________________________________________________________ = DAFTAR ISI = * Dari Redaksi: Seperti Apakah Tulisan yang Baik Itu? * Mutiara Penulis * Artikel 1: Kode Etik dan Tanggung Jawab Penulis untuk Hasil Tulisan yang Baik * Artikel 2: Kriteria Tulisan yang Bagus * Tips: Kriteria untuk Menilai Karya Tulis * Pojok Bahasa: Disapa "Anda" Malah Tersinggung * Stop Press: 40 Hari Mengasihi Bangsa dalam Doa ____________________________DARI REDAKSI______________________________ SEPERTI APAKAH TULISAN YANG BAIK ITU? Setelah bersama-sama mengenal pembaca melalui e-Penulis edisi Juni 2008 yang lalu, kali ini Redaksi mengajak Sahabat Penulis mengetahui kriteria tulisan yang baik. Seperti apakah kriteria tulisan yang baik itu? Apakah tulisan yang baik adalah tulisan yang bahasanya indah? Tulisan yang dibaca oleh banyak orang? Atau tulisan yang memakai ejaan yang disempurnakan dengan benar? Jawabannya dapat ditemukan dalam sajian yang mengetengahkan hal-hal yang perlu diperhatikan penulis agar menghasilkan tulisan yang baik kali ini. Jangan lewatkan pula Pojok Bahasa yang dapat menambah keterampilan dan kemampuan bahasa Sahabat Penulis. Semoga rangkaian edisi kali ini dapat memperlengkapi Sahabat Penulis dalam menapaki ranah tulis-menulis. Sehingga dapat menolong Anda untuk menghasilkan hasil karya yang tidak hanya baik, melainkan hasil yang menjadi berkat bagi orang lain dan keharuman bagi nama Tuhan. Selamat belajar dan menulis. Pimpinan Redaksi e-Penulis, Puji Arya Yanti ___________________________MUTIARA PENULIS____________________________ ADA TIGA ATURAN MENULIS CERITA YANG BAIK, TAPI MASALAHNYA, TAK SEORANG PUN TAHU APA ITU ______________________________ARTIKEL 1_______________________________ KODE ETIK DAN TANGGUNG JAWAB PENULIS UNTUK HASIL TULISAN YANG BAIK Penulis atau pengarang yang ingin berekspresi melalui tulisannya, tentu tidak begitu saja menulis dengan sekehendak hatinya. Ia memunyai gagasan atau pemikiran yang ingin disampaikan kepada orang lain. Tentu ia juga harus lebih dahulu berpikir apakah orang lain dapat begitu saja memahami apa yang disampaikannya dalam tulisan itu? Sebab apabila cara penyampaiannya salah atau keliru, pembaca tidak akan memahaminya. Bisa jadi salah tafsir. Mungkin saja akan ada pembaca yang protes, bahkan membantah pendapatnya. Kritik, bantahan, bahkan kecaman pembaca sudah menjadi risiko seorang penulis. Namun sebaiknya, segala sesuatunya telah direnungkan dan diantisipasi sebelum menulis. Kritik yang positif dan memuji akan menyenangkan. Sebaliknya, kritik yang negatif dan bersifat membantah memang dapat membuat penulis putus asa. Semua ini dapat dihindari dengan persiapan sebelumnya. Penulis harus memiliki tanggung jawab terhadap tulisannya. Jika ia bermaksud menyampaikan pendapat, gagasan, pemikiran, dan perasaan, tentunya karena ia yakin bahwa semuanya itu akan bermanfaat bagi orang lain. Tulisan tentang masalah-masalah kesehatan dalam jurnal kedokteran, misalnya, pasti memiliki dasar-dasar yang kuat untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Begitu juga tulisan bertema sosial, agama, teknologi modern, ekonomi, dan sebagainya. Si penulis harus menguasai materi yang disajikannya. Dalam menulis, seorang penulis setidaknya harus menyadari tiga hal yang merupakan kode etiknya, yaitu: 1. unsur informasi, 2. unsur edukasi/pendidikan, dan 3. unsur hiburan. Ketiganya terpadu dalam suatu karya tulis yang akan memberi manfaat yang menyenangkan pembaca. Dengan membaca suatu tulisan, apakah itu fiksi, seperti cerita pendek, puisi atau novel, maupun nonfiksi, misalnya tentang sejarah, ilmu kesehatan, flora dan fauna, pembaca memeroleh informasi sekaligus juga dapat mempelajari sesuatu. Tulisan yang enak dibaca, dengan susunan kalimat dan frase yang jelas dan lancar, apalagi bila ada selingan humor segar, dengan gaya tulisan yang menarik, tidak gersang, pasti disukai oleh siapa saja. Jadi, dengan membaca sebuah buku atau artikel, seorang pembaca dapat memahami informasi yang disampaikan. Bacaan itu akan lebih menarik perhatiannya apabila berisi hal-hal yang ingin diketahui dan dipelajarinya. Selain itu, hal-hal yang disampaikan benar-benar memberinya manfaat. Misalnya, seseorang ingin membaca buku tentang bagaimana menanam pepaya. Ia dapat belajar menanam pepaya dan membuktikan sendiri bahwa teknik dan seni menanam pepaya yang dibacanya itu dapat dipraktikkan dan berhasil. Memang tidak semua buku dapat dipraktikkan seperti itu. Ini hanya gambaran tentang kode etik bagi penulis berkaitan dengan tanggung jawabnya. Penulis yang tidak menyimak rambu-rambu tulisan menjadi kurang hati-hati dan menulis semaunya sendiri, yang penting asal laku. Misalnya, buku-buku porno. Buku-buku tersebut memang laris di pasaran walaupun berselera rendah. Tetapi, pornografi tidak memiliki unsur mendidik, kalaupun mengandung informasi, sifatnya vulgar, tidak bermutu. Tulisan seperti ini dapat merusak moral, terutama di kalangan generasi muda. Di mana tanggung jawab penulis yang katanya ingin berekspresi untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain? Tulisan-tulisan demikian tentu saja melanggar kode etik dan dapat dikategorikan sebagai buku-buku terlarang dalam sebuah negara yang telah memiliki undang-undang tentang pornografi. Kesadaran akan tanggung jawabnya itulah yang harus ada dalam jiwa setiap penulis. Keberaniannya untuk menyampaikan pendapat dan kebebasannya untuk berekspresi di arena tulis-menulis akan dihargai oleh masyarakat pembaca apabila ia memang memiliki kemampuan untuk memertanggungjawabkan manfaat maupun kebenarannya. Apalagi jika buku itu mampu menggerakkan hati nurani pembacanya dan kemudian menciptakan opini di kalangan masyarakat. Inilah keberhasilan seorang penulis atau pengarang. Bahkan, buku-buku seperti ini dapat mengubah pandangan dunia. Beberapa novel termasyhur telah mengubah opini dunia. Misalnya, buku berjudul "Uncle Tom`s Cabin" karya Harriet Beecher Stowe yang bercerita tentang kejamnya bisnis perbudakan orang-orang kulit hitam yang tidak manusiawi. Bukan hanya Amerika yang terguncang. Seluruh dunia terperangah membaca buku yang dengan berani membuka borok-borok bisnis yang mendatangkan keuntungan besar ini. Satu lagi contoh tentang keberanian pengarang mengungkap fakta buruk yang disembunyikan, yaitu ketika pengarang Perancis, Emile Zola, membela Alfred Dreyfus, seorang anggota militer Perancis yang dijebloskan ke penjara karena fitnah. Penyimakannya atas kasus yang menghebohkan ini membuktikan bahwa Dreyfus tidak bersalah. Karena itu, ia bertekad untuk membuka skandal yang melibatkan orang-orang penting dalam dinas militer Perancis pada awal abad ke-19 itu. Ia menulis surat terbuka kepada Presiden melalui surat kabar L`Aurore di bawah judul "J`Accuse". Novelis besar ini berani menanggung risiko masuk penjara demi kebenaran yang diyakini. Hal ini tidak sia-sia karena Alfred Dreyfus kemudian dibebaskan. Bayangkan betapa hebatnya dia. Sendirian, hanya bersenjatakan pena dan tinta, Emile Zola berhasil mengungkap skandal korupsi di balik peristiwa yang menggegerkan itu. Cuplikan kisah tentang keberanian Harriet Beecher Stowe dan Emile Zola hanyalah dua di antara beribu-ribu pengarang pemberani yang tersebar di pelbagai negara di seluruh dunia. Di mana-mana, di sepanjang zaman muncul dan akan terus muncul orang-orang yang setia kepada hati nuraninya dan menyampaikan pengalaman, gagasan, dan apa saja yang mereka rasakan melalui tulisan. Demi kebenaran dan keadilan, para pengarang bersedia menghadapi risiko apa pun. Mereka adalah para pahlawan yang tidak berharap hadiah apa-apa kecuali berekspresi kepada pembacanya untuk tujuan yang mulia. Tentu berbeda sekali dengan mereka yang hanya ingin memanfaatkan profesi menulis untuk tujuan yang menyangkut kepentingan diri sendiri. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Teknik Menulis Cerita Anak Judul bab: Menulis Judul asli artikel: Kode Etik/Tanggung Jawab Penulis: Titik WS Penerbit: Pink Books, PUSBUK, dan Taman Melati, Yogyakarta 2003 Halaman: 8 -- 14 ______________________________ARTIKEL 2_______________________________ KRITERIA TULISAN YANG BAGUS Setiap orang memiliki selera sendiri-sendiri dalam menilai sebuah tulisan. Tetapi, hendaknya kita berkiblat kepada pendapat orang yang dinilai berkompeten menelaah karya tulis sesuai dengan pendidikan dan reputasinya. Tulisan yang bagus juga seharusnya bebas dari "pesan sponsor" yang lazimnya adalah penguasa. Dan akhirnya, nilai suatu tulisan pun ditentukan oleh budaya dan pola pikir masyarakat pada zamannya. Normalnya, tulisan bagus memenuhi kriteria-kriteria standar sebagai berikut. - Mengungkapkan Hal-Hal Baru Sebuah tulisan sudah tergolong bagus apabila ia mengungkapkan hal-hal baru. Contoh paling gampang dapat ditemukan dalam jurnal-jurnal ilmiah. Publikasi hipotesis yang menyatakan bahwa virus HIV penyebab penyakit AIDS oleh Dr. Robert Gallo langsung dianggap tulisan bagus karena jelas mengungkapkan hal baru. - Benar dan Lengkap Mana mungkin berita atau cerita bohong bisa jadi tulisan bagus? Memang menghebohkan, tetapi itu tidak bagus. Mengesampingkan fiksi atau kisah fantasi, jelas tulisan bagus harus juga mengandung kebenaran dan lengkap (faktual). Tengoklah, berita atau artikel "feature" di surat kabar bereputasi baik selalu menjunjung nilai-nilai kejujuran dan berprespektif komprehensif; berbeda dengan tulisan di "koran kuning" yang hanya mementingkan sensasi. - Merupakan Pendapat/Ide Orisinal Tulisan yang bagus biasanya sekaligus merupakan pendapat orisinal penulisnya. Kolom atau opini yang dimuat dalam media massa dianggap bagus apabila mencerminkan pendapat/solusi/saran orisinal penulisnya atas suatu kejadian atau masalah. Tulisan yang tidak berisi ide baru tak dapat dikatakan bagus, walaupun penyajiannya memikat. - Isinya Menggugah Isi tulisan yang bagus bisa menggugah pembacanya untuk berbuat hal positif, memerbaiki karakter dan moral masyarakat, atau paling tidak, memberi inspirasi yang mencerahkan. - Temanya Istimewa Tema yang tidak biasa dapat menyulap sebuah tulisan menjadi bernilai tinggi dan bagus. Ketika orang ramai menulis tentang pentingnya menghentikan pengeluaran izin baru bagi penebangan hutan, Anda dapat menulis soal kelangkaan bahan baku kayu yang mungkin dialami pabrik kayu lapis dan industri mebel kayu sebagai konsekuensinya. Hasil karya ini bisa dianggap tulisan bagus karena temanya berbeda dengan pandangan umum. - Mengandung Kejutan Novel-novel detektif, "suspense" atau "thriller" mengandalkan ketegangan dan kejutan untuk menjadi karya terpoluler dan terbaik. - Menyangkut Peristiwa Besar Analisis-analisis yang ditulis menyangkut suatu peristiwa besar berpotensi menjadi tulisan bagus. Misalnya, pandangan baru atas Revolusi Perancis (1789) atau pendaratan Apollo II di bulan (1963) selalu menarik dan berpeluang menjadi karya bagus, biarpun mundur menentang waktu. - Mengenai Orang Ternama Hillary Clinton menulis sepenggal otobiografinya, "It Tooks a Village", dan laris sebab ia pernah menjadi Ibu Negara Amerika Serikat. Semua orang ingin tahu tentang pengalamannya selama mendampingi Presiden Bill Clinton (1992 -- 2000). Kalau Suminah juga menulis riwayat hidupnya, pasti sulit menjadi tulisan yang diminati, sebab orang tidak mengenal siapa Suminah. - Bahasanya Bagus Karya Linus Suryadi Ag, "Pengakuan Pariyem", diakui bagus, teristimewa karena ditulis dalam format prosa lirik dengan kata-kata yang indah dan mendalam. Biasanya karya yang dikategorikan bernilai sastra, apalagi puisi, selain temanya menyentuh, bahasanya juga luar biasa. - Penulisnya Top Jika enak atau tidaknya makanan bergantung kepada keahlian juru masak yang mengolahnya, maka bagus tidaknya karya tulis pun sering kali ditentukan oleh siapa penulisnya. Sekali seorang penulis menghasilkan karya bagus, maka karyanya selanjutnya cenderung dianggap bagus pula. - Terpublikasi Melalui Media Tepat Tulisan bagus juga perlu dipublikasikan melalui media yang tepat dan dengan cara yang baik. Cerita pendek yang dimuat dalam Majalah Sastra Horizon, umpamanya, selalu ditafsirkan sebagai cerpen bagus. Dalam kata-kata lain, tulisan yang bagus sekalipun tidak akan tampak bagus apabila dipublikasikan melalui media yang "salah". Semakin banyak suatu tulisan memenuhi kriteria-kriteria di atas, semakin bagus pula nilai tulisan itu. Jadi, untuk menghasilkan tulisan yang dapat dinilai bagus, Anda perlu berusaha merancang dan mengerjakannya mengikuti koridor batas-batas kriteria di atas. Tulisan Anda memang tak dapat disaring lolos melalui semua kriteria tersebut, sebab nilai sebuah karya tulis pun memang perlu ditentukan terlebih dahulu kategorinya sebelum diuji mutunya menurut kriteria yang sesuai. Jika Anda menulis roman, contohnya, tentu tidak perlu menyajikan data dan mungkin tidak selalu harus ada hubungannya dengan orang-orang tersohor. Bagus tidaknya karya tulis dapat ditentukan pula oleh golongan pembacanya sendiri-sendiri. Maksudnya, suatu tulisan bisa dinilai bagus oleh kalangan pembaca tertentu, tetapi sebaliknya, dianggap tidak bagus oleh kelompok pembaca lain. Karya Pramoedya Ananta Toer menjadi contoh yang tepat. Meskipun berbaur dengan alasan politik dan ideologi, karya P.A. Toer pada satu sisi dicemooh oleh golongan tertentu, tetapi pada sisi lain dipuji oleh golongan yang berbeda. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Jadi Penulis Ngetop Itu Mudah Judul artikel: Kriteria Tulisan Bagus Penulis: Lie Charlie Penerbit: Nexx Media Inc., Bandung 2006 Halaman: 2 -- 5 _________________________________TIPS_________________________________ KRITERIA UNTUK MENILAI KARYA TULIS Berikut ini adalah lima panduan dalam menulis sebuah karya tulis yang efektif. Semua karya tulis pada akhirnya akan dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang terkandung dalam tips-tips berikut. 1. Fokus. Kenali benar-benar topik karya tulis Anda, entah topik itu adalah pilihan Anda sendiri atau pilihan orang lain yang harus Anda kerjakan. 2. Karya tulis Anda harus logis. Ungkapkan argumen Anda dengan baik dan tuliskanlah pernyataan/kalimat Anda dengan akurat. Hubungkan poin-poin tulisan Anda sehingga ada alur yang jelas dari satu ide ke ide yang lain. Kembangkan poin-poin yang Anda angkat dengan maksimal. 3. Organisir tulisan Anda dengan baik. Periksa apakah ada pengantar, isi, dan penutup. Buatlah pengantar yang jelas sehingga pembaca dapat menangkap apa yang Anda tulis dan apa yang akan Anda ungkapkan mengenai topik tulisan Anda. Tulislah isu-isu mengenai topik yang Anda angkat di bagian isi. Lalu tuliskan penutup yang mencakup semua dari apa yang Anda telah ungkapkan tanpa terkesan mengulanginya. 4. Buatlah contoh-contoh pendukung. Berikan contoh-contoh spesifik atau bahan-bahan yang mendukung argumen yang Anda tulis. Sebutkan/sertakan orang-orang, istilah-istilah, paragraf-paragraf yang spesifik, judul, dll.. Sertakan pula sumber dari informasi atau bahan-bahan pendukung tersebut dengan menggunakan tanda petik, kutipan dalam paragraf, atau bibliografi. Pastikan Anda menyertakan sumber-sumber tersebut dengan cara atau format yang benar. 5. Sunting tulisan Anda dan betulkan kesalahan-kesalahan ketik. Beri spasi dua pada tulisan Anda dan batas kertas (margin) 1 cm. Beri nomor halaman pada tulisan Anda. Periksa apakah hasil cetakan tulisan Anda bisa dibaca dengan baik. Tuliskan kalimat Anda dalam kalimat lengkap yang memenuhi kaidah tata bahasa dan ejaan. (t/Dian) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs: Janet Sturman`s Virtual Office and Home Page Penulis: Tidak dicantumkan Judul asli artikel: Criteria for Evaluating Written Work Alamat URL: http://www.u.arizona.edu/~sturman/syllabus/107labs/writing.html ____________________________POJOK BAHASA______________________________ DISAPA "ANDA" MALAH TERSINGGUNG Suatu ketika di sebuah sekolah, seorang kepala sekolah dipusingkan oleh sebuah masalah. Satu orang tua siswa mengadu kepadanya tentang wali kelas anaknya. Dia merasa tersinggung oleh ucapan wali kelas itu. Kemudian kepala sekolah memanggil si wali kelas yang kebetulan guru bahasa Indonesia. Kepala sekolah merasa heran mengapa seorang guru bahasa Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa yang baik sehingga membuat lawan bicaranya tersinggung. Dia berniat mempertemukan wali kelas dan orang tua murid itu. Setelah dipertemukan, ternyata yang menjadi masalah bukanlah isi pembicaraan yang disampaikan wali kelas, melainkan kata "Anda" yang digunakan wali kelas dalam berbicara. Menurut orang tua siswa itu, dengan kata "Anda", wali kelas sengaja menjaga jarak dengannya sehingga dia merasa menjadi orang asing dan tidak nyaman. Dia juga menganggap wali kelas anaknya itu sombong dan memandang rendah dirinya. Sementara, sang wali kelas yang guru bahasa Indonesia itu terheran-heran. Menurut kamus dan pengetahuan santun berbahasanya, kata "Anda" adalah kata ganti orang kedua yang digunakan untuk menghormati lawan bicara. Setelah permasalahan antarpersonal diselesaikan, dilakukan penelitian kecil dengan menanyakan tanggapan para orang tua siswa. Ternyata hal tersebut dirasakan oleh mayoritas orang tua siswa yang mendapat kata "Anda" dalam sapaan. Maka segeralah kepala sekolah mengimbau para wali kelas untuk tidak menggunakan kata "Anda" ketika berbicara dengan orang tua siswa. Para wali kelas disarankan menggunakan kata sapaan "Bapak" atau "Ibu" saja. Peristiwa tersebut hanyalah satu dari sekian peristiwa yang muncul dengan permasalahan yang sama. Dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia, ternyata kata "Anda" telah mengalami pergeseran makna. Selama ini diketahui bahwa kata "Anda" menimbulkan konotasi positif, sopan, dan resmi. Konotasi ini berbeda dengan konotasi yang ditimbulkan kata "kamu" atau "engkau". Modifikasi memang penting untuk keberhasilan kehidupan suatu bahasa. Tetapi dalam penggunaannya, bahasa tetap milik masyarakat penutur. Ketentuan tinggallah ketentuan, masyarakat penuturlah yang menentukan pemakaiannya. Walaupun dalam ketentuan suatu kata memiliki konotasi positif, apabila masyarakat merasakan lain, konotasi versi masyarakatlah yang terus hidup. Hal itu merupakan bukti baru kehidupan bahasa Indonesia. Bahasa yang hidup akan terus bergerak mengikuti perkembangan budaya penuturnya. Apabila ternyata kata sapaan memang lebih pantas dan nikmat bagi pengguna, mengapa tidak. Merunut asal-usulnya pun, kata sapaan merupakan kata yang digunakan untuk memunculkan keakraban di antara pemakai bahasa. Dengan adanya sapaan, lawan bicara akan merasa lebih diakui oleh pembicara. Kata sapaan seperti "Bapak", "Ibu", dan sapaan kekerabatan lainnya menimbulkan kesan hormat atau hangat. Sementara kata sapaan yang menyangkut profesi atau kedudukan juga mendatangkan hal positif bagi orang yang diajak bicara. Kata sapaan "Dokter", "Suster", "Profesor", dan sebagainya akan menimbulkan kesan pengakuan pembicara terhadap posisi lawan bicaranya. Mencermati fenomena baru ini tentu saja ada kesimpulan yang dapat ditarik. Pertama, tidak selamanya sesuatu yang dirumuskan oleh ahli bahasa dapat sesuai dengan selera penutur bahasa. Kedua, bahasa tidak berhenti pada satu titik, tetapi terus bergerak sehingga para pembina bahasa terus mencermati dan terus melakukan penyesuaian. Ketiga, semua orang yang paham kebahasaan dan tata aturannya tetap harus mencermati perkembangan budaya di sekelilingnya. Dalam pelaksanaannya, penggunaan bahasa yang benar tidak selalu merupakan bahasa yang baik. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul majalah: Intisari, Maret 2007 Penulis: Idham Hamdani Penerbit: PT Intisari Mediatama, Jakarta 2007 Halaman: 86 -- 87 ______________________________STOP PRESS______________________________ 40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Yayasan Lembaga SABDA <http://www.ylsa.org> dan Pelayanan Bangsa dalam Doa, mengundang Sahabat Penulis semua untuk kembali bersatu hati berdoa selama bulan puasa, terhitung mulai tanggal 22 Agustus -- 30 September 2008. Bahan pokok doa yang disebut ",40 Hari Mengasihi Bangsa Dalam Doa" telah disiapkan. Untuk itu, jika Sahabat Penulis terbeban untuk ambil bagian berdoa bagi bangsa, kami akan mengirimkan pokok-pokok doa melalui e-mail untuk menjadi pokok doa kita bersama. Bagi Sahabat Penulis yang ingin membagikan informasi ini ke teman-teman lain agar mereka pun bisa ikut berdoa dengan memakai bahan pokok doa ini, silakan mengirim permintaan ke alamat: ==> < doa(at)sabda.org > Bagi Sahabat Penulis yang berminat untuk mendapatkan buku cetak ",40 Hari Mengasihi Bangsa dalam Doa", silakan menghubungi: Mengasihi Bangsa dalam Doa P.O. Box 7332 JATMI JAKARTA 13560 atau via e-mail ke: fd40hdbb@yahoo.com Catatan: [Ganti (at) dengan (@) saat mengirim email] Pemohon yang ingin mendapatkan kiriman buku harap mencantumkan: Nama jelas: Alamat lengkap: Kota dan kode pos: Provinsi: Nama lembaga: No. telp./HP: E-mail: Jumlah eksemplar: Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia agar tangan Tuhan yang penuh kuasa menolong dan menggugah hati nurani para pemimpin bangsa ini untuk bertekad dan bersatu mengeluarkan bangsa ini dari kemelut berbagai masalah yang berkepanjangan. Selamat menjadi "penggerak doa" di mana Sahabat Penulis berada dan biarlah karya Tuhan terjadi di antara umat-Nya, khususnya bagi bangsa Indonesia. Jika Sahabat Penulis menginginkan arsip bahan pokok doa ",40 Hari" dari tahun-tahun sebelumnya, silakan berkunjung ke: ==> http://www.sabda.org/publikasi/40hari/ ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Puji Arya Yanti Staf Redaksi: Davida Welni Dana Berlangganan: Kirim e-mail ke subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti: Kirim e-mail ke unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Kirim bahan/tanya: Kirim e-mail ke penulis(at)sabda.org Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/ Situs Pelitaku: http://pelitaku.sabda.org/ Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum/ Network Literatur: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_literatur ______________________________________________________________________ Melayani sejak 3 November 2004 Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN. Copyright(c) e-Penulis 2008 YLSA -- http://www.ylsa.org/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |