Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/40 |
|
e-Penulis edisi 40 (20-2-2008)
|
|
______________________________________________________________________ e-Penulis Menulis untuk Melayani Edisi 040/Februari/2008 NILAI-NILAI YANG HARUS DIPEGANG OLEH SEORANG PENULIS KRISTEN = DAFTAR ISI = * Dari Redaksi : Standar Tinggi untuk Para Penulis Kristen * Mutiara Penulis * Artikel : Alkitab dan Penulis * Tips : Sepuluh Perintah Allah dan Satu Korintus Tiga Belas bagi Jurnalis Kristen * Tokoh Penulis : Sesempurnanya Hidup dan Mati * Pojok Bahasa : Pemakaian Tanda Titik (.) * Seputar Pelitaku: Forum Diskusi Topik Edisi Publikasi E-Penulis dan Seputar E-Penulis * Stop Press! : Pembukaan Kursus Baru PESTA: Kursus Pernikahan Kristen Sejati (PKS) ____________________________DARI REDAKSI______________________________ STANDAR TINGGI UNTUK PARA PENULIS KRISTEN Kita boleh menulis apa saja yang kita inginkan, sesuai dengan ide, ketertarikan, atau minat kita pada bidang tertentu. Tetapi para Sahabat Penulis hendaknya mengingat bahwa setiap torehan kata harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan maupun sesama. Sahabat Penulis, karena Anda adalah calon atau seorang penulis Kristen, itu berarti ada nilai-nilai dan tanggung jawab ekstra saat menuliskan kata demi kata dalam tulisan Anda. Setiap tulisan hendaknya seturut dengan isi hati-Nya. Allah dan para pembaca menuntut standar tinggi dalam hal integritas dan kejujuran di setiap tulisan Anda. Jika setiap penulis Kristen menetapkan standar nilai yang tinggi dalam setiap tulisannya, tentu akan ada peningkatan standar mutu/kualitas pula dalam penerbitan Kristen. Dengan semua harapan yang dituntut dari para penulis Kristen di atas, bagaimana Sahabat Penulis dapat mulai menulis sehingga setiap kata dapat mencerminkan isi hati Allah? Redaksi mengajak Sahabat Penulis sekalian untuk menyimak setiap sajian e-Penulis di bulan Februari ini. Mulailah menulis berdasarkan konsep-konsep dalam Alkitab, bukan hanya untuk tulisan rohani saja, tetapi juga tulisan umum. Silakan simak uraiannya dalam kolom Artikel. Jangan lupa untuk menengok kolom Tips karena ada beberapa panduan alkitabiah bagi para jurnalis Kristen. Oke, biarlah setiap sajian dalam edisi ini semakin memantapkan langkah kita untuk terus menjadi seorang "penulis Kristen". Selamat menulis bagi kemuliaan nama-Nya. Staf Redaksi e-Penulis, Davida Welni Dana ___________________________MUTIARA PENULIS____________________________ SANGATLAH PENTING MELIBATKAN PERASAANMU DALAM TULISANMU _______________________________ARTIKEL________________________________ ALKITAB DAN PENULIS Mencari nafkah hanya dari tulisan kristiani tidaklah mungkin untuk saat ini. Tetapi untuk menjadi penulis yang profesional bukanlah suatu hal yang mustahil. Dalam pertemuan-pertemuan penulis Kristen, yang tidak boleh dilupakan ialah bagaimana menyampaikan firman Allah dalam bahasa yang dipahami oleh manusia pada zaman ini. Bagaimana caranya menggunakan alat tulis untuk menghasilkan tulisan yang baik, yang memberikan pedoman hidup bagi umat manusia tanpa memberi kesan menggurui atau mengkhotbahi. Teknik-teknik penulisan umum dan kristiani tidak jauh berbeda. Tetapi penulisan kristiani berangkat dari suatu konsep yang sudah pasti. Sedangkan menulis untuk majalah umum tidak selamanya demikian. Banyak tulisan yang dibuat penulis hanya sekadar untuk menyenangkan hati atau memuaskan intelek, emosi, atau kepentingan lainnya. Penulis Kristen sangat mengutamakan kebenaran, kebenaran yang terdapat di dalam kehidupan dan kebenaran di dalam wujud firman yang telah menjadi Manusia. Kebenaran yang sejati itulah yang menjadi pokok pemikiran penulis kristiani. 1. Menulis dengan menggunakan kisah dari Alkitab. Para penulis dunia yang terkenal menimba inspirasinya dari kisah-kisah dalam Kitab Suci. Para penyair sangat berutang budi kepada Alkitab atas tema-tema besar yang mengilhami mereka. Ada beribu-ribu cerita yang ditulis orang setelah membaca kisah tentang Anak yang Hilang. Beribu-ribu artikel ditulis tentang kisah itu. Kisah kehidupan Daud, Elia, Yusuf, dan Yesus Kristus sendiri, telah melahirkan jutaan artikel yang ditulis orang sepanjang masa. Para penulis menafsirkan kembali kisah-kisah mereka dan menuliskan tanggapannya dalam bahasa yang sesuai dengan zamannya. Melalui cerita-cerita itu, bermunculan para penulis yang tangguh sepanjang kehidupan manusia. 2. Kata kunci yang menjadi pegangan para penulis. Banyak judul buku dan artikel yang dibuat berdasarkan frasa dari Alkitab. Kata-kata kunci yang menjadi latar belakang pemikiran dan kemudian dikembangkan sesuai dengan perkembangan pengetahuan modern. Para penulis karangan kristiani menggunakan konkordansi untuk memperkaya kata kunci yang dipilihnya, bilamana menulis berdasarkan topik tertentu. Dan tulisan yang menurut topik itu semakin berwarna dan segar di tangan penulis yang kreatif. Ia merangkai sesuatu masalah yang terdapat di dalam Alkitab dengan menggunakan disiplin, daya khayal, dan pengetahuan yang memadai untuk itu. Kisah robohnya tembok Yerikho dapat merangsang seorang penulis untuk membahas sebagian kecil saja dari peristiwa itu, tetapi mendalam dan menarik. Misalnya, berapa tebalkah tembok Yerikho itu? Kalau ia mengadakan penelitian atas topik ini, hasilnya pasti menarik bagi seorang editor dan bagi para pembaca pada umumnya. Begitu pula tulisan mengenai Roh Kudus, masih belum banyak dilakukan orang, padahal pokok mengenai masalah itu banyak dibahas di dalam Kitab Suci. Tentu saja penggalian dalam bidang ini memakan waktu yang cukup banyak. Penulis yang telah memiliki disiplin akan tekun menelusuri buku sumber dari berbagai perpustakaan, membaca pelbagai ensiklopedi Alkitab, hasil penelitian para arkeolog, dan sebagainya. 3. Menulis untuk mempertahankan Kitab Suci. Kehadiran Kitab Suci di tengah-tengah umat manusia telah menunjukkan ketahanannya sendiri. Banyak penulis yang menjadikan Kitab Suci sebagai pokok masalah penulisan. Mereka menulis dan membantah keterangan yang terdapat di dalamnya dengan bukti-bukti yang berdasarkan "ilmu dan pengetahuan" manusia modern. Tetapi sampai kini Alkitab tetap merupakan sebuah kitab yang paling banyak dicetak dan diterjemahkan di seluruh permukaan dunia ini dan sepanjang sejarah kehidupan manusia. Alkitab telah membuktikan kehadirannya sendiri. Alkitab telah berjuang untuk dirinya dan ternyata tetap hidup di dalam hati manusia. Kitab yang hidup di dalam hati manusia adalah kitab yang tidak akan pernah dihapuskan. Apalagi di dalamnya terkandung kebenaran yang sejati dan kebenaran yang mendatangkan kehidupan yang kekal. Sayangnya, banyak juga penulis yang mengutip ayat-ayat Alkitab dan mengacaukan isinya hanya sekadar untuk menunjukkan betapa kitab itu tidak lagi relevan dengan pengetahuan masa kini. Di samping mengacaukan, juga untuk mengatakan bahwa kitab itu sudah kuno. Ayat-ayat Kitab Suci ditafsirkan di luar konteksnya! Tetapi Alkitab tetap berdiri tegar di tengah-tengah manusia. Allah sendiri mengatakan bahwa tidak ada kata-kata yang diucapkan-Nya kembali dengan sia-sia atau hampa (Yesaya 55:11). 4. Tulisan berdasarkan kesaksian yang bermakna. Artikel bukanlah sebuah khotbah. Dan khotbah bukanlah sebuah artikel. Tetapi kedua-duanya sesungguhnya menghadirkan misi yang tidak berbeda, hanya penampilan saja yang agak berbeda. Oleh karena itu, seorang penulis yang memiliki kesaksian dari ayat Alkitab, yang sangat bermakna baginya, dapat dituangkan dalam bentuk artikel untuk menjadi kesaksian bagi orang lain. Pengalaman pertobatan yang bermakna itu bila diramu dengan wadah yang tepat akan menarik bagi penerbit. Banyak sekali ayat Alkitab yang hidup di dalam diri para penulis terkenal atau di dalam diri tokoh masyarakat yang masyhur sepanjang zaman. Ikhwal mereka itu menarik untuk dibahas dalam artikel yang kristiani. Diambil dari: Judul buku : Bagaimana Menjadi Penulis Kristen yang Sukses Judul artikel: Alkitab dan Penulis Penulis : Drs. Wilson Nadeak Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1989 Halaman : 68 -- 71 _________________________________TIPS_________________________________ SEPULUH PERINTAH ALLAH DAN SATU KORINTUS TIGA BELAS BAGI JURNALIS KRISTEN SEPULUH PERINTAH ALLAH BAGI JURNALIS Jika umat Kristen memiliki "Sepuluh Perintah Allah" untuk ditaati dan dilakukan, setiap jumalis Kristen pun perlu menaati dan melakukan "Sepuluh Perintah Allah bagi Jurnalis" yang penulis adaptasi dari tulisan Lee Wyndham, yaitu: (1) Kasihi bidang ini; (2) Kasihi pembaca Anda; (3) Jangan mulai menulis sebelum didahului dengan perenungan; (4) Anda harus tahu karakter tulisan Anda sendiri; (5) Anda harus tahu tujuan tulisan Anda; (6) Anda harus berhenti jika tujuan itu sudah tercapai; (7) Anda jangan menyembah tulisan Anda seperti patung berhala; (8) Anda harus menulis dengan jelas; (9) Anda harus mempelajari pasar dan baru mengirimkan tulisan Anda; dan (10) Anda jangan berhenti sampai di situ, tetapi menulislah terus demi sesama dan kemuliaan Tuhan. SATU KORINTUS TIGA BELAS BAGI JURNALIS Jika Rasul Paulus menulis tentang "kasih" yang luar biasa kepada jemaat di Korintus, jurnalis Kristen pun perlu memiliki kasih di dalam 1 Korintus 13 yang penulis sadur dari karya Marian Brincken Forschler, yakni: (1) Sekalipun aku telah lulus Sekolah Tinggi Komunikasi Massa atau Sekolah Tinggi Publisistik serta mengikuti berbagai seminar literatur maupun training jurnalistik, tetapi jika aku tidak memunyai kasih, tulisanku akan sama seperti gong yang berkumandang dan carang yang gemerincing serta diejek orang sebagai tong kosong yang nyaring bunyinya; (2) Sekalipun aku memunyai karunia menulis dan talenta mengarang dan menguasai berbagai bahasa, dan sekalipun aku memiliki segudang buku tulis-menulis dan kewartawanan, jika aku tidak memunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna; (3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan ilmu tulis-menulisku, bahkan menerjuni dunia pelayanan literatur secara sepenuh waktu, tetapi jika aku tidak memunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku; (4) Kasih itu sabar menghadapi atasan yang rewel; kasih itu murah hati untuk menyisihkan honor tulisan bagi pekerjaan Tuhan; kasih itu tidak cemburu melihat wartawan lain menulis dengan lebih baik. Kasih itu tidak memegahkan diri dan tidak sombong kalau tulisannya berhasil menyabet Sea Write Award atau bahkan Pulitzer Award; (5) Kasih itu tidak melakukan sesuatu yang tidak sopan, tidak menghalalkan segala cara untuk mencari kepentingan sendiri, atau tidak marah dan menyimpan kesalahan orang lain ketika melakukan tugas peliputan; (6) Kasih itu tidak bersukacita jika tulisan wartawan lain ditolak oleh redaktur; (7) Kasih itu menerapkan prinsip: jika tidak memiliki bukti, ia percaya yang paling baik; jika buktinya bertentangan, ia mengharapkan yang paling baik; jika harapan itu dikecewakan, ia tetap sabar menantikan agar narasumber itu bertobat; (8) Kasih itu tidak marah jika kesibukan kita diganggu dan tulisan kita dikritik dengan tajam; (9) Sebab pengetahuan kita terbatas dan kemampuan kita di bidang jurnalistik pun tidak sempurna; (10) Tetapi jika kita tekun berlatih, tulisan kita makin lama makin baik, dan tulisan yang tidak sempurna akan lenyap; (11) Ketika aku belajar, tulisanku seperti anak-anak, karena aku berpikir dengan pola pikir anak-anak. Sekarang aku menjadi dewasa, dan tulisanku pun makin matang dan berbobot karena aku meninggalkan gaya kekanak-kanakan itu; (12) Karena sekarang kita belum membayangkan bagaimana karier dan masa depan kita nantinya, seperti melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi dengan jaminan keselamatan, kita akan memetik buah dan mahkota kehidupan yang Allah sediakan bagi hamba-Nya yang setia; dan (13) Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. Kasih kepada Allah, kasih kepada keluarga, kasih kepada atasan, kasih kepada sesama wartawan, kasih kepada pembaca. Diambil dari: Judul buku : Menulis dengan Cinta Judul bab : Bahan Pengajaran Jurnalistik Kristen Judul artikel: Sepuluh Perintah Allah bagi Jurnalis dan Satu Korintus Tiga Belas bagi Jurnalis Penulis : Xavier Quentin Pranata Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2005 Halaman : 82 -- 85 ____________________________TOKOH PENULIS_____________________________ SESEMPURNANYA HIDUP DAN MATI Setiap orang pergi dengan takdirnya sendiri. Siang itu, usai berbicara dalam simposium "Meningkatkan Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Baru Indonesia" yang diselenggarakan Yayasan Obor Indonesia di Hotel Le Meridien, Romo Mangun berjalan menghampiri rekannya, Mohammad Sobari. Namun, begitu tiba di sisi kolumnis itu, tubuhnya limbung. Sobari segera menyangga dan membaringkannya di lantai Ruang Puri. Tanpa sempat berpamitan, pada pukul 13.55 WIB, 10 Februari 1999, Romo berpulang. Semua orang, apalagi pribadi sebaik Romo Mangun, meninggal di pelukan Tuhan, tulis Sobari di Kompas keesokan harinya. Setiap orang memang pergi dengan takdirnya sendiri. Romo Mangun di ujung usianya itu sedang giat menggeluti pendidikan. Yayasan Dinamika Edukasi Dasar yang ia dirikan sejak tahun 1980-an sedang ia bangun lagi. Ini semata karena kekangenan. Saya rindu menjadi guru SD, katanya dalam sebuah wawancara, 19 Mei 1994. Ia pun terjun mengajar dan juga belajar. Ia yakin bahwa interaksi saling ajar antara guru dan murid adalah hal yang paling menentukan keberhasilan pendidikan. Biar pendidikan tinggi berengsek dan awut-awutan, namun jangan telantarkan pendidikan dasar, ucapnya. Ia yakin, pendidikan dasar yang benar akan melahirkan generasi yang cerdas. MENIKAHI PUTRI AYU Romo Mangun bukan orang miskin. Ayahnya menjabat Ketua DPRD Magelang di zaman Belanda. Akan tetapi, sepanjang hidupnya orang miskin memang selalu di dekatnya dan selalu ia bela. Yang paling dibutuhkan orang miskin adalah harga diri, katanya dalam buku "Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia", 1985-1986. Ia lahir pada 6 Mei 1929 di Ambarawa sebagai sulung dengan sebelas adik, dengan nama Yusuf Bilyarta. Ia menamatkan SD di Magelang pada tahun 1943, SMP di Yogyakarta (1947), dan SMA di Malang (1951). Ia juga bekerja sambilan sebagai Tentara Pelajar Brigade XVII, Kompi Kedu. Ia pernah menjadi pengantar makanan Danyon Mayor Soeharto di front Mranggen, Semarang. Visi kerakyatannya terbentuk setelah ia mendengar pidato Danyon Tentara Rakyat Indonesia Pelajar (TRIP), Mas Imam, saat dielukan rakyat ketika memasuki Malang. Jangan elukan kami, kami bukan pahlawan, tangan kami penuh lumuran darah. Yang layak disebut pahlawan adalah rakyat yang terjajah dan teraniaya. Romo tersentak. Ia kemudian masuk seminari. Tahun 1959 ia ditahbiskan sebagai Pastor Projo yang memimpin paroki dan mendampingi masyarakat. Cita-cita saya dulu jadi insinyur, menikah dengan putri ayu, punya rumah, dan kalau malam minggu bisa piknik. Itu saja, tidak luar biasa, kenangnya saat diwawancarai Forum Keadilan, edisi 4 Agustus 1994. Gelar insinyur ia capai dengan belajar di Jurusan Arsitektur ITB (1959-1960) dan berlanjut ke Sekolah Teknik Tinggi Rhein, Westfalen, Aachen, Republik Federasi Jerman. Ia tamat pendidikan Teknik Sipil tahun 1966. Akan tetapi, sebagai pastor, tentu ia tidak bisa menyunting putri ayu, punya rumah, dan piknik di malam Minggu. Ia justru membangun rumah yang lain, kompleks peziarahan Sendangsono, Gedung Keuskupan Agung Semarang, Bentara Budaya Jakarta, dan mendapat beberapa penghargaan arsitektur dunia. Sejak tahun 1986, ia mendampingi masyarakat Kedungombo yang menggugat karena waduk itu menggusur tanah mereka tanpa ganti rugi berarti. Namun, pendampingan itu dicap sebagai upaya Romo untuk melakukan kristenisasi. Ia bergeming. Pada tanggal 5 Juli 1994, MA mengabulkan tuntutan kasasi 34 warga Kedungombo dengan ganti rugi yang besar sekali. Kedekatannya dengan rakyat melahirkan banyak inspirasi untuk karyanya. Ia melahirkan novel Romo Rahardi (1981) yang bagi sebagian pengamat merupakan citra diri Romo sendiri. Lalu trilogi novel sejarah, Roro Mendut, Gendhuk Duku, dan Lusi Lindri. Karya terakhir, Pohon-Pohon Sesawi, terbit setahun setelah kematiannya. Karya Romo tidak terbilang banyak, tetapi juga tidak sepi dari penghargaan. "Burung-burung Manyar" mendapat hadiah dari Ratu Sirikit melalui "The South East Asia Write Award" pada tahun 1983 dan juga meraih penghargaan "The Professor Teeuw Award" di Leiden, 1996. Karyanya kaya narasi filsafat, peleburan dikotomi Timur-Barat, informasi teknologi, industri, dan tentu moralitas. Ia juga mengeksplorasi bahasa Indonesia dengan kalimat yang panjang, berbelit, nyaris melupakan titik, lewat novelnya Durga Umayi. Tulisan saya menggambarkan realitas, kompleks, tak sederhana, tak satu dimensi, canggih, rumit, banyak segi. Kalimat juga semestinya begitu, katanya. Kalau Anda membaca karya sastra saya yang kompleks, memang Anda harus punya waktu, punya energi, punya niat untuk membaca sastra. Kalau tidak, ya jangan membaca buku saya. Kalau merasa bodoh, ya sorry, itu bukan untuk Anda. Jangan menyalahkan kalimat yang kompleks, ucapnya dalam Forum Keadilan, edisi 4 Agustus 1994. Keteladanan, ketekunan, dan jalan kebenaran yang ia tempuh membuatnya jadi panutan, tidak hanya untuk orang seagama. Saya mengenal Romo Mangun sebagai pejuang yang cinta perdamaian, yang memberi perhatian khusus pada umat manusia, lebih khusus lagi pada orang-orang yang menderita yang butuh perhatian, kata Presiden Habibie saat mengantar persemayaman di Gereja Katedral Jakarta, 10 Februari 1999. Saya merasa kehilangan seorang tokoh yang pemikirannya sangat konstruktif bagi bangsa, ucap Agum Gumelar. Dia seorang pastor yang tidak hanya dicintai umatnya, tetapi juga seluruh umat manusia Indonesia, khususnya yang tertindas, kata sosiolog UGM, Loekman Soetrisno, yang kini pasti tengah berdiskusi dengan Romo di alam sana. Bakdi Soemanto, budayawan yang menjadi sahabatnya, punya istilah yang lain. Romo menganut filsafat lilin, sekitarnya harus terang, meski ia harus hancur karenanya. Romo memang telah tiada. Akan tetapi, seperti kata Faruk H.T. dalam Gatra, secara maknawi, ia masih tetap hidup karena sesungguhnya Romo memang tidak pernah pergi, ia masih berada di sini, di sisi paling dalam orang-orang miskin dan terpinggirkan. Romo memang sempurna memilih takdirnya sendiri. Diambil dari: Judul buku : Bayang Baur Sejarah Judul artikel: Sesempurnanya Hidup dan Mati Penulis : Aulia A. Muhammad Penerbit : Tiga Serangkai, Solo 2003 Halaman : 184 -- 187 _____________________________POJOK BAHASA_____________________________ PEMAKAIAN TANDA TITIK (.) Tanda titik tidak hanya dipakai untuk mengakhiri kalimat yang bukan seruan atau pertanyaan saja. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang. Hari ini tanggal 6 April 1973. Marilah kita mengheningkan cipta. Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini. Berikut ini pemakaian tanda titik untuk hal lainnya: 1. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: a. III. Departemen Dalam Negeri A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jenderal Agraria 1. ... b.1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1. Gambar Tangan 1.2.2. Tabel 1.2.3. Grafik Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. 2. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik) 3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.32.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik) 4. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka. 5. a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa. b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya. Nomor gironya 5645678. 6. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: Acara Kunjungan Adam Malik Bentuk dan Kebudayaan (Bab 1 UUD,`45) Salah Asuhan 7. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. Misalnya: Jalan Diponegoro 82 Jakarta 1 April 1991 Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif 43 Palembang Kantor Penempatan Tenaga Jalan Cikini 71 Jakarta Diedit dari : Judul buku : Pedomam Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedomam Umum Pembentukan Istilah Judul bab : Pemakaian Tanda Baca Judul artikel: Tanda Titik (.) Penulis : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Penerbit : Yrama Widya, Bandung 2006 Halaman : 41 -- 43 ___________________________SEPUTAR PELITAKU___________________________ FORUM DISKUSI TOPIK EDISI PUBLIKASI E-PENULIS DAN SEPUTAR E-PENULIS Tahukah Anda jika situs Pelitaku memunyai sebuah forum diskusi? Melalui forum ini, Anda dapat berdiskusi dengan anggota lainnya mengenai hal-hal seputar dunia tulis-menulis. Di antara sembilan topik yang ada, kami ingin mengangkat dua topik, yaitu: - EDISI PUBLIKASI E-PENULIS Di sini kita dapat membahas lebih lanjut topik yang diangkat di edisi e-Penulis tiap bulannya. http://pelitaku.sabda.org/forum?fid=23 - SEPUTAR E-PENULIS Bagi Anda yang memiliki komentar, saran, maupun kritik, termasuk kesulitan yang berhubungan dengan milis publikasi e-Penulis, silakan posting di sini. http://pelitaku.sabda.org/forum?fid=24 Agar dapat berdiskusi bersama di sini, silakan terlebih dahulu mendaftar menjadi anggota. Caranya mudah, silakan masuk ke menu Daftar menjadi Pengguna dan silakan ikuti instruksi yang ada. Jangan tunda lagi, ayo saling membangun dan belajar menulis lewat fasilitas yang sudah disediakan di situs Pelitaku ini. Mari terus menulis untuk melayani. _____________________________STOP PRESS!______________________________ PEMBUKAAN KURSUS BARU PESTA: KURSUS PERNIKAHAN KRISTEN SEJATI (PKS) < http://www.pesta.org/pks_sil > Anda ingin memerkaya hidup pernikahan Anda? Kabar gembira! Sebuah kursus tentang pernikahan telah dibuka oleh Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam (PESTA). Kursus yang bernama Pernikahan Kristen Sejati (PKS) ini berisi pelajaran-pelajaran dasar tentang hidup pernikahan Kristen dan bagaimana membangun rumah tangga Kristen yang memuliakan Tuhan. Selain mempelajari bahan-bahan yang diberikan, Anda juga dapat mendiskusikan bahan-bahan tersebut dengan pasangan-pasangan lain dalam sebuah kelas diskusi. Kursus ini akan dibuka pada periode Maret/April 2008. Bagaimana cara mengikuti kursus yang diadakan secara GRATIS oleh PESTA < http://www.pesta.org > dan terbuka untuk umum ini? Beberapa ketentuan di bawah ini yang harus Anda perhatikan. 1. Peserta adalah seorang Kristen yang sudah percaya pada Tuhan Yesus Kristus. 2. Diutamakan untuk Anda yang sudah menikah, karena pasangan Anda juga diharapkan dapat ikut terlibat dalam kelas diskusi. 3. Peserta harus mendaftarkan diri dengan mengisi Formulir Pendaftaran Kursus yang ada di bawah ini atau mengisinya lewat http://www.pesta.org/formulir_pendaftaran_pks. 4. Setelah mendaftar Anda akan mendapatkan modul PKS yang harus Anda pelajari dan tugas-tugas tertulis yang harus Anda kerjakan. Tugas tertulis tersebut harus sudah selesai dikerjakan sebelum kelas diskusi dimulai (tgl. 1 April 2008). Anda juga bisa mengunduh sendiri modul PKS ini di alamat: http://www.pesta.org/pks_sil dengan berbagai pilihan format unduh, yaitu TEXT, HTML, dan PDF. 5. Peserta harus bersedia mematuhi semua peraturan yang berlaku dalam kelas PESTA. Dapat dilihat di http://pesta.org/petunjuk. Untuk kelas PKS ini, peserta tidak harus mengikuti kelas DIK terlebih dahulu. Tunggu apa lagi? Segeralah mendaftarkan diri karena kelas hanya akan menampung dua puluh pasangan saja. Isi dan kirimkan formulir di bawah ini ke: < kusuma(at)in-christ.net > ======> Potong di sini <============================================== FORMULIR PENDAFTARAN KURSUS PERNIKAHAN KRISTEN SEJATI [Catatan: Diperbolehkan mengisi formulir oleh salah satu pasangan saja.] Nama Kelas: Pernikahan Kristen Sejati (PKS) Nama lengkap: Nama [istri/suami]: Alamat e-mail: Alamat pos: Kota tinggal: Provinsi: Negara: Kode pos: Telepon/HP: Tempat lahir: Tanggal lahir: Pendidikan terakhir: Pekerjaan: Talenta/keterampilan: Gereja: Jabatan pelayanan: Komputer yang dipakai: [rumah/kantor/warnet]* Pernah mengikuti kursus PESTA sebelumnya: [ya/tidak]* (* pilih salah satu) Jawablah pertanyaan berikut ini: -------------------------------- 1. Apakah Anda sudah menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dan Tuhan secara pribadi? - Ya - Tidak 2. Apakah Anda percaya bahwa Alkitab seluruhnya adalah Firman Tuhan? - Ya - Tidak 3. Apakah pasangan Anda juga seorang yang percaya Tuhan Yesus? - Ya - Tidak 4. Berapa lama Anda sudah menikah? ............ tahun 5. Berapa anak yang Anda miliki dari hasil perkawinan Anda? ........... anak. Sebagai persetujuan Anda untuk mengikuti Kursus PESTA, mohon memberikan pernyataan di bawah ini: "Dengan mengisi Formulir Pendaftaran PESTA ini berarti saya, _______________________________ (nama lengkap) dengan keinginan sendiri telah memutuskan akan mengikuti Kursus PESTA hingga selesai dan mau menaati peraturan yang ada dan bersedia untuk saling membangun iman sesama peserta dalam kasih." ======> Potong di sini <============================================== Isi dan kirimkan formulir ini ke: < kusuma(at)in-christ.net > Jika ada pertanyaan lain, silakan menghubungi Staf Admin PESTA di: < kusuma(at)in-christ.net > ______________________________________________________________________ Pemimpin Redaksi : Puji Arya Yanti Staf Redaksi : Davida Welni Dana Berlangganan : Kirim e-mail ke subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti : Kirim e-mail ke unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Kirim bahan/tanya : Kirim e-mail ke penulis(at)sabda.org Arsip e-Penulis : http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/ Situs Pelitaku : http://pelitaku.sabda.org/ Forum Penulis : http://pelitaku.sabda.org/forum ______________________________________________________________________ Melayani sejak 3 November 2004 Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN. Copyright(c) e-Penulis 2008 YLSA -- http://www.ylsa.org/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |