Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/40

e-Penulis edisi 40 (20-2-2008)

Nilai-Nilai yang Harus Dipegang Oleh Seorang Penulis Kristen



______________________________________________________________________

                              e-Penulis
                        Menulis untuk Melayani
                       Edisi 040/Februari/2008

     NILAI-NILAI YANG HARUS DIPEGANG OLEH SEORANG PENULIS KRISTEN

  = DAFTAR ISI =
    * Dari Redaksi    : Standar Tinggi untuk Para Penulis Kristen
    * Mutiara Penulis
    * Artikel         : Alkitab dan Penulis
    * Tips            : Sepuluh Perintah Allah dan Satu Korintus Tiga
                        Belas bagi Jurnalis Kristen
    * Tokoh Penulis   : Sesempurnanya Hidup dan Mati
    * Pojok Bahasa    : Pemakaian Tanda Titik (.)
    * Seputar Pelitaku: Forum Diskusi Topik Edisi Publikasi E-Penulis
                        dan Seputar E-Penulis
    * Stop Press!     : Pembukaan Kursus Baru PESTA: Kursus Pernikahan
                        Kristen Sejati (PKS)

____________________________DARI REDAKSI______________________________

             STANDAR TINGGI UNTUK PARA PENULIS KRISTEN

  Kita boleh menulis apa saja yang kita inginkan, sesuai dengan ide,
  ketertarikan, atau minat kita pada bidang tertentu. Tetapi para
  Sahabat Penulis hendaknya mengingat bahwa setiap torehan kata harus
  dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan maupun sesama.

  Sahabat Penulis, karena Anda adalah calon atau seorang penulis
  Kristen, itu berarti ada nilai-nilai dan tanggung jawab ekstra saat
  menuliskan kata demi kata dalam tulisan Anda. Setiap tulisan
  hendaknya seturut dengan isi hati-Nya. Allah dan para pembaca
  menuntut standar tinggi dalam hal integritas dan kejujuran di setiap
  tulisan Anda. Jika setiap penulis Kristen menetapkan standar nilai
  yang tinggi dalam setiap tulisannya, tentu akan ada peningkatan
  standar mutu/kualitas pula dalam penerbitan Kristen. Dengan semua
  harapan yang dituntut dari para penulis Kristen di atas, bagaimana
  Sahabat Penulis dapat mulai menulis sehingga setiap kata dapat
  mencerminkan isi hati Allah?

  Redaksi mengajak Sahabat Penulis sekalian untuk menyimak setiap
  sajian e-Penulis di bulan Februari ini. Mulailah menulis berdasarkan
  konsep-konsep dalam Alkitab, bukan hanya untuk tulisan rohani saja,
  tetapi juga tulisan umum. Silakan simak uraiannya dalam kolom
  Artikel. Jangan lupa untuk menengok kolom Tips karena ada beberapa
  panduan alkitabiah bagi para jurnalis Kristen.

  Oke, biarlah setiap sajian dalam edisi ini semakin memantapkan
  langkah kita untuk terus menjadi seorang "penulis Kristen".

  Selamat menulis bagi kemuliaan nama-Nya.

  Staf Redaksi e-Penulis,
  Davida Welni Dana

___________________________MUTIARA PENULIS____________________________

       SANGATLAH PENTING MELIBATKAN PERASAANMU DALAM TULISANMU

_______________________________ARTIKEL________________________________

                         ALKITAB DAN PENULIS

  Mencari nafkah hanya dari tulisan kristiani tidaklah mungkin untuk
  saat ini. Tetapi untuk menjadi penulis yang profesional bukanlah
  suatu hal yang mustahil. Dalam pertemuan-pertemuan penulis Kristen,
  yang tidak boleh dilupakan ialah bagaimana menyampaikan firman Allah
  dalam bahasa yang dipahami oleh manusia pada zaman ini. Bagaimana
  caranya menggunakan alat tulis untuk menghasilkan tulisan yang baik,
  yang memberikan pedoman hidup bagi umat manusia tanpa memberi kesan
  menggurui atau mengkhotbahi. Teknik-teknik penulisan umum dan
  kristiani tidak jauh berbeda. Tetapi penulisan kristiani berangkat
  dari suatu konsep yang sudah pasti. Sedangkan menulis untuk majalah
  umum tidak selamanya demikian. Banyak tulisan yang dibuat penulis
  hanya sekadar untuk menyenangkan hati atau memuaskan intelek, emosi,
  atau kepentingan lainnya.

  Penulis Kristen sangat mengutamakan kebenaran, kebenaran yang
  terdapat di dalam kehidupan dan kebenaran di dalam wujud firman yang
  telah menjadi Manusia. Kebenaran yang sejati itulah yang menjadi
  pokok pemikiran penulis kristiani.

  1. Menulis dengan menggunakan kisah dari Alkitab.
     Para penulis dunia yang terkenal menimba inspirasinya dari
     kisah-kisah dalam Kitab Suci. Para penyair sangat berutang budi
     kepada Alkitab atas tema-tema besar yang mengilhami mereka. Ada
     beribu-ribu cerita yang ditulis orang setelah membaca kisah
     tentang Anak yang Hilang. Beribu-ribu artikel ditulis tentang
     kisah itu. Kisah kehidupan Daud, Elia, Yusuf, dan Yesus Kristus
     sendiri, telah melahirkan jutaan artikel yang ditulis orang
     sepanjang masa. Para penulis menafsirkan kembali kisah-kisah
     mereka dan menuliskan tanggapannya dalam bahasa yang sesuai
     dengan zamannya.

     Melalui cerita-cerita itu, bermunculan para penulis yang tangguh
     sepanjang kehidupan manusia.

  2. Kata kunci yang menjadi pegangan para penulis.
     Banyak judul buku dan artikel yang dibuat berdasarkan frasa dari
     Alkitab. Kata-kata kunci yang menjadi latar belakang pemikiran
     dan kemudian dikembangkan sesuai dengan perkembangan pengetahuan
     modern. Para penulis karangan kristiani menggunakan konkordansi
     untuk memperkaya kata kunci yang dipilihnya, bilamana menulis
     berdasarkan topik tertentu. Dan tulisan yang menurut topik itu
     semakin berwarna dan segar di tangan penulis yang kreatif. Ia
     merangkai sesuatu masalah yang terdapat di dalam Alkitab dengan
     menggunakan disiplin, daya khayal, dan pengetahuan yang memadai
     untuk itu.

     Kisah robohnya tembok Yerikho dapat merangsang seorang penulis
     untuk membahas sebagian kecil saja dari peristiwa itu, tetapi
     mendalam dan menarik. Misalnya, berapa tebalkah tembok Yerikho
     itu? Kalau ia mengadakan penelitian atas topik ini, hasilnya
     pasti menarik bagi seorang editor dan bagi para pembaca pada
     umumnya. Begitu pula tulisan mengenai Roh Kudus, masih belum
     banyak dilakukan orang, padahal pokok mengenai masalah itu
     banyak dibahas di dalam Kitab Suci.

     Tentu saja penggalian dalam bidang ini memakan waktu yang cukup
     banyak. Penulis yang telah memiliki disiplin akan tekun
     menelusuri buku sumber dari berbagai perpustakaan, membaca
     pelbagai ensiklopedi Alkitab, hasil penelitian para arkeolog,
     dan sebagainya.

  3. Menulis untuk mempertahankan Kitab Suci.
     Kehadiran Kitab Suci di tengah-tengah umat manusia telah
     menunjukkan ketahanannya sendiri. Banyak penulis yang menjadikan
     Kitab Suci sebagai pokok masalah penulisan. Mereka menulis dan
     membantah keterangan yang terdapat di dalamnya dengan bukti-bukti
     yang berdasarkan "ilmu dan pengetahuan" manusia modern. Tetapi
     sampai kini Alkitab tetap merupakan sebuah kitab yang paling
     banyak dicetak dan diterjemahkan di seluruh permukaan dunia ini
     dan sepanjang sejarah kehidupan manusia.

     Alkitab telah membuktikan kehadirannya sendiri. Alkitab telah
     berjuang untuk dirinya dan ternyata tetap hidup di dalam hati
     manusia. Kitab yang hidup di dalam hati manusia adalah kitab yang
     tidak akan pernah dihapuskan. Apalagi di dalamnya terkandung
     kebenaran yang sejati dan kebenaran yang mendatangkan kehidupan
     yang kekal.

     Sayangnya, banyak juga penulis yang mengutip ayat-ayat Alkitab
     dan mengacaukan isinya hanya sekadar untuk menunjukkan betapa
     kitab itu tidak lagi relevan dengan pengetahuan masa kini. Di
     samping mengacaukan, juga untuk mengatakan bahwa kitab itu sudah
     kuno. Ayat-ayat Kitab Suci ditafsirkan di luar konteksnya!

     Tetapi Alkitab tetap berdiri tegar di tengah-tengah manusia.
     Allah sendiri mengatakan bahwa tidak ada kata-kata yang
     diucapkan-Nya kembali dengan sia-sia atau hampa (Yesaya 55:11).

  4. Tulisan berdasarkan kesaksian yang bermakna.
     Artikel bukanlah sebuah khotbah. Dan khotbah bukanlah sebuah
     artikel. Tetapi kedua-duanya sesungguhnya menghadirkan misi yang
     tidak berbeda, hanya penampilan saja yang agak berbeda. Oleh
     karena itu, seorang penulis yang memiliki kesaksian dari ayat
     Alkitab, yang sangat bermakna baginya, dapat dituangkan dalam
     bentuk artikel untuk menjadi kesaksian bagi orang lain.
     Pengalaman pertobatan yang bermakna itu bila diramu dengan wadah
     yang tepat akan menarik bagi penerbit.

     Banyak sekali ayat Alkitab yang hidup di dalam diri para penulis
     terkenal atau di dalam diri tokoh masyarakat yang masyhur
     sepanjang zaman. Ikhwal mereka itu menarik untuk dibahas dalam
     artikel yang kristiani.

  Diambil dari:
  Judul buku   : Bagaimana Menjadi Penulis Kristen yang Sukses
  Judul artikel: Alkitab dan Penulis
  Penulis      : Drs. Wilson Nadeak
  Penerbit     : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1989
  Halaman      : 68 -- 71

_________________________________TIPS_________________________________

         SEPULUH PERINTAH ALLAH DAN SATU KORINTUS TIGA BELAS
                        BAGI JURNALIS KRISTEN

  SEPULUH PERINTAH ALLAH BAGI JURNALIS

  Jika umat Kristen memiliki "Sepuluh Perintah Allah" untuk ditaati
  dan dilakukan, setiap jumalis Kristen pun perlu menaati dan
  melakukan "Sepuluh Perintah Allah bagi Jurnalis" yang penulis
  adaptasi dari tulisan Lee Wyndham, yaitu: (1) Kasihi bidang ini;
  (2) Kasihi pembaca Anda; (3) Jangan mulai menulis sebelum didahului
  dengan perenungan; (4) Anda harus tahu karakter tulisan Anda
  sendiri; (5) Anda harus tahu tujuan tulisan Anda; (6) Anda harus
  berhenti jika tujuan itu sudah tercapai; (7) Anda jangan menyembah
  tulisan Anda seperti patung berhala; (8) Anda harus menulis dengan
  jelas; (9) Anda harus mempelajari pasar dan baru mengirimkan tulisan
  Anda; dan (10) Anda jangan berhenti sampai di situ, tetapi
  menulislah terus demi sesama dan kemuliaan Tuhan.

  SATU KORINTUS TIGA BELAS BAGI JURNALIS

  Jika Rasul Paulus menulis tentang "kasih" yang luar biasa kepada
  jemaat di Korintus, jurnalis Kristen pun perlu memiliki kasih di
  dalam 1 Korintus 13 yang penulis sadur dari karya Marian Brincken
  Forschler, yakni: (1) Sekalipun aku telah lulus Sekolah Tinggi
  Komunikasi Massa atau Sekolah Tinggi Publisistik serta mengikuti
  berbagai seminar literatur maupun training jurnalistik, tetapi jika
  aku tidak memunyai kasih, tulisanku akan sama seperti gong yang
  berkumandang dan carang yang gemerincing serta diejek orang sebagai
  tong kosong yang nyaring bunyinya; (2) Sekalipun aku memunyai
  karunia menulis dan talenta mengarang dan menguasai berbagai bahasa,
  dan sekalipun aku memiliki segudang buku tulis-menulis dan
  kewartawanan, jika aku tidak memunyai kasih, aku sama sekali tidak
  berguna; (3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan ilmu tulis-menulisku,
  bahkan menerjuni dunia pelayanan literatur secara sepenuh waktu,
  tetapi jika aku tidak memunyai kasih, sedikit pun tidak ada
  faedahnya bagiku; (4) Kasih itu sabar menghadapi atasan yang rewel;
  kasih itu murah hati untuk menyisihkan honor tulisan bagi pekerjaan
  Tuhan; kasih itu tidak cemburu melihat wartawan lain menulis dengan
  lebih baik. Kasih itu tidak memegahkan diri dan tidak sombong kalau
  tulisannya berhasil menyabet Sea Write Award atau bahkan Pulitzer
  Award; (5) Kasih itu tidak melakukan sesuatu yang tidak sopan, tidak
  menghalalkan segala cara untuk mencari kepentingan sendiri, atau
  tidak marah dan menyimpan kesalahan orang lain ketika melakukan
  tugas peliputan; (6) Kasih itu tidak bersukacita jika tulisan
  wartawan lain ditolak oleh redaktur; (7) Kasih itu menerapkan
  prinsip: jika tidak memiliki bukti, ia percaya yang paling baik;
  jika buktinya bertentangan, ia mengharapkan yang paling baik; jika
  harapan itu dikecewakan, ia tetap sabar menantikan agar narasumber
  itu bertobat; (8) Kasih itu tidak marah jika kesibukan kita diganggu
  dan tulisan kita dikritik dengan tajam; (9) Sebab pengetahuan kita
  terbatas dan kemampuan kita di bidang jurnalistik pun tidak
  sempurna; (10) Tetapi jika kita tekun berlatih, tulisan kita makin
  lama makin baik, dan tulisan yang tidak sempurna akan lenyap; (11)
  Ketika aku belajar, tulisanku seperti anak-anak, karena aku berpikir
  dengan pola pikir anak-anak. Sekarang aku menjadi dewasa, dan
  tulisanku pun makin matang dan berbobot karena aku meninggalkan gaya
  kekanak-kanakan itu; (12) Karena sekarang kita belum membayangkan
  bagaimana karier dan masa depan kita nantinya, seperti melihat dalam
  cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi dengan jaminan
  keselamatan, kita akan memetik buah dan mahkota kehidupan yang Allah
  sediakan bagi hamba-Nya yang setia; dan (13) Demikianlah tinggal
  ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling
  besar di antaranya ialah kasih. Kasih kepada Allah, kasih kepada
  keluarga, kasih kepada atasan, kasih kepada sesama wartawan, kasih
  kepada pembaca.

  Diambil dari:
  Judul buku   : Menulis dengan Cinta
  Judul bab    : Bahan Pengajaran Jurnalistik Kristen
  Judul artikel: Sepuluh Perintah Allah bagi Jurnalis dan Satu
                 Korintus Tiga Belas bagi Jurnalis
  Penulis      : Xavier Quentin Pranata
  Penerbit     : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2005
  Halaman      : 82 -- 85

____________________________TOKOH PENULIS_____________________________

                     SESEMPURNANYA HIDUP DAN MATI

  Setiap orang pergi dengan takdirnya sendiri.

  Siang itu, usai berbicara dalam simposium "Meningkatkan Buku dalam
  Upaya Membentuk Masyarakat Baru Indonesia" yang diselenggarakan
  Yayasan Obor Indonesia di Hotel Le Meridien, Romo Mangun berjalan
  menghampiri rekannya, Mohammad Sobari. Namun, begitu tiba di sisi
  kolumnis itu, tubuhnya limbung. Sobari segera menyangga dan
  membaringkannya di lantai Ruang Puri. Tanpa sempat berpamitan, pada
  pukul 13.55 WIB, 10 Februari 1999, Romo berpulang.

  Semua orang, apalagi pribadi sebaik Romo Mangun, meninggal di
  pelukan Tuhan, tulis Sobari di Kompas keesokan harinya.

  Setiap orang memang pergi dengan takdirnya sendiri. Romo Mangun di
  ujung usianya itu sedang giat menggeluti pendidikan. Yayasan
  Dinamika Edukasi Dasar yang ia dirikan sejak tahun 1980-an sedang ia
  bangun lagi. Ini semata karena kekangenan.

  Saya rindu menjadi guru SD, katanya dalam sebuah wawancara, 19 Mei
  1994. Ia pun terjun mengajar dan juga belajar. Ia yakin bahwa
  interaksi saling ajar antara guru dan murid adalah hal yang paling
  menentukan keberhasilan pendidikan.

  Biar pendidikan tinggi berengsek dan awut-awutan, namun jangan
  telantarkan pendidikan dasar, ucapnya. Ia yakin, pendidikan dasar
  yang benar akan melahirkan generasi yang cerdas.

  MENIKAHI PUTRI AYU

  Romo Mangun bukan orang miskin. Ayahnya menjabat Ketua DPRD Magelang
  di zaman Belanda. Akan tetapi, sepanjang hidupnya orang miskin
  memang selalu di dekatnya dan selalu ia bela. Yang paling dibutuhkan
  orang miskin adalah harga diri, katanya dalam buku "Apa dan Siapa
  Sejumlah Orang Indonesia", 1985-1986.

  Ia lahir pada 6 Mei 1929 di Ambarawa sebagai sulung dengan sebelas
  adik, dengan nama Yusuf Bilyarta. Ia menamatkan SD di Magelang pada
  tahun 1943, SMP di Yogyakarta (1947), dan SMA di Malang (1951). Ia
  juga bekerja sambilan sebagai Tentara Pelajar Brigade XVII, Kompi
  Kedu. Ia pernah menjadi pengantar makanan Danyon Mayor Soeharto di
  front Mranggen, Semarang.

  Visi kerakyatannya terbentuk setelah ia mendengar pidato Danyon
  Tentara Rakyat Indonesia Pelajar (TRIP), Mas Imam, saat dielukan
  rakyat ketika memasuki Malang.

  Jangan elukan kami, kami bukan pahlawan, tangan kami penuh lumuran
  darah. Yang layak disebut pahlawan adalah rakyat yang terjajah dan
  teraniaya.

  Romo tersentak. Ia kemudian masuk seminari. Tahun 1959 ia
  ditahbiskan sebagai Pastor Projo yang memimpin paroki dan
  mendampingi masyarakat.

  Cita-cita saya dulu jadi insinyur, menikah dengan putri ayu, punya
  rumah, dan kalau malam minggu bisa piknik. Itu saja, tidak luar
  biasa, kenangnya saat diwawancarai Forum Keadilan, edisi 4 Agustus
  1994.

  Gelar insinyur ia capai dengan belajar di Jurusan Arsitektur ITB
  (1959-1960) dan berlanjut ke Sekolah Teknik Tinggi Rhein, Westfalen,
  Aachen, Republik Federasi Jerman. Ia tamat pendidikan Teknik Sipil
  tahun 1966. Akan tetapi, sebagai pastor, tentu ia tidak bisa
  menyunting putri ayu, punya rumah, dan piknik di malam Minggu. Ia
  justru membangun rumah yang lain, kompleks peziarahan Sendangsono,
  Gedung Keuskupan Agung Semarang, Bentara Budaya Jakarta, dan
  mendapat beberapa penghargaan arsitektur dunia.

  Sejak tahun 1986, ia mendampingi masyarakat Kedungombo yang
  menggugat karena waduk itu menggusur tanah mereka tanpa ganti rugi
  berarti. Namun, pendampingan itu dicap sebagai upaya Romo untuk
  melakukan kristenisasi. Ia bergeming. Pada tanggal 5 Juli 1994, MA
  mengabulkan tuntutan kasasi 34 warga Kedungombo dengan ganti rugi
  yang besar sekali.

  Kedekatannya dengan rakyat melahirkan banyak inspirasi untuk
  karyanya. Ia melahirkan novel Romo Rahardi (1981) yang bagi sebagian
  pengamat merupakan citra diri Romo sendiri. Lalu trilogi novel
  sejarah, Roro Mendut, Gendhuk Duku, dan Lusi Lindri. Karya terakhir,
  Pohon-Pohon Sesawi, terbit setahun setelah kematiannya.

  Karya Romo tidak terbilang banyak, tetapi juga tidak sepi dari
  penghargaan. "Burung-burung Manyar" mendapat hadiah dari Ratu
  Sirikit melalui "The South East Asia Write Award" pada tahun 1983
  dan juga meraih penghargaan "The Professor Teeuw Award" di Leiden,
  1996.

  Karyanya kaya narasi filsafat, peleburan dikotomi Timur-Barat,
  informasi teknologi, industri, dan tentu moralitas. Ia juga
  mengeksplorasi bahasa Indonesia dengan kalimat yang panjang,
  berbelit, nyaris melupakan titik, lewat novelnya Durga Umayi.
  Tulisan saya menggambarkan realitas, kompleks, tak sederhana, tak
  satu dimensi, canggih, rumit, banyak segi. Kalimat juga semestinya
  begitu, katanya.

  Kalau Anda membaca karya sastra saya yang kompleks, memang Anda
  harus punya waktu, punya energi, punya niat untuk membaca sastra.
  Kalau tidak, ya jangan membaca buku saya. Kalau merasa bodoh, ya
  sorry, itu bukan untuk Anda. Jangan menyalahkan kalimat yang
  kompleks, ucapnya dalam Forum Keadilan, edisi 4 Agustus 1994.

  Keteladanan, ketekunan, dan jalan kebenaran yang ia tempuh
  membuatnya jadi panutan, tidak hanya untuk orang seagama.

  Saya mengenal Romo Mangun sebagai pejuang yang cinta perdamaian,
  yang memberi perhatian khusus pada umat manusia, lebih khusus lagi
  pada orang-orang yang menderita yang butuh perhatian, kata Presiden
  Habibie saat mengantar persemayaman di Gereja Katedral Jakarta, 10
  Februari 1999.

  Saya merasa kehilangan seorang tokoh yang pemikirannya sangat
  konstruktif bagi bangsa, ucap Agum Gumelar. Dia seorang pastor yang
  tidak hanya dicintai umatnya, tetapi juga seluruh umat manusia
  Indonesia, khususnya yang tertindas, kata sosiolog UGM, Loekman
  Soetrisno, yang kini pasti tengah berdiskusi dengan Romo di alam
  sana.

  Bakdi Soemanto, budayawan yang menjadi sahabatnya, punya istilah
  yang lain. Romo menganut filsafat lilin, sekitarnya harus terang,
  meski ia harus hancur karenanya.

  Romo memang telah tiada. Akan tetapi, seperti kata Faruk H.T. dalam
  Gatra, secara maknawi, ia masih tetap hidup karena sesungguhnya Romo
  memang tidak pernah pergi, ia masih berada di sini, di sisi paling
  dalam orang-orang miskin dan terpinggirkan.

  Romo memang sempurna memilih takdirnya sendiri.

  Diambil dari:
  Judul buku   : Bayang Baur Sejarah
  Judul artikel: Sesempurnanya Hidup dan Mati
  Penulis      : Aulia A. Muhammad
  Penerbit     : Tiga Serangkai, Solo 2003
  Halaman      : 184 -- 187

_____________________________POJOK BAHASA_____________________________

                      PEMAKAIAN TANDA TITIK (.)

  Tanda titik tidak hanya dipakai untuk mengakhiri kalimat yang bukan
  seruan atau pertanyaan saja.
  Misalnya:
  Ayahku tinggal di Solo.
  Biarlah mereka duduk di sana.
  Dia menanyakan siapa yang akan datang.
  Hari ini tanggal 6 April 1973.
  Marilah kita mengheningkan cipta.
  Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

  Berikut ini pemakaian tanda titik untuk hal lainnya:

  1. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu
     bagan, ikhtisar, atau daftar.

     Misalnya:
     a. III. Departemen Dalam Negeri
             A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
             B. Direktorat Jenderal Agraria
                1. ...
     b.1. Patokan Umum
          1.1 Isi Karangan
          1.2 Ilustrasi
              1.2.1. Gambar Tangan
              1.2.2. Tabel
              1.2.3. Grafik

     Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf
     dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu
     merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

  2. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
     yang menunjukkan waktu.
     Misalnya:
     Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

  3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
     yang menunjukkan jangka waktu.
     Misalnya:
     1.32.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
     0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
     0.0.30 jam (30 detik)

  4. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang
     tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat
     terbit dalam daftar pustaka.
     Misalnya:
     Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai
     Poestaka.

  5. a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
        kelipatannya.
        Misalnya:
        Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
        Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

     b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
        atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
        Misalnya:
        Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
        Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
        Nomor gironya 5645678.

  6. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
     karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
     Misalnya:
     Acara Kunjungan Adam Malik
     Bentuk dan Kebudayaan (Bab 1 UUD,`45) Salah Asuhan

  7. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan
     tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
     Misalnya:
     Jalan Diponegoro 82
     Jakarta
     1 April 1991

     Yth. Sdr. Moh. Hasan
     Jalan Arif 43
     Palembang

     Kantor Penempatan Tenaga
     Jalan Cikini 71
     Jakarta

  Diedit dari :
  Judul buku   : Pedomam Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
                 Disempurnakan dan Pedomam Umum Pembentukan Istilah
  Judul bab    : Pemakaian Tanda Baca
  Judul artikel: Tanda Titik (.)
  Penulis      : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
                 Pendidikan Nasional Republik Indonesia
  Penerbit     : Yrama Widya, Bandung 2006
  Halaman      : 41 -- 43

___________________________SEPUTAR PELITAKU___________________________

  FORUM DISKUSI TOPIK EDISI PUBLIKASI E-PENULIS DAN SEPUTAR E-PENULIS

  Tahukah Anda jika situs Pelitaku memunyai sebuah forum diskusi?
  Melalui forum ini, Anda dapat berdiskusi dengan anggota lainnya
  mengenai hal-hal seputar dunia tulis-menulis. Di antara sembilan
  topik yang ada, kami ingin mengangkat dua topik, yaitu:
  - EDISI PUBLIKASI E-PENULIS
    Di sini kita dapat membahas lebih lanjut topik yang diangkat
    di edisi e-Penulis tiap bulannya.
    http://pelitaku.sabda.org/forum?fid=23
  - SEPUTAR E-PENULIS
    Bagi Anda yang memiliki komentar, saran, maupun kritik, termasuk
    kesulitan yang berhubungan dengan milis publikasi e-Penulis,
    silakan posting di sini.
    http://pelitaku.sabda.org/forum?fid=24

  Agar dapat berdiskusi bersama di sini, silakan terlebih dahulu
  mendaftar menjadi anggota. Caranya mudah, silakan masuk ke menu
  Daftar menjadi Pengguna dan silakan ikuti instruksi yang ada. Jangan
  tunda lagi, ayo saling membangun dan belajar menulis lewat fasilitas
  yang sudah disediakan di situs Pelitaku ini.

  Mari terus menulis untuk melayani.

_____________________________STOP PRESS!______________________________

                     PEMBUKAAN KURSUS BARU PESTA:
                 KURSUS PERNIKAHAN KRISTEN SEJATI (PKS)
                   < http://www.pesta.org/pks_sil >

  Anda ingin memerkaya hidup pernikahan Anda? Kabar gembira! Sebuah
  kursus tentang pernikahan telah dibuka oleh Pendidikan Elektronik
  Studi Teologia Awam (PESTA). Kursus yang bernama Pernikahan Kristen
  Sejati (PKS) ini berisi pelajaran-pelajaran dasar tentang hidup
  pernikahan Kristen dan bagaimana membangun rumah tangga Kristen yang
  memuliakan Tuhan. Selain mempelajari bahan-bahan yang diberikan,
  Anda juga dapat mendiskusikan bahan-bahan tersebut dengan
  pasangan-pasangan lain dalam sebuah kelas diskusi. Kursus ini akan
  dibuka pada periode Maret/April 2008.

  Bagaimana cara mengikuti kursus yang diadakan secara GRATIS oleh
  PESTA < http://www.pesta.org > dan terbuka untuk umum ini? Beberapa
  ketentuan di bawah ini yang harus Anda perhatikan.

  1. Peserta adalah seorang Kristen yang sudah percaya pada Tuhan
     Yesus Kristus.
  2. Diutamakan untuk Anda yang sudah menikah, karena pasangan Anda
     juga diharapkan dapat ikut terlibat dalam kelas diskusi.
  3. Peserta harus mendaftarkan diri dengan mengisi Formulir
     Pendaftaran Kursus yang ada di bawah ini atau mengisinya lewat
     http://www.pesta.org/formulir_pendaftaran_pks.
  4. Setelah mendaftar Anda akan mendapatkan modul PKS yang harus Anda
     pelajari dan tugas-tugas tertulis yang harus Anda kerjakan. Tugas
     tertulis tersebut harus sudah selesai dikerjakan sebelum kelas
     diskusi dimulai (tgl. 1 April 2008). Anda juga bisa mengunduh
     sendiri modul PKS ini di alamat: http://www.pesta.org/pks_sil
     dengan berbagai pilihan format unduh, yaitu TEXT, HTML, dan PDF.
  5. Peserta harus bersedia mematuhi semua peraturan yang berlaku
     dalam kelas PESTA. Dapat dilihat di http://pesta.org/petunjuk.
     Untuk kelas PKS ini, peserta tidak harus mengikuti kelas DIK
     terlebih dahulu.

  Tunggu apa lagi? Segeralah mendaftarkan diri karena kelas hanya
  akan menampung dua puluh pasangan saja. Isi dan kirimkan formulir di
  bawah ini ke: < kusuma(at)in-christ.net >

======> Potong di sini <==============================================

        FORMULIR PENDAFTARAN KURSUS PERNIKAHAN KRISTEN SEJATI

  [Catatan: Diperbolehkan mengisi formulir oleh salah satu pasangan
            saja.]

  Nama Kelas: Pernikahan Kristen Sejati (PKS)

  Nama lengkap:
  Nama [istri/suami]:
  Alamat e-mail:
  Alamat pos:
  Kota tinggal:
  Provinsi:
  Negara:
  Kode pos:
  Telepon/HP:
  Tempat lahir:
  Tanggal lahir:
  Pendidikan terakhir:
  Pekerjaan:
  Talenta/keterampilan:
  Gereja:
  Jabatan pelayanan:
  Komputer yang dipakai: [rumah/kantor/warnet]*
  Pernah mengikuti kursus PESTA sebelumnya: [ya/tidak]*
  (* pilih salah satu)

  Jawablah pertanyaan berikut ini:
  --------------------------------
  1. Apakah Anda sudah menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dan
     Tuhan secara pribadi?
     - Ya
     - Tidak

  2. Apakah Anda percaya bahwa Alkitab seluruhnya adalah Firman Tuhan?
     - Ya
     - Tidak

  3. Apakah pasangan Anda juga seorang yang percaya Tuhan Yesus?
     - Ya
     - Tidak

  4. Berapa lama Anda sudah menikah? ............ tahun

  5. Berapa anak yang Anda miliki dari hasil perkawinan Anda?
     ........... anak.


  Sebagai persetujuan Anda untuk mengikuti Kursus PESTA, mohon
  memberikan pernyataan di bawah ini:

  "Dengan mengisi Formulir Pendaftaran PESTA ini berarti saya,
  _______________________________ (nama lengkap) dengan keinginan
  sendiri telah memutuskan akan mengikuti Kursus PESTA hingga
  selesai dan mau menaati peraturan yang ada dan bersedia untuk saling
  membangun iman sesama peserta dalam kasih."

======> Potong di sini <==============================================

     Isi dan kirimkan formulir ini ke: < kusuma(at)in-christ.net >

  Jika ada pertanyaan lain, silakan menghubungi Staf Admin PESTA di:
  < kusuma(at)in-christ.net >

______________________________________________________________________

Pemimpin Redaksi     : Puji Arya Yanti
Staf Redaksi         : Davida Welni Dana
Berlangganan         : Kirim e-mail ke
                       subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti             : Kirim e-mail ke
                       unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Kirim bahan/tanya    : Kirim e-mail ke
                       penulis(at)sabda.org
Arsip e-Penulis      : http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs Pelitaku       : http://pelitaku.sabda.org/
Forum Penulis        : http://pelitaku.sabda.org/forum
______________________________________________________________________
                    Melayani sejak 3 November 2004
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
                     Copyright(c) e-Penulis 2008
                     YLSA -- http://www.ylsa.org/
                       http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org