|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-penulis/4 |
|
e-Penulis edisi 4 (7-2-2005)
|
|
<><============================><>*<><=============================><>
><><>< e-Penulis ><><><
(Menulis untuk Melayani)
Edisi 004/Pebruari/2005
<><============================><>*<><=============================><>
DI MANA DAN BAGAIMANA MULAI MENULIS
<><============================><>*<><=============================><>
=#= DAFTAR ISI =#=
* Dari Redaksi : Sudahkah Anda Mulai Menulis?
* Artikel : Di Mana dan Bagaimana Mulai Menulis
* Kesaksian : Dia Tetap Memberi yang Terbaik bagi Kita
* Pojok Bahasa : Non Sebagai Awalan? Nanti Dulu!
* Seputar CWC : 1. Forum Diskusi CWC
2. Tulisan Baru di CWC
* Surat Anda : Ingin Menjadi Anggota e-Penulis
<><============================><>*<><=============================><>
=#= DARI REDAKSI =#=
Salam Kasih dalam penyertaan Tuhan Yesus Kristus,
Pada Edisi Januari yang lalu, e-Penulis telah memberikan ide kepada
para pembaca mengenai sumber yang dapat dipergunakan untuk menulis.
Nah, sudahkah Anda mempraktikkannya? Jika sudah, bagaimana langkah
selanjutnya? Bagaimana mengirimkan tulisan Anda ke media cetak?
Berkaitan dengan hal tersebut, maka e-Penulis Edisi 004/2005
mengangkat tema DI MANA DAN BAGAIMANA MULAI MENULIS. Nah, bagi Anda
yang ingin tahu lebih banyak tentang di mana dan bagaimana mengirim
tulisan Anda, silakan Anda menyimak Artikel yang kami sajikan pada
edisi ini. Anda juga dapat menyimak kesaksian Sdri. Lina yang
menuangkan tulisannya ke sebuah buletin gereja lokal. Mudah-mudahan
bisa menjadi contoh bagi Anda agar lebih berani mengirimkan tulisan
Anda ke majalah/warta gereja dll. Selain itu, kami juga menghadirkan
Kolom Pojok Bahasa yang dapat Anda pelajari untuk menambah
pengetahuan Anda tentang Bahasa Indonesia. Bagi para pembaca yang
setia mengikuti info Situs CWC (Christian Writer´s Club), kami telah
menghadirkan info terbaru untuk Anda simak. Nah, sekarang Langsung
saja Anda ikuti sajian kami berikut ini. (Tes)
Tim Redaksi
<><============================><>*<><=============================><>
=#= ARTIKEL =#=
DI MANA DAN BAGAIMANA MULAI MENULIS?
====================================
Seorang dosen pernah mendatangi penulis sambil berkata, "Bagaimana
caranya menulis untuk koran Anu?" sambil menyebutkan surat kabar
nasional. "Saya ingin mengisi satu rubrik khusus."
Pertanyaan ini sangat sederhana, tetapi sulit untuk dijawab.
Bagaimana mungkin seorang yang belum pernah menulis artikel satu pun
ingin mengisi sebuah rubrik khusus, di surat kabar nasional pula?
Barangkali dosen ini memiliki sejumlah ilmu yang tersimpan dalam
benaknya, dan ingin menyalurkannya melalui sebuah media cetak.
Angan-angan besar muncul dalam benaknya, ingin menjadi penulis
terkemuka!
Pekerjaan menulis sesungguhnya tidaklah sulit dan masih dibutuhkan
di mana-mana, terutama di bidang kerohanian. Namun demikian,
pekerjaan ini memakan waktu yang lama dan memerlukan ketekunan,
serta keuletan. Latihan yang terus-menerus senantiasa diperlukan.
Tidak seorang pun penulis yang terkemuka berhenti mencari cara yang
baru untuk mengungkapkan ide atau gagasannya. Ia tidak akan pernah
puas melihat hasil karyanya karena sudah diterbitkan. Ia tetap
merasa bahwa ia harus menciptakan yang lebih baik daripada yang
sudah dibuatnya.
Di manakah kita dapat memulai karier penulisan? Bagaimana caranya?
Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
setiap penulis pemula.
1. Mempelajari misi majalah
---------------------------
Sejak permulaan terbit, sebuah majalah sudah direncanakan, baik isi
maupun formatnya. Tidak ada majalah yang diterbitkan tanpa tujuan
yang jelas. Seseorang yang hendak menerbitkan majalah harus
memikirkan biaya untuk mencetak dan mengedarkannya. Ia harus memilih
pengurus dan pelaksana yang akan merundingkan kelanjutan dan
kelancaran majalah tersebut. Majalah yang diterbitkan lembaga
keagamaan sudah tentu membawakan suara dan aspirasi agama itu.
Mereka memerlukan tulisan yang sesuai dengan asas pendiriannya.
Majalah yang demikian memiliki corak yang jelas sehingga tujuan misi
itu sendiri telah membatasi ruang lingkupnya.
Untuk mengetahui misi dan jenis artikel yang diharapkan, majalah
tersebut perlu dipelajari dari nomor ke nomor berikutnya. Tidak
cukup hanya memandang kulit depan atau membaca selintas judul
artikel yang terdapat di dalamnya. Kita harus membaca beberapa
terbitan majalah itu dulu, baru kita mendapat gambaran yang jelas ke
mana arah yang ditempuhnya. Dengan mendalami tajuk rencananya, misi
itu akan lebih jelas ditangkap.
Seandainya majalah tersebut memuat pelbagai ragam topik sehingga
kelihatan memberikan gambaran yang bersifat umum, seandainya toh
Anda masih ragu-ragu, kirimkanlah surat kepada redaksi majalah itu
untuk menanyakan jenis atau bentuk artikel yang bagaimana yang
diinginkan mereka.
Apabila Anda telah mengetahui "selera" redaksi majalah tersebut,
cobalah menulis topik yang diinginkan mereka. Ini bukan berarti Anda
harus membeo kepada kemauan redaksinya, melainkan mencoba mengetahui
bidang apa yang dapat Anda lakukan dan sumbangan pikiran apa yang
mungkin dapat Anda berikan untuk meningkatkan mutu majalah itu.
Kalau Anda merasa belum mampu menulis apa yang diinginkan oleh
majalah tersebut, belajarlah lebih banyak dengan mencari bahan dari
perpustakaan, mengadakan wawancara, membaca surat kabar, dan
sebagainya. Tuliskanlah apa yang patut ditulis dengan teknik
penulisan yang cocok untuk itu. Jangan menunggu sampai Anda merasa
sudah "siap" menjadi penulis yang sudah "jadi".
Jangan malu karena tulisan Anda ditolak. Setiap editor senantiasa
mengharapkan ide-ide dan cara-cara penyajian yang baru, serta
penulis baru dengan penyajian yang segar. Tanpa pemikiran yang
demikian, majalah mereka akan mati dan hilang dari peredaran. Jadi,
gunakanlah setiap kesempatan yang ada.
2. Menyiapkan tulisan dengan ide yang berbeda-beda
--------------------------------------------------
Ada penulis yang mengirimkan karangannya ke majalah. Lalu ia menanti
dan menanti kapan tulisan itu terbit. Ia merasa bahwa idenya begitu
bagus, mustahil ditolak. Beberapa waktu kemudian, tukang pos
menyampaikan kiriman yang agak tebal. Secara naluri, ia menebak
bahwa tulisannya dikembalikan. Benar, tulisannya ditolak! Ia merasa
amat kecewa karena usahanya menjadi sia-sia. Tulisannya ditolak
100%! Ia tidak memiliki cadangan dan pilihan yang lain. Hatinya amat
kecewa.
Untuk mencegah peristiwa seperti ini, Anda perlu memikirkan banyak
ide dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Anda mengirimkannya ke
pelbagai majalah, jangan hanya ke sebuah majalah saja, sehingga
harapan Anda tidak hanya kepada satu kesempatan dan tempat saja.
Ingat, setiap majalah memiliki misi dan aturan penulisan sendiri.
Buatlah kesempatan yang banyak bagi Anda sendiri. Kalau Anda
mempunyai banyak ide dan menawarkannya kepada banyak redaksi,
pastilah terbuka kemungkinan untuk mengobati rasa kecewa.
Artikel Anda mungkin tidak cocok untuk mereka. Perbaiki kembali
artikel itu dan kemudian kirimkan ke majalah lain, majalah yang
cocok dengan isi dan cara penyajiannya. Dan jangan sekali-kali
berprasangka bahwa redaksinya menolak tulisan Anda karena tidak
mengenal Anda atau karena Anda penulis baru yang belum terkenal.
Kirimkanlah tulisan Anda kepada salah seorang dari antara anggota
redaksi agar Anda dapat menghubunginya pada kesempatan lain atau
menanyakan perkembangannya. Yang terpenting, Anda dapat membina
hubungan yang baik dengan mereka sekalipun Anda toh tahu bahwa
tulisan Anda seharusnya dimuat karena bobot tulisan itu sendiri.
Suatu hal yang perlu dihindari ialah mengirimkan tulisan yang serupa
kepada dua orang anggota redaksi majalah yang berbeda. Kalau kedua
artikel itu dimuat pada waktu yang hampir bersamaan, mereka akan
menuduh Anda "mata duitan" dan akan meragukan tulisan Anda yang
berikutnya. Jika tulisan itu dimuat dalam jarak waktu yang lama,
yang memuat kemudian akan merasa menghidangkan tulisan kelas dua
setelah belakangan mengetahui bahwa tulisan itu pernah dimuat di
majalah lain. Kemudian persoalannya menjadi lebih ruwet dan
berbelit-belit karena hal itu menyangkut hak cipta dan
penerbitannya. Biasanya yang disalahkan ialah penerbit majalah yang
belakangan memuat artikel Anda itu. Padahal tidak satu pun, dari
majalah itu yang bersalah, kecuali Anda! Anda mungkin merasa
bimbang, tidak sabar, atau ingin cepat-cepat terkenal dan mendapat
imbalan yang lebih besar.
Kalau ada tulisan bagus yang Anda rasa pasti dimuat, pertama-tama
kirimkanlah kepada majalah yang menurut Anda paling tepat, atau
paling Anda senangi. Jangan terlalu banyak berharap kepada kawan-
kawan yang lebih senior atau kepada agen tulisan yang membantu
pelbagai penerbitan (jika ada). Selaku pemula, bekerjalah dengan
sungguh-sungguh dan sekuat tenaga.
Memang benar, lebih banyak ide, lebih beragam tulisan, dan lebih
banyak kesempatan diterbitkan. Jadi, usahakanlah adanya variasi!
3. Tempat menulis
-----------------
Sang dosen yang kita sebutkan di atas sebaiknya memfokuskan dirinya
ke majalah lokal sebelum berambisi menulis di surat kabar atau
majalah yang jangkauannya nasional. Mengapa? Ada beberapa keuntungan
apabila kita menulis di majalah lokal atau regional.
(1) Saingan tidak sebanyak di majalah nasional. Biasanya seleksi
yang ketat diadakan di majalah nasional karena penulis-penulis
profesional dan kawakan sudah berkumpul di sana. Peluang masuk
bagi pemula sangat tipis.
(2) Editor majalah lokal lebih banyak waktu untuk memperhatikan
tulisan, dan jika Anda beruntung, catatan atau evaluasi yang
dibuatnya dapat menjadi pembanding bagi Anda. Ia akan
menunjukkan kelemahan dalam tulisan Anda dan Anda mempunyai
kesempatan untuk memperbaikinya.
(3) Anda akan merasa gembira melihat hasil karya Anda dimuat dan
dibaca orang.
(4) Anda memperoleh kesempatan untuk melatih diri sebelum terjun
ke forum yang lebih besar dan luas.
(5) Honorarium yang Anda terima sekalipun jumlahnya tidak begitu
besar akan menjadi pendorong yang tidak ternilai harganya dan
merangsang gairah Anda untuk terus menulis dan bukannya menerima
kembali naskah Anda secara beruntun dari majalah atau surat
kabar yang mempunyai peredaran luas dan nasional tersebut.
(6) Anda dapat bergaul dengan kelompok penulis setempat dan
memperoleh kesempatan yang besar untuk mengembangkan pengetahuan
Anda. Jauh lebih baik berguru kepada orang yang pernah menulis
daripada mengikuti kursus mengarang dari orang yang tidak pernah
mengarang sama sekali! Pengalaman tetap merupakan guru yang
terbaik di bidang tulis-menulis. Yang berhak mengajar orang
menulis sebenarnya haruslah orang yang sudah biasa menulis.
Ketrampilan seperti ini tidak dapat dipelajari dari buku teori
belaka.
Penulis-penulis besar dan berpengaruh, pada mulanya menulis di
majalah-majalah atau surat kabar lokal. Kesempatan seperti ini
digunakan mereka untuk melatih diri sambil belajar dari penulis
sebelum zaman mereka. Topik yang sederhana, tulisan yang sederhana
telah mendorong mereka menulis topik yang besar dan tulisan yang
lebih berbobot. Honorarium yang tidak seberapa mendapat tempat
tersendiri di dalam hati mereka. Jumlah itu jauh lebih berarti bagi
mereka ketimbang honorarium yang berlipat ganda yang kemudian secara
berkala diterima mereka.
Kesempatan bergaul dengan editor lokal jauh lebih banyak dan
bermanfaat. Anda dapat mengetahui secara tepat tulisan yang
bagaimana yang dibutuhkan mereka pada waktu-waktu tertentu. Jika
mereka sudah yakin kepada Anda, mereka pun tidak akan segan-segan
meminta tulisan Anda. Dan Anda akan merasakan hal itu sebagai suatu
penghormatan, suatu perasaan yang tidak akan ditemukan dari majalah
atau surat kabar yang berskala nasional!
Suasana akrab seperti itu diperlukan dalam pengembangan bakat dan
pengukuhan stamina.
Tak seorang pun di dunia ini yang menjadi besar sejak lahir. Mereka
menempuh masa kanak-kanak, masa belajar, masa gagal, dan masa
kecewa, dan karena mereka dapat melintasi suasana dan rintangan
seperti itu, mereka pun menjadi "orang besar" yang tangguh!
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku : Bagaimana Menjadi Penulis Artikel Kristiani yang
Sukses
Judul Artikel: Di Mana dan Bagaimana Mulai Menulis
Penulis : Wilson Nadeak
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1989
Halaman : 26 - 32
<><============================><>*<><=============================><>
=#= KESAKSIAN =#=
Mengirimkan tulisan Anda ke sebuah majalah lokal merupakan salah
satu cara bagi pemula untuk memulai karier menulis. Berikut ini kami
tampilkan contoh kesaksian Lina yang dimuat di sebuah buletin gereja
lokal. Selamat menyimak!
DIA TETAP MEMBERI YANG TERBAIK BAGI KITA
========================================
Pagi hari, tanggal 19 Oktober 2004... kami sekeluarga benar-benar
shock, dikagetkan karena orang yang kami kasihi meninggal dunia.
Bukan hanya kami sekeluarga saja yang kaget dengan kejadian ini,
tapi seluruh kerabat yang kami hubungi, teman-teman, dan semua orang
yang mengenal mama, mereka juga kaget. Mereka ada yang baru saja
kemarin ketemu sama mama, ada yang janjian selasa sore mau diajak
makan-makan sama mama, ada yang kemarin baru ngobrol-ngobrol sama
mama. Mama sehat-sehat saja ... Tidak ada pesan-pesan atau tanda-
tanda sama sekali, benar-benar serasa mimpi.
Pagi itu, di RS Kasih Ibu, papa dan kami didampingi Pak Fri. Beliau
memberikan kata-kata penghiburan kepada kami, banyak kata-kata yang
beliau keluarkan untuk menguatkan kami sekeluarga... manusia tidak
bisa mengerti maksud dan rancangan Tuhan, tapi satu hal yang pasti,
"DIA tetap memberi yang terbaik bagi kita".
Awalnya, kami tidak bisa menerima kata-kata itu. Memberi yang
terbaik??? Dari segi mananya? Apakah bisa kita mengatakan bahwa
kejadian ini baik???
Tapi ada satu renungan yang menguatkan:
"Saya memohon kekuatan... Dan Tuhan memberi saya kesulitan-
kesulitan untuk membuat saya kuat. Saya memohon kebijakan... Dan
Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan. Saya memohon
kemakmuran.... Dan Tuhan memberi saya otak dan tenaga untuk
bekerja. Saya memohon keteguhan hati... Dan Tuhan memberi saya
bahaya untuk diatasi. Saya memohon cinta.... Dan Tuhan memberi
saya orang-orang bermasalah untuk ditolong. Saya memohon
kemurahan atau kebaikan hati... Dan Tuhan memberi saya
kesempatan-kesempatan. Saya tidak memperoleh yang saya inginkan.
Saya tidak mendapatkan segala yang saya butuhkan. Kadang Tuhan
tidak memberikan yang kita minta, tapi dengan pasti... Tuhan
memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita tidak
mengerti atau mengenal, bahkan tidak mau menerima rencana Tuhan,
kenyataannya, itulah yang terbaik untuk kita."
Banyak orang yang memberi komen tentang mama. Memang, semuanya kaget
dengan kepergian mama, tapi mereka memuji mama. Karena mama termasuk
orang yang "supel" dalam pergaulannya. Temannya dari berbagai
kalangan dan kelompok. Apalagi mama akhir-akhir ini sangat aktif
dalam pelayanan besuk di gereja. Kalau melihat tipe mama, rasanya
mustahil dia bisa bertahan dalam tim besuk seperti itu. Tapi heran,
ternyata mama pernah cerita ke seseorang, bahwa saat dia menjadi tim
besuk.... Orang yang dikunjungi ini sengaja gak mau keluar-keluar.
Tapi, buat mama itu adalah tantangan, dia bilang dia gak mau
menyerah.... Dia bilang gini, "Kalo loe gak mau keluar... yah gue
tetap tunggu... loe bisa apa?" demikian mama bercerita dengan gaya
Jakartanya. Dan memang, akhirnya orang itu keluar juga.
Akhir-akhir ini, mama memang aktif ikut dalam kegiatan gereja,
bahkan minggu sebelum dia meninggalkan kami, mama pergi ke gereja 4
kali dalam 1 minggu untuk temu doa selasa, persekutuan lansia kamis,
ceramah keluarga sabtu dan kebaktian minggu pagi. Kami juga
mendengar komen orang-orang, kalau mama sangat baik, senang memberi
dan mama kalau ngomong memang apa adanya. Tapi hebatnya, orang bisa
menerima walaupun cara bicaranya sangat "blak-blakan". Aku bisa
melihat, mama menggunakan waktu yang diberikan TUHAN selama hidup di
dunia ini dengan baik.
Dari apa yang kami tahu tentang mama, kami bersyukur punya mama
seperti dia dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada dalam
dirinya. Dia ada karunia memberi dan hidupnya penuh dengan semangat
memberi... dia ada semangat untuk mau menjadi berkat, juga dia
semangat menggunakan waktunya untuk kepentingan orang lain.
Kami mau refleksikan kehidupan mama dalam kehidupan kita, apakah
arti hidup kita...? dengan satu renungan di bawah ini...
Arti Hidup
Musim hujan sudah berlangsung dua bulan sehingga di mana-mana
pepohonan nampak menghijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-
daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin. "Apa kabar daun
hijau?" katanya. Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang
datang. "Oo, kamu ulat. Badanmu kelihatan kurus dan kecil, mengapa?"
tanya daun hijau. "Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk
makananku. Bisakah engkau membantuku sobat?" kata ulat kecil. "Tentu
... tentu ... mendekatlah kemari". Daun hijau berpikir, "Jika aku
memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan
tetap hijau. Hanya saja, aku akan kelihatan berlobang-lobang. Tapi
tak apalah."
Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau. Setelah
makan dengan kenyang, ulat berterima kasih kepada daun hijau yang
telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat
mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan
pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun
tubuhnya kini berlobang di sana-sini, namun ia bahagia bisa
melakukan sesuatu bagi ulat kecil yang lapar.
Tidak lama berselang ketika musim panas datang, daun hijau menjadi
kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah, disapu
orang dan dibakar.
Apa yang terlalu berarti di hidup kita, sehingga kita enggan
berkorban sedikit saja bagi sesama? Toh, akhirnya semua yang ada
akan binasa. Daun hijau yang baik mewakili orang-orang yang masih
mempunyai "hati" bagi sesamanya. Yang tidak menutup mata ketika
sesamanya dalam kesulitan. Yang tidak membelakangi dan seolah tidak
mendengar ketika sesamanya berteriak minta tolong. Ia rela melakukan
sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan
kepentingan diri sendiri. Merelakan kesenangan dan kepentingan diri
sendiri bagi sesama memang tidak mudah, tetapi indah. Ketika
berkorban, diri kita sendiri menjadi seperti daun hijau yang
berlobang, namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita. Kita
akan tetap hijau, Allah akan tetap memberkati dan memelihara kita.
Bagi "daun hijau", berkorban merupakan suatu hal yang mengesankan
dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya bisa
tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya
karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai "daun
hijau". Suatu hari ia akan kering dan jatuh. Demikianlah kehidupan
kita, hidup ini hanya sementara kemudian kita akan mati. Itu
sebabnya, isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik, kasih,
pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati.
Sekian, Tuhan Memberkati Keluarga Besar Hidayat Tjokrosusanto
Bahan dikutip dari sumber:
Judul Buletin : Cintaku untukmu Kalam Kudus
Judul Artikel : Dia Tetap Memberi yang Terbaik bagi Kita
Penulis : Lina
Halaman : 7
<><============================><>*<><=============================><>
=#= POJOK BAHASA =#=
"NON" SEBAGAI AWALAN? NANTI DULU!
=================================
Nonaktif. Kata ini meruap kala seorang pejabat terkena kasus atau
intrik politik. Misalnya kala Kapolri Bimantoro dinonaktifkan oleh
Presiden Gus Dur pertengahan tahun 2001. Begitu juga ketika Syahril
Sabirin tersandung kasus Bank Bali. Ia diminta nonaktif dari
jabatannya. Kasus terbaru tentunya Akbar Tandjung.
Kali ini, kita akan meninjau penggunaan kata ´nonaktif´ tadi dari
sudut bahasa dan sama sekali mengabaikan interferensi apa pun yang
tidak ada kaitannya dengan kebahasaan.
Pemakaian kata ´nonaktif´ sudah marak sebelum kasus-kasus di atas.
Maksud kata tersebut mudah dicerna, yaitu mengistirahatkan seseorang
dari kegiatan atau kewajibannya. Ada banyak posisi jabatan yang
akrab dengan kata ´non-´ ini. Tidak harus seorang Kapolri, Gubernur
BI, atau bahkan Ketua DPR. Seorang Ketua RT pun bisa dinonaktifkan
jika dinilai melanggar peraturan.
Kata ´nonaktif´ terbentuk dari kata ´aktif´ yang diberi awalan
berupa ´non-´. Benar, dalam bahasa Inggris, misalnya, ´non´ itu
dianggap sebagai prefiks (awalan), meski hanya dilekatkan pada
sejumlah kata tertentu saja. Agar tidak mengganggu ketatabahasaan
kita, maka penulis berpendapat sebaiknya ´non-´ ini jangan dulu
diadopsi sebagai awalan. Sedangkan ´aktif´ sendiri memiliki makna
´giat´, namun sebagai kata keadaan, ´aktif´ kira-kira berarti ´masih
bertugas´.
Sejauh ini, dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia mutakhir,
penggalan ´non-´ juga sering dipadukan dengan kata benda, umpamanya
´nonfiksi´, ´nonkarier´, serta ´nonanggota´. Penambahan kata "non-"
terhadap kata benda bersifat mengingkari atau sepadan dengan
penambahan kata ´bukan´ kepada kata-kata yang sama (bukan fiksi,
bukan karier, dan bukan anggota). Terhadap kata sifat atau kata
keadaan, penambahan ´non-´ setara dengan penggunaan kata ´tidak´.
Kadang-kadang ´non-´ pun dapat berarti ´tanpa´, seperti terlihat
pada kata ´nongelar´ dan ´nonkolesterol´.
Seandainya kita berlapang dada menerima kata ´nonaktif´, maka kaidah
pengimbuhannya berlaku normal, sehingga akan lahir kata-kata seperti
´menonaktifkan´ atau ´dinonaktifkan´ atau ´penonaktifan´.
Penyerapan unsur ´non-´ ini dapat dipandang sebagai sikap yang
positif selama kita mampu dengan bijaksana menempatkannya. Perlu
diingat bahwa unsur ´non-´ hanya berterima jika dilekatkan kepada
kata benda, kata sifat, atau kata keadaan. Hindarkan pelekatan pada
kata kerja, sehingga tidak timbul ´nonmakan´, ´nonpukul´, dan
´nontulis´.
Sejatinya, bahasa Indonesia memiliki dua kata pengingkar: ´bukan´
(untuk mengingkari kata benda) dan ´tidak´ (untuk mengingkari kata
kerja, kata sifat, dan kata keadaan). Kata ´tidak´ sesekali muncul
dalam wujud tak atau tiada. Selain itu, dikenal pula unsur
pengingkar yang lain, ´non-´ (yang telah kita bahas di atas) dan
´nir-´ (yang berasal dari bahasa Sansekerta).
Penerapan unsur pengingkar ´nir-´ dalam mekanisme negasi memang
tidak sepopuler ´non-´, dan hanya dijumpai bertaut dengan beberapa
kata, misal ´nirbau´ (odourless), ´nirkarat´ (stainless steel), atau
´nirlaba´ (nonprofit).
Karena merupakan morfem terikat morfologis, maka cara menulis kata
yang mengandung unsur ´non-´ atau ´nir-´ seyogyanya bersatu dengan
kata dasarnya. Toh, tidak ada salahnya sesekali kita menuliskan
kata-kata tersebut dengan perantaraan tanda sambung ("-") untuk
mempertegas bentuk kata-kata tersebut. Apalagi mengingat kata-kata
itu memang agak jarang dipakai, sehingga tidak akan terlalu
mengganggu.
Silakan saja jika ada satu-dua kata asing yang mengandung unsur
pengingkar akan kita ambil begitu saja sebagai kata Indonesia. Kata
´nonstop´ sudah sangat akrab dengan pertuturan kita, sehingga dapat
dianggap sebagai kata serapan utuh begitu saja.
Bahan dikutip dari sumber:
Judul Majalah : Intisari Edisi Januari 2004
Judul Artikel : Non Sebagai Awalan? Nanti Dulu!
Penulis : Lie Charlie
Halaman : 160 - 161
<><============================><>*<><=============================><>
=#= SEPUTAR "CHRISTIAN WRITERS´ CLUB" (CWC) =#=
1. Forum Diskusi CWC
--------------------
Situs Christian Writers´ Club menyediakan fasilitas "Forum Diskusi"
yang dapat Anda jadikan sebagai tempat untuk ´berbincang-bincang´
dengan sesama anggota Situs CWC. Untuk mengunjungi Forum Diskusi
ini, silakan klik link "Forum Diskusi" yang terletak di bagian atas
Situs CWC. Namun, Anda harus login terlebih dahulu agar dapat mem-
posting tulisan.
Melalui Forum Diskusi ini, Anda dapat mengajukan dan menjawab
pertanyaan, memberikan komentar, serta memberikan saran dan kritik
seputar penulis Kristen. Berbeda dengan mailing diskusi yang
mengelompokkan semua posting yang masuk ke dalam satu tempat, dalam
Forum Diskusi, semua posting dari anggota dapat dikelompokkan ke
dalam kategori yang sesuai dengan isi dari posting tersebut. Berikut
pembagian kategori dan sub kategori yang ada di Forum Diskusi Situs
CWC:
* Publikasi e-Penulis
Pada kategori ini, Anda dapat berdiskusi mengenai Milis Publikasi
e-Penulis. Selain itu, Arsip dari Publikasi e-Penulis juga dapat
Anda baca pada kategori ini.
* Ayo Menulis!
Kategori ini menampung segala diskusi mengenai tulis-menulis
seperti bagaimana menulis, mempublikasikan suatu tulisan, ataupun
menggali ide untuk menulis.
* Umum
Nah, bila Anda ingin berdiskusi mengenai hal-hal selain penulisan,
silakan Anda pilih kategori ini.
Sebagai catatan, setiap kategori masih terbagi lagi ke dalam
beberapa sub-kategori.
Nah, bila Anda ingin berdiskusi seputar masalah penulisan dengan
anggota Situs CWC lainnya, silakan kunjungi Forum Diskusi Situs CWC
==> http://www.ylsa.org/cwc/
2. Tulisan Baru di CWC
----------------------
Berikut beberapa tulisan baru di Situs Christian Writers´ Club yang
diposting oleh anggota selama bulan Januari 2005.
* Natal, Solidarits, dan HAM
Topik : Artikel
Oleh : alb3rt15
* Perayaan
Topik : Puisi
Oleh : Sadrah
* MU
Topik : Puisi
Oleh : Sadrah
* Bapa Sebagai Pendidik
Topik : Renungan
Oleh : gsm
* Batu Bara di Bayah - Banten Selatan
Topik : Hermith
Oleh : gsm
* Bagaimana Keluarga Dimulai
Topik : Renungan
Oleh : gsm
Untuk membaca, memberi tanggapan (khusus anggota), atau mengirimkan
tulisan kepada rekan Anda, silakan mengarahkan browser Anda ke:
==> http://www.ylsa.org/cwc/
Redaksi mengucapkan terima kasih kepada semua anggota yang telah
berpartisipasi aktif di Situs CWC, baik yang sudah mengirimkan
tulisan, ikut forum diskusi, mengirimkan alamat situs atau milis,
maupun yang sekadar berkunjung dan melihat-lihat :). Bagi yang belum
berkunjung, dan belum menjadi anggota Situs CWC, silakan berkunjung
dan berpartisipasi. Kami akan menyambut Anda dengan gembira. Untuk
mendaftar menjadi anggota, langsung saja mengklik alamat di bawah
ini:
==> http://www.ylsa.org/cwc/user.php?op=check_age&module=NS-NewUser
<><============================><>*<><=============================><>
=#= SURAT ANDA =#=
Dari: Joko Salim <tjwan81@>
>shalom...
>Terima kasih atas email anda tentang e-penulis.
>mohon alamat email saya ini dimasukkan dalam milis
>e-penulis.
>terima kasih. Tuhan memberkati pelayanan kita.
Redaksi:
Selamat bergabung di Milis Publikasi e-Penulis. Kami sangat senang
menyambut Anda dan kami harap Anda akan mendapat banyak berkat
melalui milis ini.
Bagi pembaca yang ingin memperkenalkan Publikasi e-Penulis kepada
teman lain, silakan minta mereka mendaftar langsung ke alamat:
< subscribe-i-kan-penulis@xc.org >
<><============================><>*<><=============================><>
Staf Redaksi: Tesa, Krist, Hardhono, dan Puji
Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-penulis@xc.org
Berhenti : Kirim e-mail kosong ke: unsubscribe-i-kan-penulis@xc.org
Kirim bahan : Kirim e-mail ke <staf-penulis@sabda.org>
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
<><============================><>*<><=============================><>
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
Copyright(c) e-Penulis 2005
YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
<><============================><>*<><=============================><>
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |