Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/29

e-Penulis edisi 29 (23-3-2007)

Menulis Cerita Anak


______________________________________________________________________

                              e-Penulis
                       (Menulis untuk Melayani)
                         Edisi 029/Maret/2007

                         MENULIS CERITA ANAK
                         -------------------

  = DAFTAR ISI =
    * Dari Redaksi
    * Renungan Prapaskah: Sisi Indah Kematian
    * Artikel 1         : Dasar-Dasar Penulisan Cerita Anak-Anak
    * Artikel 2         : Berkreativitas dengan Menulis Cerita Anak
    * Tips              : Menulis Cerita Anak
    * Stop Press!       : E-BinaAnak: Memperlengkapi Para Pelayan Anak


                              DARI REDAKSI
                              ------------

  Salam sejahtera,

  Nama-nama seperti Hans Christian Andersen, Grimm bersaudara, Astrid
  Lindgren, ataupun Erich Kastner merupakan nama-nama yang sudah
  dikenal dalam dunia penulisan anak. Dengan cara masing-masing,
  mereka telah menaklukkan dunia lewat imajinasi yang penuh
  kreativitas. Sepertinya mereka menulis cerita dengan begitu mudah.
  Padahal menulis cerita untuk anak, tidaklah semudah yang kita
  bayangkan, meskipun tidak juga sulit.

  Pada dasarnya, cerita anak memiliki struktur dan unsur yang tidak
  berbeda dengan fiksi lain. Namun, tampaknya justru dalam hal
  tersebutlah terasa kompleksitasnya. Tiga tulisan yang kami sertakan
  dalam edisi kali ini kiranya dapat membuka wawasan sekaligus
  mendorong Anda untuk mencoba menulis cerita anak.

  Mengingat saat ini kita memasuki masa Prapaskah, kami juga turut
  menyertakan sebuah renungan. Kiranya dapat mempersiapkan setiap kita
  menjelang Jumat Agung, 6 April 2007 dan Paskah, 8 April 2007
  mendatang. Selamat menyambut Paskah!

  Penanggung jawab e-Penulis,
  Raka Sukma Kurnia


                          RENUNGAN PRAPASKAH
                          ------------------

                         SISI INDAH KEMATIAN
                       Bacaan: Yohanes 17:20-26

  Seorang guru sekolah minggu mengajukan serangkaian pertanyaan kepada
  beberapa anak usia lima tahun untuk membantu mereka memahami bahwa
  memercayai Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga. Ia bertanya,
  "Jika Kakak menjual semua harta Kakak dan memberikan uang hasil
  penjualannya pada gereja, apakah Kakak dapat masuk surga?" "Tidak,"
  jawab mereka. "Bagaimana jika Kakak menjaga kebersihan di dalam dan
  sekeliling gereja?" Seorang yang lain menjawab, "Tidak." "Jika Kakak
  mengasihi keluarga Kakak, berbaik hati pada hewan, dan memberi
  permen kepada setiap anak yang Kakak jumpai, akankah Kakak masuk
  surga?" "Tidak!" tegas seorang anak. Lalu sang guru sekolah minggu
  itu bertanya, "Bagaimana caranya agar Kakak masuk surga?" Seorang
  anak lelaki berseru, "Kakak harus mati dulu!"

  Sang guru tak menduga akan mendapatkan jawaban demikian, tetapi anak
  itu benar. Alkitab menyatakan bahwa kita semua pasti meninggalkan
  tubuh kita yang terdiri dari daging dan darah (1 Kor. 15:50-52).
  Kita semua pasti mati sebelum memasuki hadirat-Nya, kecuali jika
  kita masih hidup saat Yesus datang kembali.

  Pengkhotbah Inggris Charles Haddon Spurgeon menangkap kebenaran ini
  dalam khotbah bertemakan "Mengapa Mereka Meninggalkan Kita". Ia
  menunjukkan bahwa doa Yesus dalam Yohanes 17:24 terjawab setiap kali
  seorang kristiani meninggal. Ia meninggalkan tubuhnya dan memasuki
  hadirat Juru Selamat, tempat ia dapat memandang kemuliaan-Nya.
  Sungguh menjadi penghiburan bagi orang percaya! Inilah sisi indah
  kematian. Apakah Anda pun meyakini hal yang sama?

                   KETIKA ORANG KRISTEN MENINGGAL,
              SEBENARNYA MEREKA BARU MEMULAI KEHIDUPAN

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Publikasi e-Renungan Harian
  Edisi       : Minggu, 23 Mei 2004
  Penulis     : Herb Vander Lugt
  Alamat situs: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2004/05/23/


                              ARTIKEL 1
                              ---------

                DASAR-DASAR PENULISAN CERITA ANAK-ANAK
                      Oleh: Korrie Layun Rampan

  Cerita anak-anak adalah cerita sederhana yang kompleks.
  Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan
  berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga komunikatif. Di
  samping itu, pengalihan pola pikir orang dewasa kepada dunia
  anak-anak dan keberadaan jiwa dan sifat anak-anak menjadi syarat
  cerita anak-anak yang digemari. Dengan kata lain, cerita anak-anak
  harus berbicara tentang kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang
  berada dan memengaruhi mereka.

  Kompleksitas cerita anak-anak ditandai oleh strukturnya yang tidak
  berbeda dari struktur fiksi untuk orang dewasa. Dengan demikian,
  organisasi cerita anak-anak harus ditopang sejumlah pilar yang
  menjadi landasan terbinanya sebuah bangunan cerita. Sebuah cerita
  akar, menjadi menarik jika semua elemen kisah dibina secara seimbang
  di dalam struktur yang isi-mengisi sehingga tidak ada bagian yang
  terasa kurang atau terasa berlebihan.

  Secara sederhana sebuah cerita sebenarnya dimulai dari tema. Rancang
  bangun cerita yang dikehendaki pengarang harus dilandasi amanat,
  yaitu pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca. Namun,
  amanat ini harus dijalin secara menarik sehingga anak-anak tidak
  merasa membaca wejangan moral atau khotbah agama. Pembaca dihadapkan
  pada sebuah cerita yang menarik dan menghibur dan dari bacaan itu
  anak-anak (atau orang tua mereka) dapat membangun pengertian dan
  menarik kesimpulan tentang pesan apa yang hendak disampaikan
  pengarang. Umumnya, tema yang dinyatakan secara terbuka dan gamblang
  tidak akan menarik minat pembaca.

  Pilar kedua adalah tokoh. Secara umum, tokoh dapat dibagi dua, yaitu
  tokoh utama (protagonis) dan tokoh lawan (antagonis). Tokoh utama
  ini biasanya disertai tokoh-tokoh sampingan yang umumnya ikut serta
  dan menjadi bagian kesatuan cerita. Sebagai tokoh bulat, tokoh utama
  ini mendapat porsi paling istimewa jika dibandingkan dengan
  tokoh-tokoh sampingan. Kondisi fisik maupun karakternya digambarkan
  secara lengkap, sebagaimana manusia sehari-hari. Di samping itu,
  sering pula dihadirkan tokoh datar, yaitu tokoh yang ditampilkan
  secara satu sisi (baik atau jahat) sehingga dapat melahirkan
  tanggapan memuja ataupun membenci dari para pembaca.

  Penokohan harus (seharusnya) memperlihatkan perkembangan karakter
  tokoh. Peristiwa-peristiwa yang terbina dan dilema yang muncul di
  dalam alur harus mampu membawa perubahan dan perkembangan pada
  tokoh hingga lahir identifikasi pembaca pada tokoh yang muncul
  sebagai hero atau sebagai antagonis yang dibenci.

  Pilar ketiga adalah latar. Peristiwa-peristiwa di dalam cerita dapat
  dibangun dengan menarik jika penempatan latar waktu dan latar
  tempatnya dilakukan secara tepat. Karena latar berhubungan dengan
  tokoh dan tokoh berkaitan erat dengan karakter. Bangunan latar yang
  baik menunjukkan bahwa cerita tertentu tidak dapat dipindahkan ke
  kawasan lain karena latarnya tidak dapat dipindahkan ke kawasan
  lain karena latarnya tidak menunjang tokoh dan peristiwa-peristiwa
  khas yang hanya terjadi di suatu latar tertentu saja. Dengan kata
  lain, latar menunjukkan keunikan tersendiri dalam rangkaian kisah
  sehingga mampu membangun tokoh-tokoh spesifik dengan sifat-sifat
  tertentu yang hanya ada pada kawasan tertentu itu. Dengan demikian,
  tampak latar memperkuat tokoh dan menghidupkan peristiwa-peristiwa
  yang dibina di dalam alur, menjadikan cerita spesifik dan unik.

  Alur merupakan pilar keempat. Alur menuntut kemampuan utama
  pengarang untuk menarik minat pembaca. Dengan sederhana alur dapat
  dikatakan sebagai rentetan peristiwa yang terjadi di dalam cerita.

  Alur dapat dibina secara lurus, di mana cerita dibangun secara
  kronologis. Peristiwa demi peristiwa berkaitan langsung satu sama
  lain hingga cerita berakhir. Alur juga dapat dibangun secara
  episodik, di mana cerita diikat oleh episode-episode tertentu,
  setiap episodenya ditemukan gawatan, klimaks, dan leraian. Khususnya
  pada cerita-cerita panjang, alur episodik ini dapat memberi pikatan
  karena keingintahuan pembaca makin dipertinggi oleh hal-hal
  misterius yang mungkin terjadi pada bab selanjutnya. Alur juga dapat
  dibangun dengan sorot balik atau alur maju (foreshadowing). Sorot
  balik adalah paparan informasi atau peristiwa yang terjadi di masa
  lampau, dikisahkan kembali dalam situasi masa kini, sementara
  "foreshadowing" merupakan wujud ancang-ancang untuk menerima
  peristiwa-peristiwa tertentu yang nanti terjadi.

  Sebuah cerita tidak mungkin menarik tanpa peristiwa dan konflik.
  Peristiwa-peristiwa yang terjadi menimbulkan konflik tertentu,
  seperti konflik pada diri sendiri (person-against-self); konflik
  tokoh dengan orang lain (person-against-person); dan konflik antara
  tokoh dan masyarakat (person-against-society). Dengan alur yang pas
  karena peristiwa-peristiwa yang sinkronis dengan konflik umumnya
  meyakinkan pembaca anak-anak dan hal itulah yang membawa mereka
  senang, takut, sedih, marah, dan sebagainya. Dengan bantuan bahasa
  yang memikat, anak-anak merasa senang untuk terus membaca.

  Pilar kelima adalah gaya. Di samping pilar-pilar lainnya, gaya
  menentukan keberhasilan sebuah cerita. Secara tradisional dikatakan
  bahwa keberhasilan sebuah cerita bukan pada apa yang dikatakan,
  tetapi bagaimana mengatakannya. Kalimat-kalimat yang enak dibaca;
  ungkapan-ungkapan yang baru dan hidup; suspense yang menyimpan
  kerahasiaan; pemecahan persoalan yang rumit, namun penuh tantangan,
  pengalaman-pengalaman baru yang bernuansa kemanusiaan, dan
  sebagainya merupakan muatan gaya yang membuat pembaca terpesona. Di
  samping sebagai tanda seorang pengarang, gaya tertentu mampu
  menyedot perhatian pembaca untuk terus membaca. Bersama elemen
  lainnya seperti penggunaan sudut pandang yang tepat, pembukaan dan
  penutup yang memberi kesan tertentu, gaya adalah salah satu kunci
  yang menentukan berhasil atau gagalnya sebuah cerita.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buku   : Teknik Menulis Cerita Anak
  Judul artikel: Dasar-Dasar Penulisan Cerita Anak
  Penulis      : Korrie Layun Rampan
  Penerbit     : Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati, Yogyakarta 2003
  Halaman      : 89 -- 94


                             ARTIKEL 2
                             ---------

              BERKREATIVITAS DENGAN MENULIS CERITA ANAK
                  Disusun oleh: Kristina Dwi Lestari

  Perkembangan psikologi anak memunyai ciri-ciri yang khas dan berbeda
  dengan perkembangan balita bahkan remaja. Perbedaan tersebut menurut
  Fawzia Aswin Hadits dalam tulisannya yang berjudul "Psikologi
  Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar", perkembangan itu meliputi
  perkembangan fisik, kognitif, bahasa, bahkan perkembangan sosial
  emosionalnya. Dalam seminarnya yang bertema "Tahap Perkembangan Anak
  dan Mengenal Cara Belajar Anak", Dra. Tuti Gunawan menegaskan bahwa
  kecerdasan anak bisa ditemukan dalam bentuk kecerdasan logis
  matematis, kecerdasan spasial (ruang), kecerdasan kinetis jasmani,
  kecerdasan musikal, kecerdasan antarpribadi, kecerdasan
  interpribadi, dan kecerdasan lingustik seperti membaca, menulis, dan
  lain sebagainya.

  Seorang penulis, baik karya fiksi atau nonfiksi, pada umumnya harus
  bertanggung jawab akan tulisannya. Pendapat, gagasan, pemikiran, dan
  perasaannya harus bermanfaat bagi orang lain.

  Cerita anak adalah cerita yang sederhana, akan tetapi kompleks.
  Kesederhanaan itu terlihat dalam wacananya yang baku dan berkualitas
  tinggi, namun tidak ruwet sehingga akan lebih enak dibaca dan
  komunikatif. Selain untuk membantu daya imajinasi anak, cerita anak
  juga akan membantu daya kreativitas mereka. Penulis cerita anak
  harus mengalihkan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-anak.
  Keberadaan jiwa dan sifat anak-anak yang tersirat dalam sebuah
  cerita nantinya menjadikan cerita anak tersebut digemari. Berikut
  hal-hal penting yang perlu diketahui untuk membantu Anda saat akan
  menulis cerita anak.

  POSISI PENULIS CERITA ANAK

  Kedudukan penulis, dalam hal ini penulis cerita anak, sangatlah
  sentral. Hal ini disebabkan karena penulislah yang menulis,
  menerbitkan, menjual, memilih, membeli, dan menyampaikan kepada
  anak. Anak-anak hanya disuguhi dan yang bertanggung jawab adalah
  penulis.

  Jika Anda mempunyai ketertarikan untuk menjadi penulis cerita anak,
  ternyata bakat saja tidaklah cukup. Kegiatan menulis harus diawali
  dari kesiapan diri kita untuk menulis. Berikut hal penting menurut
  Titik W.S. (2003: 26) yang harus dimiliki saat Anda menulis cerita
  anak, di antaranya adalah sebagai berikut.
  - Bakat
  - Kemauan atau niat
  - Wawasan luas
  - Kaya imajinasi
  - Disiplin
  - Kreatif
  - Persepsi
  - Tangguh, tidak mudah putus asa
  - Menguasai teknik menulis
  - Memahami bahasa, yang berkaitan dengan kemampuan bahasa dalam
    penguasaan idiom dan kosa kata

  STRUKTUR BACAAN ANAK

  Aspek struktur yang menentukan sebuah bangun cerita anak sesuai
  pemaparan Riris K.T. Sarumpaet (2003: 111-121), di antaranya adalah
  sebagai berikut.

  Alur
  ----
  Dalam cerita fiksi kita tahu bahwa bangun yang menentukan atau
  mendasarinya adalah alur. Alurlah yang menentukan sebuah cerita
  menarik atau tidak. Dan hal penting dari alur ini adalah konflik.
  Karena konfliklah yang menggerakkan sebuah cerita. Konflik pula yang
  bisa menyebabkan seseorang menangis, tertawa, marah, senang, jengkel
  ketika membaca sebuah cerita. Alur cerita anak biasanya dirancang
  secara kronologis, yang menaungi periode tertentu dan menghubungkan
  peristiwa-peristiwa dalam periode tertentu. Alur lain yang digunakan
  adalah sorot balik. Alur sorot balik digunakan penulis untuk
  menginformasikan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Biasanya
  alur sorot balik ini dijumpai pada bacaan anak yang lebih tua dan
  biasanya akan membingungkan anak-anak di bawah usia sembilan tahun.

  Tokoh
  -----
  Tokoh adalah "pemain" dari sebuah cerita. Tokoh yang digambarkan
  secara baik dapat menjadi teman, tokoh identifikasi, atau bahkan
  menjadi orang tua sementara bagi pembaca. Peristiwa tak akan menarik
  bagi anak, jika tokoh yang digambarkan dalam cerita tidak mereka
  gandrungi. Hal penting dalam memahami tokoh adalah penokohan yang
  berkaitan dengan cara penulis dalam membantu pembaca untuk mengenal
  tokoh tersebut. Hal ini terlihat dari penggambaran secara fisik
  tokoh serta kepribadiannya. Aspek lain adalah perkembangan tokoh.
  Perkembangan tokoh menunjuk pada perubahan baik atau buruk yang
  dijalani tokoh dalam cerita-cerita.

  Latar
  -----
  Waktu yang menunjukkan kapan sebuah cerita terjadi dan tempat di
  mana cerita itu terjadi menunjukkan latar sebuah cerita. Misalnya
  dalam cerita kesejarahan, penciptaan waktu yang otentik ini
  sangatlah penting untuk memahami sebuah cerita.

  Tema
  ----
  Tema sebuah cerita adalah makna yang tersembunyi. Tema mencakup
  moral atau pesan/amanat cerita. Tema bagi cerita anak haruslah yang
  perlu dan baik bagi mereka. Ia harus mampu menerjemahkan kebenaran.
  Hal penting yang perlu kita perhatikan juga, bahwa tema jangan
  mengalahkan alur dan tokoh-tokoh cerita. Tentu saja buku yang
  ditulis dengan baik akan menyampaikan pesan moral, tetapi juga harus
  bercerita tentang sesuatu, dari mana pesan itu mengalir. Dengan cara
  itu, tema disampaikan kepada anak secara tersamar.

  Jadi, jika nilai moral hendak disampaikan pada anak, tema harus
  terjahit dalam bahan cerita yang kuat. Dengan demikian, anak dapat
  membangun pengertian baik atau buruk tanpa merasa diindoktrinasi.

  Gaya
  ----
  Bagaimana penulis mengisahkan dalam tulisan itulah yang disebut
  dengan gaya. Aspek yang digunakan untuk menelaah gaya dalam sebuah
  cerita fiksi adalah pilihan kata. Apakah panjang atau pendek, biasa
  atau tidak, membosankan atau menggairahkan. Kata-kata yang digunakan
  haruslah tepat dengan cerita itu. Karena kita tahu bahwa pilihan
  kata akan menimbulkan efek tertentu.

  Hal lain adalah masalah kalimat. Kalimat dalam cerita anak-anak
  haruslah lugas, tidak bertele-tele, dan tidak harus menggunakan
  kalimat tunggal. Kita bisa menggunakan kalimat kompleks asalkan
  logis dan langsung mengarah kepada apa yang ingin disampaikan.

  Beberapa prinsip dalam menulis cerita anak yang diuraikan di atas
  kiranya semakin membantu Anda dalam mengembangkan kreativitas yang
  dimiliki untuk menulis sebuah cerita anak. Sebuah cerita yang
  syarat pesan moral bagi anak tanpa harus menggurui mereka, dan mampu
  mengintregasikan elemen di atas dalam jalinan cerita yang
  menyenangkan. Selamat berkreativitas lewat cerita anak.

  Sumber Bacaan

  Gunawan, Tuti. 2007. Makalah dalam seminar "Tahap Perkembangan Anak
    dan Mengenal Cara Belajar Anak".
  Hadits, Fawzia Aswin. 2003. Psikologi Perkembangan Anak Usia Sekolah
    Dasar, dalam "Teknik Menulis Cerita Anak". Yogyakarta: Pink Books,
    Pusbuk, dan Taman Melati.
  S., Titik W. 2003. Menulis, dalam "Teknik Menulis Cerita Anak".
    Yogyakarta: Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati.
  Sarumpaet, Riris K. Toha. 2003. Struktur Bacaan Anak, dalam "Teknik
    Menulis Cerita Anak". Yogyakarta: Pink Books, Pusbuk, dan Taman
    Melati.


                                 TIPS
                                 ----

                         MENULIS CERITA ANAK
                       Oleh: Raka Sukma Kurnia

  Menulis cerita anak bisa dibilang gampang-gampang susah. Keluasan
  kosakata yang dimiliki orang dewasa, apalagi yang memiliki wawasan
  luas belum menjamin cerita yang disajikan akan mengena pada
  anak-anak. Juga tidak cukup hanya dengan menghadirkan cerita-cerita
  fantasi dari negeri dongeng. Tidak pula hanya dengan "pada zaman
  dahulu kala" atau "pada suatu ketika" dan frasa-frasa sejenisnya.

  Meskipun ditujukan untuk anak-anak, kita tetap perlu mengetahui
  beberapa aspek penting yang perlu dipersiapkan sebelum mulai
  menulis.

  1. Aspek nilai moral
  Aspek ini merupakan aspek yang penting dalam cerita anak. Sebuah
  cerita anak yang tidak disertai nilai moral apa pun akan menjadi
  sebuah cerita yang tidak bernilai. Oleh karena itu, kita harus
  menentukan nilai moral yang hendak disampaikan dalam cerita.
  Berkenaan dengan nilai moral, dua hal berikut ini perlu
  diperhitungkan.

  a. Pertama-tama, tentukanlah nilai moral utama yang hendak
     disampaikan. Penentuan ini perlu dilakukan sebelum kita mulai
     menulis cerita. Tujuannya, agar cerita yang ditulis tidak
     berakhir dengan tidak bernilai sama sekali. Menulis sambil
     mengalir memang tidak menutup kemungkinan terbangunnya nilai
     moral tertentu. Akan tetapi, cerita yang dihasilkan bisa tidak
     memiliki nilai utama. Padahal nilai utama inilah yang penting
     disampaikan.

  b. Setelah nilai utama ditentukan, jabarkan pula nilai-nilai moral
     pendukung. Hal ini tidak mutlak ditentukan sebelum penulisan;
     bisa saja dilakukan sembari menulis. Untuk itu, gunakan nilai
     moral utama itu sebagai panduan sehingga keseluruhan cerita
     menghadirkan nilai-nilai moral yang saling terkait satu dengan
     lainnya.

  Anggaplah kita hendak menyajikan pesan moral "belajar itu penting".
  Nilai-nilai moral pendukung di seputarnya bisa saja berupa "belajar
  dari buku akan membuka wawasan", "koleksi buku bisa menjadi langkah
  membangun perpustakaan pribadi", "belajar dari alam membawa
  pengenalan yang lebih dekat pada alam", dan lain-lain. Penyajiannya
  bisa diarahkan ke arah keberhasilan (positif) atau kegagalan
  (negatif), tergantung penekanannya.

  2. Aspek struktur cerita
  Sebagaimana dikemukakan Korrie Layun Rampan (lihat artikel pertama),
  struktur cerita anak tidak berbeda jauh dengan struktur fiksi
  dewasa. Oleh karena itu, susun bangun cerita mulai dari tema, alur,
  penokohan, latar, dan gaya harus terkandung pula dalam cerita anak
  yang hendak disajikan.

  a. Umumnya, tema tidak terlalu berbeda jauh dengan nilai moral utama
     cerita. Karena sebelumnya kita telah menentukan nilai tersebut,
     penentuan tema dapat dianggap telah kita lakukan.

  b. Alur yang paling sederhana ialah alur maju. Alur seperti ini
     dapat digunakan untuk menghadirkan cerita anak yang pendek. Bila
     berminat menulis cerita yang panjang, variasi alur dapat
     dilakukan sepanjang kita masih mampu menjaga konsistensi
     penyampaian cerita.

  c. Ada baiknya merinci karakter-karakter yang akan disertakan dalam
     cerita, baik itu tokoh protagonis, maupun antagonis. Pada tahap
     ini, kita bisa sekaligus menentukan nama-nama tokoh tersebut.
     Rincian karakter tokoh akan membantu kita untuk konsisten ketika
     mulai menulis cerita.

  d. Latar merupakan bagian yang juga menentukan dalam cerita. Untuk
     itu, kita perlu memerhatikan kaitan antara latar waktu dengan
     tempat. Suasana menjelang malam, misalnya, bisa dilengkapi dengan
     nuansa yang mulai menggelap, warna langit yang memerah di ufuk
     barat, lampu-lampu yang mulai dinyalakan, dan nuansa-nuansa
     lainnya.

  e. Unsur gaya berkenaan dengan bagaimana menyampaikan cerita.
     Termasuk di sini urusan pilihan kata dan kalimat. Untuk kedua
     hal ini, sebaiknya gunakan pilihan kata yang cocok untuk
     anak-anak -- gunakan kata-kata konkret daripada abstrak; kalimat
     yang digunakan juga sebaiknya kalimat-kalimat sederhana yang
     mudah dipahami. Di sini pulalah kita harus tentukan, hendak
     menggunakan sudut pandang mana dalam cerita yang kita tulis. Yang
     jelas, kita harus konsisten dalam menggunakan sudut pandang,
     apakah hendak memakai sudut pandang orang pertama atau ketiga.

  3. Aspek kerangka cerita
  Setelah menentukan seperti apa struktur dari cerita yang hendak
  ditulis, kini saatnya kita menuangkan ide-ide kita dalam kerangka
  karangan. Susunlah kerangka karangan sejelas-jelasnya.

  Kerangka karangan yang hanya terdiri dari beberapa kata bisa
  menyulitkan. Meski pada dasarnya tidak mutlak, ada baiknya menyusun
  kerangka dengan satu atau dua kalimat sehingga ketika hendak
  menjabarkannya, kita tidak kebingungan.

  4. Aspek bahasa
  Karena cerita yang akan kita tulis adalah cerita anak, kita harus
  lebih memerhatikan penggunaan bahasa dalam cerita. Itulah sebabnya,
  pengetahuan luas tidak akan berguna kecuali disertai dengan
  kemampuan menerjemahkan kalimat menjadi bahasa yang mudah dimengerti
  anak-anak. Aspek ini jelas berkaitan dengan unsur kelima dari
  cerita, yaitu gaya.

  Ada baiknya kita mengikuti saran-saran praktis Sumardi (Bagaimana
  Menciptakan Cerita Anak yang Unggul? dalam "Teknik Menulis Cerita
  Anak, hlm. 150-151) berikut.
  a. Setiap kali akan menggunakan kata, istilah, dan ungkapan yang
     khusus, hendaknya diuji dengan sebuah pertanyaan, "Apakah anak-
     anak mengerti dengan kata, istilah, atau ungkapan ini?"
  b. Hindari penggunaan kalimat yang ruwet. Kalimat yang ruwet
     biasanya diakibatkan struktur yang salah atau gagasan yang
     dikemukakan terlalu banyak sehingga sulit ditata.
  c. Hindari kalimat yang terlalu panjang. Kalimat seperti itu
     biasanya mengandung bagian atau anak kalimat dan keterangan yang
     terlalu banyak. Sebaiknya, gunakan kalimat yang hanya terdiri
     dari dua bagian, induk dan anak kalimat.

  5. Aspek referensi
  Aspek ini merupakan aspek penting dalam suatu penyajian cerita anak.
  Sebelum mulai menulis cerita, selain memikirkan keempat aspek
  sebelumnya, kita harus memiliki bahan-bahan pengaya cerita terlebih
  dahulu. Bahan-bahan pengaya ini bisa disebut sebagai bahan
  referensi. Bahan-bahan ini tidak hanya akan memperkaya penceritaan
  kita nantinya, tapi juga membantu kita dalam menghadirkan
  fakta-fakta umum.

  Apa saja sumber-sumber referensi yang bisa kita gunakan untuk
  menulis cerita anak? Ada beberapa yang bisa kita manfaatkan,
  yaitu:
  a. film anak-anak;
  b. buku cerita anak-anak;
  c. buku pelajaran anak;
  d. buku ensiklopedia;
  e. alam sekitar.

  Kelima aspek di atas kiranya membantu Anda dalam menyajikan sebuah
  cerita anak yang baik. Selamat berkarya.


                             STOP PRESS!
                             -----------

             E-BINAANAK: MEMPERLENGKAPI PARA PELAYAN ANAK

  Melayani Tuhan melalui anak-anak yang Dia kasihi tentu saja
  memerlukan perlengkapan yang cukup. Selain melalui firman Tuhan,
  tentu saja sumber-sumber lain sebagai pelengkap untuk mengembangkan
  kemampuan dan wawasan dalam melakukan pelayanan anak sangat
  diperlukan. Salah satu sumber yang dapat digunakan para pelayan anak
  untuk memperlengkapi diri adalah publikasi e-BinaAnak. Di dalamnya
  Anda bisa mendapatkan berbagai artikel, tips mengajar, bahan-bahan
  mengajar, kesaksian pelayanan, tautan ke sumber-sumber lain, dan
  sebagainya. Jika saat ini Anda merasa kekurangan sumber informasi
  atau masih memerlukan lebih banyak sumber lagi untuk mengembangkan
  diri dalam bidang pelayanan anak, kami mengundang Anda untuk
  bergabung bersama lebih dari 3.000 pelayan anak lainnya dalam milis
  publikasi ini. Setiap minggu Anda akan dipuaskan dengan berbagai
  informasi dari e-BinaAnak yang dikirimkan ke alamat e-mail Anda.
  Tertarik? Mari bergabung, yuk.

  Untuk berlangganan silakan kirimkan e-mail Anda ke:
  ==> <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>

  Untuk melihat arsip-arsip edisi terdahulu silakan akses:
  ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/

  Untuk melihat ribuan informasi lain seputar pelayanan anak silakan
  akses:
  ==> http://pepak.sabda.org/

______________________________________________________________________

Penanggung jawab     : Raka Sukma Kurnia
Kontributor edisi ini: Kristina Dwi Lestari
Berlangganan         : Kirim e-mail ke
                       subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti             : Kirim e-mail ke
                       unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Kirim bahan          : Kirim e-mail ke
                       staf-penulis(at)sabda.org
Arsip e-Penulis      : http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs CWC            : http://www.ylsa.org/cwc/
Situs Pelitaku       : http://pelitaku.sabda.org/
______________________________________________________________________
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
                     Copyright(c) e-Penulis 2007
                  YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org