Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/29 |
|
e-Penulis edisi 29 (23-3-2007)
|
|
______________________________________________________________________ e-Penulis (Menulis untuk Melayani) Edisi 029/Maret/2007 MENULIS CERITA ANAK ------------------- = DAFTAR ISI = * Dari Redaksi * Renungan Prapaskah: Sisi Indah Kematian * Artikel 1 : Dasar-Dasar Penulisan Cerita Anak-Anak * Artikel 2 : Berkreativitas dengan Menulis Cerita Anak * Tips : Menulis Cerita Anak * Stop Press! : E-BinaAnak: Memperlengkapi Para Pelayan Anak DARI REDAKSI ------------ Salam sejahtera, Nama-nama seperti Hans Christian Andersen, Grimm bersaudara, Astrid Lindgren, ataupun Erich Kastner merupakan nama-nama yang sudah dikenal dalam dunia penulisan anak. Dengan cara masing-masing, mereka telah menaklukkan dunia lewat imajinasi yang penuh kreativitas. Sepertinya mereka menulis cerita dengan begitu mudah. Padahal menulis cerita untuk anak, tidaklah semudah yang kita bayangkan, meskipun tidak juga sulit. Pada dasarnya, cerita anak memiliki struktur dan unsur yang tidak berbeda dengan fiksi lain. Namun, tampaknya justru dalam hal tersebutlah terasa kompleksitasnya. Tiga tulisan yang kami sertakan dalam edisi kali ini kiranya dapat membuka wawasan sekaligus mendorong Anda untuk mencoba menulis cerita anak. Mengingat saat ini kita memasuki masa Prapaskah, kami juga turut menyertakan sebuah renungan. Kiranya dapat mempersiapkan setiap kita menjelang Jumat Agung, 6 April 2007 dan Paskah, 8 April 2007 mendatang. Selamat menyambut Paskah! Penanggung jawab e-Penulis, Raka Sukma Kurnia RENUNGAN PRAPASKAH ------------------ SISI INDAH KEMATIAN Bacaan: Yohanes 17:20-26 Seorang guru sekolah minggu mengajukan serangkaian pertanyaan kepada beberapa anak usia lima tahun untuk membantu mereka memahami bahwa memercayai Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga. Ia bertanya, "Jika Kakak menjual semua harta Kakak dan memberikan uang hasil penjualannya pada gereja, apakah Kakak dapat masuk surga?" "Tidak," jawab mereka. "Bagaimana jika Kakak menjaga kebersihan di dalam dan sekeliling gereja?" Seorang yang lain menjawab, "Tidak." "Jika Kakak mengasihi keluarga Kakak, berbaik hati pada hewan, dan memberi permen kepada setiap anak yang Kakak jumpai, akankah Kakak masuk surga?" "Tidak!" tegas seorang anak. Lalu sang guru sekolah minggu itu bertanya, "Bagaimana caranya agar Kakak masuk surga?" Seorang anak lelaki berseru, "Kakak harus mati dulu!" Sang guru tak menduga akan mendapatkan jawaban demikian, tetapi anak itu benar. Alkitab menyatakan bahwa kita semua pasti meninggalkan tubuh kita yang terdiri dari daging dan darah (1 Kor. 15:50-52). Kita semua pasti mati sebelum memasuki hadirat-Nya, kecuali jika kita masih hidup saat Yesus datang kembali. Pengkhotbah Inggris Charles Haddon Spurgeon menangkap kebenaran ini dalam khotbah bertemakan "Mengapa Mereka Meninggalkan Kita". Ia menunjukkan bahwa doa Yesus dalam Yohanes 17:24 terjawab setiap kali seorang kristiani meninggal. Ia meninggalkan tubuhnya dan memasuki hadirat Juru Selamat, tempat ia dapat memandang kemuliaan-Nya. Sungguh menjadi penghiburan bagi orang percaya! Inilah sisi indah kematian. Apakah Anda pun meyakini hal yang sama? KETIKA ORANG KRISTEN MENINGGAL, SEBENARNYA MEREKA BARU MEMULAI KEHIDUPAN Diambil dan diedit seperlunya dari: Publikasi e-Renungan Harian Edisi : Minggu, 23 Mei 2004 Penulis : Herb Vander Lugt Alamat situs: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2004/05/23/ ARTIKEL 1 --------- DASAR-DASAR PENULISAN CERITA ANAK-ANAK Oleh: Korrie Layun Rampan Cerita anak-anak adalah cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga komunikatif. Di samping itu, pengalihan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-anak dan keberadaan jiwa dan sifat anak-anak menjadi syarat cerita anak-anak yang digemari. Dengan kata lain, cerita anak-anak harus berbicara tentang kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang berada dan memengaruhi mereka. Kompleksitas cerita anak-anak ditandai oleh strukturnya yang tidak berbeda dari struktur fiksi untuk orang dewasa. Dengan demikian, organisasi cerita anak-anak harus ditopang sejumlah pilar yang menjadi landasan terbinanya sebuah bangunan cerita. Sebuah cerita akar, menjadi menarik jika semua elemen kisah dibina secara seimbang di dalam struktur yang isi-mengisi sehingga tidak ada bagian yang terasa kurang atau terasa berlebihan. Secara sederhana sebuah cerita sebenarnya dimulai dari tema. Rancang bangun cerita yang dikehendaki pengarang harus dilandasi amanat, yaitu pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca. Namun, amanat ini harus dijalin secara menarik sehingga anak-anak tidak merasa membaca wejangan moral atau khotbah agama. Pembaca dihadapkan pada sebuah cerita yang menarik dan menghibur dan dari bacaan itu anak-anak (atau orang tua mereka) dapat membangun pengertian dan menarik kesimpulan tentang pesan apa yang hendak disampaikan pengarang. Umumnya, tema yang dinyatakan secara terbuka dan gamblang tidak akan menarik minat pembaca. Pilar kedua adalah tokoh. Secara umum, tokoh dapat dibagi dua, yaitu tokoh utama (protagonis) dan tokoh lawan (antagonis). Tokoh utama ini biasanya disertai tokoh-tokoh sampingan yang umumnya ikut serta dan menjadi bagian kesatuan cerita. Sebagai tokoh bulat, tokoh utama ini mendapat porsi paling istimewa jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh sampingan. Kondisi fisik maupun karakternya digambarkan secara lengkap, sebagaimana manusia sehari-hari. Di samping itu, sering pula dihadirkan tokoh datar, yaitu tokoh yang ditampilkan secara satu sisi (baik atau jahat) sehingga dapat melahirkan tanggapan memuja ataupun membenci dari para pembaca. Penokohan harus (seharusnya) memperlihatkan perkembangan karakter tokoh. Peristiwa-peristiwa yang terbina dan dilema yang muncul di dalam alur harus mampu membawa perubahan dan perkembangan pada tokoh hingga lahir identifikasi pembaca pada tokoh yang muncul sebagai hero atau sebagai antagonis yang dibenci. Pilar ketiga adalah latar. Peristiwa-peristiwa di dalam cerita dapat dibangun dengan menarik jika penempatan latar waktu dan latar tempatnya dilakukan secara tepat. Karena latar berhubungan dengan tokoh dan tokoh berkaitan erat dengan karakter. Bangunan latar yang baik menunjukkan bahwa cerita tertentu tidak dapat dipindahkan ke kawasan lain karena latarnya tidak dapat dipindahkan ke kawasan lain karena latarnya tidak menunjang tokoh dan peristiwa-peristiwa khas yang hanya terjadi di suatu latar tertentu saja. Dengan kata lain, latar menunjukkan keunikan tersendiri dalam rangkaian kisah sehingga mampu membangun tokoh-tokoh spesifik dengan sifat-sifat tertentu yang hanya ada pada kawasan tertentu itu. Dengan demikian, tampak latar memperkuat tokoh dan menghidupkan peristiwa-peristiwa yang dibina di dalam alur, menjadikan cerita spesifik dan unik. Alur merupakan pilar keempat. Alur menuntut kemampuan utama pengarang untuk menarik minat pembaca. Dengan sederhana alur dapat dikatakan sebagai rentetan peristiwa yang terjadi di dalam cerita. Alur dapat dibina secara lurus, di mana cerita dibangun secara kronologis. Peristiwa demi peristiwa berkaitan langsung satu sama lain hingga cerita berakhir. Alur juga dapat dibangun secara episodik, di mana cerita diikat oleh episode-episode tertentu, setiap episodenya ditemukan gawatan, klimaks, dan leraian. Khususnya pada cerita-cerita panjang, alur episodik ini dapat memberi pikatan karena keingintahuan pembaca makin dipertinggi oleh hal-hal misterius yang mungkin terjadi pada bab selanjutnya. Alur juga dapat dibangun dengan sorot balik atau alur maju (foreshadowing). Sorot balik adalah paparan informasi atau peristiwa yang terjadi di masa lampau, dikisahkan kembali dalam situasi masa kini, sementara "foreshadowing" merupakan wujud ancang-ancang untuk menerima peristiwa-peristiwa tertentu yang nanti terjadi. Sebuah cerita tidak mungkin menarik tanpa peristiwa dan konflik. Peristiwa-peristiwa yang terjadi menimbulkan konflik tertentu, seperti konflik pada diri sendiri (person-against-self); konflik tokoh dengan orang lain (person-against-person); dan konflik antara tokoh dan masyarakat (person-against-society). Dengan alur yang pas karena peristiwa-peristiwa yang sinkronis dengan konflik umumnya meyakinkan pembaca anak-anak dan hal itulah yang membawa mereka senang, takut, sedih, marah, dan sebagainya. Dengan bantuan bahasa yang memikat, anak-anak merasa senang untuk terus membaca. Pilar kelima adalah gaya. Di samping pilar-pilar lainnya, gaya menentukan keberhasilan sebuah cerita. Secara tradisional dikatakan bahwa keberhasilan sebuah cerita bukan pada apa yang dikatakan, tetapi bagaimana mengatakannya. Kalimat-kalimat yang enak dibaca; ungkapan-ungkapan yang baru dan hidup; suspense yang menyimpan kerahasiaan; pemecahan persoalan yang rumit, namun penuh tantangan, pengalaman-pengalaman baru yang bernuansa kemanusiaan, dan sebagainya merupakan muatan gaya yang membuat pembaca terpesona. Di samping sebagai tanda seorang pengarang, gaya tertentu mampu menyedot perhatian pembaca untuk terus membaca. Bersama elemen lainnya seperti penggunaan sudut pandang yang tepat, pembukaan dan penutup yang memberi kesan tertentu, gaya adalah salah satu kunci yang menentukan berhasil atau gagalnya sebuah cerita. Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buku : Teknik Menulis Cerita Anak Judul artikel: Dasar-Dasar Penulisan Cerita Anak Penulis : Korrie Layun Rampan Penerbit : Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati, Yogyakarta 2003 Halaman : 89 -- 94 ARTIKEL 2 --------- BERKREATIVITAS DENGAN MENULIS CERITA ANAK Disusun oleh: Kristina Dwi Lestari Perkembangan psikologi anak memunyai ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan perkembangan balita bahkan remaja. Perbedaan tersebut menurut Fawzia Aswin Hadits dalam tulisannya yang berjudul "Psikologi Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar", perkembangan itu meliputi perkembangan fisik, kognitif, bahasa, bahkan perkembangan sosial emosionalnya. Dalam seminarnya yang bertema "Tahap Perkembangan Anak dan Mengenal Cara Belajar Anak", Dra. Tuti Gunawan menegaskan bahwa kecerdasan anak bisa ditemukan dalam bentuk kecerdasan logis matematis, kecerdasan spasial (ruang), kecerdasan kinetis jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan antarpribadi, kecerdasan interpribadi, dan kecerdasan lingustik seperti membaca, menulis, dan lain sebagainya. Seorang penulis, baik karya fiksi atau nonfiksi, pada umumnya harus bertanggung jawab akan tulisannya. Pendapat, gagasan, pemikiran, dan perasaannya harus bermanfaat bagi orang lain. Cerita anak adalah cerita yang sederhana, akan tetapi kompleks. Kesederhanaan itu terlihat dalam wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga akan lebih enak dibaca dan komunikatif. Selain untuk membantu daya imajinasi anak, cerita anak juga akan membantu daya kreativitas mereka. Penulis cerita anak harus mengalihkan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-anak. Keberadaan jiwa dan sifat anak-anak yang tersirat dalam sebuah cerita nantinya menjadikan cerita anak tersebut digemari. Berikut hal-hal penting yang perlu diketahui untuk membantu Anda saat akan menulis cerita anak. POSISI PENULIS CERITA ANAK Kedudukan penulis, dalam hal ini penulis cerita anak, sangatlah sentral. Hal ini disebabkan karena penulislah yang menulis, menerbitkan, menjual, memilih, membeli, dan menyampaikan kepada anak. Anak-anak hanya disuguhi dan yang bertanggung jawab adalah penulis. Jika Anda mempunyai ketertarikan untuk menjadi penulis cerita anak, ternyata bakat saja tidaklah cukup. Kegiatan menulis harus diawali dari kesiapan diri kita untuk menulis. Berikut hal penting menurut Titik W.S. (2003: 26) yang harus dimiliki saat Anda menulis cerita anak, di antaranya adalah sebagai berikut. - Bakat - Kemauan atau niat - Wawasan luas - Kaya imajinasi - Disiplin - Kreatif - Persepsi - Tangguh, tidak mudah putus asa - Menguasai teknik menulis - Memahami bahasa, yang berkaitan dengan kemampuan bahasa dalam penguasaan idiom dan kosa kata STRUKTUR BACAAN ANAK Aspek struktur yang menentukan sebuah bangun cerita anak sesuai pemaparan Riris K.T. Sarumpaet (2003: 111-121), di antaranya adalah sebagai berikut. Alur ---- Dalam cerita fiksi kita tahu bahwa bangun yang menentukan atau mendasarinya adalah alur. Alurlah yang menentukan sebuah cerita menarik atau tidak. Dan hal penting dari alur ini adalah konflik. Karena konfliklah yang menggerakkan sebuah cerita. Konflik pula yang bisa menyebabkan seseorang menangis, tertawa, marah, senang, jengkel ketika membaca sebuah cerita. Alur cerita anak biasanya dirancang secara kronologis, yang menaungi periode tertentu dan menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam periode tertentu. Alur lain yang digunakan adalah sorot balik. Alur sorot balik digunakan penulis untuk menginformasikan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Biasanya alur sorot balik ini dijumpai pada bacaan anak yang lebih tua dan biasanya akan membingungkan anak-anak di bawah usia sembilan tahun. Tokoh ----- Tokoh adalah "pemain" dari sebuah cerita. Tokoh yang digambarkan secara baik dapat menjadi teman, tokoh identifikasi, atau bahkan menjadi orang tua sementara bagi pembaca. Peristiwa tak akan menarik bagi anak, jika tokoh yang digambarkan dalam cerita tidak mereka gandrungi. Hal penting dalam memahami tokoh adalah penokohan yang berkaitan dengan cara penulis dalam membantu pembaca untuk mengenal tokoh tersebut. Hal ini terlihat dari penggambaran secara fisik tokoh serta kepribadiannya. Aspek lain adalah perkembangan tokoh. Perkembangan tokoh menunjuk pada perubahan baik atau buruk yang dijalani tokoh dalam cerita-cerita. Latar ----- Waktu yang menunjukkan kapan sebuah cerita terjadi dan tempat di mana cerita itu terjadi menunjukkan latar sebuah cerita. Misalnya dalam cerita kesejarahan, penciptaan waktu yang otentik ini sangatlah penting untuk memahami sebuah cerita. Tema ---- Tema sebuah cerita adalah makna yang tersembunyi. Tema mencakup moral atau pesan/amanat cerita. Tema bagi cerita anak haruslah yang perlu dan baik bagi mereka. Ia harus mampu menerjemahkan kebenaran. Hal penting yang perlu kita perhatikan juga, bahwa tema jangan mengalahkan alur dan tokoh-tokoh cerita. Tentu saja buku yang ditulis dengan baik akan menyampaikan pesan moral, tetapi juga harus bercerita tentang sesuatu, dari mana pesan itu mengalir. Dengan cara itu, tema disampaikan kepada anak secara tersamar. Jadi, jika nilai moral hendak disampaikan pada anak, tema harus terjahit dalam bahan cerita yang kuat. Dengan demikian, anak dapat membangun pengertian baik atau buruk tanpa merasa diindoktrinasi. Gaya ---- Bagaimana penulis mengisahkan dalam tulisan itulah yang disebut dengan gaya. Aspek yang digunakan untuk menelaah gaya dalam sebuah cerita fiksi adalah pilihan kata. Apakah panjang atau pendek, biasa atau tidak, membosankan atau menggairahkan. Kata-kata yang digunakan haruslah tepat dengan cerita itu. Karena kita tahu bahwa pilihan kata akan menimbulkan efek tertentu. Hal lain adalah masalah kalimat. Kalimat dalam cerita anak-anak haruslah lugas, tidak bertele-tele, dan tidak harus menggunakan kalimat tunggal. Kita bisa menggunakan kalimat kompleks asalkan logis dan langsung mengarah kepada apa yang ingin disampaikan. Beberapa prinsip dalam menulis cerita anak yang diuraikan di atas kiranya semakin membantu Anda dalam mengembangkan kreativitas yang dimiliki untuk menulis sebuah cerita anak. Sebuah cerita yang syarat pesan moral bagi anak tanpa harus menggurui mereka, dan mampu mengintregasikan elemen di atas dalam jalinan cerita yang menyenangkan. Selamat berkreativitas lewat cerita anak. Sumber Bacaan Gunawan, Tuti. 2007. Makalah dalam seminar "Tahap Perkembangan Anak dan Mengenal Cara Belajar Anak". Hadits, Fawzia Aswin. 2003. Psikologi Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar, dalam "Teknik Menulis Cerita Anak". Yogyakarta: Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati. S., Titik W. 2003. Menulis, dalam "Teknik Menulis Cerita Anak". Yogyakarta: Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati. Sarumpaet, Riris K. Toha. 2003. Struktur Bacaan Anak, dalam "Teknik Menulis Cerita Anak". Yogyakarta: Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati. TIPS ---- MENULIS CERITA ANAK Oleh: Raka Sukma Kurnia Menulis cerita anak bisa dibilang gampang-gampang susah. Keluasan kosakata yang dimiliki orang dewasa, apalagi yang memiliki wawasan luas belum menjamin cerita yang disajikan akan mengena pada anak-anak. Juga tidak cukup hanya dengan menghadirkan cerita-cerita fantasi dari negeri dongeng. Tidak pula hanya dengan "pada zaman dahulu kala" atau "pada suatu ketika" dan frasa-frasa sejenisnya. Meskipun ditujukan untuk anak-anak, kita tetap perlu mengetahui beberapa aspek penting yang perlu dipersiapkan sebelum mulai menulis. 1. Aspek nilai moral Aspek ini merupakan aspek yang penting dalam cerita anak. Sebuah cerita anak yang tidak disertai nilai moral apa pun akan menjadi sebuah cerita yang tidak bernilai. Oleh karena itu, kita harus menentukan nilai moral yang hendak disampaikan dalam cerita. Berkenaan dengan nilai moral, dua hal berikut ini perlu diperhitungkan. a. Pertama-tama, tentukanlah nilai moral utama yang hendak disampaikan. Penentuan ini perlu dilakukan sebelum kita mulai menulis cerita. Tujuannya, agar cerita yang ditulis tidak berakhir dengan tidak bernilai sama sekali. Menulis sambil mengalir memang tidak menutup kemungkinan terbangunnya nilai moral tertentu. Akan tetapi, cerita yang dihasilkan bisa tidak memiliki nilai utama. Padahal nilai utama inilah yang penting disampaikan. b. Setelah nilai utama ditentukan, jabarkan pula nilai-nilai moral pendukung. Hal ini tidak mutlak ditentukan sebelum penulisan; bisa saja dilakukan sembari menulis. Untuk itu, gunakan nilai moral utama itu sebagai panduan sehingga keseluruhan cerita menghadirkan nilai-nilai moral yang saling terkait satu dengan lainnya. Anggaplah kita hendak menyajikan pesan moral "belajar itu penting". Nilai-nilai moral pendukung di seputarnya bisa saja berupa "belajar dari buku akan membuka wawasan", "koleksi buku bisa menjadi langkah membangun perpustakaan pribadi", "belajar dari alam membawa pengenalan yang lebih dekat pada alam", dan lain-lain. Penyajiannya bisa diarahkan ke arah keberhasilan (positif) atau kegagalan (negatif), tergantung penekanannya. 2. Aspek struktur cerita Sebagaimana dikemukakan Korrie Layun Rampan (lihat artikel pertama), struktur cerita anak tidak berbeda jauh dengan struktur fiksi dewasa. Oleh karena itu, susun bangun cerita mulai dari tema, alur, penokohan, latar, dan gaya harus terkandung pula dalam cerita anak yang hendak disajikan. a. Umumnya, tema tidak terlalu berbeda jauh dengan nilai moral utama cerita. Karena sebelumnya kita telah menentukan nilai tersebut, penentuan tema dapat dianggap telah kita lakukan. b. Alur yang paling sederhana ialah alur maju. Alur seperti ini dapat digunakan untuk menghadirkan cerita anak yang pendek. Bila berminat menulis cerita yang panjang, variasi alur dapat dilakukan sepanjang kita masih mampu menjaga konsistensi penyampaian cerita. c. Ada baiknya merinci karakter-karakter yang akan disertakan dalam cerita, baik itu tokoh protagonis, maupun antagonis. Pada tahap ini, kita bisa sekaligus menentukan nama-nama tokoh tersebut. Rincian karakter tokoh akan membantu kita untuk konsisten ketika mulai menulis cerita. d. Latar merupakan bagian yang juga menentukan dalam cerita. Untuk itu, kita perlu memerhatikan kaitan antara latar waktu dengan tempat. Suasana menjelang malam, misalnya, bisa dilengkapi dengan nuansa yang mulai menggelap, warna langit yang memerah di ufuk barat, lampu-lampu yang mulai dinyalakan, dan nuansa-nuansa lainnya. e. Unsur gaya berkenaan dengan bagaimana menyampaikan cerita. Termasuk di sini urusan pilihan kata dan kalimat. Untuk kedua hal ini, sebaiknya gunakan pilihan kata yang cocok untuk anak-anak -- gunakan kata-kata konkret daripada abstrak; kalimat yang digunakan juga sebaiknya kalimat-kalimat sederhana yang mudah dipahami. Di sini pulalah kita harus tentukan, hendak menggunakan sudut pandang mana dalam cerita yang kita tulis. Yang jelas, kita harus konsisten dalam menggunakan sudut pandang, apakah hendak memakai sudut pandang orang pertama atau ketiga. 3. Aspek kerangka cerita Setelah menentukan seperti apa struktur dari cerita yang hendak ditulis, kini saatnya kita menuangkan ide-ide kita dalam kerangka karangan. Susunlah kerangka karangan sejelas-jelasnya. Kerangka karangan yang hanya terdiri dari beberapa kata bisa menyulitkan. Meski pada dasarnya tidak mutlak, ada baiknya menyusun kerangka dengan satu atau dua kalimat sehingga ketika hendak menjabarkannya, kita tidak kebingungan. 4. Aspek bahasa Karena cerita yang akan kita tulis adalah cerita anak, kita harus lebih memerhatikan penggunaan bahasa dalam cerita. Itulah sebabnya, pengetahuan luas tidak akan berguna kecuali disertai dengan kemampuan menerjemahkan kalimat menjadi bahasa yang mudah dimengerti anak-anak. Aspek ini jelas berkaitan dengan unsur kelima dari cerita, yaitu gaya. Ada baiknya kita mengikuti saran-saran praktis Sumardi (Bagaimana Menciptakan Cerita Anak yang Unggul? dalam "Teknik Menulis Cerita Anak, hlm. 150-151) berikut. a. Setiap kali akan menggunakan kata, istilah, dan ungkapan yang khusus, hendaknya diuji dengan sebuah pertanyaan, "Apakah anak- anak mengerti dengan kata, istilah, atau ungkapan ini?" b. Hindari penggunaan kalimat yang ruwet. Kalimat yang ruwet biasanya diakibatkan struktur yang salah atau gagasan yang dikemukakan terlalu banyak sehingga sulit ditata. c. Hindari kalimat yang terlalu panjang. Kalimat seperti itu biasanya mengandung bagian atau anak kalimat dan keterangan yang terlalu banyak. Sebaiknya, gunakan kalimat yang hanya terdiri dari dua bagian, induk dan anak kalimat. 5. Aspek referensi Aspek ini merupakan aspek penting dalam suatu penyajian cerita anak. Sebelum mulai menulis cerita, selain memikirkan keempat aspek sebelumnya, kita harus memiliki bahan-bahan pengaya cerita terlebih dahulu. Bahan-bahan pengaya ini bisa disebut sebagai bahan referensi. Bahan-bahan ini tidak hanya akan memperkaya penceritaan kita nantinya, tapi juga membantu kita dalam menghadirkan fakta-fakta umum. Apa saja sumber-sumber referensi yang bisa kita gunakan untuk menulis cerita anak? Ada beberapa yang bisa kita manfaatkan, yaitu: a. film anak-anak; b. buku cerita anak-anak; c. buku pelajaran anak; d. buku ensiklopedia; e. alam sekitar. Kelima aspek di atas kiranya membantu Anda dalam menyajikan sebuah cerita anak yang baik. Selamat berkarya. STOP PRESS! ----------- E-BINAANAK: MEMPERLENGKAPI PARA PELAYAN ANAK Melayani Tuhan melalui anak-anak yang Dia kasihi tentu saja memerlukan perlengkapan yang cukup. Selain melalui firman Tuhan, tentu saja sumber-sumber lain sebagai pelengkap untuk mengembangkan kemampuan dan wawasan dalam melakukan pelayanan anak sangat diperlukan. Salah satu sumber yang dapat digunakan para pelayan anak untuk memperlengkapi diri adalah publikasi e-BinaAnak. Di dalamnya Anda bisa mendapatkan berbagai artikel, tips mengajar, bahan-bahan mengajar, kesaksian pelayanan, tautan ke sumber-sumber lain, dan sebagainya. Jika saat ini Anda merasa kekurangan sumber informasi atau masih memerlukan lebih banyak sumber lagi untuk mengembangkan diri dalam bidang pelayanan anak, kami mengundang Anda untuk bergabung bersama lebih dari 3.000 pelayan anak lainnya dalam milis publikasi ini. Setiap minggu Anda akan dipuaskan dengan berbagai informasi dari e-BinaAnak yang dikirimkan ke alamat e-mail Anda. Tertarik? Mari bergabung, yuk. Untuk berlangganan silakan kirimkan e-mail Anda ke: ==> <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Untuk melihat arsip-arsip edisi terdahulu silakan akses: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Untuk melihat ribuan informasi lain seputar pelayanan anak silakan akses: ==> http://pepak.sabda.org/ ______________________________________________________________________ Penanggung jawab : Raka Sukma Kurnia Kontributor edisi ini: Kristina Dwi Lestari Berlangganan : Kirim e-mail ke subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti : Kirim e-mail ke unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Kirim bahan : Kirim e-mail ke staf-penulis(at)sabda.org Arsip e-Penulis : http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/ Situs CWC : http://www.ylsa.org/cwc/ Situs Pelitaku : http://pelitaku.sabda.org/ ______________________________________________________________________ Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN. Copyright(c) e-Penulis 2007 YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |