Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/24

e-Penulis edisi 24 (19-10-2006)

Perkembangan dan Tanggung Jawab Penulis Kristen


______________________________________________________________________

                              e-Penulis
                       (Menulis untuk Melayani)
                        Edisi 024/Oktober/2006

           PERKEMBANGAN DAN TANGGUNG JAWAB PENULIS KRISTEN
           -----------------------------------------------
  = DAFTAR ISI =
    * Dari Redaksi
    * Artikel #1   : Firman Allah dan Kata-Kata Kita
    * Artikel #2   : Alkitab dan Penulis
    * Asah Pena    : Y.B. Mangunwijaya
    * Stop Press   : Situs SABDA Space

                             DARI REDAKSI
                             ------------

  Salam kasih,

  Penulis Kristen memiliki tanggung jawab ganda. Pertama, ia 
  bertanggung jawab kepada para pembacanya. Kedua, dan yang terutama, 
  ia juga bertanggung jawab kepada Allah. Dengan misi yang diembannya, 
  yaitu untuk menyampaikan suara Allah di dunia, maka ia harus bisa 
  menyampaikan kebenaran umum, yang dapat membangun para pembacanya 
  dan sekaligus memberikan kebenaran khusus, yaitu kebenaran yang 
  telah Allah berikan kepada kita melalui Kristus dan Firman-Nya.

  Dua artikel sajian kami ini kiranya semakin memicu Anda untuk terus
  berkarya bagi kemuliaan-Nya. Sekelumit perjalanan hidup Romo Mangun 
  dalam Asah Pena kali ini kiranya juga memberi inspirasi kepada Anda.

  Selamat berkarya.

  Staf Redaksi e-Penulis,
  Raka


                              ARTIKEL 1
                              ---------

                   Firman Allah dan Kata-Kata Kita
                   -------------------------------

  Kata yang Punya Kuasa
  ---------------------
  Pada awal Kitab Suci Allah berfirman, "Jadilah terang." Artinya,
  Allah berkata. Ia menghendaki supaya terang itu ada dan hendak
  menjadikan terang itu sungguh ada dengan cara mengeluarkan kata.
  Dan apa yang terjadi?

  Pada awal Kitab Suci, diterangkan bagaimana segala sesuatu itu
  menjadi ada oleh karena firman Allah. Firman yang berupa kata itu
  ternyata punya kuasa. Hal ini dinyatakan kembali pada bagian awal
  Injil Yohanes. Di sini Yohanes menerangkan bahwa penggenapan janji
  Allah dalam Perjanjian Lama berawal dari Firman. Menariknya, yang
  dimaksudkan dengan Firman dalam nas ini adalah Kristus sendiri.
  Kristus menjadi Juru Selamat kita dan Juru Selamat dunia melalui
  kata-kata--Ia menyatakan diri-Nya kepada kita dengan firman-Nya.
  Betapa ajaibnya, tapi begitulah kenyataannya, Dialah Kata itu.

  Saya sendiri bisa memberi kesaksian bahwa kata-kata dari Allah
  memang punya kuasa. Semasa muda saya mengikuti sekolah minggu,
  menonton Billy Graham berkhotbah di televisi, dan juga mendengar
  kesaksian teman-teman yang bertobat. Memang benar, Tuhan bekerja
  melalui tiga hal itu. Namun, hati saya baru benar-benar terjamah
  ketika Kristus menemui saya secara pribadi lewat firman-Nya,
  terutama melalui Khotbah di Bukit dalam Injil Matius.

  Firman itu sangat berarti bagi kita. Injil Yohanes melanjutkan,
  "Dalam Dia (Firman) ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia"
  (Yoh. 1:4). Bagi kita sebagai manusia, mengenal firman Tuhan adalah
  kebutuhan paling utama. Kebutuhan akan Firman ini ditegaskan oleh
  Yesus sendiri ketika menolak godaan Iblis, kata-Nya, "Manusia hidup
  bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
  mulut Allah" (Mat. 4:4).

  Firman itu Dipercayakan kepada Kita
  -----------------------------------
  Kita, yang oleh anugerah Allah telah menerima Kristus, dipercayakan
  menerima firman Tuhan itu. Yesus, yang disebut firman Allah, tinggal
  di dalam dan beserta kita. Kenyataan yang ajaib ini berarti kita
  punya tanggung jawab yang besar untuk kembali menyampaikan Firman
  itu kepada orang lain. "Apa yang engkau lihat," kata Tuhan Yesus
  kepada Yohanes, "tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah
  kepada ketujuh jemaat ini..." (Why. 1:11). Yohanes, yang
  dipercayakan menerima wahyu Tuhan, diperintahkan untuk meneruskan
  maksud-Nya lewat sebuah tulisan.

  Dengan ini, kita lihat bahwa Allah sendiri berkenan memakai media
  tulis. Media tersebut memainkan peranan dasar dalam rencana-Nya
  untuk memberkati seluruh bangsa (Kej. 12:3). Dan tidaklah
  mengherankan karena media tulis yang juga disebut media cetak punya
  banyak kelebihan, antara lain sebagai berikut.

  - Media cetak adalah sarana yang murah untuk menjangkau orang banyak
    dan mudah disebarkan.
  - Barang cetakan adalah barang tahan lama, bisa dipakai dan
    dipelajari secara berulang-ulang.
  - Informasi yang kompleks dan luas lebih mudah disampaikan melalui
    media cetak atau barang cetakan--informasi yang demikian itu sulit
    dipahami bila disampaikan secara lisan. Dalam hal ini, media cetak
    punya banyak keunggulan dibandingkan televisi ataupun media
    lainnya.
  - Bahan tertulis dapat dipelajari secara berkelompok sehingga
    menjadi sarana pengajaran yang tepat.
  - Literatur dapat memasuki tempat-tempat terpencil yang tidak
    memiliki guru atau fasilitas pendidikan, bahkan tanpa pengajaran
    Kristen sama sekali.

  Kendati kita tidak menjadi penulis Kitab Suci seperti Yohanes,
  kelebihan literatur di atas dapat kita manfaatkan dengan baik untuk
  melaksanakan perintah Tuhan, membangun gereja, dan membagikan kasih-
  Nya kepada orang yang merindukan roti hidup itu.

  Mari menyimak beberapa nas berikut.

  1. "Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
     taklukkan itu, ..." (Kej 1:28).
  Literatur dapat memberi pengetahuan yang dibutuhkan guna
  mengembangkan umat manusia seperti yang diperintahkan Tuhan dalam
  perintah pertama di Alkitab.

  2. "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlan Injil kepada segala
     makhluk." (Mrk. 16:15).
  Literatur dapat dipakai untuk memberitakan Injil kepada semua orang
  sebagaimana diperintahkan Tuhan Yesus kepada semua orang percaya.

  3. "Dengarlah hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!
     Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
     segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang
     kuperintakan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
     haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu
     dan membicarakannya ..." (Ul. 6:4-7).
  Literatur dapat menjadi alat untuk mengajarkan firman Tuhan kepada
  anak kita di rumah dan kepada orang lain, seperti yang diperintahkan
  Tuhan ketika memberikan Hukum Taurat kepada bangsa Israel.

  4. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
     baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
     ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
     kepadamu ..." (Mat 28:19-20).
  Literatur merupakan sarana yang tepat untuk mengajak orang menjadi
  pengikut Kristus dan memuridkan mereka, seperti yang diperintahkan
  Tuhan Yesus dalam Amanat Agung-Nya.

  5. "Setelah membaca surat itu, jemaat bersukacita karena isinya yang
     menghiburkan" (Kis 15:31).
  Tulisan mampu menghibur dan membangun umat percaya.

  6. "Aku mau memasyhurkan nama-Mu turun-temurun; sebab itu bangsa-
     bangsa akan bersyukur kepadamu untuk seterusnya dan selamanya."
     (Mzm 45:18).
  Literatur juga bisa dipakai sebagai alat untuk memuliakan nama Tuhan
  dengan menyatakan Dia kepada dunia sebagai yang layak dipuji dan
  disembah itu. Memuliakan nama Tuhan adalah inti dari seluruh maksud
  yang disebutkan pada butir 1-5 di atas.

  Kata-kata itu punya kuasa. Tuhan menjadikan langit dan bumi melalui
  kata-kata. Dia juga menyatakan diri-Nya dan kehendak-Nya kepada kita
  dengan kata-kata. Lalu, Ia menciptakan kita segambar dengan Dia dan
  memberi kita kemampuan untuk berkata-kata, artinya berbicara dalam
  suatu bahasa.

  Komunikator sebagai Peneliti dan Penafsir
  -----------------------------------------
  Seorang komunikator memiliki dua peran. Pertama, ia meneliti dunia
  yang ada di sekitarnya serta melaporkan apa yang terjadi di
  dalamnya. Penelitian itu perlu dilakukan bukan hanya dalam
  lingkungan Kristen, tetapi dalam semua bidang pengetahuan, baik
  itu geologi, komputer, olahraga, atau politik. Seorang ilmuwan,
  wartawan, mahasiswa, cendekiawan, atau sastrawan mencari tahu
  sesuatu, lalu menyampaikannya kepada ilmuwan lain, murid, pengamat
  ataupun orang awam melalui buku atau bahan literatur lainnya.

  Kedua, seorang komunikator menafsirkan apa yang diamatinya itu. Hal
  ini juga perlu dilakukan dalam semua bidang, kendati cara
  menafsirkannya berbeda-beda. Kita, sebagai orang Kristen, harus
  berpedoman kepada firman Tuhan sebagai dasar penafsiran, yaitu
  apakah bahasan kita sesuai dengan kata Tuhan? Dengan memakai Alkitab
  sebagai pedoman, bagaimana kita seharusnya menanggapi, menyikapi,
  atau menghadapi suatu persoalan? Sebagai orang Kristen, apa yang
  bisa kita sumbangkan dalam bidang yang dibahas itu? Literatur
  Kristen harus sanggup menilai dan menanggapi seluruh bidang
  pengetahuan dari kacamata Alkitab.

  Literatur punya tujuan yang lebih mulia lagi. Kita tidak hanya
  menanggapi dunia secara pasif, tetapi aktif mengabarkan kasih
  Kristus, keselamatan, dan datangnya kerajaan Allah. Untuk itu,
  pengetahuan yang disampaikan ialah firman Tuhan sendiri. Perkataan
  Tuhan itu harus ditafsirkan dan diajarkan sesuai dengan situasi dan
  kondisi masa kini. Tugas menafsirkan itulah yang menjadi peranan
  literatur Kristen.

  Apa Syarat Menjadi Komunikator Kristen?
  ---------------------------------------
  Kedua kegiatan tersebut, menafsirkan keadaan dan menafsirkan firman
  Tuhan, merupakan timbal balik dari misi utama literatur Kristen.
  Sebagai contoh, lihatlah kenyataan di Tanah Air saat ini: korupsi di
  tengah krisis ekonomi, perkembangan gereja di tengah masyarakat yang
  mayoritas non-Kristen, dan kemajuan yang dinikmati beberapa kota
  besar sementara daerah lain masih banyak yang terbelakang dan
  miskin.

  Pada satu sisi, umat Kristen perlu mengenali apa yang dikatakan
  Alkitab tentang keadaan-keadaan ini. Mereka perlu tahu bagaimana
  menerapkan firman Tuhan dalam situasi seperti itu. Bagaimana
  sikapnya dan apa yang harus diperbuatnya bila lingkungannya menyuruh
  dia korupsi? Bagaimana memuliakan Kristus di tengah masyarakat yang
  membenci Dia? Bagaimana mengembangkan karier kita dengan tetap
  menjaga kemuliaan Tuhan dan tidak mengabaikan orang miskin dan
  tertindas?

  Di sisi lain, firman Tuhan juga berbicara kepada hati manusia.
  Kristus turun ke dunia untuk membawa kabar baik, membebaskan manusia
  dari dosa, dan memberi hidup kekal kepada semua orang yang percaya.
  Lalu, firman Tuhan menyerukan pertobatan kepada semua orang yang
  mendengar kabar baik dan memerintahkan kita untuk menyebarluaskan
  kabar baik itu. Panggilan pertama dan utama dari seorang komunikator
  Kristen dalam bidang literatur adalah memanfaatkan media cetak untuk
  memberitakan Kerajaan Allah.

  Kalau begitu, apa syarat supaya orang bisa masuk ke dunia literatur
  Kristen? Bagi orang yang ingin menjadi komunikator, yaitu penulis,
  editor, atau pengarang, yang terpenting adalah ia punya sesuatu yang
  baik untuk disumbangkan kepada orang lain. Ini menyangkut beberapa
  hal berikut ini.

  - Seorang komunikator harus mengenal dan memahami lingkungan dan
    negaranya sendiri. Ia tahu keadaan tersebut karena mengikuti
    perkembangan situasi dari media dan keterlibatan pribadinya
    sebagai warga masyarakat, gereja, dan bangsa. Berarti dia mengenal
    jiwa dan kebutuhan orang yang ingin dilayani.
  - Ia harus memiliki pandangan alkitabiah, mengenali isi Alkitab,
    bukan hanya mengingat ayat-ayat dan cerita Alkitab di luar kepala,
    tetapi sebagai pernyataan misi Allah. Ia pun sanggup menyatakannya
    kembali kepada pembaca dalam bentuk yang relevan. Kalaupun ada
    jawaban atas suatu pertanyaan yang belum ia ketahui, ia rajin
    mencari tahu hal itu.
  - Ia telah mendalami suatu topik atau bidang tertentu, artinya ia
    tahu lebih daripada pembaca tentang topik itu. Dan memang
    begitulah seharusnya. Tapi banyak calon penulis yang berpikir,
    menulis tidak lebih dari mengatur kata dan menggurui! Richard
    Foster, penulis buku unggulan tentang doa yang berjudul "Prayer:
    Finding the Heart`s True Home", bertahun-tahun merasa belum siap
    menulis buku itu. Alasannya, dia perlu mendalami kegiatan berdoa
    sendiri dulu.
  - Ia mengenal Kristus. Pengenalan ini mutlak apabila kita mau
    memperkenalkan Kristus kepada orang lain.

  Selain adanya sumbangan tersebut, komunikator harus punya beban
  untuk menyampaikannya demi kepentingan sesamanya dan kemuliaan
  Allah. Tetapi bagaimana caranya?

  Untuk menjadi komunikator yang baik, ia harus mampu menyampaikan
  dirinya sedemikian rupa agar apa yang ia maksudkan bisa dipahami
  oleh pembaca yang menjadi sasarannya. Hasratnya itu mendorong dia
  untuk mau belajar dan menguasai teknik berkomunikasi (menulis,
  menyunting, menggambar), peralatan komunikasi (komputer, mesin
  cetak), dan sarana komunikasi (buku, majalah, brosur, dan lain-
  lain).

  Semua keterampilan tersebut dapat dipelajari. Tentu saja ada bakat
  khusus untuk menulis atau, misalnya, mendesain. Namun, semua
  keterampilan dalam bidang literatur itu dapat dikembangkan bila
  calon komunikator mau dan rajin mempelajarinya. Dan banyak juga cara
  untuk terlibat di dalamnya.

  Cerita
  ------
  "Saya dibesarkan di keluarga yang tidak percaya kepada Tuhan, tetapi
  waktu remaja saya diundang ikut sebuah `summer camp` yang membawa
  pengaruh amat besar dalam diri saya. Ada kolportase di sana dan
  karena saya adalah pembaca yang bersemangat, saya hanya mencari buku
  yang paling tebal. Tahu-tahu buku itu adalah biografi seseorang yang
  belum pernah saya dengar namanya, Hudson Taylor (seorang misionaris
  di Tiongkok pada abad ke-19). Saya membacanya beberapa kali sehingga
  mata saya terbuka tentang apa arti memiliki hubungan yang hidup
  dengan Tuhan. Saat itu saya mulai sadar bahwa saya juga dipanggil
  untuk menjadi hamba Tuhan."
  [seorang hamba Tuhan yang telah melayani di Indonesia lebih dari 20
  tahun]

  Menjadi penulis, editor, karyawan, atau penyebar literatur Kristen
  berarti ikut mengambil bagian dalam pelayanan yang mulia. Kita
  menjadi pendengar, pemelihara, peneliti, penafsir, dan pengantar
  perkataan Tuhan yang penuh kuasa dan pengharapan itu. Kata-kata kita
  dipakai untuk memberitakan perkataan Dia. Hal ini merupakan tanggung
  jawab yang besar, namun memberikan kepuasan yang tak terbandingkan.

  Pelayan yang bergerak dalam bidang tersebut tidak selalu melihat
  hasilnya secara langsung. Kita tidak ragu bahwa buku memberi dampak
  yang besar, tetapi kita tidak selalu berada di tempat terjadinya
  perubahan pada pembaca tersebut.

  Kuasa dari hal yang paling kecil (kata-kata kita) apabila diikatkan
  dengan kuasa yang paling besar (kata-kata Tuhan), akan mencari dan
  menyelamatkan kita karena kasih-Nya, dan Perkataan itulah yang kita
  mashyurkan dalam pelayanan literatur Kristen.

  Bahan disunting dari:
  Bahan Makalah Seminar : Pembinaan Bidang Media bagi Jemaat
                          "Literatur dan Gereja di Era Globalisasi"
  Penulis               : Stephen McElroy


                              ARTIKEL 2
                              ---------

                          Alkitab dan Penulis
                          -------------------

  Mencari nafkah hanya dari tulisan kristiani tidaklah memungkinkan 
  untuk saat ini. Tetapi untuk menjadi penulis profesional bukanlah 
  suatu hal yang mustahil. Dalam pertemuan-pertemuan penulis Kristen, 
  yang tidak boleh dilupakan ialah bagaimana menyampaikan firman Allah 
  dalam bahasa yang dipahami oleh manusia pada zaman ini. Bagaimana 
  caranya menggunakan alat tulis untuk menghasilkan tulisan yang baik, 
  yang memberikan pedoman hidup bagi umat manusia tanpa memberi kesan 
  menggurui atau mengkhotbahi.

  Teknik-teknik penulisan umum dan Kristen tidak jauh berbeda. Tetapi
  penulisan Kristen berangkat dari suatu konsep yang sudah pasti.
  Sedangkan menulis untuk majalah umum tidak selamanya demikian.
  Banyak tulisan yang dibuat penulis hanya sekadar menyenangkan hati
  atau memuaskan intelek, emosi, atau kepentingan lainnya.

  Penulis Kristen sangat mengutamakan kebenaran; kebenaran yang
  terdapat di dalam kehidupan dan kebenaran di dalam wujud Firman yang
  telah menjadi manusia. Kebenaran yang sejati itulah yang menjadi
  pokok pemikiran penulis Kristen.

  1. Menulis dengan menggunakan kisah dari Alkitab

  Para penulis dunia yang terkenal menimba inspirasinya dari kisah-
  kisah dalam Kitab Suci. Para penyair sangat berutang budi kepada
  Alkitab atas tema-tema besar yang mengilhami mereka. Ada beribu-
  ribu cerita yang ditulis orang setelah membaca kisah tentang anak
  yang hilang. Beribu-ribu artikel juga ditulis tentang kisah itu.
  Kisah kehidupan Daud, Elia, Yusuf, dan Yesus Kristus sendiri telah
  melahirkan jutaan artikel yang ditulis orang sepanjang masa. Para
  penulis menafsirkan kembali kisah-kisah mereka dan menuliskan
  tanggapannya dalam bahasa yang sesuai dengan zamannya.

  Melalui cerita-cerita itulah bermunculan para penulis yang tangguh
  di sepanjang kehidupan manusia.

  2. Kata kunci yang menjadi pegangan para penulis

  Banyak judul buku dan artikel yang dibuat berdasarkan frasa dari
  Alkitab. Kata-kata kunci yang menjadi latar belakang pemikiran
  kemudian dikembangkan sesuai dengan perkembangan pengetahuan modern.
  Para penulis karangan Kristen menggunakan konkordansi untuk
  memperkaya kata kunci yang dipilihnya saat ia menulis berdasarkan
  topik tertentu. Dan tulisan yang menurut topik itu semakin berwarna
  dan segar di tangan penulis yang kreatif. Ia merangkai suatu masalah
  yang terdapat di dalam Alkitab dengan menggunakan disiplin, daya
  khayal, dan pengetahuan yang memadai untuk itu.

  Kisah robohnya tembok Yerikho dapat merangsang seorang penulis untuk
  membahas sebagian kecil saja dari peristiwa itu, tetapi mendalam dan
  menarik. Misalnya, berapa tebalkah tembok Yerikho itu? Kalau ia
  mengadakan penelitian atas topik ini, hasilnya pasti menarik bagi
  seorang editor dan bagi para pembaca pada umumnya. Begitu pula
  tulisan mengenai Roh Kudus, masih belum banyak dilakukan orang,
  padahal pokok mengenai masalah itu banyak dibahas di dalam Kitab
  Suci.

  Tentu saja penggalian dalam bidang ini memakan waktu yang cukup
  lama. Penulis yang telah memiliki disiplin akan tekun menelusuri
  buku sumber dari berbagai perpustakaan, membaca pelbagai ensiklopedi
  Alkitab, hasil penelitian para arkeolog, dan sebagainya.

  3. Menulis untuk mempertahankan Kitab Suci

  Kehadiran Kitab Suci di tengah-tengah umat manusia telah menunjukkan
  kebertahanannya sendiri. Banyak penulis yang menjadikan Kitab Suci
  sebagai pokok masalah penulisan. Mereka menulis dan membantah
  keterangan yang terdapat di dalamnya dengan bukti-bukti yang
  berdasarkan "ilmu dan pengetahuan" manusia modern. Tetapi sampai
  kini Alkitab tetap merupakan sebuah kitab yang paling banyak dicetak
  dan diterjemahkan di seluruh permukaan dunia ini dan sepanjang
  sejarah kehidupan manusia.

  Alkitab telah membuktikan kehadirannya sendiri. Alkitab telah
  berjuang untuk dirinya dan ternyata tetap hidup di dalam hati
  manusia. Kitab yang hidup di dalam hati manusia adalah kitab yang
  tidak akan pernah dihapuskan. Apalagi di dalamnya terkandung
  kebenaran sejati yang mendatangkan kehidupan yang kekal.

  Sayangnya, banyak juga penulis yang mengutip ayat-ayat Alkitab dan
  mengacaukan isinya untuk sekadar menunjukkan betapa kitab itu tidak
  lagi relevan dengan pengetahuan masa kini. Di samping mengacaukan,
  mereka juga menulis untuk mengatakan bahwa kitab itu sudah kuno.
  Ayat-ayat Kitab Suci ditafsirkan di luar konteksnya!

  Tetapi Alkitab tetap berdiri tegar di tengah-tengah manusia. Allah
  sendiri mengatakan bahwa tidak ada kata-kata yang diucapkan-Nya
  kembali dengan sia-sia atau hampa (Yesaya 55:11).

  4. Tulisan berdasarkan kesaksian yang bermakna

  Artikel bukanlah sebuah khotbah. Dan khotbah bukanlah sebuah
  artikel. Tetapi kedua-duanya sesungguhnya menghadirkan misi yang
  tidak berbeda, hanya penampilan saja yang agak berbeda. Oleh karena
  itu, seorang penulis yang memiliki kesaksian dari ayat Alkitab, yang
  sangat bermakna baginya, dapat dituangkan dalam bentuk artikel untuk
  menjadi kesaksian bagi orang lain. Pengalaman pertobatan yang
  bermakna itu bila diramu dengan wadah yang tepat, akan menarik bagi
  penerbit.

  Banyak sekali ayat Alkitab yang hidup di dalam diri para penulis
  terkenal, atau di dalam diri tokoh masyarakat yang masyhur sepanjang
  zaman. Ikhwal mereka itu tentunya menarik untuk dibahas dalam
  artikel yang Kristen.

  Bahan disunting dari:
  Judul buku    : Penulis Kristen Kristiani
  Judul artikel : Alkitab dan Penulis
  Penerbit      : Yayasan Kalam Hidup
  Penulis       : Dr. Wilson Nadeak
  Halaman       : 68--71


                               ASAH PENA
                               ---------

                          Y.B. Mangunwijaya
                          -----------------
                             (1929-1999)

  Alm. Yusuf Bilyarta Mangunwijaya adalah satu dari sedikit tokoh
  Indonesia yang dikenal konsisten secara aktif membela masyarakat
  kecil. Selain aktivis (terutama dikenal dalam pembelaannya terhadap
  nasib warga Kedung Ombo dan karya arsitekturnya untuk pemukiman
  masyarakat Kali Code), ia adalah seorang rohaniwan, sekaligus
  sastrawan, tokoh pendidikan, dan arsitek (antara lain merancang
  kompleks ziarah Sendangsono, gedung keuskupan Semarang, gedung
  Bentara Budaya Jakarta, rumah Arief Budiman, dll).

  Romo Mangun, begitu ia dikenal, lahir pada tanggal 6 Mei 1929 di
  Ambarawa, Jawa Tengah. Ayahnya, Yulianus Sumadi Mangunwijaya,
  seorang guru Sekolah Rakyat, sedang ibunya bernama Serafin
  Kamdanijah. Sulung dengan sebelas adik ini mulai mengenal sastra
  saat tamat SD di Magelang tahun 1943, saat militer fasis Jepang
  sedang mencengkeram Indonesia. Karya sastra yang ia baca waktu itu
  dan masih membekas sampai ia dewasa adalah "Max Havelaar" karya
  Multatuli. Struktur cerita novel itu juga diakui ia pakai dalam
  menulis "Burung-Burung Manyar."

  Selain dorongan dari kedua orang tuanya, kemampuan Mangunwijaya
  dalam menulis juga disebut berasal dari sistem pendidikan yang
  mendukung. Guru-guru SD-nya waktu itu adalah para biarawan Belanda
  yang mendidik muridnya agar dapat berpikir luas. Ilmu bumi bukan
  hanya menghafal nama kota, laut, dll., namun diajarkan dengan
  merangsang imajinasi siswa ke tempat-tempat jauh, dengan paparan
  tentang budaya dan sejarah bangsa lain sehingga menarik minat siswa
  untuk menekuninya. Dituturkannya waktu itu, tiap minggu anak-anak SD
  diminta membuat karangan dengan judul-judul yang konkret seperti
  "Melihat-lihat di Pasar", "Membeli Barang di Toko", dsb. Dengan cara
  itu, anak-anak dilatih untuk mengobservasi, menganalisis, mencatat
  segi serius maupun humor dari satu peristiwa, serta untuk
  mengungkapkan perasaan lewat tulisan yang sistematis dan menarik.
  Guru juga sangat memerhatikan daya kreasi anak. Jika anak menjawab
  hanya sekadar meniru tanpa memahami artinya, itulah dosa besar
  pendidikan.

  Romo Mangun memang sangat menaruh perhatian pada pendidikan anak.
  Tulisannya tentang pendidikan (anak) antara lain termuat dalam buku
  "Menumbuhkan Sikap Religiusitas Anak-Anak", "Tumbal" (kumpulan
  esai), artikel di majalah Basis "Mencari Visi Dasar Pendidikan",
  kumpulan esai "Impian dari Yogyakarta", dan masih banyak lainnya.
  Perhatiannya ini juga yang mendorong ia mendirikan berbagai yayasan
  antara lain Yayasan Dinamika Edukasi Dasar dan Yayasan Dana Sayang
  Anak Derita (Dayang Arita).

  Waktu muda, Mangunwijaya bergabung dalam perjuangan Tentara Pelajar
  dan sempat menjabat sebagai komandan. Pernah dia menceritakan
  pengalaman itu dengan kocak, bahwa sebagai tentara ia hanya lari
  sana lari sini. Dia mampu menertawakan pengalaman yang oleh banyak
  orang lain selalu dibangga-banggakan itu. Usia 22 tahun, ia
  memutuskan masuk ke Seminari di Yogyakarta kemudian dilanjutkan di
  Seminari Magelang dan Institut Filsafat Sancti Pauli Yogyakarta yang
  mengantarnya ditahbiskan sebagai imam tahun 1959. Ia juga belajar
  arsitektur di ITB hingga tahun 1960 dan dilanjutkan ke Sekolah
  Teknik Tinggi Rhein, Aachen, Jerman.

  Sepulang dari Jerman, ia menjadi pastur di Salam dan dosen
  Arsitektur UGM serta mulai banyak menulis di surat kabar dan
  majalah. Ketika itu jugalah ia mulai melirik dunia sastra. Tahun
  1975, cerpennya berjudul "Kapten Tahir" yang berkisah tentang tapol
  di Pulau Buru memenangi Hadiah Kincir Emas dari Radio Nederland.
  Seperti kesehariannya, karya-karya Romo Mangun juga selalu memotret
  dan memperjuangkan nasib mereka yang miskin, dianiaya dan
  terpinggirkan. Sebagaimana terungkap dalam esai "Sastrawan Hati
  Nurani", menurutnya, ada lima jenis sastrawan. Pertama, sastrawan
  yang bersastra untuk mencari nafkah, kedua sastrawan istana yang
  karyanya hanya menyanjung penguasa, ketiga sastrawan yang berkubang
  pada pelampiasan nafsu rendah manusia, empat adalah sastrawan iseng,
  dan kelima sastrawan hati nurani yang secara sadar memperjuangkan
  keadilan dan kebenaran, mengangkat harkat martabat manusia serta
  menopang perdamaian, persaudaraan, perikemanusiaan, dan peradaban.
  Dari semua itu, ia memilih yang kelima.

  Dalam pengantar buku kumpulan cerpen "Rumah Bambu" (diterbitkan
  setelah beliau wafat), penyunting buku itu mengungkapkan bahwa karya
  Romo Mangun mungkin sering "hanya" berkisar peristiwa sehari-hari
  yang remeh, kecil, sepele, tapi sarat makna. Sama halnya jika saat
  makan malam, waktu hujan, Romo Mangun sering terlihat gelisah,
  berjalan mengelilingi meja makan sampai bisa lebih dari lima belas
  kali karena membayangkan nasib anak-anak gelandangan yang saat itu
  tidur di emper toko. Pikiran seperti itu juga bisa dilihat lewat
  karya-karyanya.

  Karya-karya Romo Mangun juga merefleksikan keimanannya. Setidaknya
  itu bisa kita lihat di novel "Balada Dara-Dara Mendut" serta "Pohon-
  Pohon Sesawi". Judul pertama bisa disebut sebagai novel sejarah
  karena berlatar sejarah gereja Katolik pada masa kolonial sampai
  awal kemerdekaan. Sedang judul kedua (diterbitkan setelah beliau
  meninggal) semula berupa naskah novel (mungkin belum selesai) yang
  ditemukan di ruang kerjanya dalam bentuk berkas ketikan manual dan
  coretan tangan. Karyanya yang ini serupa novel otobiografis karena
  mengisahkan perjalanan refleksi keimanan seorang romo.

  Sama seperti Pramoedya, karya Mangunwijaya juga sering berupa novel
  sejarah yang memakai karakter perempuan untuk menyerukan gugatannya
  terhadap ketidakadilan. Novel sejarah sendiri memang memungkinkan
  penulis menyetujui maupun menolak sejarah yang mapan, bahkan
  tokohnya juga tidak harus tokoh sejarah karena tokoh sejarah sendiri
  bisa hanya sebagai pelengkap untuk mendukung tokoh utama. Dalam
  novel-novelnya seperti "Burung-Burung Manyar", "Ikan-Ikan Hiu, Ido,
  Homa", trilogi "Roro Mendut", "Genduk Duku", dan "Lusi Lindri",
  tokoh perempuan banyak menjadi figur utama. Perempuan-perempuan itu
  mewakili perempuan tertindas yang berkepribadian pekerja dan pejuang
  ulung, jauh dari sikap kolokan, jelita, dan manja. Karena
  keberaniannya itulah, pemerintah Orde Baru sempat mencurigai dan
  memasukkannya ke dalam daftar hitam.

  Perjuangan Romo Mangun untuk mendidik bangsa ini terus ia lakukan
  sampai akhir hayatnya. Dalam pelukan Mohammad Sobary, ia meninggal
  dunia akibat serangan jantung sesaat setelah menyampaikan makalah
  tentang perbukuan di Jakarta pada tanggal 10 Februari 1999. Melihat
  ulang kisah hidupnya, jangkauan perhatian Romo Mangun memang pantas
  membuat terkesima. Dia tidak seperti Oracle Delphi yang menjadi kuil
  kebijaksanaan saja, tetapi dia menempatkan diri sebagai seorang
  pengembara yang ikut serta dalam semua perjalanan.

  Dirangkum oleh Ary dari:

  - Pinurbo, Joko dan Kushardini, Th., pengantar buku kumpulan Cerpen
    "Rumah Bambu" YB Mangunwijaya, 2000, KPG, Jakarta.
  - Rahmanto, B. 2001. "YB Mangunwijaya, Karya dan Dunianya". Jakarta:
    Grasindo.
  - Yunus, Firdaus M. 2004. "Pendidikan Berbasis Realitas Sosial -
    Paolo Freire&YB Mangunwijaya". Yogyakarta: Logung Pustaka.
  - "Mengenang Romo Mangun", dalam
    http://www.socineer.com/indo-kenangmangun.html

                              STOP PRESS
                              ----------

                          Situs SABDA Space
                          ------------------

  "Siapa saja bisa menjadi penulis. Kuncinya adalah terus menulis."
  Itulah dua penggal kalimat yang dikemukakan oleh Nelson Ellison.
  Bila Anda termasuk orang yang ingin bisa menulis, namun sering
  meragukan kemampuan Anda, tidak ada jalan lain selain terus menulis.
  SABDA Space memberikan ruang bagi Anda yang gemar menulis blog.
  Beragam kategori telah tersedia bagi Anda, seperti Ayah Bunda,
  Bahasa/Sastra, Kaum Muda, Kesaksian, Pengajaran/Guru, Penginjilan,
  dan Puisi. Bahkan Anda dapat membubuhkan sendiri kategori yang
  sesuai bagi jenis tulisan Anda. Inilah saatnya bagi Anda untuk
  memulai langkah menjadi penulis. Segera mendaftar di SABDA Space
  untuk mendapatkan akun dan mulai menulis artikel ataupun
  mengomentari artikel-artikel lainnya.

______________________________________________________________________

Staf Redaksi   : Ary, Puji, dan Raka
Berlangganan   : Kirim email ke
                 subscribe-i-kan-penulis(at)xc.org
Berhenti       : Kirim email ke
                 unsubscribe-i-kan-penulis(at)xc.org
Kirim bahan    : Kirim email ke
                 staf-penulis(at)sabda.org
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs CWC      : http://www.ylsa.org/cwc/
Situs Pelitaku : http://pelitaku.sabda.org/
______________________________________________________________________
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
                     Copyright(c) e-Penulis 2006
                  YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org