Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/182

e-Penulis edisi 182 (6-10-2016)

Sastra Apokaliptik (II)

__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
                      Edisi 182/Oktober/2016
                       Sastra Apokaliptik (II)

e-Penulis -- Sastra Apokaliptik (II)
Edisi 182/Oktober/2016

DAFTAR ISI

DARI REDAKSI: MARI MENAFSIR SASTRA APOKALIPTIK DALAM FIRMAN TUHAN
TIP: PRINSIP PENAFSIRAN SASTRA APOKALIPTIK
TOKOH PENULIS: GILBERT KEITH CHESTERTON
RESENSI BUKU: BERBICARA TENTANG PEPERANGAN ROHANI
STOP PRESS: BERGABUNGLAH DALAM KOMUNITAS e-HUMOR!


  DARI REDAKSI: MARI MENAFSIR SASTRA APOKALIPTIK DALAM FIRMAN TUHAN

Menafsir kitab apokaliptik bukan sebuah perkara yang mudah. Dituntut 
pemahaman teologis yang dalam dan cermat dalam prosesnya, yang tentu 
saja tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Namun, sebagai orang 
percaya, kita tentu rindu untuk menyingkap makna dan arti dari sastra-
sastra apokaliptik dalam Alkitab untuk semakin memperdalam pengenalan 
kita akan Allah, akan maksud-Nya, dan tentang rencana-Nya. Jika bulan 
lalu kami sudah menyajikan artikel yang memperdalam pengetahuan kita 
mengenai sastra apokaliptik, kali ini kami akan menyajikan tip yang 
berisi beberapa prinsip untuk menafsirkan sastra apokaliptik. Kiranya 
melalui artikel di bawah ini, kita akan semakin mahir dan fasih dalam 
membaca, bahkan memberi penafsiran untuk kitab-kitab apokaliptik yang 
terdapat dalam firman Tuhan. Baca juga artikel tentang penulis Inggris 
G.K. Chesterton di kolom tokoh Penulis, serta resensi buku tentang 
"Berbicara tentang Peperangan Rohani" yang akan memperdalam wawasan 
kita mengenai betapa pentingnya memenangkan peperangan rohani bagi 
kehidupan kekristenan kita. Nah, mari simak edisi e-Penulis 182, 
kiranya sajian ini menjadi berkat bagi kita.

Staf Redaksi e-Penulis,
N. Risanti
< http://pelitaku.sabda.org >


             TIP: PRINSIP PENAFSIRAN SASTRA APOKALIPTIK

Sama seperti menafsir kitab lain, menafsir kitab Wahyu juga menuntut 
langkah-langkah penafsiran umum. Langkah-langkah ini pada dasarnya 
dapat diringkas sebagai berikut:

1. Analisa teks
2. Analisa isi Alkitab (introduksi)
3. Analisa sejarah dan latar belakang
4. Analisa sastra
5. Analisa konteks
6. Analisa arti kata
7. Analisa tata bahasa
8. Analisa integrasi

Selain apa yang di atas, masih terdapat beberapa prinsip yang perlu 
diperhatikan:

1. Walaupun terdapat perbedaan antara nubuat dan apokaliptik, tetapi 
   dalam banyak aspek mereka pun sangat dekat. Ditambah lagi, 
   literatur apokaliptik sangat mungkin lahir dari nubuat Perjanjian 
   Lama. Jadi, dapat dipertanggungjawabkan jika kita menerapkan 
   prinsip dan metode penafsiran nubuat atas apokaliptik.

2. Apokaliptik sangat menonjol dalam hal eskatologi. Penafsir modern 
   perlu sadar akan dorongan ingin tahu dari sementara orang, dan 
   jangan terlalu spekulatif dalam menafsir apokaliptik. Ingat selalu 
   ajaran Tuhan Yesus di dalam Matius 24:36; Kisah Para Rasul 1:7.

3. Penafsiran modern perlu memperhatikan ciri khas literatur 
   apokaliptik umum dan juga apokaliptik yang terdapat di dalam 
   Alkitab. Perhatikan selalu topik, nubuat, latar belakang sejarah, 
   dan bahasa simbolisnya.

4. Simbol atau bahasa simbolis dalam apokaliptik adalah sesuatu yang 
   dapat dimengerti oleh orang zaman itu. Jadi, untuk menafsir semua 
   ini, penafsir perlu memperhatikan penjelasan dari penulis, konteks, 
   bahkan literatur apokaliptik umum zaman itu.

5. Perhatikan selalu dampak dari bahasa simbolis yang jelas sangat 
   emosional.

6. Penafsir modern juga perlu memperhatikan bagian yang paralel dan 
   juga nubuat di dalam Perjanjian Lama. Penafsir modern juga perlu 
   selalu menanyakan apakah nubuat apokaliptik telah atau belum 
   digenapi.

7. Alkitab selalu mengajarkan kebenaran untuk segala zaman. Ini 
   berlaku juga bagi simbol yang dipakai dalam apokaliptik. Penafsir 
   modern perlu memperhatikan aspek ini.

Tulisan pendek ini tidak bermaksud menyajikan suatu rumusan sederhana 
untuk penafsiran kitab Wahyu. Akan tetapi, adalah harapan penulis, 
melalui artikel singkat ini lebih banyak pembaca terdorong menyelidiki 
firman Allah lebih tekun dan intensif. Kiranya dalam proses dan 
pengalaman penyelidikan itulah, pembaca sendiri memperoleh banyak 
berkat dan juga cara penafsiran yang lebih akurat.

Diambil dari:
Nama situs: Alkitab SABDA
Alamat URL: http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=209&res=jpz
Judul asli artikel: Prinsip Penafsiran: Beberapa Pegangan
Penulis artikel: Hasan Sutanto
Tanggal akses: 10 Agustus 2016


               TOKOH PENULIS: GILBERT KEITH CHESTERTON

G.K. Chesterton, nama lengkapnya, Gilbert Keith Chesterton (lahir 29 
Mei 1874, di London, Inggris -- meninggal 14 Juni 1936, Beaconsfield, 
Buckinghamshire), kritikus Inggris dan penulis bagian syair, esai, 
novel, dan cerita pendek, juga dikenal karena kepribadiannya yang 
riang dan tubuhnya yang gemuk.

Chesterton dididik di Sekolah St. Paul dan kemudian belajar seni di 
Sekolah Slade dan sastra di University College, London. Tulisan-
tulisannya pada tahun 1910 terdiri dari tiga jenis. Pertama, kritik 
sosialnya, sebagian besar dalam jurnalismenya yang tebal, yang 
dikumpulkan di "The Defendant" (1901), "Twelve Types" (1902), dan 
"Heretics" (1905). Di dalamnya, ia menyatakan pandangan yang sangat 
berpihak kepada Boer di Perang Afrika Selatan. Secara politik, ia 
memulai sebagai seorang Liberal, tetapi setelah periode radikal 
singkat terjadi, dengan teman Kristennya dan ahli abad pertengahan, 
Hilaire Belloc, seorang Distributist, mendukung pembagian wilayah. 
Fase pemikirannya ini dicontohkan dalam "What`s Wrong with The World" 
(1910).

Kesenangannya yang kedua adalah kritik sastra. Robert Browning (1903) 
diikuti oleh Charles Dickens (1906) dan "Appreciations and Criticisms 
of the Works of Charles Dickens" (1911), pendahuluan di novel-novel 
individu, yang termasuk kontribusi terbaiknya terhadap kritikan. 
Karyanya, "George Bernard Shaw" (1909) dan "The Victorian Age in 
Literature" (1913) bersama-sama dengan William Blake (1910), dan 
kemudian monograf William Cobbett (1925) dan Robert Louis Stevenson 
(1927) memiliki spontanitas yang menempatkan mereka di atas karya-
karya dari banyak kritikus akademik.

Perhatian utama Chesterton yang ketiga adalah teologi dan argumen 
agama. Ia berpindah keyakinan dari Anglikan ke Katolik Roma pada tahun 
1922. Meskipun ia telah menulis tentang kekristenan pada awalnya, 
seperti dalam bukunya "Orthodoxy" (1909), perpindahan keyakinannya 
menambahkan sudut pada penulisannya yang kontroversial, terutama 
"Catholic Church and Conversion" (1926), tulisan-tulisannya di GK 
Weekly, dan "The Avowals and Denials" (1934). Karya-karya lain yang 
dihasilkan dari perpindahan keyakinannya adalah "St. Francis of 
Assisi" (1923), "the essay in historical theology The Everlasting Man" 
(1925), "The Thing" (1929; juga diterbitkan sebagai "The Thing: Why I 
Am a Catholic", dan "St. Thomas Aquinas" (1933).

Dalam syairnya, Chesterton adalah seorang ahli dari bentuk balada, 
seperti yang ditunjukkan dalam pengadukan "Lepanto" yang menggemparkan 
(1911). Ketika hal itu tidak menjadi komik yang heboh, syairnya 
bersifat terus terang berpihak dan didaktik. Esainya mengembangkan 
kecerdikan, ketidaksopanan paradoksnya ke titik utama keseriusannya 
yang nyata. Ia terlihat dalam kebahagiaannya yang paling besar dalam 
esai seperti "On Running After One`s Hat" (1908) dan "A Defense of 
Nonsense" (1901), di mana ia mengatakan bahwa omong kosong dan iman 
adalah "dua pernyataan simbolik tertinggi dari kebenaran" dan "untuk 
menarik keluar hal-hal yang berkenaan dengan jiwa dengan silogisme 
adalah sama mustahilnya seperti menarik keluar Lewiatan (binatang 
raksasa yang hidup di air, yang disebutkan dalam Perjanjian Lama -
Red.) dengan kail".

Banyak pembaca yang sangat menghargai fiksi Chesterton. "The Napoleon 
of Notting Hill" (1904), sebuah roman perang saudara di pinggiran 
London, yang diikuti oleh koleksi cerita pendek yang terbatas, "The 
Club of Queer Trades" (1905), dan novel alegoris populer "The Man Who 
Was Thursday" (1908). Namun, asosiasi yang paling sukses dari fiksi 
dengan penilaian sosial adalah seri Chesterton pada detektif imam 
Father Brown: "The Innocence of Father Brown" (1911), diikuti oleh 
"The Wisdom" (1914), "The Incredulity ..." (1926), "The Secret ..." 
(1927), dan "The Scandal of Father Brown" (1935).

Persahabatan Chesterton adalah dengan orang-orang yang sangat berbeda 
seperti H.G. Wells, Shaw, Belloc, dan Max Beerbohm. Autobiografinya 
diterbitkan pada tahun 1936. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Britannica
Alamat URL: http://www.britannica.com/biography/G-K-Chesterton
Judul asli artikel: G.K. Chesterton
Penulis artikel: The Editors of Encyclop?dia Britannica
Tanggal akses: 10 Juni 2016


            RESENSI: BERBICARA TENTANG PEPERANGAN ROHANI

Judul buku: Berbicara Tentang Peperangan Rohani
Judul asli: Speaks Out on Spiritual Warfare
Penulis/Penyusun: Tony Evans
Penerjemah: Esther S. Mandjani
Editor: Dr. Lyndon Saputra
Penerbit: Gospel Press
Ukuran buku: 18 x 11 cm
Tebal: 78 halaman
ISBN: --
Buku Online: --
Download: --

Terlalu banyak masyarakat sipil Kristen dan tidak cukup banyak 
prajurit Kristen. Itulah yang menjadi perhatian utama Tony Evans dalam 
bukunya yang berjudul "Berbicara tentang Peperangan Rohani". Dewasa 
ini, masyarakat Kristen kurang paham atau bahkan tidak peduli bahwa 
sejak mereka menerima Yesus Kristus sebagai Juru selamat, secara 
otomatis mereka terlibat dalam sebuah peperangan. Perang ini bersifat 
spiritual namun berdampak dalam kehidupan sehari-hari orang percaya. 
Depresi, rusaknya hubungan keluarga, runtuhnya perkawinan, kekacauan 
finansial adalah beberapa contoh dampak dari perang yang tak kasat 
mata ini yang sering disebut sebagai peperangan rohani.

Melalui buku ini, Tony Evans mengajak kita menyadari betapa riilnya 
peperangan itu. Namun, tidak hanya itu saja, Ia juga membahas 
bagaimana sebaiknya kita bersikap menghadapi peperangan rohani, apa-
apa yang perlu dipersiapkan dan bagaimana kita bisa melibatkan Tuhan 
dalam memenangkannya.

Tony Evans terbilang penulis berpengalaman. Ia telah menulis lebih 
dari 100 buku yang membahas isu-isu iman kristen dalam pelayanannya 
sebagai gembala umat selama hampir 4 dekade. Buku ini merupakan satu 
dari banyak buku karyanya dan termasuk dalam 5 serial buku dengan tema 
"Berbicara Tentang" yang pernah diterbitkan oleh Gospel Press. Isi 
buku disampaikan oleh penulis dengan gaya bahasa yang lugas tanpa 
jargon-jargon kebahasaan dan teologia yang rumit. Penggunaan ilustrasi 
pun terbatas pada kisah tokoh-tokoh Alkitab sehingga pembaca tidak 
terjebak pada "pengalaman pribadi" yang bisa jadi bersifat subjektif. 
Selain itu, buku ini juga memuat banyak ayat Alkitab pendukung 
sehingga kita dapat berasumsi bahwa interpretasi yang penulis buat 
cukup bertanggung jawab.

Bagi Anda yang kurang suka dengan buku terjemahan karena hasil 
terjemahannya terkadang kurang pas, buku ini bisa menjadi bacaan yang 
menarik mengingat hasil alih bahasanya mendekati gramatika (susunan 
kalimat) bahasa Indonesia. Namun, buku ini juga memiliki poin minus di 
mana susunan konten buku tidak dipisahkan ke dalam beberapa subbab 
pembahasan. Ditambah lagi, pihak penerbit juga tidak membuat halaman 
daftar isi yang mengakibatkan buku ini terlihat kurang sistematis 
dalam penyusunan dan pembahasannya. Akan tetapi, terlepas dari 
kekurangan yang ada, buku ini masih bisa menjadi referensi yang baik 
bagi Anda untuk memahami tentang peperangan rohani secara ringkas. 
Buku ini sangat tepat untuk Anda yang ingin menggali lebih dalam 
mengenai tema ini, tetapi tidak punya banyak waktu untuk membaca bahan 
biblika di luar Alkitab. Ukuran buku yang kecil memudahkan Anda 
membawanya ke mana pun. Kiranya buku ini bisa menjadi berkat sekaligus 
mengingatkan kita betapa pentingnya memenangkan peperangan rohani bagi 
kehidupan kekristenan kita. Selamat membaca.

Peresensi: Aji


          STOP PRESS: BERGABUNGLAH DALAM KOMUNITAS e-HUMOR!

Dapatkan bahan-bahan humor yang bersih, sehat, bermutu, mendidik, dan 
dilengkapi dengan ayat firman Tuhan yang sesuai langsung dari media 
sosial kesayangan Anda. Segera kunjungi kami di tautan-tautan berikut:

Facebook e-Humor: https://facebook.com/sabdahumor
Twitter @sabdahumor: https://twitter.com/sabdahumor


Kontak: penulis(at)sabda.org
Redaksi: Santi T., N. Risanti, dan Odysius
Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip:http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA <http://ylsa.org>

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org