Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/18

e-Penulis edisi 18 (20-4-2006)

Menulis Esai

<>--------------------------------oo--------------------------------<>
                            < e-Penulis >
                       (Menulis untuk Melayani)
                         Edisi 018/April/2006
<>------------------------------------------------------------------<>
                             MENULIS ESAI
<>------------------------------------------------------------------<>
  = DAFTAR ISI =
    * Dari Redaksi : Selamat Paskah
    * Artikel      : Apakah Esai Itu?
    * Tips         : Menulis Esai Singkat
    * Esai         : Memaknai Paskah dan Sengsara Yesus di Dunia
                     yang Penuh Kekerasan
    * Stop Press   : Baru! Situs PELITAKU

<>------------------------------------------------------------------<>
= DARI REDAKSI =

  Salam kasih,

  Tentunya banyak orang yang sudah akrab dengan kata "esai". Di
  berbagai surat kabar, kita dapat melihat kolom-kolom yang khusus
  disediakan untuk tulisan esai yang mengupas berbagai hal. Bagi Anda
  yang masih ada dibangku sekolah atau kuliah, menulis esai adalah
  tugas yang sering diberikan oleh guru atau dosen.

  Namun demikian, tidak jarang ada orang yang salah mengerti tentang
  pengertian esai. Lalu, apakah sebenarnya esai itu? Apakah perbedaan
  esai dengan artikel, renungan, atau kesaksian? Nah, silakan baca
  artikel menarik yang kami sajikan dalam edisi kali ini. Setelah itu,
  tentukan sendiri kenapa seorang yang sering menulis esai bisa
  mendapat sebutan esais, sedangkan penulis artikel, renungan, atau
  kesaksian tidak mendapat sebutan seperti itu. Simak juga tips
  menulis esai singkat yang tentunya dapat membantu Anda yang sedang
  mengalami kesulitan dalam menulis sebuah esai.

  Masih dalam bulan Paskah, redaksi e-Penulis kali ini juga sengaja
  menampilkan sebuah esai yang berkaitan dengan peringatan kematian
  dan kebangkitan Yesus. Semoga tulisan yang ditampilkan juga dapat
  memberkati kita semua.

  Selamat Paskah 2006! Kiranya kebangkitan Yesus selalu membawa
  semangat dalam hidup kita.

  Redaksi e-Penulis,
  (Ary)

<>------------------------------------------------------------------<>
= ARTIKEL =

                           APAKAH ESAI ITU?
                           ================

  Esai bukanlah sekadar rekaman fakta-fakta atau hasil imajinasi
  murni. Tulisan yang Anda buat dalam pelajaran sejarah yang dipenuhi
  dengan fakta-fakta yang dikumpulkan dari berbagai referensi mungkin
  nampak seperti sebuah esai. Namun, seberapa pun cermatnya Anda dalam
  menulis ulang semua fakta tersebut, meskipun dengan bahasa Anda
  sendiri, tulisan itu bukanlah esai. Esai juga bukan kejadian atau
  pengalaman yang Anda tuliskan dalam pelajaran bahasa, tak peduli
  betapa nyata, cerdas, menyentuh, berurutan, jelas, rinci, dan
  lengkapnya tulisan Anda itu.

  Mungkin Anda telah membuat ratusan tulisan dalam bentuk seperti di
  atas dan mengumpulkan semua berdasarkan `temanya`. Anda mungkin akan
  menyebutnya sebagai sebuah esai, tapi itu juga bukan esai. Jadi,
  apakah esai itu? Esai adalah ekspresi tertulis dari opini
  penulisnya.

  Sebuah esai akan makin baik jika penulisnya dapat menggabungkan
  fakta dengan imajinasi, pengetahuan dengan perasaan, tanpa
  mengedepankan salah satunya. Tujuannya selalu sama, yaitu
  mengekspresikan opini. Esai memang bisa berbeda menurut kualitas,
  jenis, panjang, gaya, dan subjek. Esai juga bisa berbentuk
  sederhana sampai yang sangat kompleks, namun semuanya akan
  menunjukkan sebuah opini pribadi sebagai analisa akhir. Inilah
  perbedaan mendasar antara esai dengan tulisan ekspositoris atau
  sebuah laporan. Sebuah esai tidak hanya sekadar menunjukkan fakta
  atau menceritakan sebuah pengalaman; ia menyelipkan opini penulis
  di antara fakta-fakta dan pengalaman tersebut.

  Tentu, Anda harus memiliki sebuah opini sebelum menulis esai. Hanya
  saja, Anda juga harus memahami apa yang sebenarnya dimaksud dengan
  opini itu, bagaimana menyampaikannya, dan bagaimana mengungkapkan
  nilai yang dibawanya. Sebelum mendapatkan opini, Anda harus lebih
  dulu menentukan subjek yang hendak ditanggapi karena opini harus
  berhubungan dengan subjek tertentu.

  SUBJEK ESAI

  Apa yang harus ditulis? Pertanyaan ini memiliki jawaban yang tidak
  terbatas. Anda dapat menuliskan segala jenis topik; dari
  persahabatan, politik, sepatu, menjual lilin, sampai esai tentang
  esai itu sendiri. Satu-satunya persyaratan yang harus dipenuhi
  adalah bahwa penulis harus cukup memahami topik tersebut sehingga ia
  dapat membentuk sebuah opini. Lalu, apa batasan dari `cukup
  memahami` itu? Jawabannya juga tidak sulit. Sebagai manusia, seperti
  yang lain, kita pasti `cukup memahami` dan akrab dengan banyak hal
  di sekitar kita; persahabatan, hubungan keluarga, pertumbuhan,
  makan, tidur, dan banyak lainnya. Tentunya semua itu dapat dipakai
  sebagai bahan menulis esai.

  Bagaimanapun juga, `pemahaman yang cukup` untuk menuliskan tema-tema
  spesifik memerlukan pengetahuan atau pemahaman akan disiplin ilmu
  tertentu. Kita mungkin bisa menulis sebuah esai mengenai topik
  seperti persahabatan tanpa perlu memberikan banyak fakta. Namun,
  untuk topik-topik seperti Puritanisme atau sejenisnya, tentunya kita
  memerlukan informasi yang dapat diuji secara `ilmiah`. Referensi
  sendiri bisa didapatkan dari banyak sumber, mulai dari buku sampai
  media internet. Menulis tentang bidang yang sesuai dengan minat kita
  juga akan sangat mempermudah dan mempercepat proses penulisan itu
  sendiri. Karenanya, seorang yang mempunyai hobi dalam satu bidang
  tertentu juga dapat disebut sebagai seorang yang memiliki `pemahaman
  yang cukup`. Bahkan, sekalipun kita tidak menaruh minat yang begitu
  besar dalam satu bidang pembahasan, kita tetap dapat menulis sebuah
  esai yang baik asalkan dapat mengumpulkan banyak fakta. Dengan
  membaca berbagai informasi yang bisa dipertanyakan, dibandingkan,
  atau yang dapat Anda nilai sendiri, pengetahuan tentang satu bidang
  baru juga akan Anda dapatkan dengan cepat.

  Menulis sebuah esai yang didasari oleh pengetahuan khusus memang
  cenderung lebih mudah daripada menulis esai tentang hal-hal atau
  pengalaman yang sudah sering ditemui di sekitar kita. Berbeda dengan
  kebiasaan yang sering terjadi dalam sebuah opini, seorang penulis
  esai hendaknya tidak boleh hanya berpegang pada `perasaan bahwa ia
  benar`, namun lebih beranggapan bahwa `pikiran saya benar`. Jadi,
  opini yang terdapat dalam sebuah esai juga harus didasarkan pada apa
  yang Anda pikirkan dan bukan hanya pada apa yang Anda rasakan. Yang
  jelas, setiap esai harus memiliki opini, dan opini yang terbaik
  adalah didasari oleh pikiran dan perasaan.

  APAKAH OPINI ITU? BAGAIMANA ANDA MEMUNCULKANNYA?

  Banyak orang yang mendefinisikan opini dengan sangat bebas. Segala
  prasangka, sentimen, tuduhan, dan segala jenis omongan yang
  tanpa dasar seringkali disebut sebagai sebuah opini. Namun, opini
  yang ingin disampaikan dalam sebuah esai harus memenuhi definisi
  sebagai berikut.

       Opini: sebuah kepercayaan yang bukan berdasarkan pada keyakinan
       yang mutlak atau pengetahuan sahih, namun pada sesuatu yang
       nampaknya benar, valid atau mungkin yang ada dalam pikiran
       seseorang; apa yang dipikirkan seseorang; penilaian.

  Ujilah opini Anda dengan definisi di atas untuk menilai apakah Anda
  telah memiliki topik esai yang baik. Apakah opini tersebut didasari
  atas keyakinan mutlak? Atau pengetahuan yang sahih? Apakah Anda
  dapat membuktikan kebenarannya di atas semua keraguan yang
  beralasan? Jika ya, berarti itu bukan opini, tetapi fakta -- atau
  sebuah hasil observasi yang telah diterima secara luas sehingga
  menjadi sebuah fakta. Fakta harus terlebih dulu diubah menjadi
  sebuah opini sebelum dimunculkan dalam sebuah esai. Misalnya, fakta
  menunjukkan bahwa jumlah penduduk negara kita tahun ini adalah
  sekian ratus juta. Untuk mengubah fakta tersebut menjadi sebuah
  opini tugas Anda sekarang adalah menilainya. Anda bisa menilai bahwa
  budaya negara kita berubah karena pertambahan penduduk yang demikian
  cepat; atau perlunya perubahan kebijakan ekonomi yang dapat menjamin
  setiap warga bisa mencukupi kebutuhannya, dll. Dengan membuat sebuah
  penilaian/tanggapan, maka Anda telah mengubah fakta menjadi sebuah
  opini. Dengan demikian, Anda telah memiliki topik esai yang baik.

  Namun, tidak semua opini dapat menjadi topik sebuah esai. Jika ada
  pernyataan `menjalin persahabatan penting bagi hubungan
  antarmanusia`, pernyataan ini bisa disebut opini karena tidak dapat
  dibuktikan secara ilmiah atau statistik. Walau demikian, pernyataan
  itu merupakan opini yang lemah untuk dikemukakan dalam sebuah esai
  karena tidak merangsang timbulnya argumen lain. Dari segi praktis,
  itu adalah fakta. Untuk membuatnya menarik, Anda bisa mengubahnya
  menjadi opini yang lebih tajam seperti `persahabatan adalah hal
  terpenting bagi manusia`, misalnya. Tapi cara yang lebih efektif
  dalam menarik minat pembaca adalah dengan mengawalinya dengan
  berbagai pertanyaan menantang seperti, `apakah persahabatan
  antarpria lebih awet daripada wanita?` `bisakah persahabatan yang
  murni terjalin antara pria dan wanita, ataukah antara orang tua dan
  anak?`, dst.

  Jika kita melihat pertanyaan-pertanyaan tersebut, pembaca mungkin
  bisa menjawab ya atau tidak saja. Tapi bagaimana jika Anda mengubah
  kata tanya tersebut dengan kata tanya yang lebih memerlukan
  penjelasan seperti `mengapa`, `apakah`, atau `bagaimana`?

  - Bagaimana orang tua dapat bersahabat dengan anak?
  - Mengapa persahabatan antarpria lebih awet daripada antarwanita?
   (atau sebaliknya)
  - Apakah persahabatan itu?

  Makin banyak pertanyaan yang Anda ajukan pada diri Anda akan semakin
  baik. Setelah itu, Anda akan dapat mengenali pertanyaan yang penting
  dan yang tidak, yang terlalu luas dan yang terlalu sempit, dsb.
  Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tak jarang Anda juga
  akan menemukan opini-opini yang belum pernah Anda sampaikan
  sebelumnya (artinya: Anda tidak pernah benar-benar tahu apa yang
  sebenarnya Anda pikirkan). Teruslah melontarkan pertanyaan. Ketika
  Anda menemukan satu opini pribadi yang sangat menarik berarti Anda
  telah memasuki wilayah seorang penulis esai.

  APA YANG MEMBUAT SEBUAH OPINI MENARIK?

  Jika diminta untuk memilih sebuah opini yang paling menarik, mungkin
  kita akan memilih berdasarkan minat kita karena kita akan selalu
  dapat menulis dengan baik topik yang kita kuasai/sukai atau yang
  dengan gampang kita tuliskan. Namun, topik yang menarik sesungguhnya
  adalah yang `bertentangan`! Jika jumlah orang yang tidak setuju
  dengan tulisan Anda cukup signifikan, maka bisa dipastikan pandangan
  Anda akan menarik perhatian. Pembaca tidak akan tertarik dengan
  sesuatu yang artinya memang sudah jelas dan tepat. Anda tentu boleh
  menuliskan hal seperti itu, namun siapa yang akan mengindahkannya?

  Sebuah esai akan gagal jika tidak mempunyai argumen. Setiap analisa
  akhir dari esai adalah argumen. Analisa akhir itulah yang menjadi
  opini penulis esai tentang satu topik yang berlawanan dengan opini
  orang lain. Kalimat `A lebih baik (atau jelek) dari B` adalah
  kalimat yang jelas akan menimbulkan argumentasi. Namun, Anda juga
  tak perlu harus menyatakan sejelas itu. Saat menyatakan bahwa `balap
  mobil mempromosikan keamanan berkendara`, berarti Anda telah
  berargumentasi dengan pendapat banyak orang yang menganggap balap
  mobil hanya akan mengakibatkan kecelakaan.

  MENGUJI PERTENTANGAN

  Ketika sedang membuat sebuah opini esai, usahakan agar Anda juga
  dapat menjawab setiap pertanyaan yang mungkin muncul dari opini yang
  bertentangan. Yang dimaksud dengan opini yang bertentangan tentu
  tidak selalu berarti berkebalikan. Jika Anda mengatakan "Animal
  Farm" adalah novel terbaik sepanjang masa, tentu tak akan ada orang
  yang cukup sembrono menyatakan "Animal Farm" sebagai novel terjelek
  sepanjang masa. Mungkin yang ada ialah kritik atas pernyataan Anda
  tersebut, yang mungkin akan mengatakan novel itu terlalu pendek,
  penokohannya kurang tajam, dsb. Jadi, opini yang menentang tidak
  selalu kebalikan dari opini Anda. Yang jelas akan ada perbedaannya.

  Dengan mempertimbangkan secara seksama kemungkinan pertanyaan ini,
  mungkin pikiran dan opini Anda akan berubah. Bagus! Anda masih
  memiliki opini, walau mungkin telah berubah. Opini baru itu tentu
  akan lebih kuat dari sebelumnya. Atau meski opini awal Anda tetap
  yang paling kuat, dengan menguji berbagai kemungkinan pertentangan
  ini, Anda akan mendapat lebih banyak ide untuk mempertahankan
  pendapat Anda.

  Meski demikian, opini hanyalah sebuah pendapat pribadi tentang
  kebenaran. Anda tidak bisa mengharapkan opini esai Anda menjadi
  bukti ilmiah. Tujuan Anda adalah untuk meyakinkan, bukan
  membuktikan. Kekuatan esai Anda diukur dari keberhasilannya
  meyakinkan pembaca. Setiap opini esai Anda pada akhirnya dapat diuji
  kekuatannya dengan dua pertanyaan berikut.

  1. Bisakah sebuah argumen yang valid dibuat untuk menentangnya?
  2. Bisakah saya mempertahankan pendapat melawan argumen tersebut?

  Jika keduanya Anda jawab "ya" berarti Anda sudah boleh lega dan
  yakin bahwa Anda telah berhasil membuat esai yang menarik.

  PERCAYA PADA APA YANG ANDA KATAKAN

  Topik sebuah esai memang harus berupa argumen. Namun, argumen
  tersebut harus jujur dan cerdas. Anda memang boleh mengemukakan
  opini yang berlawanan dengan pendapat banyak orang. Namun,
  menyatakan sebuah opini berani hanya untuk menarik perhatian adalah
  tindakan yang konyol. Lebih buruk lagi, tindakan itu menunjukkan
  suatu ketidakjujuran. Anda mungkin bisa berhenti melakukan tindakan
  konyol, namun ketidakjujuran tidak bisa diobati. Kejujuran adalah
  hal terpenting karena ketidakjujuran dalam esai akan segera tercium
  oleh pembaca. Jadi, selalulah percaya pada apa yang Anda katakan,
  walau sekali lagi ini bukan berarti Anda harus reaktif menolak semua
  pendapat yang menentangnya. (t/ary)

  Bahan diterjemahkan dan diedit (dengan beberapa penyesuaian konteks
  perkembangan zaman) dari:
  Buku          : The Lively Art of Writing
  Penulis       : Lucile Vaughan Payne
  Judul Artikel : What is An Essay?
  Penerbit      : Follett Publishing Company, 1965
  Halaman       : 13 - 22

<>------------------------------------------------------------------<>
= TIPS =

                         MENULIS ESAI SINGKAT
                         ====================

  Praktik menulis berikut ini bertujuan menanamkan secara lebih
  mendalam cita rasa tata susunan (a sense of structure) dalam menulis
  karangan. Cita rasa ini membangun kepercayaan diri dalam menghadapi
  tugas atau pekerjaan menulis karangan apa pun. Dengan cita rasa ini,
  kita percaya akan dapat memberikan tatanan kepada gagasan-gagasan
  kita. Pada umumnya, orang suka dan ingin dapat mengarang untuk
  mengungkapkan dan menyampaikan gagasannya kepada orang lain supaya
  dipahami.

  Kalau mengarang sering dirasakan sebagai momok, mungkin dikarenakan
  belum tertanam dalam diri kita sense of structure itu. Kita berlatih
  membangun cita rasa ini dengan mengandaikan kita telah mengadakan
  penelitian, telah mengumpulkan data dengan metode pengamatan,
  wawancara, partisipasi, studi pustaka atau metode yang lain, telah
  melihat bermacam-macam hubungan antara data itu (hubungan sebab
  akibat, hubungan syarat, hubungan cara, hubungan tujuan, hubungan
  keanggotaan, hubungan jenis, hubungan contoh, hubungan detail, dan
  hubungan unsur), dan telah mengonsepsikan kerja atau kegiatan
  mengarang menurut dasar-dasar mengarang. Ada delapan langkah dalam
  praktik menulis esai singkat, yaitu sebagai berikut.

  Pertama, tuliskanlah (rumuskanlah) sebuah pernyataan gagasan pokok,
  berupa satu kalimat lengkap. Gagasan pokok merupakan pandangan atau
  pendirian Anda tentang topik yang Anda pilih. Bila Anda mengarang
  sebuah esai, pembicaraan Anda hendaknya terarah kepada gagasan pokok
  itu. Tujuan mengarang ialah membeberkan gagasan pokok Anda tentang
  suatu hal.

  Kedua, untuk mengarang esai yang Anda rencanakan itu, pikirkan dan
  rumuskanlah pikiran-pikiran utama yang mendukung dan membeberkan
  gagasan pokok Anda itu.

  Ketiga, untuk mengembangkan dan menjelaskan tiap pikiran utama itu,
  temukanlah dan tuliskanlah evidensi-evidensi atau fakta-fakta
  penguatnya.

  Keempat, sekarang cobalah membangun sebuah paragraf dengan pikiran
  utama dan pikiran-pikiran pengembangnya. Sebelumnya, hendaknya
  ditentukan modelnya: model P-D-K (Pendirian-Dukungan-Kesimpulan),
  model P-S-P (Pendapat-Sanggahan-Pendirian), atau model Inversi
  (model yang menempatkan gagasan pokok karangan di bagian akhir).
  Selain itu, hendaknya diterapkan dan diurutkan unsur-unsur atau
  komponen-komponen yang telah ditentukan takarannya. Unsur-unsur
  pembangun paragraf adalah pembuka, pikiran utama, pikiran pendukung,
  pikiran penjelas, peralihan, dan kesimpulan. (Pikiran pengembang di
  sini dibedakan menjadi pikiran pendukung dan pikiran penjelas.)
  Sementara yang dimaksud dengan "takaran" ialah berapa jumlah pikiran
  pendukung dalam paragraf.

  Kelima, bila tiap-tiap pikiran utama Anda sudah lengkap dengan
  pikiran-pikiran pengembangnya, bangunlah paragraf-paragraf
  berikutnya dengan berpola P-D-K atau pola yang lain. Namun, ingatlah
  selalu gagasan pokok yang hendak Anda tuju lewat esai ini.

  Keenam, setelah paragraf-paragraf tubuh esai itu selesai dibangun,
  susunlah paragraf kesimpulannya.

  Ketujuh, setelah Anda membangun paragraf-paragraf tubuh esai dan
  menyusun paragraf kesimpulannya, sekarang pikirkanlah sebuah
  paragraf pengantar untuk memperkenalkan topik atau masalah dan untuk
  menarik minat pembaca. Mungkin cerita kecil atau lukisan singkat
  atau kutipan akan berguna untuk tujuan itu. Dalam paragraf pengantar
  esai dengan model P-D-K atau P-S-P, dinyatakan juga gagasan pokok
  esai. Dalam paragraf pengantar esai dengan model Inversi, paragraf
  pengantar hanya membeberkan (menceritakan atau melukiskan) sedikit
  pembukanya saja.

  Kedelapan, setelah memiliki paragraf-paragraf tubuh esai, paragraf
  kesimpulan, dan paragraf pengantar, sekarang revisilah draf-draf
  itu dengan menambah atau mengurangi isinya, dengan cara mengubah
  atau membetulkan pemakaian/pemilihan kata, frase, dan kalimat.
  Kemudian, tulislah kembali esai Anda, dengan urutan paragraf
  pengantar, paragraf-paragraf tubuh esai, dan paragraf kesimpulan.

  Bahan dirangkum dan diedit dari:
  Buku          : Dasar-dasar Menulis Karya Ilmiah
  Judul Artikel : Menulis Esai Singkat
  Penulis       : Aloisius Widyamartaya dan Veronica Sudiati
  Penerbit      : Grasindo, Jakarta, 1997
  Halaman       : 56 - 70

<>------------------------------------------------------------------<>
= ESAI =

   MEMAKNAI PASKAH DAN SENGSARA YESUS DI DUNIA YANG PENUH KEKERASAN
   ================================================================

  Secara jujur, bisa dikatakan saya tidak termasuk orang yang ikut
  terperangah ketika akhirnya saya benar-benar memperoleh kesempatan
  melihat rangkaian adegan-adegan penyiksaan Kristus dalam film
  "Passion of Christ" sekitar 2 tahun lalu. Mungkin ini karena gaung
  kontroversinya yang oleh beberapa kalangan dianggap mempromosikan
  kekerasan sekaligus propaganda yang menyudutkan golongan tertentu
  itu sudah lebih dulu saya dengar. Artinya, bayangan tentang darah
  dan penyiksaan yang akan dimunculkan sudah terlebih dulu ada di
  benak saya. Di lain waktu, tiba-tiba perasaan saya demikian
  bergejolak ketika melihat sebuah tayangan berita televisi yang
  memperlihatkan tindakan aparat ketertiban kota yang meringkus paksa
  seorang nenek yang hanya ingin mengamankan surat-surat penting
  miliknya yang masih ada di rumah yang akan segera dihancurkan oleh
  pria-pria berseragam itu. Berbeda dengan "Passion of Christ" yang
  pro-kontranya demikian hingar-bingar itu, beberapa menit tayangan
  peringkusan paksa nenek tua di Bandung tersebut hanya merupakan
  berita lalu dan bisa jadi hanya akan ditayangkan sekali itu saja
  untuk kemudian segera dilupakan.

  Nenek itu tentu tidak sendirian. Jutaan bahkan miliaran orang di
  dunia ini, baik secara langsung atau tak langsung, fisik atau
  nonfisik serta dalam berbagai bentuk dan kuantitas juga mengalami
  kekerasan dalam hidupnya. Mulai dari peristiwa-peristiwa besar
  seperti serangan teroris terhadap gedung WTC, bom Bali, atau London,
  dan korban-korban kekejian lainnya di berbagai belahan dunia. Semua
  itu adalah bukti tak terbantahkan. Jangan lupakan pula negeri kita
  sendiri, Indonesia, yang sejak berabad-abad telah menjadikan
  pembantaian dan kekerasan sebagai makanan sehari-hari. Beberapa dari
  kitapun mungkin pernah mengalaminya sendiri tanpa perlu berada di
  daerah-daerah seperti Aceh, Ambon, Poso, Papua, Sampit, Buru atau
  melihat penjarahan dan pemerkosaan di bulan Mei 1998, menjadi
  sasaran penculikan militer maupun menjadi korban pembantaian bersama
  jutaan orang lainnya demi melancarkan jalan kelahiran sebuah rezim
  militeristik yang korup. Tindakan main hakim sendiri untuk penjahat
  (atau yang disangka sebagai penjahat) yang tertangkap, tawuran anak
  sekolah, kekerasan terhadap anak atau wanita, kekerasan majikan
  terhadap pekerja, sampai yang `sekadar` spanduk ancaman di
  perempatan jalan atau tayangan `pendidikan` tentang kehidupan hewan
  liar yang saling memangsa, maupun film-film kartun atau kisah para
  superhero yang saling membalas dendam dan ditonton anak-anak kita,
  semuanya adalah kekerasan, namun semua seakan sudah menjadi hal
  biasa. Kekerasan sepertinya telah menjadi satu hal tak terpisahkan
  dari budaya dan peradaban manusia yang mengklaim diri telah maju
  ini.

  Di tengah semua ini, kita merayakan momen Paskah dengan persembahan
  teatrikal berisi penderitaan Yesus dalam menebus dosa kita di kayu
  salib. Sementara banyak khotbah atau renungan yang dibawakan pada
  masa-masa tersebut yang seringkali diusahakan untuk bisa
  menggambarkan sedetail mungkin tentang bagaimana cambuk, paku, atau
  mahkota duri itu melukai, merusak, dan menyakiti-Nya. Semua
  dilakukan guna membangkitkan emosi jemaat yang tak jarang sampai
  menangis tersedu-sedu. Dan memang itulah kenyataannya, Yesus tidak
  mati lewat hukuman pancung, hukuman gantung, atau diumpankan ke
  binatang buas. Dia juga tidak mati `mudah` di tangan regu tembak,
  kursi listrik, atau suntikan mati. Pendek kata, penderitaan dan
  proses bayar harga yang dijalani Kristus tentu harus tetap kita
  refleksikan senantiasa, namun di satu sisi dengan momen Paskah yang
  tentu akan segera berlalu, apakah perasaan terhadap derita dan
  sengsara Kristus bisa selalu kita hayati di dunia yang penuh
  kekerasan ini?

  Jawaban atas pertanyaan itu sebenarnya ada di peristiwa Paskah itu
  sendiri. Paskah bukanlah sebuah peringatan kematian seseorang yang
  dianggap sebagai Tuhan. Sebaliknya, Paskah adalah peristiwa puncak
  di mana Yesus menyatakan keilahian-Nya ketika Ia mengalahkan maut,
  yang secara otomatis juga menggenapi janji dan penebusan-Nya. Di
  sini tentu akan lebih tepat jika kita mulai meletakkan penghayatan
  akan derita Kristus sebagai sebuah teladan untuk hidup dengan berani
  berkorban dan ditempa dalam proses yang tidak selalu nyaman. Saya
  rasa inilah yang lebih penting ketimbang hanya `menjual` gambaran
  penderitaan Tuhan kita atau sekadar untuk membangkitkan perasaan dan
  emosi.

  Paskah adalah simbol pengharapan yang sangat jelas dan menjadi ciri
  khas kekristenan. Jika sekarang kita menyadari betapa besar ancaman
  hancurnya kehidupan dan jalinan hubungan antarmanusia di sekitar
  kita akibat berbagai kekerasan di atas, betapa tepat jika optimisme
  Paskah ini dapat selalu kita bawa dan bagikan pada orang lain untuk
  bergandeng tangan dalam kasih-Nya mengubah kondisi yang ada.

  Selamat Paskah!

  "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
  untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
  melakukannya untuk Aku" (Matius 25:40).

  Tulisan diambil dari CWC (Christian Writers` Club):
  Penulis    : Marco
  Alamat URL : http://www.ylsa.org/cwc/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=225&mode=thread&order=0&thold=0

<>------------------------------------------------------------------<>
= STOP PRESS =

                          BARU! SITUS PELITAKU
                          ====================

  Dalam rangka mendukung pelayanannya dalam pengembangan dunia tulis
  menulis Kristen. Setelah terlebih dulu meluncurkan situs komunitas
  CWC (Christian Writers` Club) dan publikasi e-Penulis, Puji Tuhan!
  kali ini dengan gembira kami mengumumkan bahwa Yayasan Lembaga SABDA
  kembali meluncurkan sebuah situs baru yang diberi nama Situs
  PELITAKU (singkatan dari: Penulis Literatur Kristen dan Umum). Situs
  PELITAKU khusus dirancang untuk para penulis Kristen, baik mereka
  yang masih menjadi pemula ataupun yang sudah berpengalaman. Di
  dalamnya Anda akan menemukan berbagai bahan artikel, panduan, dan
  kisah-kisah yang berkaitan dengan dunia penulisan. Tujuan
  dibangunnya situs ini adalah untuk mendukung pelayanan bagi penulis-
  penulis Kristen agar mereka dibekali dengan bahan-bahan yang cukup
  sehingga dapat berkarya bagi kemuliaan Tuhan. Nah, bagi Anda yang
  memiliki minat untuk mengembangkan karir dalam dunia penulisan
  Kristen ataupun yang masih sekadar ingin belajar menulis, segeralah
  berkunjung ke Situs PELITAKU di:

  ==>  http://www.sabda.org/pelitaku/

<>------------------------------------------------------------------<>
Staf Redaksi   : Ary, Puji, dan Endah
Berlangganan   : Kirim email ke <subscribe-i-kan-penulis(at)xc.org>
Berhenti       : Kirim email ke <unsubscribe-i-kan-penulis(at)xc.org>
Kirim bahan    : Kirim email ke <staf-penulis(at)sabda.org>
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs CWC      : http://www.ylsa.org/cwc/
<>------------------------------------------------------------------<>
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
                     Copyright(c) e-Penulis 2006
                  YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
<><-------------------------------oo-------------------------------><>

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org