Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/172 |
|
e-Penulis edisi 172 (3-12-2015)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ 172/Desember/2015 Tema: Kala Penulis Merayakan Natal (II) e-Penulis -- Kala Penulis Merayakan Natal (II) Edisi 172/Desember/2015 DAFTAR ISI DARI REDAKSI: BERSUA NATAL DALAM PERUBAHAN RENUNGAN: MAKNA NATAL DAN PERUBAHAN HIDUP ORANG-ORANG PERCAYA TOKOH PENULIS: SINDHUNATA STOP PRESS: BERGABUNGLAH DENGAN FACEBOOK E-PENULIS! DARI REDAKSI: BERSUA NATAL DALAM PERUBAHAN Natal telah datang kembali. Setiap tahun, dia mengunjungi kita. Seperti seorang kerabat yang lama tidak bertemu, akankah Natal berkomentar kepada kita, "Wah, kamu sekarang sudah berubah ya? Sudah semakin dewasa." Atau, justru dia akan bertanya, "Kamu kok tidak berubah ya? Masih seperti yang dulu." Tentu saja semua pertanyaan Natal itu ada dalam konteks perubahan secara rohani. Komentar apa yang paling kita harapkan dari Natal tahun ini? Banyak orang Kristen menyambut, menjalani, dan melewati Natal dengan sikap dan respons yang sama dari tahun ke tahun. Mungkin itu efek dari euforia Natal yang hanya dimaknai sebagai sebuah tradisi dan selebrasi, tanpa perenungan akan esensi. Tahun ini, mari kita memaknai Natal lebih sungguh lagi dengan belajar dari teladan yang ditinggalkan Kristus, yang kami sajikan dalam kolom Renungan pada edisi ini. Natal memiliki nilai yang jauh lebih mulia daripada sekadar perayaan dan berkumpul bersama keluarga. Dan, nilai itu harus kita hidupi sepanjang waktu. Segenap Redaksi e-Penulis mengucapkan "Selamat Natal 2015. Kiranya Natal tahun ini memampukan kita untuk menjalani tahun yang akan datang di dalam Kristus dengan lebih baik". Tuhan Yesus memberkati. Pemimpin Redaksi e-Penulis, Berlin B. < http://pelitaku.sabda.org > RENUNGAN: MAKNA NATAL DAN PERUBAHAN HIDUP ORANG-ORANG PERCAYA Filipi 2:5-8 Merayakan hari Natal sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang Kristen. Oleh karena itu, makna Natal yang sesungguhnya sering kali tidak lagi begitu dipedulikan. Maka, wajarlah bila perayaan hari Natal itu tidak lagi membawa perubahan apa-apa bagi mereka, kecuali keletihan dan anggaran keuangan yang semakin menipis. Hari Natal memang sudah biasa dirayakan, tetapi sebenarnya hari Natal tetap merupakan hari yang luar biasa. Hari Natal mengingatkan orang- orang percaya bahwa Allah pernah datang ke dalam sejarah umat manusia. Hari Natal bukan sekadar merayakan hari lahirnya seorang bayi yang bernama Yesus, tetapi mengingatkan umat manusia bahwa Allah telah berinkarnasi menjadi manusia untuk mencari dan menyelamatkan orang- orang berdosa. Pada hari Natal, hendaknya setiap umat Tuhan tidak hanya berpesta ria, tetapi perlu pula menyisihkan waktu untuk merenungkan secara mendalam akan makna yang terkandung dalam inkarnasi Tuhan Yesus. Allah berfirman melalui Rasul Paulus, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil. 2:5-8). Firman Tuhan itu berseru kepada setiap orang percaya untuk meneladani Tuhan Yesus Kristus yang telah berinkarnasi pada hari Natal. 1. Tuhan Yesus Tidak Mementingkan Diri Sendiri Tuhan Yesus yang di dalam hati dan pikiran-Nya tidak hanya mementingkan diri sendiri, perlu diteladani. Manusia berdosa yang egois dan egosentris cenderung hanya memikirkan diri sendiri tanpa memedulikan orang lain. Kalaupun ia memerhatikan orang lain, sering kali itu dikarenakan dua hal: orang lain itu dapat menguntungkan dirinya atau sebaliknya telah merugikan dirinya. Jadi, dengan kata lain, ia memerhatikan orang lain hanya semata-mata demi dirinya sendiri. Sebagai orang-orang yang telah lebih dahulu dikasihi, diselamatkan, dan diperbarui oleh Tuhan Yesus, apakah Anda masih hidup dalam keadaan yang egois dan egosentris? Seharusnya, tidaklah demikian! Teladan Tuhan Yesus dalam memikirkan orang lain dan bukan hanya memikirkan diri sendiri harus dicontoh oleh setiap orang yang percaya kepada-Nya. 2. Tuhan Yesus Datang untuk Melayani Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk melayani. Hal ini harus diteladani pula! Sebab, memikirkan orang lain secara abstrak saja tidaklah cukup, tetapi harus ada tindakan nyata untuk mewujudkannya. Kalaupun Tuhan Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan itu, mau datang ke dalam dunia yang hina dan penuh dosa ini, sesungguhnya hal itu sudah merupakan penghargaan yang tiada tara bagi manusia nista. Akan tetapi, yang dilakukannya jauh lebih besar ... Ia rela datang untuk melayani (Mat. 20:28). Apakah manusia bila dibanding dengan Dia yang Mahakudus dan Mahamulia? Bila Tuhan Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, tidakkah kita sebagai murid-murid-Nya harus melayani dengan lebih sungguh lagi? Banyak orang yang membutuhkan pelayanan kita, baik saudara-saudara seiman maupun orang-orang yang belum mengenal Tuhan Yesus. Marilah kita melayani dengan segenap hati, jiwa, kekuatan, dan akal budi kita serta sesuai dengan kemampuan dan talenta yang ada pada kita. 3. Tuhan Yesus Rela Mengorbankan Diri Tuhan Yesus rela berkorban demi umat manusia. Dengan kerelaan-Nya untuk berinkarnasi menjadi manusia, sebenarnya Tuhan Yesus telah memberikan pengorbanan yang besar. Ia yang tidak terbatas rela menjadi terbatas; Ia yang Mahakaya rela menjadi miskin; Ia yang Mahakuasa dan Mahamulia rela menjadi pelayan. Bukankah semuanya itu telah menunjukkan suatu pengorbanan yang sangat besar? Akan tetapi, pengorbanan yang Tuhan Yesus berikan jauh melebihi semuanya itu! Ia rela mati di atas kayu salib demi penebusan dosa umat manusia yang seharusnya binasa. Segala hukuman dan derita yang seharusnya diterima oleh umat manusia telah dipikul-Nya sendiri di atas kayu salib sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Tuhan Yesus datang ke dunia pada hari Natal adalah untuk menebus dosa manusia melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Pelayanan yang berarti senantiasa menuntut adanya pengorbanan. Pengorbanan Kristus yang tiada taranya itu telah membuka lembaran baru bagi manusia. Ia memberi kehidupan yang penuh pengharapan bagi manusia yang sudah tak berpengharapan. Bagaimana respons Saudara dan saya, orang-orang yang telah diselamatkan-Nya? Apakah ada kerelaan di hati kita untuk berkorban bagi Tuhan, pelayanan, dan sesama manusia? Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang terindah dalam kerelaan berkorban. Tidakkah kita mau meneladani-Nya? Bagaimana kita menghadapi hari Natal yang merupakan peringatan akan inkarnasi Tuhan Yesus? Mungkin saja hari Natal ini akan berlalu seperti tahun-tahun kemarin tanpa memberikan dampak dan perubahan yang berarti dalam hidup kita. Akan tetapi, bukan tidak mungkin hari Natal kali ini mendatangkan berkat Tuhan dan dampak positif dalam hidup kita. Semua itu terpulang kepada bagaimana kita melalui hari Natal dan bagaimana pula respons kita terhadap Yesus Kristus yang telah berinkarnasi pada hari Natal. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: Andreas Loanka Alamat URL: http://www.andreasloanka.com/2012/12/25/1984/ Judul artikel: Makna Natal dan Perubahan Hidup Orang-Orang Percaya Penulis artikel: Andreas Loanka Tanggal akses: 6 Juli 2015 TOKOH PENULIS: SINDHUNATA Diringkas oleh: N. Risanti Dr. Gabriel Possenti Sindhunata atau yang akrab dipanggil Romo Sindhu, lahir pada tanggal 12 Mei 1952 di kota Batu, Malang, dari orangtua beretnis Tionghoa. Ibunya bernama Koo Soen Ling sementara bapaknya bernama Liem Swie Bie. Setelah menamatkan pendidikan dari Seminarium Marianum, Lawang, Malang, pada tahun 1970, Sindhunata pindah ke Jakarta dan memulai kariernya sebagai wartawan di majalah Teruna pada tahun 1974 -- 1977 serta harian Kompas pada tahun 1978. Pada tahun 1974 -- 1980, ia menempuh studi di STF Driyakarya, Jakarta, dan kemudian juga mendapat gelar sarjana dari Institut Filsafat Teologi Kentungan, Yogyakarta. Pada tahun 1992, ia mendapat gelar Doktor di bidang filsafat dengan disertasi mengenai pengharapan mesianik masyarakat Jawa dari Hochschule fur Philosophie, Philosophische Fakultat SJ, Munchen, Jerman. Selain menjadi rohaniwan, Romo Sindhu juga merupakan seorang sastrawan, wartawan, pakar filsafat, redaktur, dosen, dan juga budayawan. Kepiawaiannya dalam menulis sendiri dimulai sejak ia duduk di bangku sekolah menengah sebagai akibat dari kegemarannya membaca buku-buku bergenre budaya, filsafat, babad, sejarah, novel, dan puisi. Dari hobi membaca tersebut, ia kemudian membuat berbagai karya dalam rupa fiksi, karya ilmiah, filsafat budaya, dan laporan pandangan mata. Dalam karya fiksi, Romo Sindhu memulainya dengan menulis cerita bersambung di harian Kompas pada tahun 1978 mengenai kisah Bharatayudha, lalu kisah Ramayana pada tahun 1981. Serial Ramayana tersebut kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul "Anak Bajang Menggiring Angin" oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama, dengan beberapa perbaikan dan tambahan. Beberapa karya sastra lain yang terkenal dari Sindhunata adalah "Semar Mencari Raga", "Putri Cina", serta beberapa buku dalam bahasa Jawa, di antaranya, "Tak Enteni Keplokmu" dan "Aburing Kupu-Kupu Kuning". Ia juga menerbitkan buku kumpulan sajak yang berjudul "Air Kata-Kata". Sebagai seorang ahli filsafat, Sindhunata giat menulis artikel-artikel yang kental dengan nuansa filsafat di majalah Basis dan harian Kompas. Bukunya yang berjudul "Waton Urip" (2005) merupakan salah satu karya filsafatnya. Sementara buku-buku seperti "Menjadi Generasi Pasca Indonesia: Kegelisahan Y.B. Mangunwijaya" (1999), "Mengenang Y.B. Mangunwijaya: Pergulatan Intelektual dalam Era Kegelisahan", dan "Kambing Hitam, Teori Rene Girard" (2006) yang merupakan kajian atas pemikiran Prof. Rene Girard, guru besar antropologi Universitas Stanford, California, Amerika Serikat, adalah beberapa hasil karya ilmiahnya. Salah satu karya feature Sindhunata, "Petruk Jadi Guru", menyajikan dimensi baru dalam dunia jurnalisme, yakni menampilkan spiritualitas dan pergulatan dari batin manusia yang terdalam. Dalam buku tersebut, ia merefleksikan hakikat penderitaan dan kebahagiaan, pemahaman mengenai substansi agama yang peduli kepada rakyat kecil, serta mengapa penguasa sering lalai pada amanat yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan gaya khas yang sama, ia juga bertutur mengenai ketuhanan dalam karya feature-nya "Telanjang di Lereng Gunung Merapi". Gaya Sindhunata tersebut kini dikenal sebagai jurnalisme sastrawi, yaitu berita yang disampaikan dengan cara bercerita seperti dalam karya sastra. Kini, Romo Sindunata menetap di Yogyakarta dengan membaktikan seluruh hidupnya kepada Tuhan dengan menjadi seorang gembala umat Katolik, selain juga tetap berkiprah sebagai seorang penulis aktif di beberapa harian surat kabar, redaktur majalah Basis, dan dosen di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Diringkas dari: Nama situs: Beradab dan Bermartabat Bersama Puji Santosa Alamat URL: http://pujies-pujies.blogspot.com/2010/08/sindhunata.html Penulis artikel: Puji Santosa Tanggal akses: 22 Juli 2015 STOP PRESS: BERGABUNGLAH DENGAN FACEBOOK E-PENULIS! Suka menulis tetapi tidak punya komunitas yang mendukung Anda? Jangan berkecil hati dulu, bergabunglah bersama kami di Facebook e-Penulis! Di Facebook ini Anda bisa bertemu banyak sahabat yang bisa mendukung Anda berkarya. Tak cuma itu, kami juga terus meng-update status kami dengan tip maupun artikel yang berkaitan dengan dunia penulisan. Jadi, jangan tunda lagi, bergabunglah bersama kami di: ==> http://fb.sabda.org/penulis Kontak: penulis(at)sabda.org Redaksi: Berlin B., Santi T., dan N. Risanti Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |