Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/156 |
|
e-Penulis edisi 156 (7-8-2014)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ Edisi 156/Agustus/2014 Tema: Menulis di Media Massa (II) e-Penulis -- Menulis di Media Massa (II) Edisi 156/Agustus/2014 DAFTAR ISI DARI REDAKSI: SEMANGAT UNTUK TERUS BERUSAHA TIP MENULIS: MENULIS OPINI DI SURAT KABAR TOKOH PENULIS: FELIX TAN -- PENULIS DI MEDIA MASSA PENA MAYA: INFORMASI SEPUTAR MENULIS DI MEDIA MASSA STOP PRESS: SITUS PENULIS LITERATUR KRISTEN DAN UMUM, PELITAKU DARI REDAKSI: SEMANGAT UNTUK TERUS BERUSAHA Shalom, Memperkenalkan ide ke dunia luar merupakan salah satu tujuan menulis. Namun, tak jarang, penulis, terutama penulis pemula, kesulitan dalam melakukan hal ini. Salah satu langkah untuk memperkenalkan gagasan kita kepada orang lain adalah dengan menulis di media massa. Meski tidak mudah, tetapi layak untuk dicoba. Toh, kita tidak bisa memastikan bahwa tulisan kita tidak akan diterima oleh media. Tidak ada salahnya memperjuangkan sesuatu yang layak meski mungkin hasilnya tidak seperti yang kita inginkan. Usaha yang terus-menerus pasti akan membuahkan hasil. Pada edisi bulan ini, kami mengangkat tema "Menulis di Media Massa". Bagi Sahabat Penulis yang sedang mencobanya, kami menyediakan tip untuk menulis di media massa. Kami berharap ini akan menolong Anda untuk memperkenalkan tulisan Anda kepada dunia. Kita juga bisa belajar dari kiprah seorang Felix Tan dalam perjuangannya untuk menulis di media massa. Selamat membaca. Staf Redaksi e-Penulis, Berlin B. < http://pelitaku.sabda.org > TIP MENULIS: MENULIS OPINI DI SURAT KABAR Menulis di media cetak seperti surat sabar, baik skala nasional maupun lokal, memang mendatangkan sensasi tersendiri bagi penulisnya. Mungkin kebanyakan dari kita, senang alang-kepalang saat tulisan yang kita kirim ke surat kabar, akhirnya dimuat. Senang bukan hanya karena mendapat honornya, tetapi lebih esensial lagi yaitu gagasan kita diapresiasi dan didistribusikan kepada khalayak. Bagi yang belum pernah tulisannya dimuat di surat kabar, tentu Anda bertanya-tanya. Bagaimana caranya agar tulisan Anda bisa dipublikasikan/dimuat di surat kabar? Apa saja yang membuat tulisan Anda gagal dimuat alias ditolak media? Terkait itu, dalam kilas tematik kali ini, Admin akan sajikan tips menulis opini di surat kabar berdasarkan tulisan Kompasianer. Pertama, kenali media yang dituju. Tiap institusi media dibangun dengan idealisme tertentu sebagai landasan filosofisnya sehingga apa pun yang ditampilkan media tersebut haruslah sejalan dengan idealisme itu. Dalam urusan memuat tulisan opini seseorang, media mengharapkan tulisan yang tidak keluar dari idealismenya, juga sesuai struktur khas media tersebut. Seperti, gaya penulisan (ilmiah populer, teknik `KISS` alias `keep it short and simple`, dll.), tema/bahasan, jumlah karakter/panjang tulisan, dan judul tulisan. Harian Kompas misalnya, biasa menggunakan minimal tiga kata dalam judul dan juga tidak terlalu panjang. Sedangkan Pikiran Rakyat, lebih suka judul tulisan dengan panjang 4-5 kata. Hal ini juga berkaitan dengan tata letak rubrik opini itu sendiri. Contoh judul opini: - di Kompas: "Kamar Gelap Demokrasi" oleh Yasraf Amir Piliang - di Pikiran Rakyat: "Kleptokrasi dan Buruk Muka Mahkamah Konstitusi" oleh Gun Gun Heryanto. Kedua, tema atau topik tulisan. Untuk menentukan tema atau topik tulisan, ikuti isu yang berkembang lewat berbagai media untuk memperkaya informasi, melakukan pengamatan terhadap isu, berdiskusi atau temu wawancara, baca buku untuk memperbanyak referensi ilmiah. Terpenting, perhatikan pergerakan isu yang dibangun oleh media yang hendak kita tuju. Jangan sampai, kita mengirim tulisan yang tidak sesuai dengan kebutuhan media. Ada 4 cara menentukan tema tulisan, yaitu 1). Cermati editorial/tajuk rencana media yang kita tuju, 2). Cermati headline atau berita utama, 3). Cermati opini yang sudah ada, 4). Tulisan berkaitan dengan hari besar nasional. Pokoknya, tema tulisan berkaitan dengan hal-hal yang aktual. Ketiga, argumentatif dan solutif. Bagian ini dianggap menjadi jantung sebuah tulisan opini, sebagai pembeda dari tulisan-tulisan biasa yang sifatnya reflektif semata. Dalam opini, selain reflektif, penulis harus menunjukkan kebaruan ide, argumentasi ilmiah, orisinalitas alias tidak menjiplak ide terdahulu, kontekstual atau kesesuaian dengan permasalahan terkini, konstruktif agar pesan dalam tulisan bisa diserap baik oleh publik, dan memberikan solusi yang komprehensif. Keempat, "positioning" penulis. Maksudnya, penulis tampil dengan ciri khas tertentu di ruang publik. Misalkan, dikenal sebagai pakar politik, pemerhati publik, dosen filsafat, atau penulis berafiliasi di salah satu ormas/organisasi (contoh, Sekjen Indonesia Corruption Watch, Ketua Umum Forum Studi Hukum, Peneliti Media, dll.). Dalam kata lain, penulis punya background yang bisa menguatkan posisi dirinya dalam tulisan opini yang ditulis sehingga kredibilitas tulisan pun tak diragukan. Publik pun akan berpandangan, penulis sudah menuangkan ide sesuai kapasitas dirinya. Kelima, menjalin hubungan dengan redaksi/redaktur media. Tahapan ini, memang tidak semua penulis bisa melakukannya dengan mulus. Namun, mesti dicoba karena komunikasi dengan redaktur opini atau editor opini, bisa memudahkan penulis untuk memahami selera dapur redaksi. Selain itu, suatu waktu bila diperlukan, media juga sangat mungkin meminta Anda agar menyediakan tulisan dengan topik-topik tertentu. Hal ini dilakukan media karena media sudah kenal betul kapasitas dan integritas penulis. Karena itulah, hubungan yang harmonis dengan redaksi akan menguntungkan kedua pihak. Keenam, pantangan. Sebelum ke tahap akhir, bagian pantangan ini juga krusial. Mengapa? Sebab, ini merupakan bagian dari aturan mainnya, terkait apa yang membuat opini Anda diterima atau ditolak, yaitu: hindari penulisan opini seperti membuat makalah/naskah pidato/bahan kuliah, sumber kutipan tidak jelas, uraian terlalu sumir, cakupan tulisan terlalu makro atau lokal, alinea terlalu panjang, pembahasan tidak fokus, jangan kirim naskah ke dua surat kabar berbeda dalam satu waktu, dll.. Meski ini terkesan sangat teknis, tetapi sangat penting untuk nasib tulisan Anda. Untuk kasus naskah ganda ini, pernah terjadi di Koran Tempo dan Jawa Pos pada 29 Agustus 2012 lalu. Tentu ini melanggar rambu-rambu redaksi surat kabar dan melanggar etika. Jangan sampai karena motif ingin mendapat honor lebih atau ingin naskahnya diterima, lalu nekat kirim naskah ke banyak media sekaligus. Konsekuensinya, Anda akan di- blacklist alias dilarang menulis lagi di surat kabar tersebut minimal 6 bulan atau lebih tragis lagi, karier kepenulisan Anda bakal tamat. Anda takkan lagi dipercaya bila mengirim tulisan opini ke surat kabar. Ketujuh, cara pengiriman naskah. Langkah pertama, perhatikan kerapian dan struktur tulisan Anda (ukuran font, warna font, panjang tulisan, lengkapi di akhir naskah dengan identitas kompetensi diri, dll.), kirim naskah melalui pos atau e-mail ke alamat redaksi, sertakan foto diri, scan KTP, dan nomor rekening (ada juga koran yang meminta rekening saat tulisan Anda dipastikan terbit). Tunggu sekitar 2 minggu, jika tak ada pemberitahuan dari redaksi, maka Anda berhak mengirim tulisan ke media lain. Diambil dan disunting dari: Nama situs: Kompasiana Alamat URL: http://blog.kompasiana.com/2013/11/28/kompasianer-berbagi-tips-menulis-opini-di-surat-kabar--612209.html Judul asli artikel: Kompasianer Berbagi Tips Menulis Opini di Surat Kabar Penulis: SR Tanggal akses: 21 April 2014 TOKOH PENULIS: FELIX TAN -- PENULIS DI MEDIA MASSA Felix Tan lahir di Belinyu, Bangka pada tahun 1920. Ia mengenyam pendidikan di Sekolah Belanda; HCS Holand Chinese School (sekolah dasar), Mulo (SMP), AMS Algemene Middelbare School (SMA) sekarang (Kanisius). Setelah itu, berangkat ke negeri Belanda dan meneruskan di University of Leiden Belanda, mengambil fakultas Anthropologi, selama 6 tahun (1946 -- 1952) beliau menuntut ilmu dirantau. Felix memperistri orang sebangsanya, Ami Tan yang memberikannya 8 orang anak. Setelah lulus sebagai doktorandus Antropologi, beliau kembali ke tanah air dan bekerja sebagai tenaga pengajar di IKIP Bandung. Tahun 1954, Felix mengikuti kursus B1 dan B2 untuk kualifikasi pengajar yang berakhir dengan diangkatnya beliau menjadi Direktur Penyelenggara kursus B1 dan B2 itu. Ia diangkat menjadi dosen paruh waktu di berbagai sekolah, termasuk di Universitas Padjajaran Bandung, Universitas Parahyangan, Akademi Pendidikan Jasmani, dan IKIP. Pada tahun 1960, ia dikirim pemerintah Indonesia ke Amerika Serikat untuk menekuni Library Science di New York University. Tahun 1962, ia mendapat gelar Master in Library Science dan dipekerjakan di MPRS sebagai penerjemah paruh waktu. Bertemu dengan PK Ojong pada Tahun 1953 Pada waktu itu Auwyong Peng Koen (PK Ojong) menangani Star Weekly, sebuah majalah berbahasa Melayu, dan Keng Po sebagai koran harian. Kebetulan PK Ojong datang ke Museum Gajah, jalan Merdeka Barat, Jakarta. Saat itu, Felix Tan sedang bekerja di Gedung Gajah (Museum Nasional, red.)sebagai antropolog, begitu ketemu dan ngobrol, mereka langsung cocok bagaikan kawan lama. Kemudian, Felix Tan ditawari untuk menjadi penulis di majalah dan korannya yang kemudian kita kenal dengan "Intisari", majalah bulanan yang formatnya mirip "Readers Digest", dan "Kompas" sebagai harian yang sampai hari ini tergolong sebagai surat kabar Indonesia yang terbesar. Mulanya, Felix tak sanggup karena bahasa Indonesianya kurang baik; dia selalu menggunakan bahasa Belanda karena pendidikannya selalu menggunakan bahasa tersebut. Akan tetapi, Peng Koen tak keberatan dan bersedia menerjemahkan tulisan Felix ke dalam bahasa Indonesia. Maka, mulailah Felix Tan menulis sebagai salah satu kolumnis di Star Weekly. Setelah 3 bulan, PK Ojong meminta beliau untuk menulis dalam bahasa Indonesia. Setelah 6 bulan, Felix Tan telah fasih menulis menggunakan bahasa Indonesia. Pada saat meletusnya G-30-S, Felix Tan pernah menulis reportase yang lengkap beserta foto-foto tentang aktivitas disekitar G-30-S di Bandung, laporan ini dimuat satu halaman penuh di halaman depan harian Kompas secara ekslusif, dan prestasinya sempat menarik pengamat jurnalistik Internasional sehingga dia mendapatkan penghargaan Jurnalist Prize dari Amerika Serikat. Artikel yang ditulis Felix, antara lain "Siapa yang Asli?" (membahas asal-usul suku-suku yang berdiam di kepulauan Indonesia), "Surat dari Bandung" (semacam editorial mingguan yang dicetak pada harian Kompas, isinya politik dan masalah sosial), dan rubrik "Pengalaman hidup di Amerika" (semacam pengalaman Jusni Hilwan di Toronto yang dipublikasikan di Indonesia Media). Beliau juga adalah salah satu dari sembilan tokoh pendiri KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia). Mulai saat itu, dia merasa sangat kecewa dengan Shindunata, seorang pelopor asimilsasi. Felix menyatakan bahwa asimilasi pemaksaan seperti ganti nama, kawin campur (kecuali secara alamiah suka sama suka) itu adalah cara yang salah besar. Dia selalu mengkritik Sindhunata dalam setiap kesempatan untuk masalah ini. Selama 8 tahun, anaknya tidak tahu dia adalah seorang Tionghoa. Akan tetapi, sebuah huru-hara membuat anaknya bertanya, "Kita orang C... , ya papa?" Anaknya tidak tahu sebab Felix selalu mengajarkan kepada kedelapan anaknya (4 putera dan 4 puteri) bahwa, "Kita orang Indonesia," demikian beliau menunjukkan semangat nasionalisnya. Felix yang sering juara pingpong ini sangat mengagumi pribadi Yakob Utomo (pemred Kompas). "Dia adalah salah seorang pribumi yang hebat dan terpuji," cetusnya. Pada tahun 1968, Felix pergi ke Hawaii. Di sana, ia bekerja di perpustakaan dan mengajar di Maunaolu College sampai tahun 1975, lalu diminta mengajar oleh Maui Community College sebagai pengajar paruh waktu di bidang ekonomi. Tak hanya itu, ia juga harus mengajar mata kuliah Kebudayaan Asia selama 2 tahun, maka dia dituntut belajar sambil mengajar. Bahkan, pernah ia mengajar 12 mata kuliah yang berbeda pada saat yang sama. Bagaimana mungkin? Kuncinya yaitu filosofi mengajar yang dimilikinya, "Tuhan menunjuk saya sebagai manusia yang harus mengabdikan sebagai tenaga pengajar yang baik. Untuk itu, saya juga harus belajar keras untuk mempersiapkan bahan yang harus diajarkan," demikian ujar Felix yang baru berhenti mengajar di University of Hawaii pada tahun 1999, di usia 79 tahun. Diambil dan diringkas dari: Nama situs: Tokoh Indonesia Alamat URL: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/1198-kolumnis-intisari-kompas Judul asli artikel: Kolumnis Intisari dan Kompas Penulis artikel: Tidak dicantumkan Tanggal akses: 22 April 2014 PENA MAYA: INFORMASI SEPUTAR MENULIS DI MEDIA MASSA Ada kebanggaan tersendiri bagi seorang penulis apabila karyanya berhasil dimuat di media massa, baik lokal maupun nasional. Memang, bukan hal yang mudah sebuah karya bisa dimuat di media massa. Ada standar/kriteria khusus yang harus dipenuhi oleh penulis, baik dalam hal kualitas karya itu sendiri, teknis penulisan, maupun administrasi pengiriman. Dalam situs lakonhidup.wordpress.com kolom redaksi yang kami sajikan kali ini, menyajikan informasi seputar teknis standar pengiriman naskah dan informasi lengkap alamat media massa di Indonesia. Selain itu, informasi honor atas tulisan yang diterbitkan juga bisa Anda baca dalam halaman redaksi ini. Bagi Anda yang selama ini mengalami kesulitan dalam membuat surat pengantar pengiriman naskah, situs ini bisa menjadi jawaban untuk kesulitan Anda. Penasaran dengan isinya? Silakan kunjungi situs ini sekarang juga! (Santi T.) ==> http://lakonhidup.wordpress.com/redaksi/ STOP PRESS: SITUS PENULIS LITERATUR KRISTEN DAN UMUM, PELITAKU Anda rindu menjadi penulis Kristen yang berdampak bagi dunia literatur Kristen dan umum? Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > mengajak Anda, yang rindu untuk menjadi penulis Kristen, baik masih awam maupun sudah ahli, untuk berkunjung ke situs PELITAKU < http://pelitaku.sabda.org >! Situs Pelitaku hadir dengan kerinduan untuk memperlengkapi setiap orang yang ingin mewarnai dunia penulisan sekuler dengan pesan-pesan kasih Kristus, serta menjadi wadah berbagi bagi para penulis Kristen, melalui artikel-artikel, tip dan trik, biografi, dsb. seputar dunia tulis menulis. Selain itu, situs Pelitaku juga menyediakan tempat, khususnya bagi para penulis Kristen pemula, untuk menerbitkan hasil tulisan-tulisannya. Perlengkapi dan perkaya wawasan serta keterampilan menulis Anda di situs PELITAKU < http://pelitaku.sabda.org >! Tuhan Yesus memberkati. Kontak: penulis(at)sabda.org Redaksi: Yudo, Santi T., dan Berlin B. Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |